Anda di halaman 1dari 11

RESPON PERTUMBUHAN PLANLET KENTANG (Solanum Tuberosum

L.) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA KOSENTRASI PUPUK


GROWMORE

PROPOSAL MINI RISET

oleh

KELOMPOK 4

Deni Darmawan A31150098


Laily Maulidiyah A31150009
Azizatul Muafah A31150099
Silvanus Eko P A31150096

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kentang (Solanum tuberosum L) adalah tanaman sayuran dataran tinggi yang
termasuk family Solanaceae yang merupakan salah satu pangan utama dunia
setelah padi, gandum dan jagung karena kelebihannya dalam mensuplai kurang
lebih 12 vitamin esensial, mineral, protein, karbohidrat, dan zat besi serta
didukung dengan rasanya yang enak. Produksi kentang di Indonesia tahun 2008
mencapai 1,071 juta ton atau meningkat sebesar 6,7% dibanding tahun 2007
dengan tingkat produktivitas sebesar 16,7 ton/ha (Idawati, 2012). Kentang
(Solanum tuberosum.L) merupakan sumber makanan terbesar keempat di dunia
setelah padi, gandum dan jagung. Kebutuhan akan kentang terus meningkat setiap
tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya
industri yang membutuhkan bahan baku kentang. Kentang merupakan salah satu
bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat, mineral, dan vitamin.
Selain itu Kentang merupakan tanaman pangan bernilai ekonomi tinggi yang
dapat mendatangkan keuntungan bagi pengusaha industri makanan olahan,
pedagang, dan petani yang membudidayakannya (Gunarto, 2007).
Kebutuhan dalam negeri akan kentang berkisar 8,9 juta ton/tahun. Selama ini
produksi kentang nasional masih kurang lebih 1,1 juta ton/tahun, dari luas panen
80.000 ha. Potensi ini masih perlu dikembangkan, karena potensi lahan masih
sangat luas yaitu 1.331.700 ha yang berada pada ketinggian diatas 700 m di atas
permukaan laut, yang umumnya terdapat di luar pulau Jawa (Wattimena,2006).
Data dari Badan Pusat Statistik, menunjukkan produktivitas kentang di Sulawesi
Selatan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2009 yaitu dari 9.089
ton menjadi 7.627 ton. Pada tahun 2011 produksi kentang mulai meningkat
menjadi 18.420 ton hingga pada tahun 2013 menjadi 30.295 ton dengan luas lahan
yang telah digunakan yaitu 1.816 ha, Namun pada tahun 2014 produksi tanaman
kentang di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yaitu menjadi 13.492 ton
(Badan Pusat Statistik SulSel, 2015).
Benih atau bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya kentang.
Selama ini benih diperoleh dari hasil yang turun temurun, sehingga kualitasnya
juga masih rendah. ketersediaan benih kentang bermutu di Indonesia hanya
mencapai 7,4 % jauh dari kebutuhan yaitu 140.000 ton pertahun, termasuk import,
Sehingga salah satu cara memperoleh bibit kentang yang bermutu tinggi yaitu
dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara in vitro atau kultur jaringan.
Penggunaan teknik kultur jaringan dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat, selain itu tidak tergantung pada iklim
dan musim (Yuwono, 2006). Keberhasilan kultur jaringan ini juga tergantung oleh
medium tumbuh yang digunakan. Medium tumbuh harus mengandung unsur hara
makro dan mikro yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kentang itu sendiri
(Zulkarnaen 2009).
Pemupukan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam usaha
peningkatan hasil produksi, dimana dalam kultur in vitro tujuan pemupukan
adalah menambahkan persediaan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro
kedalam media pertumbuhan yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh lebih
subur sebagai konsekuensi terpenuhinya unsur hara yang diperlukan (Baharuddin
dkk, 2016). Pupuk daun memiliki dua kegunaan yaitu untuk pertumbuhan
vegetatif dan pertumbuhan generative, biasanya, pupuk daun mengandung unsur
hara makro antara lain C, H, O, S, P, K, Ca, Mg dan unsur hara mikro antara lain
Mo, Mn, Cu, Cl, Na, Zn, Se, Si, Co, dan sebagainya (Hendaryono, 2001).
Menurut Sandra (2001) agar pertumbuhannya subur dan cepat berbunga, maka
tanaman perlu diberikan pupuk dengan unsur hara makro dan mikro yang lengkap
(seperti pupuk growmore). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan planlet kentang pada penambahan pupuk growmore dengan
kosentrasi yang tepat
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L)
terhadap pemberian pupuk growmore ?
2. Berapakah konsentrasi pupuk growmore yang tepat untuk pertumbuhan
tanaman kentang (Solanum tuberosum L) ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L)
terhadap pemberian pupuk growmore.
2. Mengetahui konsentrasi pupuk growmore yang tepat untuk pertumbuhan
tanaman kentang (Solanum tuberosum L).

1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu penegembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian lanjutan tentang pupuk growmore dan tanaman kentang
(Solanum tuberosum L).
2. Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan mengenai manfaat pupuk
gromore.
3. Bagi mndustri, Menambah data penelitian dan khasanah keilmuan tentang
pupuk growmore.
4. Bagi instansi, sebagai bahan referensi untuk penelitian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kentang (Solanum Tuberosum L.)


Kentang yang memiliki nama latin Solanum tuberosum L. merupakan salah
satu jenis sayuran subtropis yang terkenal di Indonesia. Daya tarik sayuran ini
terletak pada umbi kentang yang kaya karbohidrat dan bernilai gizi tinggi. Di
Indonesia kentang sudah dijadikan bahan pangan alternatif atau bahan karbohidrat
substitusi terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan masyarakat
Indonesia di samping beras (Gunarto, 2003).
Kentang merupakan lima kelompok besar makanan pokok dunia selain
gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi bahan
makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin
dan mineral cukup tinggi. Hanya dengan makan 200 gram kentang, kebutuhan
vitamin C sehari terpenuhi (Hani, 2012).
Klasifikasi tanaman kentang
Divisio : Spermatophyta
Akhir Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
(Setiadi 2009). Gambar 2.1. Tanaman Kentang
2.2 Manfaat Tanaman Kentang
Manfaat Kentang Selama ini diketahui hanya untuk penderita diabetes, karena
kandungan kalorinya yang rendah. Namun demikian kentang juga merupakan
salah satu makanan wajib bagi mereka yg menjalani diet. Selain menyehatkan
tubuh, juga dari sisi ekonomis, harga kentang tidaklah terlalu mahal. manfaat
kentang untuk kesehatan yaitu, Kaya akan serat, bermanfaat bagi sistem
pencernaan, mengurangi resiko kanker dan penyakit jantung, melawan gangguan
saraf, Baik untuk penderita diabetes, Menyehatkan kulit, Baik untuk kesehatan
otak, Mengurangi peradangan dan juga mampu meningkatkan hormon adrenalin
yang dapat meredakan stres(Digital Library Unila, 2011).
2.3 Kandunga Kimia Kentang
Kentang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang bergizi.
Zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, mineral
(besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta
9 vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga
mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu 1,0 1,5%
(Samadi, 1997). Komposisi kimia dipengaruhi oleh varietas, tipe tanah,
cara budidaya, cara pemanenan, tingkat kemasakan dan kondisi
penyimpanan (Sunarjono, 2007).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan mulai 4 April 2017 sampai bulan Juni di Laboraturium
Kultur Jaringan, Politeknik Negeri Jember.

3.2 Persiapan Alat


Alat-alat yang digunakan terdiri atas timbangan analitik, handsprayer,
Erlenmeyer, oven, autoclaf, cawan petri, mikro pipet, pH meter, gunting, pinset,
Bunsen, Laminary Air Flow (LAF), dan botol kultur.

3.3 Persiapan Bahan


Bahan yang digunakan terdiri dari planlet hasil kultur in vitro tanaman kentang,
bahan-bahan kimia untuk media Murashige dan Skoog (MS), alkohol 70%, agar-
agar bubuk, aquades, aluminium foil, plastic seal, korek api, tissue, plastik sealer,
coconat water (CW) dan pupuk growmore.

3.4 Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan bantuan
tabel bilangan acak pada baris ke 10 kolom ke 1. Faktor konsentrasi pupuk daun
growmore yang terdiri atas P0: MS0, P1: MS0 + 150%CW, P2: 1,5 gr agar-agar +
7,5 gr gula + 150% CW dan P3: 37,5 gr Growmore + Vitamin dan gula MS + 1,5
agar-agar.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
1 P2 2 P3 3 P3 4 P1 5 P0 6 P2 7 P3 8 P1
9 P2 10 P0 11 P0 12 P2 13 P0 14 P2 15 P3 16 P1
17 P3 18 P0 19 P0 20 P0 21 P3 22 P3 23 P2 24 P2
25 P1 26 P1 27 P1 28 P0 29 P1 30 P1 31 P3 32 P2

Keterangan:
P0: Perlakuan menggunakan MS0,
P1: Perlakuan menggunakan MS0 + 150%CW,
P2: Perlakuan menggunakan 1,5 gr agar-agar + 7,5 gr gula + 150% CW
P3: Perlakuan menggunakan 37,5 gr Growmore + Vitamin dan gula MS + 1,5
agar-agar.

3.4 Sterilisasi alat dan ruang kerja


Semua alat yang digunakan dalam metode in vitro harus dalam keadaan bersih
dan steril. Sterilisasi alat dilakukan di dalam autoklaf pada suhu 121C, tekanan 2
atm dan dipertahankan selama 15-20 untuk alat-alat seperti petridish, pinset,
gunting. Laminary Air Flow (LAF) 30 menit sebelum digunakan terlebih dahulu
di semprotkan alkohol 70% dan di lap dengan menggunakan tissue steril.

3.5 Pembuatan Larutan Stok dan Media


Persiapan media diawali dengan mencampur larutan stok sesuai dengan
konsentrasi masing-masing komposisi media MS untuk tanaman kentang. Larutan
stok dibuat dari komposisi media MS yang disimpan dalam botol. Pembuatan
larutan stok berdasarkan pada pengelompokan yaitu larutan stok makro, larutan
stok mikro, stok Fe dan stok vitamin. Setelah komposisi media MS lengkap lalu
ditambahkan gula pasir 7,5 g, pupuk daun growmore dengan konsentrasi 37,5
g/250 ml dan aquades sebanyak 250 ml/jumlah perlakuan, kemudian dilakukan
pengukuran pH media. pH yang digunakan yaitu antara 5,7-5,8. Setelah itu media
dimasukkan kedalam panci yang telah berisi agar-agar kemudian dipanaskan dan
diaduk hingga mendidih. Selanjutnya media dituang kedalam botol kultur
sebanyak 25 ml dan di tutup dengan menggunakan penutup botol kultur plastik
dengan rapat lalu disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm
selama 60 menit.

3.6 Penanaman
Penanaman dilakukan di dalam Laminary Air Flow (LAF). Planlet yang akan
digunakan dipindahkan dari botol kultur ke cawan petri, kemudian planlet
dipotong menjadi stek mikro 1-2 mata tunas. Pada setiap botol kultur ditanam
sebanyak 3 eksplant. Mulut botol yang telah berisi eksplant disterilkan dengan
menggunakan api pada bunsen lalu ditutup kembali dan sealer dengan plastic seal
kemudian dipelihara dalam ruang kultur.
Pengamatan dilakukan setiap minggu, dimulai dari 2 minggu setelah tanam
sampai 16 Mei 2017 atau 4 minggu setelah tanam. Parameter yang diamati setelah
perlakuan yaitu tinggi tanaman, jumlah akar, jumlah mata tunas dan jumlah daun.

3.7Analisis Data
Data kuantitatif yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan uji annova
(analisis of varian) dengan taraf 5%.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat


F hitung F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
SK DB JK KT F hitung F 5%
Perlakuan (t-1) JKP JKP/(t-1) KTP/KTG F 0,05
JKG/t(r-
Galat t(r-1) JKG 1)

Tabel 3.2 Ragam Analisis Data

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbandingan yang


signifikan antara perlakuan. Uji hipotesis menggunakan analisis ragam (annova).
Bila F hitung < F tabel 5%, maka tidak ada perbedaan nyata = non segnificant.
H0 diterima pada taraf uji 5%
Bila F hitung > F tabel 5%, maka ada perbedaan nyata = segnificant. H1
diterima pada taraf uji 5%

Anda mungkin juga menyukai