Anda di halaman 1dari 21

MENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL dan ETIKA

DISUSUN OLEH:

Hanna Astrid Farine Tondang

200502090

Manajemen

DOSEN PENGAMPU: KOMARIAH PANDIA, M.Si.

PRODI MANAJEMEN 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengelola Tanggung Jawab Sosial
dan Etika”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pengantar Manajemen, dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan
dari semua pihak. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komariah Pandia, M.Si,
selaku Dosen Matakuliah Pengantar Manajemen yang telah membantu dan memberi pengarahan
kepada saya dalam belajar dan mengerjakan tugas, dan juga semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini berusaha saya susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta
minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada
umumya. Amin.

Medan, 18 Maret 2021

Hanna Astrid Farine Tondang

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………... 3
Bagan …………………………………………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 5
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 5
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………. 5
A. Apakah Tanggung Jawab Sosial Itu? ………………...…..………………………….. 5
1. Dari Kewajiban ke Responsivitas ke Tanggung Jawab ……………………….. 9
2. Apakah Organisasi Harus Terlibat Secara Sosial? …………………………….10
B. Manajemen Hijau (Green) dan Keberlanjutan .………………………………….. 11
1. Bagaimana Organisasi Menjadi Organisasi Hijau ……………………………. 12
2. Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau …………………………………… 12
C. Manajer dan Perilaku Etis ……………………………………...…………………. 13
1. Faktor yang Menentukan Perilaku Etis dan Tidak Etis .……………………… 13
2. Etika dalam Konteks Internasional …………………………………………… 15
D. Mendorong Perilaku Etis ……………………………………………………...…… 15
1. Pemilihan Karyawan ……..……………...…………………………………… 15
2. Kode Etik dan Peraturan Keputusan …………………………..……………… 15
3. Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas ……………………………………. 16
4. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kerja …………………………………….….. 16
5. Pelatihan Etika …………………………………………………………….….. 16
6. Audit Sosial Independen ……………………………………………….……... 17
7. Mekanisme Protektif ………………………………………………………….. 17
E. Masalah Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini ……………….. 17
1. Mengelola Kegagalan Moral dan Kebobrokan Sosial ………………………. 17
2. Kewirausahaan Sosial ……………………………………………………….. 18
3. Bisnis Mempromosikan Perubahan Sosial yang Positif …………………….. 18
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………… 20

3
Kesimpulan …………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 21

4
BAGAN

MENGELOLA TANGGUNG
JAWAB SOSIAL dan ETIKA

APAKAH MANAJEMEN MASALAH


TANGGUNG HIJAU (GREEN) MANAJER dan MENDORONG TANGGUNG JAWAB
JAWAB SOSIAL dan PERILAKU ETIS PERILAKU ETIS SOSIAL dan ETIKA di
ITU? KEBERLANJUTAN DUNIA MASA KINI

Dari Kewajiban Bagaimana Faktor yang Mengelola


ke Responsivitas Pemilihan
Organisasi Menentukan Kegagalan Moral
ke Tanggung Karyawan
Menjadi Perilaku Etis dan dan Kebobrokan
Jawab Organisasi Hijau Tidak Etis Sosial
Apakah Kode Etik dan
Organisasi Harus Mengevaluasi Etika dalam Peraturan
Kewirausahaan
Terlibat secara Tindakan Konteks Keputusan
Sosial
Sosial? Manajemen Hijau Internasional
Kepemimpinan
Manajemen Bisnis
Tingkat Atas Mempromosikan
Perubahan Sosial
Tujuan Pekerjaan yang Positif
dan Penilaian
Kinerja

Pelatihan Etika

Audit Sosial
Independen

Mekanisme
Protektif

5
MENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL dan ETIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar pula
tuntutan masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak lembaga bisnis yang
menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu, diharapkan manajer
dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnismanajerial, baik secara moral
maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
             Ide mengenai Tanggung jawab Sosial atau yang dikenal dengan Corporate
Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Kelompok yang mendukung
wacana tanggung jawab sosial berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para
individu yang terlibat didalamnya, yakni pemilik dan karyawannya. Namun mereka tidak boleh
hanya memikirkan keuntungan finansialnya saja, melainkan pula harus memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap publik.
Dengan penerapan CSR sebagai sebuah program yang wajib sebagai bentuk rasa
terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai bentuk perhatian perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu CSR juga memiliki peranan penting bagi
perusahaan yang menjalankannya,dan juga manfaat yang dapat dirasakan perusahaan bila
menjalankan CSR yaitu diantaranya : Meningkatkan Citra Perusahaan, Mengembangkan Kerja
Sama dengan Para Pemangku Kepentingan, dan Membuka Akses untuk Investasi. Dari sisi
masyarakat, CSR akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan dan kebaikan untuk
masyarakat yang membutuhkan bantuan.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini saya akan menjelaskan definisi tanggung jawab sosial dan etika
disertai dengan sedikit penjabarannya serta bagaimana mengelola kegagalan moral dan
kebobrokan sosial.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apakah Tanggung Jawab Sosial Itu?
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konseporganisasi perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap
seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan
berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi,
misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka
yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi
perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.
Untuk keperdulian terhadap lingkungan eksternal perusahaan atau pemerintahan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan, lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan sosial lainnya.
CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan
memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh
keluarganya.
Secara keseluruhan tanggung jawab sosial mencerminkan etika perorangan yang
diterapkan oleh perusahaan terutama manajemen puncaknya walau tidak menutup kemungkinan
tanggung jawab sosial dapat didorong oleh lembaga pemerintahan, konsumen, investor, dan oleh
perilaku perusahaan lain/pesaing. Namun demikian, banyak perusahaan yang bersungguh-
sungguh dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap stakeholder-nya (individu atau
kelompok sangat terkait langsung terhadap kinerja perusahaan).
1) Konsumen. Bisnis bertanggung jawab pada konsumennya dengan menjaga
kejujuran dan keterbukaannya. Mereka juga mencoba menetapkan harga yang

7
wajar, garansi, memenuhi komitmen, dan menjaga kualitas produk yang mereka
jual.
2) Karyawan. Bisnis bertanggung jawab sosial di dalam kesepakatan mereka dengan
mempekerjakan karyawan dengan wajar, membuat karyawan menjadi bagian dari
tim, dan menghargai martabat dan kebutuhan manusiawinya.
3) Investor. Untuk menjaga tanggung jawab sosial terhadap investor, manajer harus
mengikuti prosedur akuntansi yang benar, menyediakan informasi yang tepat pada
pemegang saham mengenai kinerja keuangan, dan mengelola organisasi untuk
melindungi hak pemegang saham dan investasi.
4) Pemasok. Hubungan dengan pemasok harus dikelola dengan baik. Banyak
perusahaan kini menyadari pentingnya kerja sama saling menguntungkan dengan
pemasok sehingga mereka melakukan kontrak pembelian dengan negosiasi harga,
jadwal.
5) Komunitas lokal. Hampir semua bisnis mencoba bertanggung jawab sosial
terhadap komunitas lokalnya. Mereka mungkin berkontribusi dalam program lokal,
seperti bakti sosial, beasiswa serta pengobatan gratis.

Adapula beberapa pendapat dari para ahli mengenai Tanggung jawab sosial


atau Corporate Social Responsibility (CSR),  yaitu  :
1) Konsep awal Corporate Social Responsibility (CSR)  berawal dari HOWARD R.
BOWEN pada tahun 1953 dengan definisi yaitu suatu kewajiban atau tanggung
jawab sosial dari perusahaan berdasarkan kepada keselarasan dengan tujuan objektif
dan nilai-nilai velue dari suatu masyarakat.
2) FRADERICK ET AL mempunyai pemahaman Corporate Social Responsibility
(CSR) dapat diartikan sebagai prinsip yang menerangkan perusahaan harus dapat
bertanggung jawab terhadap efek dari setiap tindakan di dalam masyarakat maupun
lingkungan
3) ISMAIL SOLOHIN menganggap jika Corporate Social Responsibility
(CSR)  adalah “salah satu dari bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan (stakeholder).

8
4) MERRICK DODD menganggap bahwa adalah “suatu pengertian terhadap buruh,
konsumen, dan masyarakat pada umumnya di hormatio sebagai sikap yang pantas
untuk di adopsi oleh pelaku bisnis”.
5) SALEM SHEIKH berkata bahwa “Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan tanggung jawab perusahaan, apakah bersifat sukarela atau
berdasarkan undang-undang, dalam pelaksanaan kewajiban sosial ekonomi
dimasyarakat”.
1. Dari Kewajiban ke Responsivitas ke Tanggung Jawab
Kewajiban sosial, yang merefleksikan pandangan klasik—pandangan bahwa satu-
satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah memaksimalisasi keuntungan—
tentang tanggung jawab sosial adalah situasi di mana sebuah perusahaan terlibat dalam
tindakan sosial karena sudah kewajiban mereka untuk memenuhi tanggung jawab
ekonomi dan legal tertentu. Konsep tanggung jawab sosial dapat dijelaskan dalam
berbagai cara yang berbeda. Tanggung jawab sosial disebut “hanya menghasilkan
keuntungan,” “melakukan lebih dari menghasilkan keuntungan,” “aktivitas perusahaan
tambahan yang dimaksudkan kesejahteraan sosial,” dan meningkatkan kondisi sosial
atau lingkungan”. Untuk memahami konsep tersebut dapat dibandingkan dengan dua
konsep yang serupa : kewajiban sosial dan responsivitas sosial. Kewajiban sosial
adalah keterlibatan perusahaan dalam aksi sosial dikarenakan kewajibannya untuk
memenuhi tanggung jawab ekonomi dan hukum. Menurut pandangan klasik, tanggung
jawab sosial manjemen hanya memaksimalisasi keuntungan.
Dua konsep lainnya—responsivitas sosial dan tanggung jawab sosial—yang
mencerminkan pandangan sosio-ekonomi, yang merupakan pandangan bahwa
tanggung jawab sosial manajemen lebih dari sekedar menghasilkan keuntungan dan
termasuk melindungi danmeningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Responsivitas adalah situasi di mana sebuah perusahaan terlibat dalam tindakan
sosial sebagai respons terhadap beberapa kebutuhan sosialpopuler. Menurut konsep
responsivitas sosial dan tanggung jawab-mencerminkan pandangan sosio-ekonomi,
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajer bukan sekadar menghasilkan
keuntungan, tetapi juga melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Responsivitas sosial berarti bahwa perusahaan terlibat dalam beberapa aktivitas sosial

9
yang populer. Manajer dalam perusahaan ini dipandun oleh norma dan nilai sosial
dalam membuat keputusan praktis dan berorientasi pasar mengenai tindakannya.
Tanggung jawab sosial adalah intensi bisnis, melampaui kewajiban ekonomi dan
merefleksikan sosial ekonomi dari tanggung jawab sosial. Hal tersebut diasumsikan
bahwa sebuah bisnis mematuhi hukum dan memperhatikan pemegang sahamnya,
menambah kebutuhan etis danmelakukan hal yang membuat masyarakat lebih baik.
Bertanggung jawab secara sosial berarti meningkatkan hidup melalui pendidikan, entah
mengembangkan produk yang mendukung pencapaian yang berhasil berinvestasi
dalam proyek yang meningkatkan kehidupan di sekeliling dunia.

Perbedaan tanggung  jawab sosial dan responsivitas manajemen


Tanggung Jawab Responsivitas
Sosial Sosial
Pertimbangan Etika Pragmatis
utama
Fokus Akhir Tujuan Tujuan
Penekanan Kewajiban Respons
Kerangka Kerja Jangka Panjang Jangka Menengah
Keputusan dan Pendek
Sumber : Diadaptasi dari S.L. Wartick daan P.L. Cochran, “ The Evolution of
Corporate Social Performance Model,” Academy of Management
Review,Oktober 1985, hal 766

2. Apakah Organisasi Harus Terlibat Secara Sosial?


Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan sosial dan performa
ekonomi berhubungan positif, ini tidak serta merta berarti bahwa keterlibatan sosial
menyebabkan performa ekonomi yang lebih tinggi. Secara sederhana, berarti bahwa
keuntungan yang besar memungkinkan perusahaan membiayai “kemewahan” untuk
terlibat secara sosial. Faktanya, dalam satu penelitian ditemukan bahwa bila
kesalahan analisis empiris ini “dibenarkan”, tanggung jawab sosial dapat berdampak
netral pada performa keuangan perusahaan. Penemuan lainnya menyatakan bahwa
berpartisipasi dalam isu sosial yang tidak berhubungan

10
dengan Stakeholder (pemegang kepentingan) utama berasosiasi negatif dengan nilai
pemegang saham. Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa manajer dapat
memenuhi bertanggung jawab secara sosial. 
Cara lain melihat keterlibatan sosial dan performa ekonomi adalah dengan melihat
dana Investasi Tanggung Jawab Sosial ( SRI ) yang memberikan cara bagi investor
untuk mendukung perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Dana ini
menggunakan beberapa jenis pemilahan sosial ( social screening ) yang artingan
mereka mengaplikasikan kriteria sosial dan lingkungan dalam keputusan investasi. 
Tindakan sosial perusahaan tidak merugikan kinerja ekonomi perusahaan
tersebut. Akibat menyebarluasnya tekanan politik dan sosial utnuk terlibat secara
sosial, manajer harus mempertimbangkan masalah dan tujuan sosial ketika melakukan
aktivitas perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian.

B. Manajemen Hijau (Green) dan Keberlanjutan


Manajemen hijau adalah Sebuah bentuk manajemen yang mempertimbangkan
dampak organisasi tehadap lingkungan alam.
Suatu organisasi dapat menjadi hijau dengan menggunakan istilah terang gelap
warna hijau untuk menjelaskan pendekatan yang berbeda yang diambil oleh suatu perusahaan
seperti :
1) Pendekatan hukum (hijau muda) : pendekatan dimana cukup mengikuti apa yang
diperintahkan hukum.
2) Pendekatan pasar : pendekatan dimana dengan menggunakan produk
ini,perusahaan menjawab permintaan konsumen mereka (para petani) yang ingin
meminimalkan penggunaan bahan kimia pada tanaman mereka.
3) Pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder) : pendekatan dimana sebuah
organisasi bekerja untuk memenuhi tuntutan dari berbagai pemangku kepentingan,
seperti karyawan, pemasok, atau komunitas.
4) Pendekatan aktivis ( hijau tua) : pendekatan dengan mencari cara untuk
melindungi sumber daya alam bumi ini.

1. Bagaimana Organisasi Menjadi Organisasi Hijau?

11
Pendekatan pertama yang dilakukan adalah pendekatan hukum (atau hijau cerah),
yakni sekedar melakukan apa yang dituntut oleh hukum. Organisasi memperlihatkan
sedikit kepekaan lingkungan.
Pendekatan kedua adalah pendekatan pasar, yakni organisasi menanggapi
preferensi (kelebih-sukaan) lingkungan para pelanggannya.
Pendekatan Selanjutnya, yakni pendekatan pemercaya, organisasi memilih untuk
menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pemercaya seperti karyawan,
pemasok, investor, dan masyarakat.
Pendekatan pasar dan pendekatan pemercaya merupakan contoh yang bagus
tentang tanggapan sosial. Akhirnya apabila organisasi mangikuti pendekatan aktivis
(yang disebut juga hijau tua), perusahaan itu mencari cara guna menghormati dan
melestarikan bumi serta sumber daya alam.

2. Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau


Tindakan hijau dapat di evaluasi dengan memeriksa laporan yang di kumpulkan
perusahaan mengenai kinerja lingkungan mereka,dengan melihat pemenuhan standar
global  bagi manajemen lingkungan dan dengan menggunakan daftar
global100 korporasi yang paling berkelanjutan di dunia. Sekitar 1.500 perusahaan di
seluruh dunia secara sukarela melaporkan usaha mereka dalam mempromosikan
kelestarian lingkungan, menggunakan panduan yang dikembangkan oleh Global
Reporting Initiative (GRI). Laporan ini, yang dapat ditemukan di situs GRI
(www.globalreporting.org) menggambarkan banyak tindakan hijau (green action) dan
organisasi-organisasi ini.

12
Cara lain yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka
untuk menjadi hijau adalah dengan mengejar standar yang dikembangkan oleh
Organisasi Standardisasi Internasional (ISO). Walaupun ISO telah mengembangkan
lebih dari 17.000 standar internasional, yang paling terkenal adalah standar ISO 9000
(manajemen mutu/kualitas) dan ISO 14000 (manajemen lingkungan).

C. Manajer dan Perilaku Etis


1. Faktor yang Menentukan Perilaku Etis dan Tidak Etis
TINGKATAN PERKEMBANGAN MORAL
Pada level pertama, level prakonvensional, pilihan seseorang antara benar
atau salah didasarkan pada konsekuensi pribadi dari sumber luar, seperti
hukuman fisik, hadiah, atau pertukaran kebutuhan. Di level kedua,
level konvensional, keputusan etis mengandalkan mempertahankan standar
yang diharapkan dan memenuhi harapan orang lain. Pada level principal,
individu mendefinisikan nilai-nilai moral terpisah dari otoritas kelompok
untuk yang mereka milik atau masyarakat pada umumnya. Yang dapat kita
simpulkan mengenai perkembangan moral.Pertama, manusia
melanjutkan melalui enam tahap secara berurutan.
Kedua, tidak ada jaminan perkembangan moral yang berkelanjutan.
Ketiga, mayoritas orang dewasa berada di tingkat 4: Mereka terbatas
untuk mematuhi aturan dan akan cenderung berperilaku etis, meskipun untuk
alasan yang berbeda. Seorangmanajer di tahap 3 kemungkinan besar akan
membuat keputusanberdasarkan persetujuan rekan; seorang manajer di tahap
4 akan mencoba menjadi "warga perusahaan yang baik" dengan
membuat keputusan yang menghormati aturan dan prosedur
organisasi; danseorang manajer tingkat 5 kemungkinan akan menantang praktik
organisasi yang menurutnya salah.

KARAKTERISTIK INDIVIDU
Nilai yaitu keyakinan dasar tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Kekuatan Ego adalah ukuran kepribadian dari kekuatan keyakinan

13
seseorang. Lokus kendali adalah tingkat dimana orang-orang
percaya bahwa mereka dapat mengendalikan nasib mereka sendiri.

VARIABEL STRUKTURAL
Desain struktur organisasi dapat memengaruhi apakah karyawan
berperilaku etis. Struktur-struktur yang meminimalkan ambiguitas dan
ketidakpastian dengan aturan dan regulasi formal dan peraturan
yang terus- menerus mengingatkan karyawan tentang apa yang etis lebih
cenderung mendorong perilaku etis. Variabel struktural lainnya yang
mempengaruhi etika pilihan termasuk tujuan, sistem penilaian kinerja, dan
prosedur alokasi penghargaan

BUDAYA ORGANISASI
Karena nilai yang dibagi bersama bias sangatberpengaruh, banyak
organisasi yang menggunakan manajemen berbasis nilai, di mana nilai-
nilai organisasi memandu karyawan dalam cara mereka melakukan pekerjaan
mereka.

INTENSITAS MASALAH
Enam karakteristik menentukan intensitas masalah atau seberapa
penting suatu etika masalah bagi seseorang : besarnya kerugian, consensus
kesalahan, probabilitas kerusakan,kesegeraan konsekuensi, kedekatan
terhadap korban, dan konsentrasi pengaruh . Faktor-faktor ini menunjukkan
bahwa :
a) semakin besar jumlah orang yang dirugikan
b) semakin besar konsensus bahwa tindakan tersebut salah
c) semakin besar kemungkinan bahwa tindakan tersebut merugikan
d) semakin cepat konsekuensi dari tindakan akan dirasakan
e) semakin dekat perasaan seseorang terhadap korban

14
f) semakin terkonsentrasi pengaruh tindakan pada korban, semakin besar
intensitas atau arti penting masalah. Ketika suatu masalah etika penting,
karyawan lebih cenderung berperilaku etis.

2. Etika dalam Konteks Internasional


Meskipun beberapa keyakinan moral yang umum , perbedaan sosial dan budaya
antar negara merupakan faktor penting yang menentukan perilaku etis dan tidak etis.
Penting bagi manajer individu yang bekerja di negara asing untuk
mengenali pengaruh sosial, budaya, dan politik-hukum terhadap perilaku yang pantas dan
dapat diterima. Dan bisnis internasional harus mengklarifikasi pedoman etika mereka
agar karyawan tahu apa yang diharapkan dari mereka saat bekerja di tempat asing, yang
menambah dimensi lain untuk membuat penilaian etika.
Panduan lain untuk berperilaku etis dalam bisnis internasional adalah Global
Compact, yaitu dokumen yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
menguraikan prinsip-prinsip untuk melakukan bisnis secara globaldi bidang hak asasi
manusia, tenaga kerja, lingkungan, dan antikorupsi. Tujuan Compact adalah ekonomi
global yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

D. Mendorong Perilaku Etis


1. Pemilihan Karyawan
Proses seleksi (wawancara, tes, pemeriksaan latar belakang, dan sebagainya)
harus dipandang sebagai peluang untuk belajar tentang tingkat perkembangan moral
individu, nilai pribadi, kekuatan ego, dan lokus kendali seorang individu.

2. Kode Etik dan Peraturan Keputusan


Kode etik adalah pernyataan formal tentang nilai utama organisasi dan
peraturan etika yang mereka harapkan diikuti oleh karyawan. Sayangnya, kode
etik mungkin tidak berfungsi sebaik yang kita duga. Dengan demikian, manajer harus
menggunakan saran-saran berikut ini :
a) Pemimpin organisasi harus memberi contoh yang baik tentang perilaku dan
memberi imbalan bagi mereka yang bertindak etis.

15
b) Semua manajer harus senantiasa meneguhkan pentingnya kode etik dan secara
konsisten mendisiplinkan mereka yang melanggar.
c) Para pemangku kepentingan organisasi (karyawan, pelanggan, dan sebagainya)
harus dipertimbangkan pada saat kode etik dikembangkan atau ditingkatkan.
d) Manajer harus berkomunikasi dan memperkuat kode etik secara teratur.
e) Manajer harus menggunakan proses lima langkah yaitu apa yang menjadi
dilemma etika?; Siapa pemangku kepentingan yang terpengaruh; faktor-faktor
pribadi, organisasional, dan eksternal mana yang penting dalam keputusan ini?;
alternative-alternative apa yang mungkin?; apa yang menjadi keputusan saya dan
bagaimana saya melakukannya? , untuk memandu karyawan ketika menghadapi
dilema etika.

3. Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas


Manajer tingkat atas memberi dorongan dengan praktik penghargaan dan
hukuman mereka.Dimana dalam praktik ini menggambarkan bahwa melakukan
hal yang salah ada ganjarannya, dan bukan pilihan terbaik bagi karyawan untuk
bertindak tak etis.

4. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kinerja


Tujuan dan penilaian kinerja yang tidak realistis akan memberikan dampak yang
besar. Oleh karena itu, karyawan harus mempunyai etika bahwa mereka tidak
mempunyai pilihan lain kecuali melakukan apa yang diperlukan untuk memenuhi
tujuan tersebut.

5. Pelatihan Etika
Dengan mengajarkan penyelesaian masalah etika dapat memberikan
perbedaan pada perilaku etis dimana pelatihan etika dapat meningkatkan tingkat
perkembangan moral seseorang dan meningkatkan kesadaran isu etika dalam bisnis.

16
6. Audit Sosial Independen
Mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen berdasarkan kode etik
organisasi. Audit semacam itu bias menjadi evaluasi berkala atau dapat diadakan
secara acak, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Program etika yang efektif mungkin
memerlukan keduanya. Untuk mempertahankan integritas auditor harus bertanggung
jawab kepada dewan direksi perusahaan dan mempresentasikan penemuan mereka
secara langsung kepada dewan.

7. Mekanisme Protektif
Mekanisme ini diperlukan agar karyawan dapat melakukan apa yang benar tanpa
takut mendapat balasan.

E. Masalah Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini


1. Mengelola Kegagalan Moral dan Kebobrokan Sosial
Manajer dapat mencegah runtuhnya etika dan ketakbertanggungjawaban
sosial dengan menjadi pemimpin yang menjalankan etika yang kuat dan melindungi
karyawan yang mengangkat masalah etika. Contoh yang ditetapkan oleh manajer
memiliki pengaruh kuat pada apakah karyawan berperilaku etis. Pemimpin yang etis
juga jujur, berbagi nilai-nilai mereka, menekankan nilai-nilai bersama yang penting,
dan menggunakan sistem penghargaan yang tepat. Manajer dapat melindungi
pengadu / whistle-blower (karyawan yang mengangkat isu ataukekhawatiran etika)
dengan mendorong mereka untuk maju, dengan membuat sambungan langsung bebas
pulsa dan dengan membangun budaya di mana karyawan dapat mengeluh dan
didengar tanpa rasa takut akan pembalasan. Pengusaha sosial memainkan peran
penting dalam memecahkan masalah sosial dengan mencari peluang untuk
meningkatkan masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis, inovatif, dan
berkelanjutan. Pengusaha sosial ingin membuat dunia menjadi tempat yang lebih
baik dan memiliki semangat untuk mewujudkannya. Bisnis dapat mempromosikan
perubahan sosial melalui filantropi korporst dan upaya sukarela karyawan.

17
2. Kewirausahaan Sosial
Kewirausahaan sosial adalah tentang bagaimana menerapkan pendekatan yang
praktis, inovatif, dan berkelanjutan untuk memberikan dampak positif pada
masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi bawah dan yang terpinggirkan.
Kewirausahaan sosial biasanya bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
atau sosial.
Setiap wirausahawan sosial memiliki nilai-nilai dan pendekatan tersendiri tentang
masalah yang ingin mereka selesaikan. Masalah yang umumnya ingin diselesaikan
oleh wirausahawan sosial berkisar pada bidang Pendidikan, Kesehatan, kesejahteraan
sosial, hak asasi manusia, hak pekerja, lingkungan, peningkatan perekonomian,
pertanian, dll.
Seorang wirausahawan sosial biasanya:
a) Mempunyai misi untuk menghasilkan dampak sosial (bukan hanya
keuntungan pribadi)
b) Menyadari dan dengan gigih mengejar peluang-peluang untuk
mewujudkan misi tersebut
c) Selalu berinovasi, beradaptasi, dan belajar
d) Bertindak secara berani, tanpa merasa dibatasi dengan sumber daya yang
mereka miliki
e) Dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai pemangku kepentingan (
stakeholder )

3. Bisnis Mempromosikan Perubahan Sosial yang Positif


Bisnis dapat melakukan hal mempromosikan perubahan sosial yang
positif dengan dua cara, yaitu melalui filantrofi perusahaan, atau melalui tindakan
sukarela karyawan.
Filantrofi perusahaan atau disebut suka sumbangan sukarela
perusahaan maksudnya adalah donasi yang diberikan oleh perusahaan akan
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contohnya donasi untuk
kanker, donasi operasi katarak gratis, beasiswa, dan lain.

18
Sukarela karyawan adalah jalan yang populer bagi bisnis untuk terlibat dalam
promosi perubahan sosial. Banyak perusahaan yang menyatakan bahwa usaha ini tidak
hanya menguntungkan komunitas, tetapi juga meningkatkan usaha kerja dan motivasi karyawan.

19
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa etika manajerial sangat menentukan
kemajuan suatu organisasi atau perusahaan. Etika manajerial memandu seorang manajer tentang
cara berprilaku terhadap karyawan, organisasi maupun agen ekonomi lainnya.
Tanggung jawab sosial sebuah organisasi atau perusahaan berperan dalam membangun
masyarakat lokal menuju kesejahteraan yang lebih baik. Secara konseptual, tanggung jawab
sosial adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan kepedulian sosial dalam operasi
bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan ( stakeholders ) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative
berbeda, beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan tanggung
jawab sosial antara lain, investasi sosial perusahaan, pemberian perusahaan, kedermawanan
Perusahaan. Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung dua makna, yakni tanggung jawab moral atau
etis dan tanggung jawab dalam tanggung jawab yuridis atau hukum.

20
DAFTAR ISI
Robbins, Stephan P., dan Mary Coulter, 2016. Manajemen edisi ketigabelas Jilid
1.Jakarta : Penerbit Erlangga
http://auliayoel.blogspot.com/2011/12/etika-manajerial-dan-tanggung-jawab.html
http://lilierviani.blogspot.com/2016/12/makalah-tanggung-jawab-sosial-dan-etika.html
http://yuukbelajarbersama.blogspot.com/2015/08/tanggung-jawab-sosial.html
https://www.academia.edu/11417651/pengantar_manajemen
https://www.coursehero.com/file/p2gb62jq/b-Bagaimana-Organisasi-Menjadi-Hijau-
Pendekatan-pertama-yang-dilakukan-adalah/
https://www.academia.edu/42766058/ISI_BAB_6_Pengantar_Manajemen

21

Anda mungkin juga menyukai