Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018

NAMA : AHMAD BUDIMAN


NIM : C51112146
Prodi : Agroteknologi
Judul : Pengaruh Pupuk Kandang Burung Puyuh Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Gambas Pada Tanah Aluvial
Pembimbing : 1. Ir. Mulyadi Safwan, MMA
2. Maulidi, SP, M.Sc
Penguji : 1. Ir. Elly Mustamir, M.Sc
2. Ir. Hj. Siti Hadijah, M.Sc
PENGARUH PUPUK KANDANG BURUNG PUYUH TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBAS
PADA TANAH ALUVIAL

Ahmad budiman (1), mulyadi safwan(2), maulidi(2)


(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
(2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kotoran puyuh yang
terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman gambas pada tanah
aluvial. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani Pontianak dimulai pada bulan Desember
2017 sampai dengan maret 2018. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) terdiri dari enam perlakuan, empat ulangan dan tiga tanaman sampel.
Perlakuan yang diberikan yaitu : k1 = 150 g/polibag, k2 = 300 g/polibag, k3 = 450
g/polibag, k4 = 600 g/polibag k5 = 750 g/polibag dan k6 = 900 g/polibag. Variabel
pengamatan dalam penelitian ini adalah jumlah klorifil daun, volume akar, berat
kering tanaman, berat buah, panjang buah, diameter buah, dan jumlah buah
pertanaman. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman gambas memberikan
respon yang sama terhadap jumlah klorofil daun, volume akar, berat kering tanaman,
dan memberikan respon yang berbeda pada berat buah, panjang buah, diameter buah
dan jumlah buah pertanaman. Hasil penelitian menujukan bahwa dosis pupuk kotoran
burung puyuh 750 g memberikan rerata tertinggi untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman gambas dibandingkan dosis lainya.
Kata kunci : Aluvial, gambas, pupuk kotoran puyuh
THE INFLUENCE OF QUAIL BIRD FERTILIZER
ON THE GROWTH AND RESULTS OF PLANT GROWTH
IN ALLUVIAL SOIL

Ahmad budiman(1), Mulyadi safwan(2), Maulidi(2)


(1) Students of the Faculty of Agriculture, Tanjungpura University
(2) Lecturer at the Faculty of Agriculture of Tanjungpura University

ABSTRACK

This study aims to determine the best dose of quail manure to increase growth
and yield of squash on alluvial soil. This research was carried out in the experimental
garden of the Tanjungpura University Faculty of Agriculture, Ahmad Yani Street
starting in December 2017 until March 2018. The design used was a completely
randomized design (CRD) consisting of six treatments, four replications and three
sample plants. The treatment given was k1 = 150g / polybag, k2 = 300g / polybag, k3
= 450g / polybag, k4 = 600g / polybag, k5 = 750g / polybag, and k6 = 900g / polybag.
Variable effects in this study were the amount of leaf chlorophyll, root volume, plant
dry weight, fruit weight, fruit length, frit diameter and number of fruit plant. The
reslt of the study showed that luffa plants give a different response towards giving
quail manure fertilizer to the variables amount of leaf chlorophyll, root volume, plant
dry weight and give a different response to frui weight, fruit length, fruit diameter and
number of fruit crops on variable amounts of leaf chlorophyll, root volume, plant dry
weight, fruit length and number of fruit diameter, and gave different responses to
fruit weight, fruit length and number of fruit plantations. The results showed that 750
g quail manure diosage gave the highest average for growth and yield compared to
other doses.
Keywods: alluvial, quail manure, squash.
PENDAHULUAN
Gambas (Luffa acutangula), adalah 14.880.700 ha. Hal ini menjadi salah
tanaman sayuran semusim yang satu potensi untuk usaha pengembangan
merambat dengan akar panjatnya. areal penanaman gambas untuk
Tumbuhan gambas berasal dari India memenuhi kebutuhan pasar.
kemudian menyebar keberbagai negara Pemanfaatan tanah aluvial untuk
yang beriklim tropis. Tanaman ini budidaya tanaman gambas dihadapkan
banyak dibudidayakan di Cina, Jepang pada beberapa fator pembatas. Faktor
serta negara-negara di kawasan Asia pembatas tersebut yaitu sifat fisik, kimia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan biologit tanah aluvial yang kurang
dan Filipina (Rukmana, 2000). Gambas baik sehingga kurang mendukung untuk
dibudidayakan untuk dipanen buah pertumbuhan dan produksi tanaman
mudanya sebagai sayuran. gambas secara maksimal.
Budidaya gambas di Kalimantan Salah satu upaya yang dapat di
Barat belum diusahakan secara lakukan yaitu dengan pemberian bahan
maksimal, sehingga belum ada data organik kedalam tanah. Bahan organik
tentang produksi tanaman gambas di berperan dalam memperbaiki sifat fisik
BPS Kalimantan Barat, berdasarkan tanah, meningkatkan kandungan hara
survei pada pasar tradisional, warung menambah daya serap air, dan
dan pertokoan sayur harga gambas memperbaiki kehidupan mikro
terbilang tinggi dengan harga mencapai organisme dalam tanah (Indriana, 2004).
15.000,00/kg. Hal ini menjadi salah satu Salah satu bahan organik yang dapat
prospek pengembangan gambas yang digunakan ialah pupuk kandang kotoran
dapat dijadikan alternatif budidaya puyuh.
tanaman sayur oleh petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Menurut Badan Pusat Statistik mengetahui dosis pupuk kandang
Kalimantan Barat tahun 2013, kotoran burung puyuh yang terbaik
Kalimantan Barat memiliki sumber daya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
lahan aluvial yang cukup luas yaitu gambas pada tanah aluvial.
1.793.771 ha dari luas provinsi

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di adalah parang, cangkul, ayakan, tanah,
kebun percobaan Fakultas Pertanian polybag, sprayer, gembor,
Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad higrotermometer, dirigen, timbangan,
Yani Pontianak dimulai pada bulan kamera, alat tulis, corong dan oven.
Desember 2017 sampai dengan maret Penelitian ini menggunakan
2018. Bahan yang digunaan dalam rancangan acak lengkap (RAL) terdiri
penelitian ini adalah benih gambas, tanah dari enam perlakuan, empat ulangan dan
aluvial, pupuk anorganik, kotoran tiga tanaman sampel. Perlakuan yang
burung puyuh, kapur dan pestisida. Alat- diberikan yaitu : k1 = 150 g/polibag, k2 =
alat yang digunakan dalam penelitian ini 300 g/polibag, k3 = 450 g/polibag, k4 =
600 g/polibag k5 = 750 g/polibag dan k6 Variabel pengamatan dalam
= 900 g/polibag. Pepelaksanaan penelitian ini adalah jumlah klorifil
penelitian meliputi persiapan tempat daun, volume akar, berat kering
penelitian, persiapan media tanam, tanaman, berat buah, panjang buah,
pengapuran, dan pemberian pupuk diameter buah, dan jumlah buah
kotoran burung puyuh, penanaman, pertanaman.
pemeliharaan dan panen. Analisis statistik dilakukan
Pelaksanaan penelitian meliputi dengan menggunakan analisis
persiapan lahan, persiapan media tanam, keragaman (ANOVA), jika analisis
pemberian pupuk kandang kotoran keragaman menunjukan pengaruh nyata
burung puyuh, pemberian pupuk dasar, maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda
penyemaian, penanaman, penyulaman, Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
penyiangan gulma, penyiraman,
pengendalian hama penyait, dan panen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Data rerata volume akar, jumlah keragaman pengaruh pupuk kotoran
klorofil daun dan berat kering tanaman puyuh terhadap volume akar, jumlah
dapat dilihat pada Lampiran 6, lampiran klorofi daun dan berat kering tanaman
7 dan lampiran 8. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis keragaman pengaruh pupuk kotoran puyuh terhadap volume akar,
jumlah klorofil daun dan berat kering tanaman.

F Hitung
SK db F Tabel
VA JKD BKT
Perlauan 5 2,24tn 0,45tn 0,16tn 2,77
Galat 18
Total 23
KK 21,27% 9,86% 24,13%
Keterangantn :
tn : Berpengaruh Tidak Nyata,
VA : Volume Akar,
JKD : Jumlah Klorifil Daun
BKT : Berat Kering Tanaman.

Berdasarkan Tabel 1 dapat tidak nyata. Nilai rerata volume akar,


diketahui bahwa pemberian pupuk jumlah klorofil daun dan berat kering
kotoran burung puyuh terhadap volume tanaman akibat pemberian kotoran
akar, jumlah klorofil daun dan berat burung puyuh dapat dilihat pada Gambar
kering tanaman berpengaruh 1, Gambar 2 dan Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 1, sedangkan nilai rerata jumlah klorofil
menunjukkan nilai rerata volume akar daun cenderung terendah pada
cenderung tertinggi dihasilkan pada pemberian dosis kotoran burung puyuh
pemberian dosis kotoran burung puyuh sebesar 150 g/polybag yaitu
sebesar 750 g/polybag yaitu 20,48 g, 37,11spad/unit.
sedangkan nilai rerata volume akar Gambar 3, menunjukkan nilai
cenderung terendah pada pemberian rerata berat kering tanaman cenderung
dosis kotoran burung puyuh sebesar 450 tertinggi dihasilkan pada pemberian
g/polybag yaitu 13,60 g. dosis kotoran burung puyuh sebesar 750
Gambar 2, menunjukkan nilai g/polybag yaitu 24,81 g, sedangkan nilai
rerata jumlah klorofil daun cenderung rerata berat kering tanaman cenderung
tertinggi dihasilkan pada pemberian terendah pada pemberian dosis kotoran
dosis kotoran burung puyuh sebesar 900 burung puyuh150 g/polybag yaitu 22,87
g/polybag yaitu 40,27 spad/unid, g.

25.00
19.38 20.48
20.00 18.78
17.03
Volume akar (cm3)

13.60 14.53
15.00

10.00

5.00

0.00
150 300 450 600 750 900
Dosis Kotoran Burung Puyuh (g/polybag)
Gambar 1. Rerata volume akar tanaman gambas

45.00 39.70 40.27


Jumlah klorofil daun (spad/unit)

39.07
40.00 37.11 37.68 37.68

35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
150 300 450 600 750 900
Kotoran Burung puyuh (gram/polybag)
Gambar 2. Rerata jumlah klorofil daun tanaman gambas
30.00 24.61 24.29 24.51 24.81

Berat kering tanaman (gram)


22.87 21.97
25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
150 300 450 600 750 900
Kotoran Burung Puyuh (gram/polybag)

Gambar 3. Rerata berat kering tanaman gambas

Hasil analisis keragaman


terhadap rerata berat buah, rerata rerata jumlah buah pertanaman dapat
diameter buah, rerata panjang buah dan dilihat pada tabel 2
.
Tabel 2. Analisis keragaman pengaruh pupuk kotoran puyuh terhadap berat buah,
diameter buah, panjang buah dan jumlah buah pertanaman.
F Hitung
SK db F Tabel
BBT DB PB JBP
Perlakuan 5 8,80* 3,32* 5,78* 19,12* 2,77
Galat 18
Total 23
KK 9,57% 3,68% 5,96% 9,19%
Keterangan: tn : Berpengaruh Tidak Nyata,
*: Berpengaruh Nyat
BBT: Berat Buah Tanaman,
DB : Diameter Buah
PB : Panjang Buah,
JBP: Jumlah Buah Pertanaman.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pertanaman. Untuk mengetahui
pengaruh pupuk kotoran puyuh perbedaan diantara perlakuan pada, berat
memberikan pengaruh yang nyata pada buah, panjang buah, diameter buah dan
diameter buah tanaman, berat buah, jumlah buah pertanaman maka
panajang buah dan jumlah buah dilanjutkan dengan uji BNJ.
Tabel 4. Uji beda nyata jujur 5% pengaruh pupuk kotoran puyuh terhadap berat buah
pertanaman, panjang buah dan jumlah buah pertanaman.
Dosis kotoran
Rerata
burung
puyuh (g) BB (g) PB (cm) DB(cm) JBT (buah)
150 178,96b 32,53b 4,05ab 5,75c
300 183,09b 32,70b 3,93ab 6,5bc
450 175,82b 32,56b 3,99ab 6,75bc
600 188,43b 33,53b 4,03ab 7,25b
750 250,39a 43,40a 4,30a 10a
900 195,21b 33,44b 3,93b 7,25b
BNJ 5% 9,57 12,08 0,22 9,19
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%.

Hasil uji BNJ pada tabel 4 menunjukkan nyata dengan diameter buah yang diberi
bahwa berat buah pertanaman yang kotoran burung puyuh sebanyak 900 g
diberi kotoran burung puyuh sebanyak namun tidak berbeda nyata dengan
750 g berbeda nyata dengan berat buah diameter buah yang diberi kotoran
pertanaman yang diberi kotoran burung buarung puyuh sebanyak 150 g, 300 g,
puyuh sebanyak 150g, 300 g, 450 g, 600 450 g, dan 600 g. Diameter buah
dan 900 g. Berat buah pertanaman tertinggi dihasilkan pada pemberian
tertinggi dihasilkan pada pemberian kotoran burung puyuh sebanyak 750 g
kotoran burung puyuh sebanyak 750 g yaitu 4,30 cm, sedangkan diameter buah
yaitu 250,39 g, sedangkan berat buah terendah terdapat pada pemberian
terendah terdapat pada pemberian kotoran burung puyuh 900 g yaitu 3,93
kotoran burung puyuh 450 g yaitu cm.
175,82 g. Jumlah buah pertanaman yang
Panjang buah yang diberi kotoran diberi kotoran burung puyuh sebanyak
burung puyuh sebanyak 750 g berbeda 750 g berbeda nyata dengan jumlah buah
nyata dengan panjang buah yang diberi pertanaman yang diberi kotoran burung
kotoran burung puyuh sebanyak 150 g, puyuh sebanyak 150 g, 300 g, 450 g, 600
300 g, 450 g, 600 g dan 900 g. Panjang g dan 900 g. jumlah buah pertanaman
buah tertinggi dihasilkan pada pemberian tertinggi adalah jumlah buah pertanaman
kotoran burung puyuh sebanyak 750 g yang di beri kotoran burung puyuh
yaitu 43,40 cm, sedangkan panjang buah sebanyak 750 g yaitu 10 buah sedangkan
terendah terdapat pada pemberian jumlah buah pertanaman terendah adalah
kotoran burung puyuh 150 g yaitu 32,53 jumlah buah pertanaman yang diberi
cm. kotoran burung puyuh 150 g yaitu 5,75
Diameter buah yang diberi kotoran buah.
burung puyuh sebanyak 750 g berbeda
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian gembur dan remah. Struktur tanah yang
menunjukkan bahwa pemberian pupuk gembur dan remah menunjang
kandang kotoran burung puyuh pertumbuhan dan perkembangan akar
berpengaruh tidak nyata terhadap tanaman, akar mudah menembus tanah
volume akar (cm3), klorofil (spad unit), serta berkembang membentuk cabang –
berat kering tanaman (g), namun cabang akar. Penambahan pupuk
berpengaru nyata terhadap berat buah kandang kotoran puyuh juga
pertanaman, panjang buah (cm), meningkatkan kemampuan tanah
diameter buah (cm) dan jumlah buah menahan air sehingga kemampuan
pertanaman (buah). menyediakan air tanah untuk
Porses vegetatif atau pertumbuhan tanaman meningkat.
pertumbumbuhan tanaman akan Kadar air yang optimal bagi
berlangsung baik apa bila ketersediaan tanaman dan kehidupan mikroorganisme
unsur hara dapat tersedia dan bisa dalam tanah yaitu kapasitas lapang.
langsung diserap oleh tanaman. Proses Kapasitas lapang adalah kondisi ketika
dekomposisi dipengaruhi oleh faktor komposisi kadar air dan udara di dalam
lingkungan di antaranya adalah tanah berimbang. Menurut Sutanto
ketersedian air, suhu dan kelembaban, (2009), air tanah berperan sebagai
ketersediaan air yang cukup proses pelarut dan pembawa ion-ion hara dari
dekomposisi akan berlangsung baik, dalam tanah untuk di serap oleh akar
ketersediaan air yang kurang tanaman menuju daun.
menyebabkan bakteri tidak berfungi dan Menurut Annabi, dkk. (2007),
pada kondisi ketersediaan air yang meningkatnya kadar air tersedia ini
berlebih menyebabkan kondisi anaerob akibat dari sifat bahan organik yang
dan pada kondisi anaerob tersebut proses hidrofilik yaitu dapat menghisap dan
dekomposisi berlangsung lambat. memegang air. Brady dan Weil (2002)
Curah hujan di lapangan saat awal menambahkan, bahan organik dapat
musim tanam atau pada vase vegetative menyerap air sampai enam kali beratnya
mencapai rata rata 11,91 perhari sendiri sehingga semakin tinggi
sedangan pada saat tanaman memasuki kandungan bahan organik dalam tanah
vase generatif curah hujan lingkungan maka akan berakibat pula pada
penelitian sekitar rata rata 3,38 mm peningkatan kadar air tanah.
perhari. Tingginya curah hujan pada vase Hasil analisis keragaman pada
vegetatif menyebabkan terhambatnya Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan
laju proses dekomposisi bahan organik berpengaruh tidak nyata pada variabel,
sehingga pemberian kotoran burung volume akar, jumlah klorofil dan berat
puyuh tidak memberikan dampak atau kering tanaman, ini menunjukkan bahwa
pengaruh pada vase vegetatif tersebut. semua perlakuan memberikan hasil yang
sama. Ini berarti bahwa pengaruh pupuk
Penambahan pupuk kandang kotoran burung puyuh memberikan
kotoran puyuh kedalam tanah dapat pengaruh yang sama baiknya sehingga
memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat menurunkan bobot isi tanah
menyebabkan bobot isi sedang menjadi menjadi gembur yang menyebabkan akar
rendah, sehingga struktur tanah menjadi tanaman dapat berkembang dengan baik.
Menurut Redaksi Agromedia (2007), Jumlah klorofil daun sangat
pemberian bahan organik dapat dipengaruhi oleh kandungan N, karena N
memperbaiki struktur tanah menjadi merupakan salah satu penyusun utama
gembur sehingga pertumbuhan akar klorofil (Taiz dan Zaiger, 1998).
tanaman menjadi lebih baik. Gambar 1 Ketersediaan unsur N yang cukup akan
menunjukkan walaupun pengaruhnya meningkatkan kandungan protein dan
tidak nyata, pada pemberian kotoran daun dapat tumbuh lebih lebar, sehingga
puyuh 750 g memiliki rerata cenderung kemampuan tanaman untuk menangkap
tertinggi yaitu 29,6 cm3. cahaya matahari untuk proses
Pemberian pupuk kandang kotoran potosintesis menjadi lebih banyak. Unsur
burung puyuh selain memperbaiki sifat N bukan hanya sebagai penyusun
fisik tanah aluvial juga dapat klorofil namun N sangat dibutuhkan
memperbaiki sifat kimia tanah melalui dalam pertumbuhan vegetatif tanaman
unsur hara yang dikandungnya. sehingga kebutuhan N terbagi.
Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Penyerapan energi matahari yang
Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas baik akan mempengaruhi proses fisiologi
Pertanian Universitas Tanjungpura tanaman terutama pada proses
(2017), pupuk kandang kotoran puyuh fotosintesis akan meningkat. Faktor
mengandung unsur kimia antara lain lingkungan yang berpengaruh terhadap
unsur nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, proses fotosintsis adalah suhu,
magnesium. Kandungan unsur kimia kelembaban udara dan curah hujan.
dalam pupuk kandang kotoran burung Rerata suhu harian selama penelitian
puyuh tersebut menambah unsur kimia adalah 27,28 sementara suhu udara yang
yang sudah ada di dalam tanah, serta ideal bagi pertumbuhan tanaman gambas
dengan dibantu pupuk dasar maka unsur adalah suhu harian rata-rata yang
kimia tersebut dapat memenuhi berkisar 20-30 °C. Curah hujan yang
ketersediaan unsur hara yang diperlukan ideal untuk areal penanaman gambas
oleh tanaman gambas sehingga adalah 40-50 mm/bulan sementara curah
pertumbuhan dan hasilnya cukup baik. hujan selama penelitian menunjuan
Jumlah klorofil daun merupkaan curah hujan yang tinggi yaitu beisar
indkator banyaknya kandungan klorofil antara 8,49, 369,44, dan 94,8 dengan
dalam daun. Semakin tinggi nilai yang di demikian berarti bahwa suhu dan curah
peroleh smakin banyak jumlah klorofil hujan aan berpengaruh pada proses
pada daun tersebut ( Garner dkk, 1985 ). fotosintesis
Pada Gambar 2 menunjukan bahwa nilai Gambar. 4 menunjukan nilai rerata
rerata cenderung tertinggi jumlah berat kering tanaman gambas cenderung
klorofil daun ditunjukan tanaman tertinggi ditunjukkan oleh tanaman
gambas yang diberi pupuk kandang gambas dengan pemberian dosis kotoran
kotoran burung puyuh dengan dosis 750 puyuh sebesar 750 g dengan nilai rerata
(g) yaitu 39.70 spad unit. Laju berat kering tanaman gambas tertinggi
fotosintesis sangat dipengaruhi oleh yaitu 99,22 g. Hal ini diduga karena hasil
jumlah klorofil yang dikandungnya. dari fotosintesis digunakan untuk
Semakin tinggi jumlah kandungan pertumbuhan dan perkembangan
klorofil di daun maka laju fotosintesis tanaman antara lain pertambahan ukuran
daun semakin tinggi pula.
panjang tanaman, pembentukan cabanag untuk berbagai reaksi metabolisme dan
dan daun baru. merupakan penyusun unit sel dalam
Bobot kering tanaman sangat membran sel.
berhubungan dengan pertambahan Jika P tidak berada adalah jumlah
ukuran panjang tanaman yang yang cukup maka energi yang tersedia
diakibatkan oleh pembelahan dan tidak dapat mencukupi untuk reaksi
pemanjangan sel sehingga bobot kering fotosintesis yang mengakibatkan
tanaman mengalami peningkatan. Untuk potosintat yang digunakan dalam
meningkan berat kering tanaman yang pembentukkan jaringan tanamanan
optimal, tanaman membutuhkan banyak terganggu.Menurut Prawiranata (1991),
energi maupun unsur hara agar unsur kalisum (K) yang digunakan
peningkatan jumlah maupun ukuran sel tanaman sebagai katalisator di dalam
dapat mencapai optimal. jaringan tanaman dalam proses fisiologi
Menurut setyati (1996), bahwa tanaman dan juga memegang peranan
pertumbuhan tanaman ditunjukkan penting dalam sintesa protein, asam
dengan pertambahan ukuran dan berat amino dan metabolisme karbohidrat.
kering yang mencerminkan bertambanya Hasil analisis keragaman pada
protoplasma yang terjadi karena Tabel 3. Bahwa pemberian pupuk
pertambahan ukuran dan jumlah sel. kandang kotoran burung puyuh
Bertambahnya ukuran sel dan berat berpengaruh nyata terhadap berat buah,
kering tanaman disebabkan oleh panjang buah, diameter buah dan jumlah
pembelahan sel di daerah meristemapik buah pertanaman.
pucuk dan meristemapik ujung akar. Hasil uji BNJ pada tabel 4 menunjukkan
Melalui proses metabolisme unsur- unsur bahwa berat buah pertanaman yang
hara terutama N, P, K dan mg yang diberi kotoran burung puyuh sebanyak
terdapat dalam kotoran burung puyuh 750 g berbeda nyata dengan berat buah
diubah menjadi karbohidrat, protein dan pertanaman yang diberi kotoran burung
lemak. puyuh sebanyak 150g, 300 g, 450 g, 600
Bahan bahan tersebut dan 900 g. Berat buah pertanaman
ditranslokasikan ke bagian bagian tertinggi dihasilkan pada pemberian
tanaman sehingga berat kering tanaman kotoran burung puyuh sebanyak 750 g
meningkat. Agustina (1990), yaitu 250,39 g, sedangkan berat buah
menyatakan bahwa berat kering terendah terdapat pada pemberian
tanaman sebagian besar ditentukan oleh kotoran burung puyuh 450 g yaitu
karbohidrat karena sebagian besar 175,82 g.
dinding sel tersusun dari karbohidrat. Panjang buah yang diberi kotoran
Menurut Rinsema (1986), N sangat burung puyuh sebanyak 750 g berbeda
penting untuk pembentukan protein dan nyata dengan panjang buah yang diberi
berbagai persenyawaan organik serta kotoran burung puyuh sebanyak 150 g,
besar pengaruhnya dalam pemebentukan 300 g, 450 g, 600 g dan 900 g. Panjang
batang dan daun yang selanjunya akan buah tertinggi dihasilkan pada pemberian
menyebabkan bertambahnya berat kering kotoran burung puyuh sebanyak 750 g
tanaman. yaitu 43,40 cm, sedangkan panjang buah
P diperlukan tanaman sebagai terendah terdapat pada pemberian
sumber energi berupa ATP dan NADPH
kotoran burung puyuh 150 g yaitu 32,53 gangguan hama penyakit tanaman, hama
cm. yang mengganggu dalam penelitian ini
Diameter buah yang diberi kotoran adalah hama lalat buah, lalat buah
burung puyuh sebanyak 750 g berbeda menyerang buah pada saat buah
nyata dengan diameter buah yang diberi terbentuk hingga buah siap panen, akibat
kotoran burung puyuh sebanyak 900 g dari gannguan lalat buah, buah menjadi
namun tidak berbeda nyata dengan kecil, bengkok, mengkerut, tidak mulus,
diameter buah yang diberi kotoran dan akibat terparah buah gugur dan
buarung puyuh sebanyak 150 g, 300 g, busuk.
450 g, dan 600 g. Diameter buah Pemberian kotoran burung puyuh
tertinggi dihasilkan pada pemberian bertujuan untuk mengembalikan atau
kotoran burung puyuh sebanyak 750 g memperbaiki struktur tanah selain itu
yaitu 4,30 cm, sedangkan diameter buah juga dapat menambah unsur hara yang
terendah terdapat pada pemberian dibutuhan oleh tanaman, penambahan
kotoran burung puyuh 900 g yaitu 3,93 kotoran burung puyuh sebagai sumber
cm. bahan organik diharapan dapat
Jumlah buah pertanaman yang memperbaiki sifat fisik tanah yang
diberi kotoran burung puyuh sebanyak awalnya pejal, testur relatif berat,
750 g berbeda nyata dengan jumlah buah gumpal, permeabilitas rendah dan
pertanaman yang diberi kotoran burung stabilitas agregat rendah menjadi
puyuh sebanyak 150 g, 300 g, 450 g, 600 gembur, tanah mampu menahan air dan
g dan 900 g. jumlah buah pertanaman memberikan ketersedian unsur hara bagi
tertinggi adalah jumlah buah pertanaman tanaman.
yang di beri kotoran burung puyuh Pemberian pupuk kandang kotoran
sebanyak 750 g yaitu 10 buah sedangkan burung puyuh sebanyak 750 g
jumlah buah pertanaman terendah adalah perpolybag efektif untuk panjang buah,
jumlah buah pertanaman yang diberi berat buah diameter buah dan jumlah
kotoran burung puyuh 150 g yaitu 5,75 buah pertanaman, di karenakan
buah. pemberian pupuk kotoran burung puyuh
Berat buah merupakan variable sebanyak 750 g mampu memperbaiki
hasil yang di jadikan hasil akhir dari sifat fisik tanah yang sebelumya
suatu luasan tertentu , pemberian pupuk memiliki sifat buruk tekstur relatif berat,
kotoran burung puyuh berbeda nyata struktur gumpal permeabilitas rendah
terhadap berat buah pertanaman hal ini dan stabilitas agregat rendah menjadi
menunjukan bahwa pemberian kotoran gembur, tanah mampu menahan air dan
burung puyuh memberikan respon baik memberikan ketersedian udara sehingga
terhadap hasil tanaman. Berat buah perakaran tanaman gambas mudah
pertanaman berhubungan dengan berkembang dan mampu menyerap unsur
panjang buah dan diameter buah karena hara didalam tanah dengan baik dan
dari hasil panjang buah dan diameter mampu mentraslokasi kedalam seluruh
buah menentukan berat buah tubuh tanaman sehingga dalam proses
pertanaman, panjang buah dan diameter reproduksi tanaman berjalan dengan baik
buah juga di pengaruhi oleh faktor sehingga perkembangan buah, dalam hal
lingungan yaitu saat terjadinya ini panjang buah, berat buah, diameter
penyerbukan, jumlah daun dan adanya
buah dan jumlah buah berjalan dengan menunjukan bahwa panjang buah,
baik. diameter buah dan berat buah masih
Pada pemberian pupuk kandang tergolong rendah yang disebaban oleh
kotoran burung puyuh sebanyak 900 g serangan hama yang cukup tinggi. Salah
dimungkinkan telah melebihi kebutuhan satu hama yang menyerang adalah lalat
sehingga porositas tanah terlalu tinggi, buah. Lalat buah menyerang dari awal
tanah tidak lagi mampu mengikat air, pembentukan buah, akibat dari serangan
kebutuhan air tidak tersedia dan unsur ini buah gambas mengkerut, bengkok,
hara tercuci terbawa oleh air sehingga buah kecil dan mengakibatkan busuk
tidak tersedia dalam proses produksi kemudian buah terjatuh sehingga
tanaman. mempengaruhi panjang buah, diameter
Berdasarkan deskripsi tanaman buah dan berat buah tanaman gambas.
gambas pada (Lampiran 1) panjang buah Pada penelitian ini tidak ditemukan dosis
gambas 40 cm, diameter buah 5 cm dan pemberian kotoran burung puyuh terbaik
berat buah 220 g. Hasil pada penelitian namun ditemukan dosis pemberian
diperoleh bahwa rerata panjang buah kotoran burung puyuh yang efesien yaitu
35,85 cm, rerata diameter buah 4,30 cm sebanyak 750 g/polybag atau setara
dan rerata berat buah 126,21 g. Hal ini dengan 25 ton/ha.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi dan Prawiranata, 1991. Dasar Dasar
Tanaman. Rineka Cipta: Jakarta. Fisiologi Tumbuhan. Departemen
Annabi, M., S. Houot, C. Francou, M. Botani, Fakultas Pertanian Institut
Poitrenaud, Y.L. Bissonnais. 2007. Pertanian Bogor.
Soil Rinsema, WP. 1986. Pupukdan Cara
Indriana, H. 2004. Penerapan Teknik Pemupukan. Bharata Karya
Pertanian Organik Pada Budidaya Aksara. Jakarta.
Kentang: Studi Kasus Pada Rukmana. 2000. Usaha Tani Gambas.
Pertani Pada Kecamatan Kanisius. Yogyakarta.
Pengalongan Kabupaten Bandung, Setyati. 1988. Pengantar Agronomi.
ProvinsiJawa Barat. Skripsi Gramedia, Jakarta.
jurusan ilmu Sosial dan Ekonomi. Sutanto, R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Fakultas Pertanian. Institute Tanah. Kanisius. Yogyakarta
Pertanian Bogor: Bogor. Taiz, Land Zeiger, E. 1998. Pland
Laboratorium Kimia Dan Kesuburan Physiology. Massachusets: Sinauer
Tanah. 2016. Analisis Kotoran Associatesinc. Publishers
Puyuh. Untan. Pontianak Sunderland.

Anda mungkin juga menyukai