BAB I
PENDAHULUAN
BAB ll
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGAWASAN
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
seorang controller ( pengawas). Pengawasan dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi
adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan
rencana kerja yang telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan
pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat melakukan koreksi atau
perbaikan.
Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat jaminan sumber daya
dengan kebutuhan rencana-rencana yang pasti dengan proses mencatat atau dengan
pengendalian perkembangan ke arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya
yang memungkinkan seorang pengawas melihat lebih awal adanya penyimpangan. Oleh
karena itu, pengawasan berkaitan erat dengan perencanaan.
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti luas.
Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari kesalahan
kemudian memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif
pengawasan ialah tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak
terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala bidang. Sedangkan
dalam arti luas, pengawasan adalah aktifitas controller untuk melakukan pengamatan,
penelitian dan penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang
sedang atau telah berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
5. Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa
yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan
korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
6. Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu
dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti
memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
7. Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan
adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang
atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya.
8. Sagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
9. Kesimpulannya, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan
balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.
v Menurut Griffin (2000), tujuan dari fungsi pengawasan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Adaftasi Lingkungan
Tujuannya adalah agar sebuah perusahaan dapat beradaftasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal. Contoh : ketika ICT belum
secanggih saat ini , kualifikasi minimum tenaga kerja di sebuah perusahaan barangkali hanya
dibatasi pada kemampuan mengetik. Namun saat ini hampir seluruh perusahaan
menggunakan komputer sebagai ujung tombak kegiatan sehari-hari.
2. Meminimalkan kegagalan
Ketika perusahaan menjalankan kegiatan produksi misalnya perusahaan memiliki target
produksi sebanyak 10.000 unit maka perusahaan berharap bagian produksi bisa menghasilkan
produk sebanyak itu. Katakanlah bagian produksi hanya menghasilkan 9.000 unit yang
memenuhi standar sedangkan 1000 unit tidak memenuhi standar. Maka perusahaan
mengalami kerugian 1000 unit dalam produksinya. Oleh karena itu perusahaan perlu
menjalankan pengawasan agar target tersebut terpenuhi.
5
3. Meminimumkan biaya
Sebagaimana contoh di atas jika target terpenuhi maka biaya dapat diminimalkan, akan tetepi
jika kondisinya seperti di atas 1000 unit tidak memenuhi standar maka hal itu tidak bisa
dikatakan meminimalkan biaya malah menambah beban biaya produksi.
4. Mengantisipasi kompleksitas dari organisasi
Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi
berbagai kegiatan organisasi yang kompleks. Ketika kegiatan perusahaan hanya
memproduksi satu jenis barang, atau 10 orang pekerja, atau 2 bagian dalam struktur
organisasi, barangkali kegiatan manajemen lebih mudah untuk dilakukan.
B. SYARAT-SYARAT PENGAWASAN
C. BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Bidang ini merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya tujuan suatu
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah
mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan pegawai agar
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan perusahaan atau organisasi.
e. Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang perkantoran, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan kantor agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dan karyawan merasa puas.
D. PENTINGNYA PENGAWASAN
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya
orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah
dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi.
Ada beberapa alas an mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
5. Komunikasi
E. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN
F. TAHAP-TAHAP PENGAWASAN
a. Menetapkan Standar
8
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis
hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana.
Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
b. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai
terhadap standar yang telah ditentukan.
c. Memperbaiki Penyimpanga
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
v Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4
tahapan, yaitu:
v Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang
dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
a. Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar ukuran ini bisa nyata,
mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap
bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
b. Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus dilaporkan
kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini.
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1) Menurut Ruang Lingkupnya
a.Pengawasan Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aktifitas organisasi atau
perusahaan.
b. Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat khusus yang berlaku hanya untuk
suatu bagian atau unit tertentu saja.
4) Menurut Waktu
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan, diantaranya :
a. Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju (feed
forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari
tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil tindakan koreksi sebelum
kegiatan selesai dikerjakan.
b. Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes or
no control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu menyetujui aspek
tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan
dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan dapat memberikan
keamanan ekstra kepada manajer.
c. Pengawasan Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik (Feed
Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan
kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer
untuk menjaga performance organisasi secara keseluruhan, sikap serta performance
karyawan. Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya
digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang
biasa digunakan untuk mengadakan pengawasan kuantitatif, antara lain: dengan
menggunakan anggaran, mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan
sebagainya.
Adapun metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian yakni :
a. Pengawasan Non-Kualitatif
Pengawasan non-kualitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk
mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan
adalah :
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang
dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat
menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan
dipecahkan bersama.
6) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang
signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian.
Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara
manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
11
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi.
Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif :
1) Anggaran
· Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas.
· Anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base
budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (HRA).
2) Audit
· Internal audit, tujuannya adalah membantu semua anggota manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian,
rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
· Eksternal audit, tujuannya menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan.
3) Analisa Break-Even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada
volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis Rasio
Menyankut dua jenis perbandingan :
· Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu.
· Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Terdapat tiga pendekatan dalam system pengawasan tradisional, yaitu pengawasan diagnostik
(diagnostic control), pengawasan berdasarkan batasan-batasan (boundary control), dan
pengawasan interaktif (interactive control)
dengan aturan dan prosedur tersebut dalam menjalankan seluruh aktivitas terkait
dengan perusahaan.
J. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Pengawasan yang efektif memiliki dua prinsip pokok, yaitu adanya rencana tertentu dan
adanya pemberian instruksi-instruksi, serta wewenang kepada bawahan. Prinsip pokok yang
pertama merupakan standar atau alat pengukur dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan
bawahan. Rencana tersebut menjadi penunjuk apakah pelaksanaan pekerjaan berhasil atau
tidak. Prinsip pokok kedua juga harus ada, agar sistem pengawasan dapat benar-benar efektif
dilaksanakan. Wewenang dan juga instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan kepada
bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan
tugas-tugasnya dengan baik atau tidak.
Setelah prinsip pokok tersebut, maka suatu sistem pengawasan harus mengandung prinsip-
prinsip berikut:
Setiap kegiatan membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda sesuai dengan karakteristik
kegiatan tersebut. Pengawasan pembelajaran tentunya berbeda dengan pengawasan
ketatausahaan.
Suatu sistem pengawasan yang efektif harus dapat segera melaporkan penyimpangan-
penyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil
tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat
sesuai atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.
Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan tersebut
memenuhi prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap dapat
dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar dugaan.
13
Titik berat pengawasan adalah berkisar pada manusia, karena manusialah yang melakukan
kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi, kegiatan-kegiatan
atau tugas-tugasnya sudah tergambar dalam organisasi, maka sistem pengawasan harus dapat
memenuhi prinsip dapat merefleksikan pola organisasi.
Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak seharusnya membuat
sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan dapat diwujudkan melalui sistem
pengawasan yang murah.
Akhirnya suatu sistem pengawasan barulah dapat dikatakan efektif, apabila dapat melaporkan
kegiatan yang salah, dimana kesalahan itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas
kesalahan tersebut. Ini sesuai dengan salah satu tujuan pengawasan, yaitu untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu
kegiatan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar Pengawasan
meliputi pengertian, karakteristik, faktor dan yang lainnya. Pengawasan merupakan fungsi
administasi dalam fungsi administrator yang memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai
dengan yang dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan
rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan. Ia dimaksudkan untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-
kesalahan, kemudian membetulkannya dan mencegah perulangannya. Ia mengenai semua
orang, kegiatan, benda, dll. Peran pengawas sekolah memantau dan melakukan pembinaan,
penilaian secara berkesinambungan, memotivasi guru untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program kegiatan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi dan profesional saat proses pembelajaran
berlangsung. Dan hasil penilaian yang dirasa masih kurang guru tersebut diikutsertakan diklat
atau pelatihan guna untuk mengembangkan kemampuannya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kepada pembaca
yang budiman untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
perbaikan makalah ini. Dan kami berharap semoga isi makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
15
DAFTAR PUSTAKA