Disusun oleh:
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................................................... 1
BAB 1 ........................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................................ 5
ISI .............................................................................................................................................................................. 5
1.3.3 Pengatributan........................................................................................................................................... 8
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awalnya, organisasi merupakan suatu jembatan dalam membentuk suatu
komponen yang dapat dijadikan anggota untuk memecahkan suatu masalah. Inti
organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas
mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan
menyempurnakan itu.
Organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan
kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana
pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi
kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari
(learning to learn) sesuatu secara bersama, Akan tetapi secara umum organisasi
sempat menjadi wacana dalam aktifitas yang dapat dijadikan sebagai bagian dari
kelompok. pada dasarnya adalah karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam
konteks ini adalah homo socius . Fakta tersebut adalah sebuah sifat kodrati.
Manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari masyarakat,
kelompok maupun kehidupan bersama komunitasnya. Manusia adalah makhluk yang
berfikir dan dapat berkembang. Setiap manusia memiliki naluri untuk hidup
bermasyarakat. Untuk mmemenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut maka
manusia harus melakukan kerjasama karena dia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. Di situlah tingkat keterbatasan manusia yang merupakan
cerminan bahwa manusia memerlukan kerjasama dan wadah itu terdapat dalam
organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku dalam organisasi?
2. Apa saja pendekatan studi yang dilakukan dalam perilaku organisasi?
3. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam perilaku organisasi
4
BAB 2
ISI
1.1 Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi (organizational behavior) adalah bidang interdisipliner yang
didedikasikan untuk pembelajaran sikap, perilaku, dan kinerja manusia dalam sebuah
organisasi. Perilaku organisasi mengambil konsep dari banyak disipilin ilmu,
diantaranya psikologi, sosiologi, antropologi budaya, teknik industri, ekonomi, etika,
dan konseling kejuruan, serta manajemen. Konsep dan prinsip perilaku organisasi
adalah hal yang penting bagi manajer karena dalam setiap organisasi manusia pada
akhirnya akan mengambil keputusan yang mengontrol bagaimana organisasi
mendapatkan dan menggunakan sumber daya.
Kewargaan organisasi (organizational citizenship) adalah kecenderungan setiap
orang untuk saling membantu dan mengerahkan upaya lebih daripada yang
diharuskan untuk berkontribusi pada kesuksesan organisasi. Seorang pegawai dapat
menunjukkan kewargaan organisasi dengan menjadi pekerja yang berdaya tolong bagi
rekan kerja dan pelanggan, mengerjakan pekerjaan ekstra jika harus, dan mencari cara
untuk memperbaiki produk dan prosedur. Perilaku-perilaku ini meningkatkan kinerja
organisasi dan berkontribusi pada hubungan yang positif baik dalam organisasi
maupun dengan pelanggan.
1.2 Sikap
Sebagian besar siswa mungkin pernah mendengar ungkapan bahwa ada orang
yang memiliki permasalahan sikap. Permasalahan sikap artinya ada beberapa kualitas
konsisten dari orang tersebut yang memengaruhi perilakunya secara negatif. Seorang
pegawai yang memiliki permasalahan sikap akan sulit untuk dijadikan teman, selalu
mengeluh dan menimbulkan masalah dan secara keras menolak ide-ide baru.jika
didefinisikan secara formal, sikap (attitude) adalah evaluasi baik postifi atau negatif
yang memberi kecenderungan pada seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Memahami sikap pegawai adalah hal penting bagi manajer karena sikap dapat
menentukan bagi orang-orang menafsirkan lingkungan kerja mereka, berinteraksi
dengan yang lain, dan berperilaku dalam bekerja.
Manajer berusaha keras untuk mengembangkan dan memperkuat sikap positif di
antara semua pegawai, karena orang-orang yang bahagia dan positif adalah
orang-orang yang lebih sehat, lebih baik, dan lebih produktif.
5
1.2.2 Sikap Kerja yang Berkinerja Tinggi
Sikap yang paling menarik bagi para manajer adalah sikap-sikap yang
berhubungan dengan pekerjaan, terutama sikap-sikap yang memengaruhi kinerja
para pegawai. Dua sikap yang berhubungan dengan penciptaan kinerja tinggi
adalah kepuasaan terhadap pekerjaan seseorang dan komitmen pada perusahaan.
Kepuasaan Kerja sikap positif terhadap pekerjaan disebut kepuasan kerja
(job satisfaction). secara umum, orang-orang mengalami sikap ini ketika
pekerjaan mereka sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka, ketika
kondisi kerja dan penghargaan memuaskan bagi mereka, ketika mereka menyukai
rekan kerja mereka dan ketika mereka mempunyai hubungan yang positif dengan
supervisor.
Manajer menciptakan lingkungan yang menentukan apakah para pegawai
menunjukkan sikap positif atau negatif terhadap pekerjaan mereka. Sikap ini
disebut dengan komitmen organisasi.
Dalam kasus kerja lembur, orang-orang yang dapat mengontrol jam kerja
mereka dapat mengatur tanggung jawabnya kembali sehingga mereka memiliki
waktu untuk bekerja juga bersama keluarga. Sebaliknya, mereka yang tidak dapat
6
mengatur beban kerja malah dapat menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan
pada majikan, dan mengurangi komitmen mereka terhadap organisasi. Untuk
mengatasi disonansi nya, orang-orang jenis ini mungkin akan mengatakan bahwa
mereka ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga, tetapi
majikan mereka yang tidak berpikir jernih mengharuskan mereka bekerja lembur.
1.3 Persepsi
7
1.3.2 Distorsi Perseptual
1.3.3 Pengatributan
Pada ahli ilmu sosial telah mempelajari pengatributan yang dilakukan oleh
orang-orang dan mengenali tiga faktor yang menentukan apakah suatu
pengatributan bersifat eksternal atau internal. Berikut ketiga faktor ini:
8
2. Konsistensi. Apakah orang yang diamati memiliki riwayat perilaku
serupa. Orang biasanya melakukan pengatributan internal terhadap
perilaku yang konsisten.
1. Sifat ekstrover. Sejauh mana seseorang bersikpa supel, ramah, asertif, dan
merasa nyaman dengan hubungan interpersonal.
9
2. Keramahan. Sejauh mana seseorang dapat bergaul dengan orang lain dengan
berperangai baik, disukai, kooperatif, memaafkan, memahami, dan
memercayai.
1. Kesadaran diri. Unsur ini, sadar akan apa yang ktia rasakan,
merupakan dasar bagi semua unsur lain. Orang yang akrab dengan
perasaan mereka lebih mampu memandu kehidupan dan tindakan
mereka. Kesadaran diri yang tinggi berarti kita dapat menilai
kelebihan dan kekurangan diri sendiri akurat serta memiliki
kepercayaan diri yang sehat.
10
jelas, dan mereka memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan
penghormatan.
11
mengumpulkan informasi dengan intuisinya akan lebih memilih
kemungkinan-kemungkinan daripada bekerja dengan fakta, serta memilih
menyelesaikan persoalan baru dan menggunakan konsep abstrak.
1.5 Pembelajaran
12
Satu model dari proses pembelajaran, yang ada di bawah ini,
menggambarkan pembelajaran sebagai siklus yang terdiri atas empat langkah.
Pertama, seseorang berhadapan dengan penglaman yang nyata. Peristiwa ini
diikuti oleh pemikiran dan pengamatan reflektif, yang menghasilkan
konseptualisasi abstrak, dan pada akhirnya, pada eksperimentasi aktif. Hasil dari
eksperimentasi ini menghasilkan pengalaman baru, dan siklus berulang.
Orang-orang secara terus menerus mengetes konseptualisasi mereka dan
mengadaptasinya sebagai hasil dari refleksi dan pengamatan pribadi mereka
tentang pengalaman yang mereka alami.
Kini marilah kita palingkan perhatian kita pada permasalahan yang akan dihadapi
oleh hampir semua manajer pada suatu waktu di kehidupan kariernya: stres di tempat
kerja. Jika didefinisikan secara formal, stre (stress) adalah respons psikologis dan
emosional dari seorang individu terhadap pemicu eksternal yang memberikan tuntutan
fisik atau psikologis pada individu tersebut dan menciptakan ketidakpastian serta
kurangnya kontrol diri ketika hasil yang penting dipertaruhkan.
13
Oleh karena itu, orang tipe B cenderung tidak mengalami konflik dengan orang
lain dan memiliki gaya hidup yang relaks dan seimbang. Orang Tipe A
cenderung lebih mengalami penyakit yang berhubungan dengan stres daripada
dorang Tipe B.
Sebagian besar orang memiliki ide yang sama tentang pekerjaan yang
membuat stres sulit, tidak nyaman, membuat lelah, dan bahkan membuat takut.
Manajer dapat menghadapi stresnya dengan lebih baik dan membangun cara-cara
bagi organisasi untuk membantu para pegawai bertahan jika mereka berhadapan
dengan kondisi yang cenderung menciptkana stres. Satu cara untuk mengenali
faktor pembuat stres adalah untuk memikirkan stres yang diciptakan oleh tuntutan
pekerjaan dan stres yang diciptakan oleh tekanan dan konflik antarorang.
Tuntutan pekerjaan adalah fator pembuat stres yang berasal dari tugas yang
harus dikerjakan oleh seseorang yang memegang pekerjaan tertentu. Beberapa
jenis pengambilan keputusan cenderung membuat stres: keputusan yang
diambil di bawah tekanan waktu, atau yang memiliki konsekuensi yang serius,
dan yang harus diambil dengan informasi yang tidak lengkap. Tuntutan
pekerjaan juga terkadang menyebabkan stres karena adanya ambiguitas peran
(role ambiguity), yang berarti bahwa tidak mendapat kejelasan tentang perilaku
tugas yang diharapkan dari diri mereka.
14
Berikut ini adalah beberapa pendekatan proaktif yang dilakukan manajer untuk
melawan tingkat stres yang makin tinggi di tempat kerja saat ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. 2014. Era Baru Manajemen: Edisi 9, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
16