Anda di halaman 1dari 11

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences September, 2017


Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 2, Hal. 174-184
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.43

Uji Efektivitas Waktu Pemberian dan Konsentrasi PGPR


(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Produksi dan Mutu
Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

Author(s): Nailul Marom*(1); Rizal(1); Mochamat Bintoro(1)


(1)
Program Studi Teknik Produksi Benih, Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
* Corresponding author: nailulm23@gmail.com

ABSTRAK
Produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat ditingkatkan dengan Kata Kunci:
menggunakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui produksi dan mutu benih kacang tanah dengan perbedaan saat Kacang tanah;
pemberian dan perbedaan konsentrasi PGPR. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Kualitas benih;
Agustus sampai November 2016 dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor. Faktor pertama adalah waktu pemberian PGPR terdiri dari saat perendaman (W1), PGPR;
saat tanam (W2) dan saat fase vegetatif (W3). Faktor kedua adalah konsentrasi PGPR Waktu
yang terdiri dari 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1), 10 ml/L (K2), dan 12,5 ml/L (K3). Parameter pemberian;
yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, umur berbunga rata-rata, jumlah
polong per rumpun tanaman, berat basah polong per rumpun tanaman, berat kering
polong per rumpun tanaman, bobot 100 butir benih, produksi polong kering per hektar,
daya berkecambah benih, Kecepatan tumbuh Benih, Dan keserempakan tumbuh benih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah konsentrasi PGPR 12,5
ml/L yang memberikan pengaruh nyata sampai sangat nyata pada parameter pertambahan
tinggi tanaman pada fase vegetatif (15 HST sampai 30 HST), pertambahan tinggi
tanaman pada stadium pembentukan polong (30 HST sampai 45 HST), umur berbunga
rata-rata, berat basah polong per rumpun, berat kering polong per rumpun, bobot 100
butir benih, dan produksi polong kering per hektar.

ABSTRACT
Keywords: Production and quality of peanut seed (Arachis hypogaea L.) can be increased by using
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). This reseach to determine the
Granting time; production and quality of peanut seeds with a differences of time granting and PGPR
concentration. This research held from August to November 2016 and conducted by
Peanuts;
Randomized Block Design with 2 factors. The first factor was the time granting of PGPR
PGPR; consisted of soaking time (W1), planting time (W2) and time vegetative phase (W3). The
second factor was the concentration of PGPR consisted of 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1),
Seed quality;
10 ml/L (K2), and 12,5 ml/L (K3). Parameters observed were plant height increment,
average of flowering age, number of pods per clumps plant, fresh weight of pods per
clumps plant, dry weight of pods per clumps plant, weighing 100 grains of seed,
production of dry pods per hectare, testing of seed germination, rate of seed growing,
and simultaneity of seed growing. The result showed that the best treatment was
concentration of PGPR 12.5 ml/L which gave significant effect on parameters of
increasing of plant height at the vegetative phase (15 DAP - 30 DAP), increasing of plant
height at the formation of pods stadium (30 DAP - 45 DAP), average of flowering age,
fresh weight of pods per plant, dry weight of pods per plant, weighing 100 grains of seed,
and production of dry pods per hectare.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 174


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

PENDAHULUAN tanah, dan sebagai pengendali patogen


Indonesia adalah negara agraris yang tanah (bioprotectants) dengan cara
sebagaian besar penduduknya memiliki menghasilkan berbagai metabolit anti
mata pencaharian sebagai petani. Namun, patogen seperti siderophore, kitinase, β-
jumlah impor pangan (beras) di Indonesia 1,3- glukanase, sianida, dan antibiotic
sangat besar yang mengindikasikan bahwa (Husen, et al., 2006) .
Indonesia belum mencapai kondisi tahan Penelitian yang telah dilakukan
pangan. Ketahanan pangan dapat dicapai sebelumnya A’yun et al., (2013), aplikasi
dengan diversifikasi pangan sehingga PGPR dengan konsentrasi 10 ml/L pada
impor beras dapat dikurangi. tanaman cabai rawit dapat menurunkan
Bahan pangan pokok pengganti beras intensitas serangan TMV (Tobacco Mosaic
yang dapat digunakan adalah kacang tanah Virus) sampai 89,92%, meningkatkan
(Arachis hypogaea L.) karena termasuk produksi tanaman cabai, dan dapat
tanaman polong - polongan atau legum meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit.
bersuku Fabaceace dan merupakan kacang Penelitian Iswati, (2012) menunjukkan
kedua terpenting setelah kedelai di aplikasi PGPR dengan konsentrasi 12,5
Indonesia. ml/L berpengaruh nyata terhadap tinggi
Pertumbuhan jumlah penduduk tanaman dan panjang akar tanaman tomat,
Indonesia mendorong meningkatnya serta konsentrasi 7,5 ml/L dapat
kebutuhan konsumsi pangan termasuk memaksimalkan jumlah daun dan jumlah
kacang tanah sehingga akan meningkatkan akar pada tanaman tomat.
kebutuhan benih tanaman pangan termasuk Aplikasi PGPR pada penyiapan
benih kacang tanah. benih buncis perancis memiliki nilai
Namun produksi, produktivitas, dan tertinggi pada parameter jumlah polong per
luas panen kacang tanah mengalami tanaman, bobot per polong, bobot polong
penurunan tiap tahun di Indonesia. segar per tanaman, dan hasil panen.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), Aplikasi PGPR satu minggu setelah tanam
pada tahun 2012 hingga 2015 mengalami memilki panjang polong yang lebih baik
penurunan produksi terus – menerus yaitu pada tanaman buncis perancis dan Aplikasi
1,568%, 8,948%, dan 5,286%. Penurunan PGPR pada fase vegetatif yang diberikan
ini terjadi karena lahan pertanian di satu minggu sekali pada fase vegetatif
Indonesia berkurang setiap tahun, sehingga menunjukkan pertumbuhan buncis
perlu dilakukan program intensifikasi pada perancis yang lebih baik (Aiman et al.,,
lahan pertanian. 2015).
Plant Growth Promoting Penggunaan PGPR dengan
Rhizobacteria (PGPR) dapat dipakai dalam konsentrasi dan waktu pemberian dari
program intensifikasi pertanian karena pengguna sebelumnya tidak dapat
merupakan bakteri di sekitar perakaran dan diterapkan begitu saja tanpa
hidup berkoloni menyelimuti akar yang memperhatikan kondisi lingkungan
berfungsi untuk meningkatkan setempat sebagai tempat dimana PGPR
pertumbuhan tanaman yaitu sebagai diberikan sehingga perlu dilakuakan
merangsang pertumbuhan (biostimulants) penelitian untuk memperoleh konsentrasi
dengan mensintesis dan mengatur dan saat pemberian yang tepat agar tujuan
konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh yang ingin dicapai dapat terwujud.
seperti giberellin, asam indol asetat, etilen, Tujuan dari Penelitian ini adalah
dan sitokinin, sebagai penyedia hara untuk mengetahui saat pemberian dan
dengan mengikat N2 di udara secara konsentrasi PGPR yang tepat untuk
asimbiosis dan melarutkan hara P dalam

Publisher : Politeknik Negeri Jember 175


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

meningkatkan produksi dan mutu benih perlakuan PGPR pada saat tanam
kacang tanah. dilakukan dengan cara menanam benih
sebanyak 4 benih/lubang dengan jarak
BAHAN DAN METODE tanam 40 cm x 25 cm sebanyak 6 lubang
Penelitian Uji Efektivitas Kombinasi tanam, kemudian dikocor dengan larutan
Saat Pemberian dan Konsentrasi PGPR PGPR dengan dosis sesuai perlakuan.
Terhadap Produksi dan Mutu Benih Perlakuan PGPR Saat Fase Vegetatif
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dilakuan 1 minggu setelah tanam dan
dilaksanakan pada bulan Agustus – diulang 4 kali dengan dosis 250
November 2016 di lahan Teknologi Benih ml/tanaman. Pemupukan susulan pertama
Politeknik Negeri Jember dan Dusun dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam
Sumberbulus 2, Desa Sumberbulus, (HST) dengan dosis pupuk Urea 25 kg/ha,
Kecamatan Ledokombo, Jember. SP-36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha.
Alat yang digunakan pada penelitian Penyiraman dilakukan menyesuaikan
ini adalah alat budidaya, bak dengan kondisi tanah dan kebutuhan
perkecambahan dan alat pengukuran. tanaman. Penyiangan dan pembumbunan
Bahan yang digunakan adalah benih dilaksanakan saat tanaman berumur 2-3
kacang tanah kelas Stock Seed (Varietas dan 6-7 minggu setelah tanaman (saat
Tuban), PGPR (Plant Growth Promoting berbunga). Pupuk susulan kedua diberikan
Rhizobacteria), pupuk Nitrogen (Urea), pada umur 21 HST (Urea 25 kg/ha).
pupuk Phospor (SP-36), pupuk Kalium Pengendalian hama dan penyakit
(KCl), pestisida (fungisida dan insektisida) dilakukan secara mekanis dan kimiawi
dan pasir. (melihat tingkat keparahan serangan).
Penelitian ini memakai Rancangan Panen dilakukan pada umur 85-110
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang HST (tergantung varietas) atau daun
terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu sebagian besar berwarna kuning dan gugur
waktu pemberian PGPR: W1 = Saat (rontok) dengan mencabut tanamam.
perendaman benih; W2 = Saat tanam; W3 Penanganan pasca panen dilakukan dengan
= Saat fase vegetatif mulai 7 HST. Faktor membersihakn polong, kemudian dipipil,
kedua yaitu konsentrasi PGPR, terdiri dari dan dijemur dibawah sinar matahari
K0 = 0 ml/L (Kontrol); K1 = 7,5 ml/L; K2 sampai kadar air 9-12% atau selama 6 hari.
= 10 ml/L; K3 = 12,5 ml/L. Keseluruhan Parameter yang diamati meliputi
sebanyak 12 kombinasi perlakkuan dan pertambahan tinggi tanaman yang diukur
setiap kombinasi perlakuan diulang mulai pangkal batang sampai titik tumbuh.
sebanyak 4 kali. Jika dari hasil sidik ragam Pertambahan tinggi tanaman fase vegetatif
menunjukkan bahwa yang memberikan diperoleh dengan mengurangi tinngi
pengaruh yang berbeda nyata adalah pada tanaman umur 30 HST dengan umur 15
perlakuan maka uji lanjut yang digunakan HST, pertambahan tinggi tanaman stadium
adalah Beda Nyata Terkecil (BNT). pembentukan polong diperoleh dengan
Persiapan lahan dilakukan dengan mengurangi tinggi tanaman umur 45 HST
cara mengolah lahan dengan menggunakan dengan umur 30 HST, dan pertambahan
traktor sebanyak 2 kali kemudian dibentuk tinggi tanaman stadium pengisian polong
bedengan dengan ukuran 100 cm x 100 cm diperoleh dengan mengurangi tinggi
dan tinggi 30 cm sebanyak 12 bedengan. tanaman umur 60 HST dengan umur 45
Penyiapan benih untuk perlakuan HST.
PGPR yaitu dengan cara merendam benih Umur berbunga rata-rata dilakukan
sebanyak 72 biji untuk setiap perlakuan dengan mengamati tanaman sampel yang
kedalam larutan PGPR. Penanaman dan berbunga sampai tanaman sampel yang

Publisher : Politeknik Negeri Jember 176


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

terakhir berbunga, kemudian diambil rata- Pemberian PGPR dengan


rata. Jumlah polong per tanaman dilakukan konsentrasi 12,5 ml/L mampu
dengan cara menghitung polong berisi meningkatkan tinggi tanaman karena
maupun polong hampa pada setiap PGPR dapat mengoptimalkan penyerapan
tanaman sampel. dan pemanfaatan unsur hara N yang
Berat basah polong per tanaman dibutuhkan dalam fase vegetatif. Lindung,
dilakukan dengan cara menimbang polong (2014) menyatakan bahwa fungsi PGPR
yang baru dipanen atau belum dilakukan yaitu meningkatkan penyerapan dan
penjemuran dengan menggunakan pemanfaatan unsur hara N oleh tanaman.
timbangan pada setiap tanaman sampel. Unsur hara N berguna untuk menambah
Berat kering polong per tanaman dilakukan tinggi tanaman dan memacu pertunasan
dengan cara menimbang polong yang telah (Jumin, 2002). Hasil ini sesuai dengan
kering dengan menggunakan timbangan penelitian Iswati (2012), bahwa tinggi
pada setiap tanaman sampel. Berat 100 tanaman tomat tertinggi dijumpai pada
butir benih dilakukan dengan cara perlakuan pemberian PGPR 12,5 ml/L.
menimbang benih kering sebanyak 100 Iswati, (2012), menyatakan semakin tinggi
butir dan diulang 3 kali kemudian diambil konsentrasi pemberian PGPR maka
rata-ratanya. berbanding lurus dengan pertumbuhan
Mengkonversikan populasi yang tanaman.
terdapat dalam satu petak sesuai dengan
jarak tanam ke dalam satuan hektar. Tabel 1. Perlakuan Konsentrasi PGPR
Pengujian daya berkecambah benih Terhadap Rerata Pertambahan
menggunakan metode dalam pasir dengan Tinggi Tanaman Berdasarkan
menjumlah persentase kecambah normal Umur (cm)
pada hari ke-5 (first count) dan hari ke-10 Pertambahan
(final count). Kecepatan tumbuh benih Tinggi Tanaman
dihitung dengan menjumlah persentase Perlakuan Umur Ke-
kecambah normal pada hari ke-1 sampai 15 - 30 30 - 45
hari ke-10. Keserempakan tumbuh HST HST
dihitung dengan cara menghitung Konsentrasi 0 ml/l 12,46 a 13,49 a
kecambah normal kuat pada hari antara Konsentrasi 7,5 ml/l 13,79 ab 15,32 b
first count dan final count yaitu hari ke-8. Konsentrasi 10 ml/l 14,47 bc 16,11 b
Konsentrasi 12,5 ml/l 15,46 c 16,14 b
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai BNT % 1,66 1,38
Pertambahan Tinggi Tanaman Keterangan:
Pertambahan tinggi tanaman pada Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
umur 15 HST sampai 30 HST dengan menunjukkan berbeda nyata.
pemberian konsentrasi PGPR 12,5 ml/L
(K3) mampu menghasilkan tinggi tanaman Pertambahan tinggi tanaman pada
tertinggi yakni 15,46 cm walaupun tidak umur 45 HST sampai 60 HST
berbeda nyata dengan perlakuan PGPR menunjukkan perlakuan yang diberikan
konsentrasi 10 ml/L (K2) dan 7,5ml/L memberikan pengaruh yang tidak nyata.
(K1). Pertambahan tinggi tanaman pada Diduga ketersediaan unsur hara, N di
umur 30 HST sampai 45 HST dengan dalam tanah telah mencukupi kebutuhan
pemberian PGPR berbeda sangat nyata tanaman. selain itu, diduga pada umur 45
dengan pertambahan tinggi tanaman HST sampai 60 HST telah memasuki fase
kacang tanah tanpa pemberian PGPR. generatif. Pembentukan polong dimulai
ketika ujung ginofor mulai membengkak,

Publisher : Politeknik Negeri Jember 177


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

yaitu pada hari ke-40 sampai hari ke-45 Jumlah Polong per Rumpun
setelah tanam. Pemberian PGPR dengan perlakuan
saat pemberian dan konsentrasi maupun
Rata-rata Umur Berbunga interaksinya berpengaruh tidak nyata
Rata-rata umur berbunga dengan terhadap jumlah polong per rumpun. Hal
pemberian PGPR berbeda sangat nyata ini diduga karena pengolahan tanah yang
dengan rata-rata umur berbunga tanpa dilakukan dua kali sebelum tanam
pemberian PGPR (Tabel 2). menyebabkan tanah menjadi gembur
sehingga ginofor (kuncup buah) yang
Tabel 2. Perlakuan Konsentrasi PGPR terbentuk setelah mencapai tanah akan
Terhadap Rata-rata Umur mudah tumbuh dan berkembang
Berbunga (HST) membentuk polong. Tanah yang gembur
Rata-rata akan memberikan keleluasaan bagi ginofor
Perlakuan Umur untuk berkembang secara optimal maka
Berbunga dari itu polong dapat terbentuk dengan
Konsentrasi 0 ml/l 29,00 b mudah dan optimal. Hal ini sejalan dengan
Konsentrasi 7,5 ml/l 28,44 a pernyataan Rukmana (1998) yang
Konsentrasi 10 ml/l 28,33 a menyatakan bahwa kondisi tanah yang
Konsentrasi 12,5 ml/l 28,33 a gembur akan memudahkan kuncup buah
Nilai BNT % 0,40 (ginofora) menembus tanah dan
Keterangan : pembentukan polong yang baik.
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata.

Diduga dengan pemberian PGPR


dengan dapat mempercepat proses
pembungaan karena bakteri Rhizobium
akan membantu tanaman dalam
penyerapan dan memenuhi kebutuhan
unsur haranya. Lindung (2014)
menyatakan bahwa bakteri PGPR
Gambar 1. Grafik Rerata Jumlah Polong
berfungsi melarutkan dan meningkatkan
per Rumpun (polong)
ketersediaan unsur Phosphor (P) dan
Mangan (Mn) dalam tanah serta
Jumlah polong per rumpun tertinggi
meningkatkan kemampuan tanaman dalam
cenderung pada perlakuan W2K3 yaitu
menyerap unsur Sulfur (S). Hal ini
sebesar 89,50 polong per rumpun (Gambar
didukung oleh pernyataan Aiman et al.,
1), walaupun secara stataistik hasil tersebut
(2015), menyatakan bahwa dengan
menunjukkan berbeda tidak nyata. Diduga
tersedianya unsur hara fosfor maka akan
pada pemberian PGPR saat tanam
mempercepat pembungaan. Fauziah Aini
memberikan waktu bakteri untuk
Rohmawati (2016) dalam penelitiannya
beradaptasi dengan lingkungan sehingga
menyatakan bahwa PGPR berpengaruh
setelah umur tanaman mencapai 15 hari,
nyata terhadap umur berbunga, umur
bakteri PGPR mulai dapat membentuk
berbuah, umur panen pertama dan bobot
bintil akar. Aplikasi PGPR pada tanah
buah per tanaman dengan perlakuan PGPR
sesaat sebelum penanaman dengan
dibandingkan dengan perlakuan tanapa
konsentrasi 12,5 ml/L memberikan
PGPR.
pengaruh yang nyata terhadap

Publisher : Politeknik Negeri Jember 178


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

pertumbuhan tanaman tomat (Iswati, ketersediaan unsur P dalam tanah. Unsur


2012). hara P bermanfaat untuk memperbaiki
Jumlah polong tertinggi dengan pembungaan pembentukan buah, dan
perlakuan W2K3 juga berkaitan dengan pembentukan benih serta dapat
rata-rata umur berbunga yang diperoleh mengurangi kerontokan buah (Jumin,
dari perlakuan W2K3 yaitu berbunga pada 2002). Febriyanti et al. (2015) menyatakan
38,33 HST. Umur berbunga rata-rata yang bahwa penambahan PGPR menghasilkan
cepat diduga akan mempercepat bobot basah polong kacang tanah berbeda
pembentukan polong, sehingga jumalah nyata dibandingkan perlakuan kontrol
polong yang dihasilkan juga semakin (tanpa PGPR).
tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Leingo (2014) yang Berat Kering Polong per Rumpun
menghasilkan data bahwa umur panen Perlakuan pemberian PGPR dengan
berkorelasi positif dengan jumlah buah konsentrasi 12,5 ml/L (K3) merupakan
tanaman tomat. perlakuan terbaik dengan rata-rata 82,27 g
dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
Berat Basah Polong per Rumpun PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2), 7,5 ml/L
Perlakuan pemberian PGPR dengan (K1), dan 0 ml/L (K0) (Tabel 4).
konsentrasi 12,5 ml/L (K3) merupakan
perlakuan terbaik dengan rata-rata 126,99 Tabel 4. Perlakuan Konsentrasi PGPR
g walaupun berbeda tidak nyata dengan Terhadap Berat Kering Polong per
perlakuan PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2), Rumpun (g)
namun berbeda nyata dengan perlakuan Berat Kering
PGPR konsentrasi 7,5 ml/L (K1) dan Perlakuan Polong per
berbeda sangat nyata dengan perlakuan Rumpun
PGPR konsentrasi 0 ml/L (K0) (Tabel 3). Konsentrasi 0 ml/l 72,65 a
Konsentrasi 7,5 ml/l 75,08 a
Tabel 3. Perlakuan Konsentrasi PGPR Konsentrasi 10 ml/l 79,40 b
Terhadap Berat Basah Polong per Konsentrasi 12,5 ml/l 82,27 c
Rumpun (g) Nilai BNT % 2,75
Berat Keterangan :
Basah Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
Perlakuan menunjukkan berbeda nyata.
Polong per
Tanaman
Konsentrasi 0 ml/l 116,55 a Diduga dengan pemberian PGPR
Konsentrasi 7,5 ml/l 119,99 ab konsentrasi 12,5 ml/L dapat membantu
Konsentrasi 10 ml/l 124,91 b melarutkan dan meningkatkan
Konsentrasi 12,5 ml/l 126,99 b ketersediaan unsur phosphor (P) bagi
tanaman untuk pembentukan organ
Nilai BNT % 7,63
Keterangan : generatifnya terutama pengisian biji.
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda Dengan tercukupinya kebutuhan phospor
menunjukkan berbeda nyata. (P) maka dapat meningkatkan hasil
produksi biji kacang tanah. Hal ini sesuai
Hal ini diduga karena bakteri pada dengan pernyataan Pitojo (2005) bahwa
PGPR dapat melarutkan pupuk P sehingga fosfor berperan dalam pembentukan biji.
penyerapan unsur hara P menjadi Elfianti (2005) menyatakan bakteri
maksimal. Lindung, (2014) menyatakan pelarut fosfor (Bacillus sp) dalam tanah
bahwa fungsi pemberian PGPR adalah yang dipupuk fosfat dapat menambah
melarutkan dan meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil akar serta

Publisher : Politeknik Negeri Jember 179


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

hasil biji beberapa tanaman yang toleran menghasilkan produksi polong kering per
masam (bayam, kacang panjang, dan hektar pada perlakuan K3 juga tinggi.
jagung).
Tabel 6. Perlakuan Konsentrasi PGPR
Bobot 100 Butir Benih Terhadap Produksi Polong Kering
Bobot 100 butir benih dengan per Hektar (ton)
pemberian PGPR memberikan pengaruh Produksi
berbeda sangat nyata dengan bobot 100 Polong
Perlakuan
butir benih tanpa pemberian PGPR. Kering per
Pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5 Hektar
ml/L diduga dapat meningkatkan bobot Konsentrasi 0 ml/l 4,36 a
100 butir benih karena bakteri dalam PGPR Konsentrasi 7,5 ml/l 4,50 b
mampu melarutkan dan meningkatkan Konsentrasi 10 ml/l 4,76 c
ketersediaan phospor (P) bagi tanaman, Konsentrasi 12,5 ml/l 4,94 d
dan merangsang pembentukan hormon Nilai BNT % 0,04
sehingga tanaman terlihat lebih subur. Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang
Anesta et al., (2016) dalam penelitiannya berbeda menunjukkan berbeda nyata.
menyatakan bahwa penambahan PGPR
mampu meningkatkan bobot 1000 butir Irfan (2013) dalam penelitiannya
gabah padi dibandingkan dengan kontrol. menyatakan bahwa aplikasi rizobakteri
mampu meningkatkan bobot kering umbi
Tabel 5. Perlakuan Konsentrasi PGPR bawang merah karena rizobakteri mampu
Terhadap Bobot 100 Butir Benih menghasilkan IAA dan dapat berasosiasi
(gr) dengan tanaman serta membantu proses
Bobot 100 dekomposisi bahan-bahan organik di
Perlakuan Butir dalam tanah sehingga penyerapan hara
Benih oleh tanaman lebih sempurna yang
Konsentrasi 0 ml/l 41,95 a berpengaruh pada produktifitas tanaman.
Konsentrasi 7,5 ml/l 42,90 b
Konsentrasi 10 ml/l 43,47 b Daya Berkecambah Benih
Konsentrasi 12,5 ml/l 44,31 b Perlakuan saat pemberian dan
Nilai BNT % 1,61 konsentrasi PGPR, maupun interaksinya
Keterangan : berpengaruh tidak nyata terhadap daya
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berkecambah benih. Hal ini diduga karena
menunjukkan berbeda nyata. benih yang dipakai dalam uji daya
berkecambah berukuran besar pada setiap
Produksi Polong Kering per Hektar perlakuan. Ukuran benih yang besar sesuai
Pemberian PGPR dengan perlakuan dengan parameter bobot 100 butir benih
konsentrasi 12,5 ml/L (K3) merupakan yang menghasilkan bobot 100 butir benih
perlakuan terbaik dengan rata-rata 4,94 ton berkisar antara 41,95 g sampai 44,31 g
per hektar dan berbeda sangat nyata dengan yang melebihi deskripsi bobot 100 butir
perlakuan PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2), benih kacang tanah Varietas Tuban yaitu
7,5 ml/L (K1), dan 0 ml/L (K0). berkisar anatara 35 g sampai 38 g
Hal ini diduga pengaruh jumlah (Suhartina, 2005).
polong per rumpun dan berat kering polong Benih yang besar dapat menjadi
per rumpun yang tinggi pada perlakuan kecambah normal karena memiliki
yang sama yaitu K3 dengan hasil berturt- cadangan makanan yang cukup. Sutopo
turut 88,86 polong dan 82,27 g, sehingga (2002) menyatakan bahwa perkecambahan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 180


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

dipengaruhi oleh ukuran benih karena berpengaruh terhadap hasil produksi


ukuran benih berpengaruh terhadap tanaman kacang tanah. Iswati, (2012)
jaringan penyimpan cadangan makanan menyatakan bahwa konsentrasi aplikasi
benih yang diperlukan embrio sebagai PGPR yang semakin tinggi maka
energi saat perkecamabahan. pengaruhnya terhadap tinggi tanaman dan
panjang akar tanaman tomat yang
berpengaruh terhadap hasil produksi
tanaman tomat juga semakin besar.

Kecepatan Tumbuh
Pemberian PGPR dengan perlakuan
saat pemberian dan konsentrasi, serta
interaksinya berpengaruh tidak nyata
terhadap kecepatan tumbuh benih. Diduga
Gambar 2. Grafik Rerata Daya benih yang digunakan memiliki cadangan
Berkecambah Benih (% makan yang cukup untuk melakukan
Kecambah Normal) perkecambahan. Hal ini didukung
tercukupinya unsur hara dalam tanah dapat
Gambar 2, memperlihatkan bahwa membantu tanaman untuk melakuakan
rerata daya berkecambah benih yang proses fisiologisnya seperti pembentukan
dihasilkan dari semua perlakuan tinggi. biji dapat berjalan secara optimum
Benih yang menghasilkan kecambah sehingga dapat menghasilkan produksi biji
normal lebih besar dari 85% yang bernas secara maksimal.
dikelompokkan sebagai benih bervigor
tinggi, 80 - 85% bervigor sedang, dan
kurang dari 80% bervigor rendah.
Rerata daya berkecambah yang
tinggi dan tidak berbeda nyata diduga
dipengaruhi oleh ukuran benih yang besar
pada semua perlakuan. Hal ini sesuai
dengan parameter bobot 100 butir benih
yang lebih tinggi dari deskripsi bobot 100
butir benih kacang tanah Varitas Tuban.
Pratama et al., (2014) menyatakan bahwa Gambar 3. Grafik Rerata Kecepatan
benih berukuran besar mempunyai Tumbuh (% Kecambah
cadangan makanan yang lebih banyak Normal per etmal)
sehingga pertumbuhan tanaman optimal.
Rerata persentase daya berkecambah Gambar 3, menunjukkan rerata
tertinggi cenderung pada perlakuan W3K3 kecepatan tumbuh yang dihasilkan dari
yaitu sebesar 95,33%. Hasil ini sesuai semua perlakuan kurang kuat. Benih yang
dengan bobot 100 butir pada perlakuan mempunyai kecepatan tumbuh lebih besar
W3K3 yang menghasilkan berat tertinggi dari 30% per etmal memiliki vigor
yaitu 44,31 g. Semakin besarnya kekuatan tumbuh yang kuat, jika kecepatan
konsentrasi aplikasi PGPR diduga akan tumbuh antara 25 – 30% per etmal
meningkatkan populasi mikroba PGPR memiliki kekuatan tumbuh kurang kuat.
pada bintil akar sehingga membantu Kecepatan tumbuh benih kurang kuat
tanaman untuk penyerapan dan penyediaan diduga karena penyerapan air atau imbibisi
unsur hara dengan optimal yang yang dilakukan benih kacang tanah

Publisher : Politeknik Negeri Jember 181


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

berjalan lambat. Hal ini karena cadangan sebanyak empat kali yaitu sebesar 95,33%.
makanan utama dari benih kacang tanah Hasil ini sesuai dengan hasil parameter
adalah lemak yaitu sebesar 42,5% untuk bobot 100 butir pada perlakuan W3K3
varietas Tuban. Melambatnya proses yang menghasilkan berat tertinggi yaitu
imbibisi dapat menyebabkan kecepatan 44,31 g. Keserempakan tumbuh benih
tumbuh benih juga melambat karena air diduga dipengaruhi oleh ukuran benih yang
berperan penting dalam proses sesuai dengan pernyataan Sutopo (2002)
perkecambahan. Nurussintani et al., yang menyatakan bahwa salah satu faktor
(2013) menyatakan bahwa faktor yang yang mempengaruhi vigor benih adalah
berpengaruh terhadap kecepatan morfologis benih yaitu ukuran besar
perkecambahan dalam proses imbibisi kecilnya ukuran benih akan berpengaruh
ialah komposisi kimia benih. terhadap kekuatan tumbuh benih.
Diduga semakin besarnya
Keserempakan Tumbuh konsentrasi aplikasi PGPR akan
Pemberian PGPR dengan perlakuan meningkatkan populasi mikroba PGPR
saat pemberian dan konsentrasi PGPR, yang akan memaksimalkan pertumbuhan
maupun interaksinya berpengaruh tidak dan produksi tanaman kacang tanah karena
nyata terhadap kecepatan tumbuh benih. PGPR membantu penyerapan unsur hara.
Hal ini sesuai dengan parameter daya (Iswati, 2012) menyatakan bahwa aplikasi
berkecambah dan kecepatan tumbuha PGPR dengan konsentrasi 12,5 ml/L dapat
benih dengan perlakuan PGPR menghasilkan tinggi tanaman dan panjang
berpengaruh tidak nyata terhadap ke dua akar tertinggi yang berpengarub terhadap
parameter tersebut. hasil produksi pertumbuhan tanaman tomat

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa saat pemberian PGPR
dan interaksi antara saat pemberian dan
konsentrasi PGPR berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter.
Konsentrasi PGPR berpengaruh
nyata sampai sangat nyata terhadap
parameter pertambahan tinggi tanaman
Gambar 4. Grafik Rerata Keserempakan fase vegetatif (15 HST sampai 30 HST),
Tumbuh (% Kecambah pertambahan tinggi tanaman stadium
Normal Kuat) pembentukan polong (30 HST sampai 45
HST), umur berbunga rata-rata, berat basah
Gambar 4, menunjukkan rerata polong per rumpun, berat kering polong
keserempakan tumbuh yang dihasilkan per rumpun, bobot 100 butir benih, dan
dari semua perlakuan memiliki vigor benih produksi polong kering per hektar.
yang tinggi. Keserempakan tumbuh <40% Konsentrasi terbaik adalah konsentrasi
memiliki vigor yang kurang kuat dan PGPR 12,5 ml/l
keserempakan tumbuh >70% memiliki
vigor yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA
Rerata keserempakan tumbuh A’yun, K. Q., Hadiastono, T., &
tertinggi cenderung pada perlakuan W3K3 Martosudiro, M. (2013). Pengaruh
yaitu pemberian PGPR dengan konsentrasi Penggunaan PGPR (Plant Growth
12,5 ml/L satu minggu setelah tanam Promoting Rhizobacteria) terhadap

Publisher : Politeknik Negeri Jember 182


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

Intensitas TMV (Tobacco Mosaic Febriyanti, L. E., Martosudiro, M., &


Virus), Pertumbuhan, dan Produksi Hadiastono, T. (2015). Pengaruh
pada Tanaman Cabai Rawit Plant Growth Promoting
(Capsicum frutescens L.). Jurnal Rhizobacteria (PGPR) terhadap
Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Infeksi Peanut Stripe Virus (PStV),
1(1), 47. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea
Aiman, U., Sriwijaya, B., & Ramadani, G. L.) Varietas Gajah. Jurnal Hama dan
(2015). Pengaruh Saat Pemberian Penyakit Tumbuhan, 3(1), 84.
PGPRM (Plant Growth Promoting
Rhizospheric Microorganism) Husen, E., Saraswati, R., & Hastuti, R. D.
terhadap Pertumbuhan dan Hasil (2006). Rizobakteri pemacu tumbuh
Buncis Perancis. In Prosiding tanaman. In R. D. . Simanungkalit,
Seminar Nasional & Internasional. D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.
Universitas Muhammadiyah Setyorini, & W. Hartatik (Eds.),
Surakarta. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
(pp. 191–210). Bogor: Balai Besar
Anesta, D. O., Nyana, I. D. N., & Litbang Sumberdaya Lahan
Astiningsih, A. A. M. (2016). Studi Pertanian Badan Penelitian dan
Hasil dan Kualitas Benih Padi P05 Pengembangan Pertanian.
dengan Pemberian Pupuk Hayati
(Enterobacter cloacae). E-Jurnal Irfan, M. (2013). Respon Bawang Merah
Agroekoteknologi Tropika (Journal (Allium ascalonicum L) Terhadap
of Tropical Agroecotechnology), Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur
5(2), 116–126. Hara. Agroteknologi, 3(2), 35–40.
https://doi.org/10.24014/ja.v3i2.86
Badan Pusat Statistik. (2015). Produksi
Kacang Tanah Menurut Provinsi Iswati, R. (2012). Pengaruh dosis formula
(ton), 1993-2015. Retrieved from pgpr asal perakaran bambu terhadap
https://www.bps.go.id/dynamictable pertumbuhan tanaman tomat
/2015/09/09/874/produksi-kacang- (Solanum Lycopersicum syn). Jurnal
tanah-menurut-provinsi-ton-1993- Agroteknotropika, 1(1).
2015.html
Jumin, H. B. (2002). Agronomi. Jakarta:
Elfianti, D. (2005). Peranan mikroba PT Raja Grafindo Persada.
pelarut fosfat terhadap pertumbuhan
tanaman. Jurusan Kehutanan Leingo, R. (2014). Aplikasi Zat Pengatur
Fakultas Pertanian. Universitas Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan
Sumatera Utara. Universitas Produksi Tanaman Tomat
Sumatra Utara. (Lycopersicon esculentum Mill)
(Skripsi). Universitas Negri
Fauziah Aini Rohmawati, R. S. dan K. Gorontalo.
(2016). Pengaruh Pemberian PGPR
(Plant Growth Promoting Lindung. (2014). Teknologi Pembuatan
Rhizobacteria) dan Kompos Kotoran dan Aplikasi Bakteri Pemacu
Kelinci terhadap Hasil Tanaman Pertumbuhan Tanaman (PGPR) dan
Terung (Solanum melongena L.). Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).
Jurnal Protan.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 183


Author(s) : Nailul Marom; Rizal; Mochamat Bintoro ____________________________________________

Nurussintani, W., Damanhuri, D., &


Purnamaningsih, S. L. (2013).
Perlakuan Pematahan Dormansi
terhadap Daya Tumbuh Benih 3
Varietas Kacang Tanah (Arachis
hypogaea). Jurnal Produksi
Tanaman, 1(1).

Pitojo, S. (2005). Benih Kacang Tanah.


Yogyakarta: Kanisius.

Pratama, H. W., Baskara, M., & Guritno,


B. (2014). Pengaruh Ukuran Biji dan
Kedalaman Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt). Jurnal Produksi Tanaman,
2(7), 577–582.

Rukmana, R. (1998). Kacang tanah.


Yogyakarta: Kanisius.

Suhartina. (2005). Deskripsi Varietas


Unggul Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian. Malang: Balai
Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian.

Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 184

Anda mungkin juga menyukai