OLEH:
A. Latar Belakang
Benih adalah kunci sukses budidaya kentang. Selama ini benih di peroleh
dari hasil yang turun temurun. Ketersedian benih kentang bermutu di Indonesia
hanya mencapai 7.4% dari total kebutuhan 140.000 ton/tahun, termasuk import
benih kentang (Deptan, 2012). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi
kentang di Indonesia pada tahun 2015 sampai 2017 berturut-turut 1.219.277
ton/tahun, 1.213.041 ton/tahun, 1.164.738 ton/tahun. Sementara untuk produksi
kentang di Sumatra Barat dari tahun 2015 sampai 2017 yaitu sebesar 60.064
ton/tahun, 50.582 ton/tahun, 40.398 ton/tahun (BPS, 2018). Artinya permintaan
benih kentang sangat besar dan tidak dapat dipenuhi dari benih umbi saja. Untuk
mendapatkan benih umbi siap tanam petani harus menunggu 3 bulan setelah
musim tanam (Hilman, 2010).
yang bisa di stek. Akan tetapi pelaksanaan petani belum banyak mengetahui pada
umur berapa bibit kentang stek itu siap ditanam. Umur dan tinggi bibit kentang
yang akan di stek sangat berpengaruh pada kesiapan tanam. Ketinggian bibit stek
yang didapatkan, dapat menjadi petunjuk masyarakat tani dalam melakukan
budidaya tanaman kentang dan mengurangi ketergantungan akan benih umbi.
2. Hasil penelitian Rifai (2010), Hasil penelitian stek pucuk dan batang tanaman
Rasamala (Altingia excelsa) perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg)
menghasilkan persentase berakar tertinggi sebesar 87.50%; sedangkan
persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-
F dosis 0 mg) sebesar 67.50% perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg)
menghasilkan berat basah pucuk terberat yaitu 2.419 gram; berat basah pucuk
teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar
0.745 gram. Interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) hanya
berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Stek pucuk dengan Rootone-
F dosis 200 mg/100ml air menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu
96,67% dan terendah dihasilkan oleh stek batang dosis 0 mg (kontrol) yaitu
43.33%.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat konsentrasi ZPT yang efektif
terhadap pertumbuhan akar stek tanaman kentang varietas Granola untuk produksi
umbi G1
E. Manfaat Penelitian
C. Metode Penelitian
Data hasil pengamatan dianalisis secara sidik ragam dan jika F hitung lebih
besar dari F tabel dilanjutkan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range
Test (DMRT) taraf nyata 5% dapat dilihat di (Lampiran 7).
D. Pelaksanaan Percobaan
1. Persiapan Lahan
2. Persiapan Benih
3. Pemasangan Mulsa
Tray semai memiliki 200 lubang dengan jumlah lubang melebar 10 buah
dan lubang memanjang 20 buah. Bentuk lubang semai kotak tanpa sudut dengan
diameter lubang atas 23 mm dan diameter lubang bawah 10 mm. Tipe tray ini
adalah TS-200L, memiliki tinggi 42 mm dan berdimensi 540 x 280 mm. Media
yang digunakan didalam tray adalah berupa cocopeat, kompos dan arang sekam.
Persiapan media tanam ini dilakukan 1 minggu sebelum tanam, kemudian media
disiram dengan desinfektan berupa antrakol untuk menyeterilkan media tanam.
Cara pembuatan media semai adalah dengan mencampurkan (1:1:1) cocopeat,
kompos, dan arang sekam. Dimana cocopeat ini dapat berfugsi menyimpan air 6
kali lipat dari volumenya, sedangkan arang sekam yang berfungsi untuk
mempermudah drainase dan kompos berfungsi untuk memperkaya kandungan
hara pada media persemaian. Kemudian semua bahan diaduk merata, diisikan
kedalam tray sehingga hampir penuh dan dipadatkan supaya media dapat
mencengkram tanaman.
8
Bahan stek kentang berasal dari tanaman kentang yang sudah berumur
kurang lebih 2-3 minggu. Kemudian dipotong sekitar panjang 5 cm dari pucuk
tanaman, sehingga ditinggalkan 1-2 helai daun di tanaman, supaya terjadi
pertumbuhan tunas kembali dari tanaman tersebut. Tunas yang telah dipotong
langsung direndam dengan Rootone-F selama 30 menit. Karena menurut studi
sebelumnya yang sudah dijelaskan dilatar belakang perendaman ini memberikan
hasil yang sangat efektif bagi hasil perakaran stek. Setelah direndam agar bahan
stek tetap segar maka tanaman langsung ditanam kedalam tray sebelum
dipindahkan kelapangan. Kemudian tanaman dibiarkan tanpa terkena sinar
matahari langsung atau bisa di letakan di dalam screenhouse. Ketika tanaman
sudah berumur 2-3 minggu, tanaman sudah memiliki perakaran yang kuat dan
dapat dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 70 x30 cm sehingga jumlah
tanaman perbedengan ialah 20 tanaman.
7. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman
b. Penyiraman
c. Penyiangan
d. Pemupukan
f. Panen
Kentang dipanen pada saat berumur 90-120 hari setelah tanam. Pemanenan
umbi kentang ini bisa dilakukan jika sudah memenuhi syarat-syarat pemanenan,
yaitu daunnya yang berwarna kuning dan kering, kulit umbi tidak mudah
mengelupas apabila digosok dengan jari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
dengan menggali tanaman dengan membuka mulsa plastik dan dibongkar
menggunakan cangkul secara perlahan agar umbi tidak rusak atau bisa juga secara
manual dengan menggunakan tangan untuk menggali umbi kentang yang ada di
dalam tanah. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, baru umbi
dimasukan kedalam wadah penampung yaitu karung.
g. Pengamatan
1. Jumlah Tunas
SH = X 100%
12
Pengamatan produksi kentang per petak dilakukan satu kali setelah panen
dengan cara menimbang hasil seluruh rumpun yang ada di setiap bedeng.
Sedangkan untuk pengamatan produksi per hektar dilakukan dengan cara
13
Adinugraha, H, A., Moko, H., Cepi. (2006). Pertumbuhan Stek Pucuk Sukun Asal
Dari Populasi Nusa Tenggara Barat Dengan Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 3 (2): hal 93-99
Badan Pusat Statistik. (2018). Data Produksi Tanaman Kentang Tahun 2015-2017.
http://www.bps.go.id/site/resultTab (akses tanggal 02 Oktober 2018)
Departemen Pertanian. (2012). Memilih Varietas Kentang Yang Ditanam. Pusat
Perlindungan Pertanian. Departemen Pertanian.
Hilman, Y. (2010). Analisis Dan Sintesis Kebijakan Prbnihan Hortikultura Dalam
Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura, Laporan Akhir, Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Idawati, N. 2012 Pedoman Lengkap Bertanam Kentang. Yogyakarta: Pustaka baru
Press.
Lewerisa, E. (1996). “Pengaruh Pemeberian Rootone-F Terhadap Pertumbuhan
Stek Pucuk Tanaman Meranti Putih (Shorea asamica, Dyer) dan Tanaman
Meranti Merah (Shorea selanica, B. L.)” Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Patimura: Ambon.
Pudjiono, S., (1996). Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan.
Informasi Teknis No. 1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan
Biotknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.
Rifai, H. (2010). “Pengaruh Dosis Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Pucuk
dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa)” Skripsi. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Rukmana, R (2002). Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Kanisius.
Yogyakarta.
Simanungkalit, R.D M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., dan Wiwik, H. (2006).
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.
Susetya, D. (2012). Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk Tanaman
Pertanian dan Perkbunan).Wetlands International Indonesia Programme.
Yogyakarta.
15
LAMPIRAN
BARAT
(P2)5 (P2)3 (P4)3 (P1)2 (P3)4
Keterangan:
P1 = 0 mg/100ml
P2 = 50 mg/100ml
P3 = 100 mg/100ml
P4 = 150 mg/100ml
P5 = 200 mg/100ml
1,2,3,4,5 = Ulangan
18
A
C Y
Keterangan:
Ukuran Petakan: X = 350 cm
Y = 120 cm
Jarak Tanam: A = 70 cm
B = 30 cm
Jarak Antara Tepi Bedengan dengan Tanaman: C = 40 cm
D = 40 cm
= tanaman kentang
= tanaman kentang sampel
19
: 5,25 g/tanaman
Jadi, pupuk SP36 250 kg/ha diberikan pada tanaman berumur 28 HST, yaitu
sebanyak 5,25 g/tanaman.
Sumber
Db JK KT F hit F Tabel
Keragaman
Perlakuan
(t-1)
JKP
Sisa
t(r-1)
JKS
Total (tr-1) JK tot
2. Analisis Data
1. FK =
2. JKT =
3. JKP = +
4. JKS = JKT-JKP
5. KTP =
6. KTS =
7. F hit P =
F hit S =
Bila F hit lebih besar dari F tabel 5% = berarti berbeda nyata maka dilanjutkan
dengan uji lanjut menurut Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT).
Sy =
Hitung selisih rata-rata perlakuan, kemudian bandingkan dengan nilai LSRp 5%.
Bila selisih nilai rata-rata perlakuan besar dari nilai LSRp 5%, berarti berbeda nyata
dan bila nilai rata-rata perlakuan kecil dari nilai LSRp, berarti perlakuan itu tidak
berbeda nyata.
24
Rootone-F ini berupa bubuk putih, konsentrasi yang digunaan yaitu 0mg,
50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg. Kemudian ditambahkan aquades sehingga
masing-masing 100ml larutan. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh pada stek dilakukan
dengan cara merendam ujung bawah stek dengan ZPT yang sudah dilarutkan dalam
air. Lama perendaman yaitu selama 30 menit. Bahan stek yang sudah didiamkan
langsung ditanam ke dalam tray. Bisa juga dengan cara manual ambil bubuk rootone-f
secukupnya kemudian campurkan dengan air sehingga menjadi pasta, kemudian
oleskan ke tanaman yang akan di stek.