Anda di halaman 1dari 26

BAHAN SEMINAR PROPOSAL

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH


ROOTONE-F TERHADAP STEK TANAMAN KENTANG
(Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA UNTUK
PRODUKSI G1

OLEH:

Nama : Aisah Catur Putri


No. BP : 1510211008
Bidang Minat : Agronomi
Hari Tanggal : Rabu/ 21 November, 2018
Pukul :
Tempat : Ruang Seminar BDP lantai 2
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Irfan Suliansyah, MS
2. Dr. Ir. Irawati Chaniago, M.Rur.Sc
Dosen Undangan : 1.
2.
3.
Pembahas Utama : 1. Suci Apria Deli
2. Muhammad Riduan
3. Indri Misda Lestari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solanum tuberosum L. atau kentang merupakan tanaman perdu semusim


yang menjalar dan memiliki peluang usaha yang baik. Kentang merupakan
sumber karbohidrat, yang mengandung mineral (besi, fosfor, magnesium, kalsium
dan kalium), protein, serta vitamin terutama vitamin C, B1, dan B2. Tanaman ini
dapat di konsumsi sebagai makanan pokok, selain di konsumsi secara langsung,
umbi kentang dapat diolah menjadi bermacam-macam olahan seperti kentang
goreng, tepung kentang, keripik kentang dan lainnya (Idawati, 2012).

Benih adalah kunci sukses budidaya kentang. Selama ini benih di peroleh
dari hasil yang turun temurun. Ketersedian benih kentang bermutu di Indonesia
hanya mencapai 7.4% dari total kebutuhan 140.000 ton/tahun, termasuk import
benih kentang (Deptan, 2012). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi
kentang di Indonesia pada tahun 2015 sampai 2017 berturut-turut 1.219.277
ton/tahun, 1.213.041 ton/tahun, 1.164.738 ton/tahun. Sementara untuk produksi
kentang di Sumatra Barat dari tahun 2015 sampai 2017 yaitu sebesar 60.064
ton/tahun, 50.582 ton/tahun, 40.398 ton/tahun (BPS, 2018). Artinya permintaan
benih kentang sangat besar dan tidak dapat dipenuhi dari benih umbi saja. Untuk
mendapatkan benih umbi siap tanam petani harus menunggu 3 bulan setelah
musim tanam (Hilman, 2010).

Rendahnya ketersediaan benih kentang yang bermutu menyebabkan harga


benih kentang menjadi mahal. Oleh karena itu, ketersediaan dan upaya
pengendaliaan mutu benih sumber perlu ditingkatkan. Benih alternatif selain
dengan penggunaan umbi adalah perbanyakan melalui stek. Tujuannya untuk
mendapatkan bibit tanaman kentang dengan waktu yang singkat yang mempunyai
kualitas sama dengan induknya. Stek dapat diperoleh dari umbi G0 yang
merupakan umbi dengan kualitas terbaik. Namun umbi G0 harganya masih relatif
mahal. Oleh karena itu dengan cara stek umbi G0 diperbanyak untuk memenuhi
kebutuhan bibit karena dalam satu bibit bisa menghasilkan 3 sampai 5 mata tunas
2

yang bisa di stek. Akan tetapi pelaksanaan petani belum banyak mengetahui pada
umur berapa bibit kentang stek itu siap ditanam. Umur dan tinggi bibit kentang
yang akan di stek sangat berpengaruh pada kesiapan tanam. Ketinggian bibit stek
yang didapatkan, dapat menjadi petunjuk masyarakat tani dalam melakukan
budidaya tanaman kentang dan mengurangi ketergantungan akan benih umbi.

Masalah dalam perbanyakan kentang melalui stek adalah lambatnya


perakaran. Untuk mempersiapkan umur bibit stek yang cepat dan memiliki
pertumbuhan yang normal maka penambahan hormon auksin pada awal
pembibitan diharapkan dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas daun. Auksin
berperan dalam pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel.
Perbanyakan tanaman dengan stek yang dipadukan dengan pemberian zat
pengatur tumbuh merupakan cara alternatif yang diharapkan dapat menyediakan
kebutuhan benih sehat dan berkualitas dalam waktu cepat. Pemberian ZPT dari
luar yang mengandung auksin dapat menunjang aktifitas auksin yang ada di dalam
stek, sehingga membantu proses diferensiasi sel membentuk sel-sel baru
(Adinugraha et al., 2006).

Keberhasilan stek tanaman sebagai sumber bibit di lapangan dapat


dipengaruhi oleh media yang digunakan. Media tanam yang umum digunakan
untuk menghasilkan umbi G1 yaitu media tanah yang dicampur arang sekam yang
berfungsi untuk mempermudah drainase dan media tanah yang dicampur pupuk
kandang yang memiliki fungsi untuk memperbaiki struktur fisik dan biologi
tanah, serta meningkatkan daya serap tanah terhadap air (Simanungkalit et al.
2006).

Beberapa penelitian penggunaan konsentrasi zat pengatur tumbuh terhadap


stek:

1. Pemberian Rootone-F untuk stek pucuk tanaman meranti putih (Shorea


asamica, Dyer) dan tanaman meranti merah (Shorea selanica, B. L.) pada
konsentrasi 75 ppm Rootone-F/stek pucuk memberikan pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 100 ppm Rootone-
F/stek pucuk menunjukan penurunan hasil, namun masih lebih baik dari
3

pemberian 0 ppm Rootone-F/stek pucuk. Dalam penelitian ini pemberian


Rootone-F sangat efektif dngan sistem perendaman sebab mnghemat biaya,
dan waktu tenaga (Lewerisa, 1996).

2. Hasil penelitian Rifai (2010), Hasil penelitian stek pucuk dan batang tanaman
Rasamala (Altingia excelsa) perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg)
menghasilkan persentase berakar tertinggi sebesar 87.50%; sedangkan
persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-
F dosis 0 mg) sebesar 67.50% perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg)
menghasilkan berat basah pucuk terberat yaitu 2.419 gram; berat basah pucuk
teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar
0.745 gram. Interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) hanya
berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Stek pucuk dengan Rootone-
F dosis 200 mg/100ml air menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu
96,67% dan terendah dihasilkan oleh stek batang dosis 0 mg (kontrol) yaitu
43.33%.

Berdasarkan uraian diatas, dilakukannya pengujian beberapa konsentrasi


zat pengatur tumbuh Rootone-F terhadap stek yang diharapkan dapat memacu
pertumbuhan akar dan inisiasi akar serta meningkatkan produksi tanaman
kentang. Untuk melihat pengaruh pemberian beberapa produk zat pengatur
tumbuh pada stek, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Stek
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Untuk Produksi
G1”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh pemberian


berbagai konsentrasi ZPT Rootone-F terhadap stek tanaman kentang varietas
Granola untuk produksi G1?

C. Tujuan Penelitian
4

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah zat


pengatur tumbuh Rootone-F yang terbaik terhadap perakaran stek dari umbi G0
untuk produksi umbi G1 serta untuk mendapatkan umbi tanaman kentang G1
dengan waktu yang singkat yang mempunyai kualitas sama dengan induknya

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat konsentrasi ZPT yang efektif
terhadap pertumbuhan akar stek tanaman kentang varietas Granola untuk produksi
umbi G1

E. Manfaat Penelitian

Sebagai tambahan informasi atau panduan bagi mahasiswa dan badan


penelitian untuk melakukan penelitian lebih lanjut, serta dapat menjadi acuan bagi
petani tentang produk zat pengatur tumbuh yang terbaik terhadap stek untuk
peningkatan hasil umbi G0 serta produksi tanaman kentang.
BAB II METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai


dengan Maret 2019 jadwal pelaksanaan dapat dilihat (Lampiran1). Penelitian
dilaksanakan di Pusat Alih Teknologi Pengembangan Kawasan Penelitian
Universitas Andalas, dengan ketinggian tempat 1.400-1.600 mdpl yang berlokasi
di Jorong Galagah, Kanagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah alat tulis, cangkul,


kamera, sabit, pisau, seedbed, meteran, gunting, timbangan, tray dan tiang standar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah media tanah, aquades, bibit
kentang G0 varietas granola dapat dilihat di (Lampiran 2), Rootone-F, antracol,
kompos, cocopeat, arang sekam, pupuk SP36, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk
kandang dapat dilihat di (Lampiran 5).

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak


Lengkap (RAL), dengan 5 ulangan dapat dilihat di (Lampiran 3). Perlakuan
berupa berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terdiri dari 5 taraf, maka
didapatkan 25 satuan percobaan dapat dilihat di (Lampiran 4). Setiap satu satuan
percobaan terdapat 20 tanaman, sehingga total tanaman keseluruhan 500 tanaman.
Sampel ditetapkan 5 tanaman untuk setiap satuan percobaan yang diambil secara
acak.
6

Taraf perlakuan berbagai macam konsentrasi Rootone-F zat pengatur


tumbuh adalah sebagai berikut:
(P1) = 0 mg/100ml
(P2) = 50 mg/100ml
(P3) = 100 mg/100ml
(P4) = 150 mg/100ml
(P5) = 200 mg/100ml

Data hasil pengamatan dianalisis secara sidik ragam dan jika F hitung lebih
besar dari F tabel dilanjutkan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range
Test (DMRT) taraf nyata 5% dapat dilihat di (Lampiran 7).

D. Pelaksanaan Percobaan

1. Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari


gulma-gulma. Lahan dibersihkan dengan menggunakan sabit, kemudian
digemburkan dengan menggunkan cangkul. Lahan yang diolah dibuat 25 petak
percobaan yang masing-masing petakan percobaannya berukuran 350 cm x 120
cm dengan tinggi bedengan 20 cm. Jarak antar petakan dibuat selokan dengan
lebar 20 cm. Kemudian lahan di biarkan (inkubasi) satu minggu sebelum ditanami
kentang.

2. Persiapan Benih

Benih kentang yang digunakan adalah benih kentang G0 varietas granola.


Benih kentang yang dipilih adalah benih yang bagus dan sehat serta bebas dari
hama penyakit atau benih bersertifikat. Berat bibit kentang yang digunakan antara
30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.
7

3. Pemasangan Mulsa

Teknik pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada siang hari


sewaktu matahari sedang terik, sehingga mulsa plastik dapat ditarik dan
dikembangkan secara maksimal. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan
mulsa plastik adalah pasak bambu berbentuk huruf U, pisau atau gunting untuk
memotong mulsa, mulsa plastik hitam-perak.

4. Penanaman Induk Stek di screenhouse

Penanaman induk stek ditanam di seedbed (ukuran 35x25x15 cm) dengan


jarak tanam 5x5 cm melalui media campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan (2:1). Setelah tanaman induk didapatkan lalu dilakukan pengstekan.

5. Pemberian Perlakuan dan Penanaman

a. Pembuatan Media Persemaian Stek

Tray semai memiliki 200 lubang dengan jumlah lubang melebar 10 buah
dan lubang memanjang 20 buah. Bentuk lubang semai kotak tanpa sudut dengan
diameter lubang atas 23 mm dan diameter lubang bawah 10 mm. Tipe tray ini
adalah TS-200L, memiliki tinggi 42 mm dan berdimensi 540 x 280 mm. Media
yang digunakan didalam tray adalah berupa cocopeat, kompos dan arang sekam.
Persiapan media tanam ini dilakukan 1 minggu sebelum tanam, kemudian media
disiram dengan desinfektan berupa antrakol untuk menyeterilkan media tanam.
Cara pembuatan media semai adalah dengan mencampurkan (1:1:1) cocopeat,
kompos, dan arang sekam. Dimana cocopeat ini dapat berfugsi menyimpan air 6
kali lipat dari volumenya, sedangkan arang sekam yang berfungsi untuk
mempermudah drainase dan kompos berfungsi untuk memperkaya kandungan
hara pada media persemaian. Kemudian semua bahan diaduk merata, diisikan
kedalam tray sehingga hampir penuh dan dipadatkan supaya media dapat
mencengkram tanaman.
8

b. Penyiapan Media Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Jenis ZPT yang digunakan adalah Rootone-F dengan konsentrasi 0


mg/100ml, 50 mg/100ml, 100 mg/100ml, 150mg/100ml dan 200mg/100ml. Jenis
pelarut yang digunakan adalah aquades, pembuatan perlakuan dapat di lihat di
(Lampiran 8). Penentuan dosis tersebut didasarkan pada beberapa studi
sebelumnya yang telah dijelaskan pada latar belakang.

c. Penyiapan bahan stek

Bahan stek kentang berasal dari tanaman kentang yang sudah berumur
kurang lebih 2-3 minggu. Kemudian dipotong sekitar panjang 5 cm dari pucuk
tanaman, sehingga ditinggalkan 1-2 helai daun di tanaman, supaya terjadi
pertumbuhan tunas kembali dari tanaman tersebut. Tunas yang telah dipotong
langsung direndam dengan Rootone-F selama 30 menit. Karena menurut studi
sebelumnya yang sudah dijelaskan dilatar belakang perendaman ini memberikan
hasil yang sangat efektif bagi hasil perakaran stek. Setelah direndam agar bahan
stek tetap segar maka tanaman langsung ditanam kedalam tray sebelum
dipindahkan kelapangan. Kemudian tanaman dibiarkan tanpa terkena sinar
matahari langsung atau bisa di letakan di dalam screenhouse. Ketika tanaman
sudah berumur 2-3 minggu, tanaman sudah memiliki perakaran yang kuat dan
dapat dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 70 x30 cm sehingga jumlah
tanaman perbedengan ialah 20 tanaman.

6. Pemasangan Label dan Tiang Standar

Pemasangan label dilakukan setelah pembuatan petakan percobaan. Label


dipasang pada masing-masing petakan percobaan untuk menandai perlakuan yang
akan diberikan dan memudahkan saat melakukan pengamatan. Pemasangan label
juga dilakukan untuk masing-masing tanaman yang dijadikan sebagai sampel pada
petakan.
9

Seminggu setelah tanam dilakukan pemasangan tiang standar dan tiang


penyangga. Tiang standar dipasang tanpa melukai atau mengganggu pertumbuhan
umbi. Untuk pemasangan satu tanaman satu tiang standar dilakukan dengan cara
ditancapkan berjarak ±5 cm dari tanaman, dan diberikan tanda 5 cm diatas
permukaan tanah untuk membantu pengukuran tinggi tanaman. Tiang penyangga
dipasang agar tanaman kentang tetap tumbuh tegak dan kokoh.

7. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pembumbumnan,


pengendalian hama dan penyakit, dan pemangkasan batang, pemangkasan batang
dilakukan 10 hari sebelum panen. Pengendalian hama dan penyakit mulai
dilakukan bila telah melewati ambang batas ekonomi.

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada minggu pertama setelah tanam, hal ini


bertujuan untuk memudahkan dalam proses penyeragaman berkaitan dengan
waktu matang saat panen tiba. Penyulaman ini dilakukan dengan cara mencabut
tanaman yang mati dan menggantinya dengan tanaman yang baru yang ditanam
bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman ini bertujuan untuk menggantikan
benih yang tidak tumbuh.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada waktu setelah tanam diikuti oleh pemupukan


pertama karena lahan perlu disiram. Untuk penyiraman selanjutnya dilakukan
sesuai dengan kondisi cuaca yang ada. Karena di tempat percobaan relatif lembab
karena sering turun hujan. Penyiraman dilakukan saat tanah mulai terlihat kering
dan jangan biarkan tanah terlalu basah ataupun tergenang karena dapat
menyebabkan umbi kentang menjadi busuk.
10

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma-gulma yang ada disekitar


tanaman kentang yang dibudidayakan. Pencabutan gulma dilakukan agar tidak
terjadi kompetisi dalam pengambilan nutrisi supaya tanaman yang dibudidayakan
dapat tumbuh dengan maksimal.

d. Pemupukan

Untuk pemupukan pada awal penanaman yaitu pupuk kandang. Pemberian


pupuk kandang pada setiap masing-masing bedengan diberikan dengan dosis 20
ton/ha (Susetya, 2012), pupuk kandang yang digunakan untuk tanaman kentang
yaitu berasal dari kotoran sapi. Pemupukan biasanya diberikan oleh petani setelah
dilakukan penyiangan. Hal ini untuk lebih memaksimal tanaman untuk mendapat
tambahan unsur hara (pupuk) diserap oleh tanaman secara maksimal. Pemupukan
dilakukan tiga kali mulai dari awal penanaman sampai panen. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk Urea, SP36, KCl. Masing-masingnya dengan dosis Urea
300 kg/ha, SP36 dosis 250 kg/ha, KCl 200 kg/ha, diberikan ketika tanaman sudah
berumur 3-4 MST sehingga pemberian pupuk perumpunnya SP36 5,25 g/tanaman,
Urea 6,3 g/tanaman, KCl 4,2 g/tanaman, dan pada saat tanaman berumur 9 MST
diberikan pupuk susulan Urea sebanyak 3,15 g/tanaman dapat dilihat di
(Lampiran 5). Pupuk diberikan dengan cara membuat lubang secara melingkar
pada jarak 5 cm dari tanaman kentang lalu masukan pupuk sesuai dengan
perhitungan dan tanah ditutup kembali.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanis dengan cara


membuang langsung hama yang menyerang tanaman dan membuang bagian
tanaman jika terserang penyakit, pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada
waktu awal penanaman sampai panen.
11

f. Panen

Kentang dipanen pada saat berumur 90-120 hari setelah tanam. Pemanenan
umbi kentang ini bisa dilakukan jika sudah memenuhi syarat-syarat pemanenan,
yaitu daunnya yang berwarna kuning dan kering, kulit umbi tidak mudah
mengelupas apabila digosok dengan jari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
dengan menggali tanaman dengan membuka mulsa plastik dan dibongkar
menggunakan cangkul secara perlahan agar umbi tidak rusak atau bisa juga secara
manual dengan menggunakan tangan untuk menggali umbi kentang yang ada di
dalam tanah. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, baru umbi
dimasukan kedalam wadah penampung yaitu karung.

g. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah vegetatif secara non-destruktif


(tanpa merusak tanaman), yang dilakukan secara periodik dengan interval waktu 1
minggu sekali sampai panen. Variabel yang diamati sebagai berikut:

1. Jumlah Tunas

Pengamatan jumlah tunas dilakukan dengan cara menghitung berapa


jumlah tunas yang muncul ke permukaan tanah dan diamati pertumbuhan nya.
Pngamatan jumlah tunas dilakukan sekali pada tanaman berumur 2 MST.

2. Persentasi Keberhasilan Stek

Pengamatan persentase keberhasilan stek dihitung pada saat tanaman akan


dipindahkan ke lapangan atau ke bedengan dengan menggunakan persamaan:

SH = X 100%
12

3. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilaksanakan setiap minggu saat tanaman


berumur 2 MST dengan interval waktu 2, 3, 4, 5 MST dan seterusnya sampai 14
MST. Pengukuran tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah yang
ditandai dengan tiang standar sampai dengan titik tumbuh tanaman kentang
dengan menggunakan mistar.

4. Diameter Umbi (cm)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung diameter umbi terbesar dan


terkecil yang ada dalam satu rumpun. Pengamatan terhadap diameter umbi per
rumpun dilakukan setelah tanaman dipanen.

5. Jumlah Umbi Per Tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung banyak umbi kentang per


rumpunnya. Pengamatan jumlah umbi dilaksanakan setelah tanaman dipanen.

6. Bobot Umbi Per Tanaman

Pengamatan terhadap bobot umbi dilakukan setelah tanaman dipanen,


umbi dicuci dan dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air, lalu umbi
tersebut dikeringkan diatas kertas stensil lalu ditimbang bobot umbi yang
dihasilkan per rumpun menggunakan timbangan. Sedangkan untuk bobot umbi
perpetak dengan cara menimbang hasil seluruh rumpun yang ada di setiap bedeng.

7. Produksi Per Petakan (kg) dan Produksi Per Hektar (ton)

Pengamatan produksi kentang per petak dilakukan satu kali setelah panen
dengan cara menimbang hasil seluruh rumpun yang ada di setiap bedeng.
Sedangkan untuk pengamatan produksi per hektar dilakukan dengan cara
13

menghitung keseluruhan umbi kentang yang dihasilkan saat panen. Selanjutnya


hasil yang didapatkan dikonversikan ke dalam ton/ha, dan dihitung dengan
menggunakan persamaan:
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H, A., Moko, H., Cepi. (2006). Pertumbuhan Stek Pucuk Sukun Asal
Dari Populasi Nusa Tenggara Barat Dengan Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 3 (2): hal 93-99
Badan Pusat Statistik. (2018). Data Produksi Tanaman Kentang Tahun 2015-2017.
http://www.bps.go.id/site/resultTab (akses tanggal 02 Oktober 2018)
Departemen Pertanian. (2012). Memilih Varietas Kentang Yang Ditanam. Pusat
Perlindungan Pertanian. Departemen Pertanian.
Hilman, Y. (2010). Analisis Dan Sintesis Kebijakan Prbnihan Hortikultura Dalam
Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura, Laporan Akhir, Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Idawati, N. 2012 Pedoman Lengkap Bertanam Kentang. Yogyakarta: Pustaka baru
Press.
Lewerisa, E. (1996). “Pengaruh Pemeberian Rootone-F Terhadap Pertumbuhan
Stek Pucuk Tanaman Meranti Putih (Shorea asamica, Dyer) dan Tanaman
Meranti Merah (Shorea selanica, B. L.)” Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Patimura: Ambon.
Pudjiono, S., (1996). Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan.
Informasi Teknis No. 1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan
Biotknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.
Rifai, H. (2010). “Pengaruh Dosis Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Pucuk
dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa)” Skripsi. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Rukmana, R (2002). Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Kanisius.
Yogyakarta.
Simanungkalit, R.D M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., dan Wiwik, H. (2006).
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.
Susetya, D. (2012). Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk Tanaman
Pertanian dan Perkbunan).Wetlands International Indonesia Programme.
Yogyakarta.
15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Desember Januari Februari Maret


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Lahan
dan
Mulsa
2. Persiapan
benih
3. Penanam
an Induk
Stek
4. Pemberia
n
Pelakuan
ZPT dan
Stek
5. Pemlihar
aan
Tanaman
6. Pemupuk
an
7. Pengamat
an
8. Panen
16

Lampiran 2. Deskripsi Bibit Kentang

Asal : Introduksi Jerman Barat


Klon : Granola
Umur : 110-115 hari
Tinggi Tanaman : 60-70 cm
Penampang Batang : Segi lima
Bentuk Daun : Oval
Sayap Batang : Oval
Permukaan Bawah Daun : Berkerut
Kedalaman Mata Umbi : Dangkal
Warna Batang : Hijau
Warna Daun : Hijau
Warna Urat Daun : Hijau Muda
Warna Benang Sari : Kuning 5 buah
Warna Putik : Putih
Warna Daging Umbi : Kuning-Putih
Jumlah Tandan Bunga : 2-5 Buah
Kandungan karbohidrat : 20%
Ketahanan Penyakit : Tahan PVA, PLRV, agak peka terhadap Layu
Bakteri dan Busuk Daun
Produktivitas : 20-26 ton/ha
Kadar Air : 30%
Kegunaan : Kentang Sayur

Sumber: Surat Kepmentan No. 444/KPTS.TP.240/6/1993 tanggal 25 Juli


1993 dalam Rukmana (2002).
17

Lampiran 3. Denah Penempatan Satuan Percobaan

(P4)2 (P2)1 (P1)5 (P5)1 (P4)4

BARAT
(P2)5 (P2)3 (P4)3 (P1)2 (P3)4

(P4)5 (P2)4 (P2)2 (P5)5 (P5)2

(P1)3 (P3)2 (P1)1 (P3)1 (P3)5 TIMUR

(P5)3 (P4)1 (P1)4 (P3)3 (P5)4

Keterangan:
P1 = 0 mg/100ml
P2 = 50 mg/100ml
P3 = 100 mg/100ml
P4 = 150 mg/100ml
P5 = 200 mg/100ml

1,2,3,4,5 = Ulangan
18

Lampiran 4. Tata Letak Tanaman Dalam Satu Unit Percobaan

A
C Y

Keterangan:
Ukuran Petakan: X = 350 cm
Y = 120 cm
Jarak Tanam: A = 70 cm
B = 30 cm
Jarak Antara Tepi Bedengan dengan Tanaman: C = 40 cm
D = 40 cm
= tanaman kentang
= tanaman kentang sampel
19

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemupukan

1. Perhitungan Pupuk Kandang

Diketahui : Ukuran Bedengan : 350 cm x 120 cm : 4,2 m²


: Luas 1ha Lahan : 100 m² x 100 m² : 10.000 m²
: Pupuk Kandang : 20 ton/ha
Perhitungan:
a. Pupuk Kandang 20 ton/ha: (Ukuran Bedengan (m²) / Luas 1 ha Lahan (m²)
x 50 ton/ha
: (4,2 m² / 10.000 m²) x 20 ton/ha
: 8,4 kg/bedengan
Kebutuhan pukan untuk 20 bedengan: 8,4 kg/bedengan x 20 bedengan: 168 kg
Jadi, pemberian pupuk Pupuk Kandang 20 ton/ha diberikan pada 20
bedengan, yaitu sebanyak 168 kg.

2. Tanaman berumur 3-4 MST

Diketahui : Ukuran Bedengan : 350 cm x 120 cm : 4,2 m²


: Luas 1ha Lahan : 100 m² x 100 m² : 10.000 m²
: Populasi 1 Bedengan : 20 Tanaman
: Pupuk SP36 : 250 kg/ha
: Pupuk Urea : 300 kg/ha
: Pupuk KCL : 200 kg/ha
Perhitungan:
b. SP36 250 kg/ha: (Ukuran Bedengan (m²) / Luas 1 ha Lahan (m²)
x 250 kg/ha
: (4,2 m² / 10.000 m²) x 250 kg/ha
: 0,105 kg/bedengan
Populasi : 0,105 kg/bedengan / 20 tanaman
: 0.00525 kg/tanaman
20

: 5,25 g/tanaman
Jadi, pupuk SP36 250 kg/ha diberikan pada tanaman berumur 28 HST, yaitu
sebanyak 5,25 g/tanaman.

c. Urea 300 kg/ha: (Ukuran Bedengan (m²) / Luas 1 ha Lahan (m²)


x 300 kg/ha
: (4,2 m² / 10.000 m²) x 300 kg/ha
: 0,126 kg/bedengan
Populasi : 0,126 kg/bedengan / 20 tanaman
: 0.0063 kg/tanaman
: 6,3 g/tanaman
Jadi, pupuk Urea 300 kg/ha diberikan pada tanaman berumur 28 HST, yaitu
sebanyak 6,3 g/tanaman.

3. Tanaman berumur 9 MST

Diketahui : Ukuran Bedengan : 350 cm x 120 cm : 4,2 m²


: Luas 1ha Lahan : 100 m² x 100 m² : 10.000 m²
: Populasi 1 Bedengan : 20 Tanaman
: Pupuk Urea : 150 kg/ha
Perhitungan:
a. Urea 150 kg/ha: (Ukuran Bedengan (m²) / Luas 1 ha Lahan (m²)
x 100 kg/ha
: (4,2 m² / 10.000 m²) x 150 kg/ha
: 0,063 kg/bedengan
Populasi : 0,063 kg/bedengan / 20 tanaman
: 0,00315 kg/tanaman
: 3,15 g/tanaman
Jadi, pupuk Urea 150 kg/ha diberikan pada tanaman berumur 63 HST, yaitu
sebanyak 3,15 g/tanaman.
21

Lampiran 6. Deskripsi Kandungan Bahan Aktif dalam produk ZPT

No. Nama Produk Dagang Bahan Aktif


ZPT
1. Rootone-F Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %, 2-
metil-1-Napthalene Acetatamida (MNAD)
0,013%, 2-metil-1-naftalenasetat 0,33%, 3-
Indol butyric Acid (IBA) 0,057% dan Thyram
(Tetramithiuram disulfat) 4,00%.
22

Lampiran 7. Analisis Statistik

1. Daftar Sidik Ragam

Sumber
Db JK KT F hit F Tabel
Keragaman
Perlakuan
(t-1)
JKP

Sisa
t(r-1)
JKS
Total (tr-1) JK tot

2. Analisis Data

1. FK =

2. JKT =

3. JKP = +

4. JKS = JKT-JKP

5. KTP =

6. KTS =

7. F hit P =

F hit S =

8. Lihat tabel F untuk melihat taraf nyata 5 %


23

9. Bandingkan dengan tabel F


10. Tarik kesimpulan , jika
 F hit > F Tabel 5% = berbeda nyata, Ho ditolak
 F hit < F Tabel 5% = berbeda tidak nyata, Ho diterima

11. Tentukan koefisien keragaman (KK) =

Bila F hit lebih besar dari F tabel 5% = berarti berbeda nyata maka dilanjutkan
dengan uji lanjut menurut Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT).

3. Prosedur uji Lanjut DNMRT


1. Hitung nilai kesalahan bahan baku

Sy =

2. Tentukan nilai SSRp (Significant Student Range) dengan menggunakan tabel


Duncan’s untuk perlakuan 2,3 dan 4 pada db yang bersangkutan.
3. Hitung nilai LSRp (Least Significant Range) dengan rumus:
LSRp = SSRp x Sy
4. Susun rata-rata perlakuan dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Hitung selisih rata-rata perlakuan, kemudian bandingkan dengan nilai LSRp 5%.
Bila selisih nilai rata-rata perlakuan besar dari nilai LSRp 5%, berarti berbeda nyata
dan bila nilai rata-rata perlakuan kecil dari nilai LSRp, berarti perlakuan itu tidak
berbeda nyata.
24

Lampiran 8. Pembuatan Perlakuan

Rootone-F (100 g / Rp. 45.000)

Rootone-F ini berupa bubuk putih, konsentrasi yang digunaan yaitu 0mg,
50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg. Kemudian ditambahkan aquades sehingga
masing-masing 100ml larutan. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh pada stek dilakukan
dengan cara merendam ujung bawah stek dengan ZPT yang sudah dilarutkan dalam
air. Lama perendaman yaitu selama 30 menit. Bahan stek yang sudah didiamkan
langsung ditanam ke dalam tray. Bisa juga dengan cara manual ambil bubuk rootone-f
secukupnya kemudian campurkan dengan air sehingga menjadi pasta, kemudian
oleskan ke tanaman yang akan di stek.

Anda mungkin juga menyukai