Anda di halaman 1dari 29

Bedah Artikel

Nama : Adi Wijaya Kusumah


Kelas : Agroteknologi 22.1a
Npm : 412212211016

Artikel 1
Identitas Jurnal : Univesritas pancasakti

Nama penulis : Evy Latifah1*, Hanik A. Dewi1 , Putu B. Daroini1 , Abu Z. Zakaria1 , Joko
Mariyono2 , dan Arief L. Hakim3

Identitas Jurnal : Univesritas pancasakti

URL : https://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/3507

Judul artikel : Uji teknis dan ekonomis komponen pengendalian hama dan penyakit terpadu pada
usaha tani tomat
Latar belakang Masalah :
1. Tomat merupakan komoditas holtikultura sayuran yang potensial. Usahatani tomat dapat
memberikan keuntungan yang potensial.
2. Pengendalian hama penyakit terpadu (PHPT) memiliki arti penting dalam mendukung
adanya pertanian berkelanjutan, PHPT adalah suatu cara pendekatan atau cara berpikir
tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang di dasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan.
3. Pengendalian OPT yang ramah lingkungan tersebut diantaranya dengan menggunakan
aplikasi agens hayati dan pestisida nabati (bahan alam/ berbahan dasar metabolit sekunder
dari tanaman), Salah satu agensia hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali
OPT yang bersifat ramah lingkungan adalah bakteri Serratia atau bakteri merah merupakan
bakteri gram negative yang memiliki flagella pertrik sehingga bersifat motil.
Tujuan penelitian :
Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis dua komponen PHPT secara agronomi dan
ekonomi paket pengendalian hama dan penyakit terpadu pada usahatani tomat di Kediri
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat penelitian
Pengkajian dilakukan di desa Kebonrejo kecamatan Kepung, desa Kamping Baru kecamatan
Kepung, dan didesa Padangan kecamatan Kayen Kidul pada bulan November 2013 sampai
dengan Februari 2014 yang berada pada ketinggian tempat 400 m diatas permukaan laut
2. Alat dan
bahan sendok
Varietas tomat yang digunakan adalah Timoty
pestisida nabati
fungisida nabati
3. Rancangan percobaan
- Rancangan perlakuan
Terdapat tiga paket perlakuan, yaitu: dua paket perlakuan menerapkan prinsip PHPT,
A= paket pemanfaatan PGPR dan bakteri merah, B= paket pemanfaatan MOL dan satu
paket sebagai control yang menggunakan kebiasaan petani (non PHT).
- Rancangan respon
Data yang dikumpulkan untuk mengetahui tingkat efektifitas pengendali hama
penyakit terpadu adalah pertumbuhan tanaman, prosentase hama dan penyakit yang
menyerang, produksi tanaman dan analisa usaha tani.
Hasil dan pembahasan
1. Pertumbuhan Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PGPR P. fluorescens. dapat meningkatkan tinggi
tanaman dan bobot buah cabai rata-rata sampai dengan 2,17g per tanaman
2. Serangan Hama dan Penyakit
Pada kedua perlakuan PHPT pada umur 35 hst mulai terserang bercak daun rata-rata
sebanyak 2 dan 3% pada setiap setiap tanaman penyebabnya adalah: cendawan Septoria
lycopersici Speg. yang merusak daun dan menyerang tanaman tomat yang masih muda
ataupun tua
3. Produksi Tanaman
Pemberian PGPR mampu menghasilkan produksi yang paling tinggi. Hal ini karena
PGPR mampu meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan unsur N oleh tanaman, dapat
meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur Fe, S, P, dan Mn, merangsang
pembentukan hormon atau ZPT, mampu menjadi pesaing pathogen penyebab penyakit
dalam mendapatkan makanan di sekitar perakaran serta dapat memproduksi antibiotic
dengan cara menghambat pertumbuhan penyakit perakaran
4. Analisis Ekonomi Usahatani
Pemberian PGPR menghasilkan keuntungan yang paling tinggi, kemudian pemberian
MOL dan perlakuan kebiasaan petani menghasilkan keuntungan yang paling rendah.
Simpulan
Tomat merupakan komoditas hortikultura sayuran yang potensial, baik untuk industri
pengolahan makanan, konsumsi rumah tangga, maupun campuran bahan olahan. Kajian ini telah
menguji dua komponen teknologi pengendalian hama-penyakit secara terpadu, yang dilakukan
oleh petani.
Hasilnya, baik secara teknis/agronomis dan enonomis adalah sebagai berikut:
(1) secara teknis, tinggi tanaman tomat tidak berbeda nyata dari 3 perlakuan yaitu pemberian
PGPR, pemberian MOL bonggol pisang dan perlakuan petani
(2) tingkat serangan hama penyakit pada kedua penerapan system PHPT lebih rendah daripada
perlakuan petani
(3) secara ekonomis analisa usaha tani pemanfaatan PGPR dan bakteri merah serta kebiasaan
petani menghasilkan produksi tomat lebih tinggi, tetapi R/C ratio tertinggi dihasilkan pada
perlakuan pemanfaatan MOL.
Artikel 2
identitas jurnal : Jurnal Ilmiah Pertanian, Vol. 18, No. 1, April 2022

URL : https://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/biofarm/article/view/1879/1190
Nama penulis : Sukarman Hadi Jaya Putra
Judul artikel : Pengolahan Pasca Panen Buah Tomat (Solanum Lycopersicum)
Menggunakan Dengan Edible Coating Berbahan Dasar Pati Batang Talas (Colocasia
Esculenta)
Latar belakang masalah :
1. Kandungan air yang tinggi dalam buah dapat meningkatkan percepatan proses
respirasi dan transpirasi dalam buah tersebut.
2. Edible coating adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan makanan, yang bertugas
menjadi membrane selektif permeable terhadap lingkungan luar dari buah seperti O2
dan CO2. Penggunaan edible coating pada buah seperti buah tomat, alpukat dan
papaya merupakan salah satu cara yang baik untuk menghambatan kerusakan buah.
3. Masyarakat di Desa Bangkoor, Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka adalah salah
satu penghasil umbi Talas di daerah tersebut. Penggunaan pati talas dan pati singkong
sebagai edible coating adalah salah satu strategi cerdas yang perlu dicoba masyarakat
Desa Bangkoor.
Tujuan penelitian :
Penelitian ini adalah untuk mengetahui salah satu bentuk riset yang dilakukan dengan
menguji edible coating berbahan dasar pati talas dengan beberapa konsentrasi terhadap
daya simpan buah tomat.
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal20 November sampai tanggal 4 Desember tahun
2021, yang berlokasi di Desa Bangkoor Kecamatan Talibura dan
LaboratoriumBiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Nipa.
2. Alat dan bahan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Beaker glass, Erlenmeyer,
Spatula, Blender, Ayakan, Thermometer, Labu ukur, Kain saring, Timbangan
analitik, Ember, Oven, Nampan besar (diameter kurang lebih 45 cm. sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah Talas, CMC 0,4 %, Gliserol 5 % , Aquades dan kertas
saring .
3. Rancangan percobaan
Rancangan riset yang digunakan adalah dengan model penelitian deskriptif
kuantitatif berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam konsentrasi
berbeda konsentrasi untuk pati batang talas yaitu 0 % , 3 % dan 6 %. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 5 kali ulangan. Jadi jumlah unit perlakuan adalah 20.
Hasil dan pembahasan :
Hasil analisis dari uji efektivitas edible couting berbahan dasar pati batang talas
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada daya simpan tomat di ruangan
dengan kondisi suhu kamar. Tomat yang diberikan edible coating baik dengan pati
batang talas memberikan dampak positif pada daya simpan disbandingkan yang tidak
diberikan perlakukan edible coating dengan kedua bahan tersebut. Pengujian dilakukan
selama 7 hari pengukuran pada buah tomat yang telah berumur 7 hari setelah dipetik.
Karena daya optimal simpan buah tomat pada suhu kamar adalah selama maksimal 6-7
hari.
Berdasarkan hasil analisis menjelaskan bahwa edible coating berbahan dasar pati
batang talas memberikan efek yang baik sebagai cara dalam menyimpan buah tomat
pada suhu ruangan (28 derajat celcius). Hal tersebut ditandai dengan perbedaan subscrib
yang ada pada setiap perlakuan.
Simpulan :
Penggunaan edible coating berbahan dasar pati talas dengan konsentrasi 3 % dan 6
% berdampak signifakan (P<0,05) terhadap susut bobot dan daya simpan buah tomat.
Artikel 3
Identitas jurnal : Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu
URL : http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/AGRITROP/article/view/722/590
Nama penulis : Bagus Hendra Cahyono1) dan Bagus Tripama1)
Judul artikel : Respons Tanaman Tomat Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi Dan Pengaturan
Jarak Tanam
Latar belakang masalah :
1. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu jenis sayuran
penting di Indonesia. Tomat mempunyai prospek yang baik dalam pengembangan agribisnis,
karena nilai ekonominya tinggi, gizi yang dikandung seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral dan vitamin.
2. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tomat adalah
dengan penambahan bahan organik dalam tanah.
3. Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi
tanaman. Pada jarak tanam yang rapat terjadi persaingan yang hebat antara tanaman yang
satudengan tanaman yang lain untuk mendapatkan sinar matahari, ruang tumbuh, air, dan
unsur hara di dalam tanah. Akibatnya penampilan dari masing-masing tanaman secara
individu akan menurun sehingga produksinya juga rendah.
Tujuan penelitian :
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui respons tanaman tomat terhadap
pemberian pupuk bokashi dan pengaturan jarak tanam
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jember, Jalan Karimata 49 Jember, + 89 m di atas permukaan laut (mdpl).
2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan cangkul, bambu, timba, tali rafia, alat ukur (meteran), gembor,
polybag, sprayer, timbangan analitik, buku, kamera digital, alat tulis, pisau, dan parang
(golok). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas Tymoti F1,
pupuk bokashi, pupuk NPK Phonska, insektisida, fungisida, dan mulsa plastik.
3. Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan perlakuan pupuk
bokashi B0 = 0 ton/ha, B1 = 5 ton/ha, B2 = 10 ton/ha, dan B3 = 15 ton/ha. Perlakuan jarak
tanam J1 = 70 cm x 30 cm, J2 = 70 cm x 40 cm, dan J3 = 70 cm x 50 cm. Kombinasi
perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Hasil dan pembahasan
1. Tinggi tanaman
perlakuan pupuk bokashi berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur (35, 42, 49,
dan 56) hst, namun berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur (7, 14, 21, dan 28) hst.
Perlakuan jarak tanam berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur (35, 42, 49, dan
56) hst, namun berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur (7, 14, 21, dan 28) hst.
Sedangkan interaksi antara perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam berbeda sangat nyata
terhadap tinggi tanaman umur (49 dan 56) hst, namun berbeda tidak nyata terhadap tinggi
tanaman umur (7, 14, 21, 28, 35, dan 42) hst.
2. Jumlah daun
Perbedaan jumlah daun menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan jarak tanam yang
diterapkan terjadi persaingan antar individu dalam hal unsur hara, cahaya matahari, dan air
sehingga pertumbuhan perakaran tanaman terganggu, mengakibatkan pertumbuhan vegetatif
terganggu, khususnya pembentukan daun. Banyak dan sedikitnya jumlah daun disebabkan
oleh jumlah populasi tanaman pada masing-masing perlakuan jarak tanam.
3. Diameter batang
Pada perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3)
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat menampakkan hasil terbaik.
Hal ini disebabkan kandungan hara yang terdapat dalam pupuk bokashi cukup tinggi dan tidak
terjadi persaingan antar tanaman untuk mendapatkan unsur hara tersebut.
4. Umur berbunga
Pada perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 40 cm (B3J2) dan
perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3) menghasilkan
interaksi umur berbunga tercepat dan relatif sama dengan rata-rata 25 hst.
5. Berat buah pertanaman
interaksi berat buah per tanaman pada setiap perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam
berbeda sangat nyata dengan interaksi berat buah per tanaman pada perlakuan lainnya.
6. Berat buah per plot
interaksi berat buah per plot pada setiap perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam berbeda
sangat nyata dengan interaksi berat buah per plot pada perlakuan lainnya. Pada perlakuan
pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3) menghasilkan interaksi
berat buah per plot terberat dengan rata-rata 13,03 kg. Sedangkan pada perlakuan pupuk
bokashi 0 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 30 cm (B0J1) menghasilkan interaksi berat buah
per plot terendah dengan rata-rata 9,57 kg.
7. Jumlah buah pertanaman
interaksi jumlah buah per tanaman pada setiap perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam
berbeda sangat nyata dengan interaksi jumlah buah per tanaman pada perlakuan lainnya.
Pada perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3)
menghasilkan interaksi jumlah buah per tanaman terbanyak dengan rata-rata 169 buah.
Sedangkan pada perlakuan pupuk bokashi 0 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 30 cm (B0J1)
menghasilkan interaksi jumlah buah per tanaman terendah dengan ratarata 139 buah.
8. Jumlah buah per plot
interaksi jumlah buah per plot pada setiap perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam berbeda
sangat nyata dengan interaksi jumlah buah per plot pada perlakuan lainnya. Pada perlakuan
pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 30 cm (B3J1) menghasilkan interaksi
jumlah buah per plot terbanyak dengan rata-rata 379 buah. Sedangkan pada perlakuan pupuk
bokashi 0ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B0J3) menghasilkan interaksi jumlah buah
per plot terendah dengan rata-rata 349 buah. Hal ini dikarenakan pada jarak tanam yang
lebih rapat jumlah populasi tanaman lebih banyak sehingga akan menghasilkan buah yang
lebih banyak.
9. Diameter buah
interaksi diameter buah pada setiap perlakuan pupuk bokashi dan jarak tanam berbeda
sangat nyata dengan interaksi diameter buah pada perlakuan lainnya. Pada perlakuan pupuk
bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3) menghasilkan interaksi diameter
buah terbesar dengan rata-rata 4,06 cm. Sedangkan pada perlakuan pupuk bokashi 0 ton/ha
dan jarak tanam 70 cm x 30 cm (B0J1) menghasilkan interaksi diameter buah terkecil
dengan rata-
rata 3,84 cm. Diameter buah meningkat akibat perlakuan aplikasi pupuk bokashi dengan
dosis yang banyak (B3) dan jarak tanam yang lebar (J3).Hal ini ditunjang oleh data bahwa
bobot kering tanaman sebagai representasi jumlah asimilat nyata lebih tinggi pada perlakuan
pupuk bokashi dari pada perlakuan tanpa pupuk bokashi (kontrol), dan perlakuan jarak
tanam yang lebar dari pada jarak tanam yang rapat.
10. Berat basah brangkasan
Pada perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm (B3J3)
menghasilkan interaksi berat basah brangkasan terberat dengan rata-rata 152,50 g.
Sedangkan pada perlakuan pupuk bokashi 0 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 30 cm (B0J1)
menghasilkan interaksi berat basah brangkasan terendah dengan ratarata 150,00 g. Perlakuan
pupuk bokashi dan jarak tanam terlihat pengaruhnya pada berat basah brangkasan. Hal
tersebut disebabkan berat basah brangkasan merupakan hasil penumpukan fotosintesa pada
organ tanaman baik itu untuk perkembangan sel, jaringan, dan kebutuhan lainnya semasa
hidupnya sehingga perbedaan fotosintesa yang tersimpan tersebutdipastikan berbedabeda
pada tiap-tiap perlakuan.
11. Berat Kering Brangkasan
Jarak tanam yang lebih lebar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar
dibanding dengan jarak tanam yang lebih rapat. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada
jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi
pula pengambilan unsur hara, air, dan cahaya matahari
Simpulan :
Berdasarkan analisis hasil penelitian Respons Tanaman Tomat Terhadap Pemberian
Pupuk Bokashi dan Pengaturan Jarak Tanam, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perlakuan
pupuk bokashi 15 ton/ha menghasilkan rata-rata terbaik pada semua variabel pengamatan yang
diamati.
2. Perlakuan jarak tanam 70 cm x 50 cm menghasilkan rata-rata terbaik pada semua variabel
pengamatan yang diamati kecuali tinggi tanaman umur (35, 42, 49, dan 56) hst dan jumlah buah
per plot. 3. Kombinasi antara perlakuan pupuk bokashi 15 ton/ha dan jarak tanam 70 cm x 50 cm
menghasilkan rata-rata terbaik pada semua variabel pengamatan yang diamati kecuali tinggi
tanaman umur (35, 42, 49, dan 56) hst dan jumlah buah per plot.
Artikel 4
Identitas jurnal : Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
URL : https://jurnalagrin.net/index.php/agrin/article/viewFile/68/52
Nama penulis : E. Rokhminarsi 1), Hartati 1) dan Suwandi 2)
Judul artikel : Pertumbuhan Dan Hasil Tomat Ceri Pada Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza,
Azolla Serta Pengurangan Pupuk N Dan P
Latar belakang masalah :
1. tanaman tomat membutuhkan konsentrasi nutrisi yang tinggi yaitu 180 kg N, 150 kg P2O5
dan 100 kg K2O per ha. Masukan pupuk kimia yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman
peka terhadap kelebihan unsur karena dapat menyebabkan busuk ujung buah dan gugur
bunga serta dapat menimbulkan efek samping bagi ekosistem juga terhadap hasil buah
sendiri.
2. Suatu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia dan
mampu mengatasi penyakit layu bakteri adalah dengan pemanfaatan pupuk hayati mikoriza.
3. Alternatif lain adalah dengan pemberian bahan kering azolla, azolla merupakan tumbuhan
air yang hidup di sawah bersamaan dengan padi sehingga seringkali menjadi gulma bagi
tanaman padi, namun mempunyai peran sebagai penambat N udara yang dapat menambah
unsur hara N jika digunakan sebagai kompos (bentuk bahan kering).
Tujuan penelitian :
Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pertumbuhan dan hasil tomat ceri pada pemberian
pupuk hayati mikoriza, azolla, serta pengurangan pupuk N dan P
Metode penelitian
1. Waktu dan tempat
Percobaan menggunakan pot telah dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian UNSOED
Purwokerto pada bulan Agustus sampai dengan November 2003.
2. Alat dan bahan
- Pupuk hayati
- Kompos azolla
- Polybag
3. Rancangan percobaan
- Rancangan lingkungan : menggunakan rancangan faktorial 2 x 2 x 3.
- Rancangan perlakuan :
Faktor yang dicoba:
1) Pemberian pupuk hayati mikoriza yaitu tanpa mikoriza (M0), dan dengan mikoriza
sebanyak 30 g setara dengan 60 spora /polibag (M1),
2) Pemberian kompos azolla yaitu tanpa kompos azolla (A0), dan dengan kompos azolla
sebanyak 166,7 g/polibag (setara dengan 6 ton/ha),
3) Pengurangan pemakian pupuk N dan P, terdiri dari tidak dikurangi yaitu sesuai dosis
rekomendasi (P1), pengurangan sebanyak 15 % (P2), dan pengurangan sebanyak 30%
(P3).
- Rancangan respon :
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah
buah/tanaman, bobot buah/tanaman, bobot per buah, dan persentase infeksi mikoriza
Selain itu juga dilakukan analisis serapan N dan P jaringan tanaman.
Hasil dan pembahasan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati mikoriza pada tomat ceri
berpengaruh nyata terhadap persentase infeksi mikoriza, bobot kering tajuk dan jumlah
buah/tanaman, sedangkan pemberian azolla berpengaruh nyata terhadap persentas einfeksi
mikoriza, luas daun, bobot kering tajuk, jumlah buah/tanaman dan bobot buah/tanaman.
Pengurangan pupuk N dan P berpengaruh nyata terhadap persentase infeksi mikoriza, bobot
kering akar dan tajuk. Terdapat interaksi anatara pemberian mikoriza dengan pengurangan pupuk
N dan P pada jumlah dan luas daun serta bobot kering akar dan tajuk. Interaksi juga terjadi pada
pemberian azolla dan pengurangan pupuk N dan P pada luas daun dan bobot kering akar serta
interaksi tiga faktor pemberian mikoriza, azolla dan pengurangan pupuk N dan P pada jumlah
buah dan bobot buah per tanaman. Angka rata-rata pengaruh pemberian mikoriza, azolla dan
pemakaian pupuk N dan P terhadap persentase infeksi mikoriza, pertumbuhan dan hasil tomat
ceri
Simpulan :
1. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar tanaman tomat ceri tanpa mikoriza dengan
pengurangan pupuk N dan P 15% memberikan pertumbuhan terbaik. Tanaman tomat ceri
tanpa azolla dengan pengurangan N dan P 15% juga memberikan pertumbuhan terbaik.
2. Serapan unsur hara N tertinggi dicapai tanaman tanpa mikoriza dengan pemberian azolla
pada dosis rekomendasi dan kemudian diikuti pada tanaman dengan mikoriza dan azolla
pada dosis rekomendasi.
3. Hasil tomat ceri yang tinggi dicapai pada tanaman yang diberi azolla dengan pengurangan
pupuk N dan P 15%, tetapi apabila tanaman diberi mikoriza dan azolla pengurangan pupuk
N dan P mencapai 30%.
Artikel 5
Identitas jurnal : J. Agroplantae, Vol.10 No.1 (2021) Maret: 59 – 66
URL : https://ppnp.e-journal.id/agro/article/view/250/197
Nama penulis : Erna Halid1) , Abdul Mutalib1) , Sitti Inderiati1) , dan Rahmad D 1)
Judul artikel : Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersium Esculentum Mill.)
Pada Pemberian Berbagai Dosis Bubuk Cangkang Telur
Latar belakang masalah :
1. Tanaman tomat (Lycopersium esculentum Mill.) merupakan tanaman komonitas pertanian,
mempunyai rasa yang unik, yakni mempunyai rasa perpaduan manis dan asam, menjadikan
tomat menjadi buah yang memiliki banyak pengemar.
2. Permintaan pasar terhadap buah tomat dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu pada tahun
2018 permintaan pasar tomat di Indonesia sebesar 976.772 ton mengalami peningkatan 4,46
% pada tahun 2019 sebesar 1.020.333 ton. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
produktifitas lahan pertanian khususnya untuk budidaya tanaman tomat, tidak berbeda dengan
tanaman pertania lainnya, yakni dengan melakukan pemupukan .
3. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapat pertumbuhan tanaman
yang sehat dan mampu berproduksi secara maksimal. Penentuan dosis yang tetap sangat
diperlukan untuk menciptakan keseimbangan hara dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan
oleh tanaman secara maksimal. Ketersediaan unsur hara dapat diserap oleh tanaman, oleh
sebab itu setiap unsur yang diberikan harus bertujuan untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih baik tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanahnya. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, bokasi dan
pupuk cangkang telur
Tujuan penelitian :
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman tomat terhadap
pemberian berbagai dosis bubuk cangkang telur.
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus sampai November 2020 dilaksabanakan di tegalan
,Kelurahan Takkalala, Kecamatan Wara Selatan, Kota Administratif Palopo, Provinsi
Sulawesi Selatan
2. Alat dan bahan
Bahan yang digunakan yaitu benih tomat varietas Vitalia F1, polybag ukuran 30 cm x 40
cm, bubuk cangkang telur ayam ras yang telah dibersihkan dan dijemur hingga kering, lalu
diblender hingga diperoleh bubuk cangkang telur, air dan tanah. Alat yang digunakan
cangkul, meteran, penggaris, handsprayer, timbangan, kamera, kertas tabel dan alat tulis
3. Rancangan percobaan
- Rancangan perlakuan :
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancagan acak
kelompok (RAK) dengan perlakuan (P) yaitu: p0 : Tanpa perlakuan p1 : Bubuk cangkang
telur 20 g/ tanaman p2 : Bubuk cangkang telur 40 g/ tanaman p3 : Bubuk cangkang telur
60 g/ tanaman p4 :Bubuk cangkang telur 80 g/ tanaman
- Rancangan respon :
Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kelompok masing-masing perlakuan 3 unit
sehingga terdapat 45 unit percobaan ( polybag) Adapun paramater pengamatan
pertumbuhan bibit tanaman tomat yaitu: 1. Tinggi tanaman (cm), dihitung mulai dari
umur tanaman 1 minggu setelah tanam sampai 5 minggu setelah tanam dengan cara
mengukur tinggi tanaman tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik timbuh
tanaman. 2. Jumlah daun (helai) dihitung mulai dari umur tanaman 1 minggu setelah
tanam sampai 5 minggu setelah tanam dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah
terbentuk sempurna. 3. Jumlah cabang yang terbentuk dihitung dari umur tanaman 1
minggu setelah tanam sampai 5 minggu setelah tanam. 4. Hari munculnya bunga. 5.
Jumlah buah perpohon dihitung dari panen pertama, kedua, ketiga dan keempat. 6. Berat
buah (g) mengambil sampel 25 buah setiap perlakuan pada setiap kelompok yang diambil
pada panen 1,2,3 dan 4 7. Panjang buah (cm) mengambil sampel 25 buah setiap
perlakuan pada setiap kelempok yang diambil pada panen 1,2,3 dan 4. 8. Lingkar buah
(cm) mengambil sampel 25 buah setiap perlakuan pada setiap kelompok yang diambil
pada panen 1,2,3 dan 4.
Hasil dan pembahasan :
- pemberian 80g bubuk cangkang telur per tanaman memberikan hasil tertinggi pada
parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang pada umur 5 minggu setelah
tanam.
- Hasil pengamatan jumlah hari munculnya bunga tanaman tomat. Hari tercepat munculnya
bunga di peroleh pada pemberian dosis cangkang telur 80 gram yaitu 23 hari dan tidak
berbeda nyata pada perlakuan p1,p2, dan p3. Sedangkan hari munculnya bunga tertinggi
yaitu pada perlakuan p0 tanpa pemberian bubuk cangkang telur dan berbeda nyata pada
perlakuan p1, p2, p3, dan p4
- Hasil perhitungan uji lanjutan jumlah buah tanaman tomat yang dipanen, jumlah buah
tertinggi didapat pada perlakuan p4 dengan jumlah 23,89 buah dan berbeda nyata pada
perlakuan p0, p1, p2, dan p3 sedangkan hasil terendah didapat pada p0 (kontrol) tidak
berbeda nyata pada perlakuan p1 dan p2.
- Rata-rata berat buah (g), menunjukkan bahwa rata-rata berat buah tanaman tomat yang
terberat adalah pemberian bubuk cangkang telur dosis 80 gram (p4) yaitu 23,37 gram dan
yang terendah adalah perlakuan p0 yaitu 18,02 gram tanpa pemberian bubuk cangkang
telur
- Rata-rata panjang buah untuk tanaman tomat memperlihatkan bahwa rata-rata panjang
buah tanaman tomat yang terpanjang adalah pemberian bubuk cangkang telur dosis 80
gram (p4) yaitu 3,75 gram dan yang terendah adalah perlakuan p0 yaitu 3,35 gram tanpa
pemberian bubuk cangkang telur.
- Rata-rata lingkaran tanaman tomat pada pemberian dosis bubuk cangkang telur
memperlihatkan bahwa rata-rata lingkaran pada tanaman tomat yang tertinggi yaitu
pemberian dosis bubuk cangkang telur 80 (p4) yaitu 11,15 gram dan yang terendah tanpa
pemberian bubuk cangkang telur (p0) yaitu 7,97 gram.
Simpulan :
Hasil penelitian menunjukkan pada pemberian bubuk cangkang telur dengan dosis 80
gram per tanaman (p4) menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun , jumlah cabang ,
waktu munculnya bunga tercepat, jumlah tanaman buah terbanyak, berat buah tertinggi,
panjang buah tertinggi dan lingkar buah terbesar dibandingkan perlakuan lainnya.
Artikel 6
Identitas jurnal : E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas
URL :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/50d54600e176e7ff4ce01fc8ff46c6de.pdf
Pertanian Universitas Udayana Denpasar Vol. 6, No. 3, Juli 2017
Nama penulis : Arihta Febrina Sianturi Nengah Netera Subadiyasa*) Dewa Made Arthagama
Judul artikel : Produksi dan Mutu Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Akibat Pemupukan
Kimia, Organik, Mineral, dan Kombinasinya pada Inceptisol Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Udayana
Latar belakang masalah :
1. Kebun Percobaan Fakultas Pertanian tergolong ke dalam tanah inceptisol, kelembaban
dengan epipedon umbrik atau molik sampai pada kedalaman kurang dari 50 cm dari
permukaan tanah, kejenuhan natrium 15 % sampai kedalaman 50 cm, air tanah berada pada
kedalaman 100 cm dari permukaan tanah selama beberapa waktu dalam satu tahun, dan
perbedaan temperatur rata-rata antara musim panas dan dingin kurang dari 5 %. Hasil
analisis awal di lokasi penelitian menunjukkan bahwa Inceptisol Pegok kurang sesuai untuk
budidaya tomat karena mempunyai kendala sifat fisik, diantaranya tekstur lempung berliat
dan pori aerase relatif rendah yaitu 4,47 %
2. Tanaman tomat supaya dapat berproduksi dengan baik perlu dilakukan perbaikan sifat fisik
dengan penambahan pupuk yaitu pupuk organik, pupuk kimia dan pupuk mineral.
Pemanfaatan pupuk mineral untuk pemupukan tanaman terutama tanaman tomat masih
sangat jarang diterapkan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Produksi
dan Mutu Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) akibat Pemupukan Kimia, Organik,
Mineral, dan Kombinasinya Pada Inceptisol Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana di Jl. Pulau Moyo No.16 Denpasar.
Tujuan penelitian :
1. Untuk Mengetahui pengaruh pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasinya
terhadap produksi dan mutu tomat.
2. Untuk Mengetahui jenis dan kombinasi pupuk yang paling baik untuk meningkatkan produksi
dan mutu tomat.
3. Untuk Mengetahui residu perlakuan pupuk terhadap beberapa parameter sifat kimia tanah
seperti: pH, DHL, C-Organik, KTK, KB, N-total, P-tersedia, K-tersedia saat panen.
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan di
Laboratorium Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Petanian Universitas Udayana. Penelitian
berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan November 2016.
2. Alat dan bahan
Bahan yang digunakan meliputi pupuk organik produksi Simantri Putri Liman Blahbatuh,
pupuk mineral produksi Gresik Jawa Timur adalah 22% MgO dan ±30% CaO, pupuk Phonska
15:15:15, pupuk Urea 46%, benih tomat varietas Tombatu, air, sampel tanah untuk analisis
tanah sebelum dan sesudah penelitian, dan zat-zat kimia untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan meliputi cangkul, mulsa plastik hitam, tali plastik, potongan bambu,
gembor (alat penyiraman), meteran, bor tanah, label, timbangan, kantong plastik, alat tulis,
alatalat laboratorium untuk analisis tanah, dan kamera.
3. Rancangan percobaan
- Rancangan lingkungan
Penelitian ini dilakukan melalui percobaan lapangan dengan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) yang terdiri dari tujuh perlakuan dan tiga ulangan, dengan demikian jumlah petak
percobaan adalah 21 petak percobaan, dengan ukuran petak 5m x 1m = 5m2 dan jarak antar
petak 50 cm. Jarak tanamnya adalah 50 cm x 50 cm. Penempatan masing-masing perlakuan
pada petak percobaan dilakukan secara acak.
- Rancangan perlakuan :
Perlakuan yang diberikan yaitu pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasi
dari ketiga jenis pupuk, yaitu : 1. P0 = Kontrol (tanpa penambahan pupuk) 2. P1 = 10 ton
Pupuk Organik (PO) ha-1 = 5 kg per petak 3. P2 = 5 ton Pupuk Mineral (PM) ha-1 = 2,5 kg
per petak
4. P3 = (200 kg Phonska dan 200 kg Urea) ha-1 = 100 gr Phonska per petak + 100 gr Urea per
petak 5. P4 = (5 ton Pupuk Organik + 2,5 ton Pupuk Mineral) ha-1 = (2,5 kg PO + 1,25 kg
PM) per petak 6. P5 = (100 kg Phonska + 100 kg Urea + 2,5 ton Pupuk Mineral) ha-1 = (50 gr
Phonska + 50 gr Urea + 1,25 kg Pupuk Mineral) per petak 7. P6 = (5 ton Pupuk Organik + 2,5
ton Pupuk Mineral + 100 kg Phonska + 100 kg Urea) ha-1 = (2,5 kg Pupuk Organik + 1,25 kg
Pupuk Mineral + 50 gr Phonska + 50 gr Urea) per petak
- Rancangan respon
Parameter yang diamati untuk produksi (tinggi tanaman, jumlah buah, berat buah sampel,
berat buah per petak dan per ha), mutu (kadar air buah dan kebusukan buah), dan sifat kimia
tanah yaitu: pH, DHL, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, KTersedia, KTK, KB.
Hasil dan pembahasan :
Hasil penelitian berpengaruh sangat nyata terhadap parameter produksi (tinggi tanaman, jumlah
buah, berat buah sampel, berat buah per petak, dan berat buah per ha) tetapi pada parameter mutu
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan berpengaruh sangat nyata terhadap
kebusukan buah. Hasil penelitian sifat kimia tanah pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap
pH tanah, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap parameter DHL, C-Organik, N-Total, P-
Tersedia, K-Tersedia, KTK dan KB tanah.
Simpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut: 1. Peningkatan Produksi tomat tertinggi dicapai pada perlakuan P3 (200 kg
Phonska + 200 kg Urea) ha-1 sebesar 54,67 ton ha-1 dan meningkat sebesar 207,12 %,
sedangkan produksi terendah dicapai pada perlakuan P0 (Kontrol) sebesar 17,80 ton ha-1 . 2.
Mutu tomat tertinggi dicapai pada formula pupuk P5 (100 kg Phonska + 100 kg Urea + 2,5 ton
Pupuk Mineral) ha-1 yaitu lebih lamanya waktu pembusukan buah tomat dibandingkan kontrol.
3. Pengaruh pemberian formula pupuk pada perlakuan P1 yaitu pupuk organik memberikan
peningkatan terhadap beberapa parameter yaitu C-Organik, N-Total, KTK dan KB Tanah. P-
Tersedia tertinggi dicapai oleh perlakuan P3, K-Tersedia tertinggi dicapai oleh perlakuan P6 dan
DHL tertinggi dicapai oleh perlakuan P2.
Artikel 7
Identitas jurnal : Jurnal Produksi Tanaman, Universitas Brawijaya, Volume 4, Nomor 4, April
2016, hlm. 283 – 290

URL : https://www.neliti.com/publications/131647/uji-daya-hasil-tomat-lycopersicum-
esculentum-mill-organik
Nama penulis : Syehlania Tursilawati*), Damanhuri, dan Sri Lestari Purnamaningsih
Judul artikel : Uji Daya Hasil Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Organik
Latar belakang masalah :
1. Tomat organik menghasilkan fenol dan likopen lebih tinggi bila dibandingkan dengan tomat
konvensional karena tanaman organik tidak menggunakan bahan kimia untuk
mempertahankan diri sehingga tanaman memproduksi antioksidan sebagai senyawa
pertahanan diri.
2. Pertanian organik adalah sistem usaha tani yang mengikuti prinsip-prinsip alam dalam
membangun keseimbangan agroekosistem agar bermanfaat bagi tanah, air, tanaman dan
seluruh makhluk hidup yang ada termasuk hama dan mampu menyediakan bahan-bahan
sehat, khususnya pangan untuk kehidupan manusia
3. Upaya peningkatan produktivitas tomat juga dilakukan dengan perakitan varietas unggul
melalui program pemuliaan tanaman. Salah satu metode program pemuliaan tanaman yang
telah dilakukan adalah dengan melakukan persilangan di antara tanaman tomat yang
mempunyai karakter unggul yang pada setiap proses budidayanya dilakukan dengan sistem
pertanian organik. Sehingga didapatlah varietas unggul organik. Sebelum galurgalur hasil
pemuliaan dilepas sebagai varietas, maka perlu diadakan uji yang dinamakan uji daya hasil.
Uji daya hasil bertujuan untuk menguji potensi dan memilih galur-galur harapan yang
berpeluang untuk dijadikan varietas unggul
Tujuan penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh genotip F7 yang berdaya hasil tinggi pada budidaya
secara organik.
Metode penelitian :
1. Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, pada
ketinggian ± 700 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juli 2014.
2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah wadah semai, handsprayer, knap sack,
pinset, tali, mulsa hitam perak, ajir bambu, kertas label, meteran ukur, timbangan, kamera
digital, alat bercocok tanam, dan alat tulis. Bahan yang digunakan ialah 8 benih galur tomat
F6 hasil persilangan LV 1684 x LV 4066 terdiri dari,
G1(LV.2.32.14.7.5.9),G2(LV.2.128.1.23.2.5 5),G3(LV.2.128.7.10.27.48),G4(LV.2.128.6.
18.42.41),G5(LV.2.128.6.18.44.56),G6(LV.2 .128.7.3.45.32), G7 (LV.2.128.7.5.17.6) dan
G8 (LV.2.128.6.18.4.47) dan 1 pembanding yakni Varietas Mirah.Bahan penelitian lain
meliputi pupuk kandang dari kotoran kambing, pupuk organik cair, dan kompos.
3. Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 genotip
generasi F6 sebagai perlakuan dengan tiga kali ulangan. Budidaya dilakukan secara organik
tanpa menggunakan bahan kimia sintetik.
Hasil dan pembahasan :
Hasil analisa data menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada semua karakter
yang diamati kecuali tinggi tanaman. Dari tabel rata-rata tinggi tanaman, G8
(LV.2.128.6.18.4.47) memiliki rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi, sedangkan G4
(LV.2.128.6.18.42.41) memiliki rata-rata tinggi tanaman yang paling rendah. Rata-rata umur
berbunga berkisar antara22,40 sampai 30,33 hst sedangkan rata-rata umur awal panen berkisar
antara 67,73 hingga 79,07 hst. Meskipun tidak berbeda nyata tetapi nilai rata-rata karakter umur
berbunga dan umur awal panen galur-galur tersebut cenderung lebih panjang bila dibandingkan
dengan varietas Mirah. Namun pada karakter umur akhir panen, beberapa galur memiliki nilai
rata-rata umur akhir panen yakni antara 90,47 hingga 97,2 hst, lebih pendek bila dibandingkan
dengan varietas Mirah.
Pengamatan kualitatif dilakukan secara visual pada tipe pertumbuhan, tipe daun, bentuk
buah, dan warna buah matang pada setiap individu tanaman tomat.Pada karakter kualitatif semua
tanaman menunjukkan keseragaman pada parameter tipe pertumbuhan yakni tipe pertumbuhan
determinate, tipe daun yakni tipe daun 1, dan warna buah yakni oranye. Pada parameter bentuk
buah, masih menunjukkan keberagaman yakni lonjong, bulat, telur, agak pipih, dan persegi.
Perbedaan bentuk buah diduga karena bentuk buah dikendalikan oleh interaksi gen yang bersifat
epistasi dominan.
Dugaan kedua adalah kondisi lahan dalam satu blok yang heterogen. Hal ini dikarenakan
pada bagian barat lahan terdapat pagar tanaman yang menghalangi sinar matahari pada sebagian
tanaman. Dugaan ketiga adalah karena beberapa galur berasal dari induk yang sama, maka hal
tersebut dapat mempengaruhi keseragaman pada beberapa karakter antar galur-galur yang diuji,
seperti pada G4 (LV.2.128.6.18.42.41),G5(LV.2.128.6.18.44. 56) dan G8 (LV.2.128.6.18.4.47)
memiliki tingkat keseragaman yang tinggi pada beberapa karakter, hal itu karena galurgalur
tersebut berasal dari induk yang sama yang dapat dilihat dari kesamaan penomoran pada galur.
Dugaan keempat disebabkan oleh hama dan penyakit yang menyerang tanaman sehingga
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal.
Simpulan :
Daya hasil galur-galur yang diuji tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata dengan
varietas Mirah. Berdasarkan pada ketahanan galur terhadap serangan OPT yang ditunjukkan
dalam persentase tanaman hidup, terpilih empat galur tanaman tomat organik yaitu G6
(LV.2.128.7.3.45.32),G8(LV.2.128.6.18.4.47 ),G5(LV.2.128.6.18.44.56),G1(LV.2.32.14.7. 5.9).
Artikel 8
Identitas jurnal : lurnal lieu-111nu Pertanian, Volume 5, Nomor 2, December 2009

URL : http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/28794

Nama penulis : Agus Wartapa , Yoniar Effendi, Sukadi.


Judul artikel : Pengaturan Jumlah Cabang Utama Dan Penjarangan Buah Terhadap Hasil Dan
Mutu Benih Tomat Varietas Kali Urang {Lycopersicum Esculentum Mill )
Latar belakang :
1. Tomat Varietas Kaliurang merupakan komoditas unggulan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tomat Varietas Kaliurang memiliki toleransi terhadap penyakit layu bakteri
(P.seoudomonas solanacearunl) dan busuk akar (Fusarium oxysporum), merupakan sifat
yang belum dimiliki oleh kebanyakan varietas tomat yang lain
2. Kendala utama rendahnya produksi tomat secara nasional adalah keterbatasan teknologi
budidaya yang dimiliki petani dan kurangnya informasi teknologi, seperti pemangkasan
cabang atau pengaturan jumlah cabang utama dan penjarangan buah atau pengurangan buah
Tujuan penelitian :
Untuk mengetahui pengaturan jumlah cabang utama dan penjarangan buah terhadap hasil dan
mutu benih tomatvarietas kali urang (lycopersicum esculentum mill)
Metode penelitian :
Penelitian ini menggunakan rancangan pe cobaan faktorial 3X3 yang disusun berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Perlakuan terdiri
dari dua faktor yaitu pemangkasan cabang utama dan penjarangan buah..
Hasil dan pembahasan :
1. Laju pertumbuhan tanaman
Hasil analisis terhadap laju pertumbuhan tanaman adalah bahwa kedua faktor perlakuan
tidak menunjukkan adanya interaksi pada pertumbuhan umur 2, sedangkan pada dengan
penjarangan buah 30 % (B2), dan pengaturan 3 cabang utama (C3) dan pengurangan buah
15
% (B1). Laju pertumbuhan tanaman terendah pada umur 6 dan 10 minggu terjadi interaksi.
Pada perlakuan pengaturan cabang utama umur 2 minggu tidak terdapat beda nyata, namun
perlakuan 3 cabang utama laju pertumbuhan tanaman cenderung lebih tinggi. Perlakuan
penjarangan buah tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman umur 2
minggu.
2. Indek luas daun
Hasil analisis pada indek luas daun semuanya menunjukan adanya interaksi terhadap kedua
perlakuan. Tanamais pada umur 2 minggu per lakuan jumlah 3 cabang (C3) yang di
kornbinasikan dengan penjarangan buah i)"ñ (B0) nyata paling tinggi dibanding dengan
kombinasi perlakuan yang lain, hal rim dimungkinkan dari peiij ulaman yang kurang
seragam akibat pertumbuhan tanaman tidak seragaiii p ula. Indek luas daun tertinggi
tananiainn umur
6 minggu dicapai pada perlakuan jumlah 1 cabang (CI) yang dikombinasikan dengan
perlakuan r ›‹ i» angan buah 30 % (B2), sedangkan terendah dicapai pada kombinasi perlak
uan C 1 B 1 . Indek I uas daun terimggi umur 1.0 minggu dicapai pada kombinasi perlakuan
3 cabang (C3) dengan perlakuan penjarangan buah 15 ’. (131 ), sedangkan terendah dicapai
pada perlakuan jumlah 3 (C3) dengan penjarangan buah 0 % (B0).
3. Umur panen pertama
Hasil analisis terhadap variable umur panen pertama menunjuknan adanya interalcsi antal”d
kedua faktc Umur panen tercepat , diperoleh pada kombinasi perlakuan C’2 B i , c2 s2. c3
B', dan C3 B2, sedangkan paling lambat pada kombinasi pc•rlakuan Cl Bl’
4. Jumlah buah per tanaman
Pengaturan jumlah 3 cabang (C3) cenderung menghasilkan jumlah buah lebih banyak,
sedangkan penjarangan buah 15 % (Bl) cenderung menghasilkan jumlah buah paling sedikit.
5. Rerata hasil panen per hektar
Padal analisis hasil panen per hektar menunjuknan adanya interaksi. Hasil panen per hektar
tertinggi diperoleh pada perlakuan jumlah 3 cabang (C3) dengan kombinasi perlakuan
penjarangan buah 15 % (B1), sedangkan hasil panen per hektar terendah dicapai pada
kombinasi perlakuan 1 cabang dengan tanpa penjarangan buah ( Cl B0).
6. Hasil analisis terhadap rendemen biji menunjuknan tidak adanya interaksi. Rendemen biji
pada perlakuan jumlah cabang utama tidak menunjukkan berbeda nyata, pengaturan 1
cabang ccnderung memberikan rendemen biji yang tinggi terhadap perlakuan lainnya.
Perlakuan penjarangan buah 0 % (B0) nyata lebih tinggi dibanding dengan yang lain.
7. . Rerata berat biji 1000 butir
Hasil analisis terhadap variabel berat biji 1000 butir menunjuknan adanya interaksi. Rerata
berat biji tertinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan jumlah 1 cabang (C1) dengan
penjarangan buah sebesar 30 % ( B2), sedangkan terendah diperoleh pada jumlah 3 cabang
dengan penjarangan buah sebesar 15 % (C3 BI), C3 B2.
8. Hasil analisis pada variabel daya tumbuh biji menunjuknan adanya interaksi. Daya tumbuh
tertinggi diperoleh dari kombinasi antara perlakuan jumlah 1 cabang (C 1) dengan
penjarangan buah sebesar 30 % ( B2), sedangkan terrendah adalah jumlah 2 cabang (C2)
dengan penjarangan buah sebesar 0 %» (B0)
9. Rerata coefisien vigor
Hasil pengamatan secara visual di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman
pada awalnya cukup baik, namun selanjutnya kelihatan kurang bagus karena sebagian besar
daunnya menggulung dan kering. Hal tersebut disebabkan intensitas cahaya di dataran
rendah cukup tinggi, menyebabkan daun menggulung,
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat
diambil kesiinpulan sebagai berikut: 1. Kombinasi perlakuan pengaturan jumlah 3 cabang utama
dan penjarangan buah 15 %« atau penjarangan buah 30 '%, relatif meningkatkan: laju
pertumbuhan; indek luas daun pada tanaman tomat pada fase pertumbuhan vegetatip optimal
umur tanaman 6 minggu. 2. Kombinasi perlakuan pengaturan jumlah 3 cabang utama dan
penjarangan buah 15 %, memberikan hasil tomat tertinggi. 3. Kombinasi perlakuan pengaturan
jumlah 1 cabang utama dan penjarangan buah 15 %, memberikan berat biji 1000 butir tertinggi.
Artikel 9
Identitas jurnal : Agrotekma, 5 (2) Juni 2021:164-171
URL : file:///C:/Users/user/Downloads/admin,+8.+nurpilihan+bafdal+164-171+new.pdf
Nama penulis : Nurpilihan Bafdal
Judul penelitian : Pengaruh Nilai Koefisien Tanaman (Kc) Pada Tanaman Tomat Cherry
(Solanum L.Var. Cerasiforme) Dengan Sistem Fertigasi Menggunakan Autopot Pada Beberapa
Tinggi Media Tanam
Latar belakang :
1. Salah satu teknologi irigasi terbarukan untuk budidaya tanaman adalah sistem AutoPot.
2. Salah satu faktor yang memepengaruhi kebutuhan air tanaman adalah media tanam. Media
tanam merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya pertanian.
Parameter media tanam diantaranya komposisi media tanam dan ketinggian media juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang kemudian dapat berpengaruh juga pada
hasil yang didapatkan.
Tujuan penelitian : Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengkaji nilai koefisien tanaman (kc) tomat ceri pada beberapa tinggi media tanam dan
mengkaji perbedaan nilai koefisien tanaman pada tinggi media tanam 6, 10 dan 15 cm.
Metode penelitian :
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu, melakukan
pengukuran, pengamatan, perhitungan dan analisis data secara kuantitatif. Metode deskriptif ini
akan menggambarkan hubungan kualitas air tanah terhadap kualitas buah dan produktivitas dari
buah tomat cherry. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur Kebutuhan air konsumtif,
Motfologi Tanaman, Hasil Panen dan Evapotransvirasi.
Hasil dan pembahasan :
1. Evapotranspirasi Potensial (ETo)
nilai ETo yang didapat berkisar antara 5,02- 6,26 mm/hari dengan nilai rata-rata yang di data
sebesar 5,51 mm/hari. Adapun total kebutuhan air tanaman menggunakan metode ini sebesar
694,43 mm/hari.
2. Evapotranspirasi Tanaman (ETc)
ETc pada tinggi media tanam 10 cm yaitu sebesar 272,55 mm atau setara dengan 2,58 m3
dan juga pada tinggi media tanam 15 cm nilai ETc yang didapatkan adalah sebesar 269,73
mm. Grafik nilai ETc setiap harinya
3. Koefisien Tanaman (Kc)
koefisien tanaman tomat cherry golden sweet pada pada setiap fase pertumbuhan pada tinggi
media tanam 6 cm lebih besar dari tinggi media tanam 10 cm dan 15 cm. sedangkan nilai
koefisien tanaman pada tinggi media tanam 10 cm lebih besar dari nilai koefisien tanaman
pada tinggi media tanam 15 cm. dengan demikian berarti semakin tinggi media tanam yang
digunakan maka semakin kecil nilai koefisien tanaman yang didapat. Hasil ini juga
menunjukan bahwa semakin tinggi media tanam penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman tomat cherry menggunakan sistem autopot lebih sedikit.
4. tinggi media tanam 15cm menghasilkan total panen terbanyak yaitu sebesar 15,9 kg.
sedangkan yang terkecil yaitu pada tinggi media tanam 10cm sebesar 13,9 kg. Hasil tersebut
dapat dikatakan masih kurang maksimal
Simpulan :
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai Kc Nilai Kc pada tinggi media 6 cm adalah sebesar
0,05 pada fase inisial, fase dev 0,05-0,49, fase mid sebesar 0,49. pada tinggi media 10 cm adalah
sebesar 0,05 pada fase inisial, fase dev 0,05-0,62, fase mid sebesar 0,62. Sedangkan pada tinggi
media tanam 15 cm adalah sebesar 0,05 pada fase inisial, fase dev 0,05- 0,49, fase mid sebesar
0,49. Perbedaan nilai Kc yang didapat pada setiap ketinggian media tanam disebabkan karena
beberapa faktor seperti media tanam, ETo, dan ETc serta sistem autopot yang dapat mengatur
pemberian air pada tanaman tomat cherry
Artikel 10
Identitas jurnal : Jurnal Viabel Pertanian Vol. 10 No.2 Agustus
2016
URL : https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/viabel/article/view/143/131
Nama penulis : Yusuf Efendi
Judul penelitian : Analisis Usahatani Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill) Di Desa Mandesan
Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar
Latar belakang
1. masyarakat Kelompok Tani Karya Maju banyak mengalami keamakmuran, sehingga bisa
dikatakan sukses dalamusahataani tomat. Yang mana Desa Mandesan Kecamatan Selopuro
Kabupaten Blitar sangat strategis yaitu terletak pada ketinggian 0-1.250 mdpl. Dengan
keadaan suhu padawaktu siang 24oC , sedangkan malam hari 15oC - 20oC. Kelembapan rata -
rata 50 – 60 %, dengan banyaknya intensitas penyinaran 5 - 8 jam/hari. Curah hujan rata - rata
750 mm/tahun.
2. Jenis tanah di Desa Mandesan ini sangat cocok untuk ditanami tanaman tomat. Dimana tanah
di Selopuro ini stuktur atasnya remah, teksturnya gembur, daya ikat tanah terhadap air tinggi,
bahan organik di dalam tanah tidak cepat tercuci oleh air, dan pH tanah 5,82.
Tujuan penelitian :
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui analisis usahatani tomat di Kelompok Tani Karya
Maju Desa Mandesan serta untuk mengetahui analisis finansial tomat di Kelompok Tani Karya
Maju Desa Mandesan
Metode penelitian :
Penilitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Karya Maju, yang berada disebelah timur
kabubaten Blitar Kec. Selopuro Desa Mandesan. Adapun waktu penelitian ini kurang lebih satu
bulan, yaitu dari tanggal 13 Maret – 13 April 2014. Metode Pengumpulan Data yaitu dengan
Observasi, wawancara, dan studi pustaka, Metode Analisa data yaitu perhitungan Biaya,
perhitungan penerimaan, dan perhitunga pendapatan. Perhitugan biaya yaitu perhitungan yang
dilakukan secara perusahaan yaitu meliputi : biaya tenaga kerja, besarnya biaya produksi.
Perhitungan penerimaan yaitu besarnya pendapatan kotor atau penerimaan. Sedangkan
perhitungan pendapatan yaitu pendapatan atau keuntungan usaha tani merupakan selisih antara
total penerimaan dengan total biaya.
Hasil dan pembahasan :
1. Analisis Usaha Tani Tomat
Adapun analisis usaha tani dalam budidaya tanaman tomat di Kelompok Tani Karya
Maju per hektar (ha) dalam satu musim tanam mencakup 4 hal adalah sebagai berikut :
Biaya tetap, Biaya variabel, biaya total, analisis pendapatan, analisis kelayakan usaha tani
(R/C Ratio) dan BEP usaha tani.
2. Biaya tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Karya Maju meliputi biaya sewa
traktor, biaya sewa lahan, dan biaya tali ikat. Jumlah biaya sewa traktor yang hanya
digunakan rata-rata responden adalah Rp 664.000,-. Jumlah biaya tali ikat yang
digunakan responden rata- rata responden Rp 195.500,-. Jumlah biaya sewa lahan ratarata
yang digunakan 20 responden adalah Rp 15.640.000,-. Adapun penyusutan alat pertanian
diambil Rp. 368.500,-. Dan biaya untuk pengadaan tangki dan gembor rata-rata
responden Rp. 1.000.000,-. Jadi total biaya tetap rata-rata responden adalah Rp.
18.368.700,-.
3. Biaya sarana produksi (Biaya Variabel)
Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Rincian
penggunaan benih, pupuk pestisida dan tenaga kerja per hektar permusim tanam pada
usahatani tomat di Desa Mandesan untuk petani anggota Kelompok Tani Karya Maju
Simpulan :
kelompok Tani Karya Maju mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efesien untuk pendapatan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu sebesar Rp.
44.804.822/musim. Serta analisis finansial usahatani tomat di Kelompok Tani Karya
Maju untuk mengetahui apakah usaha tani yang dilakukan layak dan menguntungkan
untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efensiensi. Nilai R/C Ratio
sebesar 1,8 menunjukan bahwa dari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 98.900.000,
/musim akan diperoleh penerimaan sebesar 1,8 kali lipatnya. Dengan kata lain, hasil
penjualan tomat ini mencapai 1,8 % dari modal yang dikeluarkan. Nilai R/C Ratio lebih
besar dari 1, menunjukkan bahwa usaha tani tomat tersebut layak dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai