Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 11, November 2018, hlm. 2823–2831
faktor dan 2 ulangan. Faktor pertama yaitu masing kelompok benih ditimbang. Setelah
genotipe yang terdiri dari 4 taraf: itu, dihitung variasi, standar deviasi dan
G1= genotipe A (AS) (♀BG12 x ♂BG04) koefisien variasi dengan rumus:
G2= genotipe B (AL) (♀BG23 x ♂BG03)
G3= genotipe C (PT) (♀BG34 x ♂BG02) n(∑ X2 )-( ∑ x)2
Variasi=√
G4= genotipe D (IT) (♀BG45 x ♂BG01) n(n-1)
Faktor kedua yaitu tingkat kemasakan buah Standar deviasi (s)=√variasi
paria yang terdiri dari 5 taraf: K1 = 19 HSP s
(hari setelah polinasi), K2 = 20 HSP, K3 = Koefisien variasi= ×100
x
21 HSP, K4 = 22 HSP, K5 = 23 HSP. Keterangan:
Untuk mendapatkan 1000 butir benih X: Berat masing-masing ulangan (g)
setiap kombinasi perlakuan, diperlukan n: Jumlah ulangan
tanaman paria per genotipe sebanyak 110 x: Berat rata-rata 100 butir
tanaman tetua betina dan 10 tanaman Koefisien variasi tidak lebih dari 6,0
sebagai tetua jantan. Sehingga, lahan yang untuk benih rerumputan dan benih lengket
dibutuhkan untuk penelitian ini seluas 445 dan 0,4 untuk benih lain, hasil pengamatan
m2. Variabel pengamatan yaitu dapat dianalisis. Jika lebih dari itu, ulangi
1. Berat Buah kegiatan seperti diatas. Bila tetap
Berat buah diketahui dengan melampaui batas, buang ulangan yang
menimbang 15 sampel buah secara acak menyimpang dari berat rata-rata lebih dari 2
pada setiap kombinasi perlakuan per kali standar deviasi (Sutopo, 2002)
ulangan. 6. Kadar Air Benih
2. JumlahBenih per Buah Pengukuran kadar air benih
Jumlah benih per buah diketahui dari menggunakan grain moisture meter.
menghitung benih kering yang dihasilkan 7. Kecepatan Tumbuh (%etmal-1)
per buah dari15 sampel yang diambil Pengujian ini menggunakan metode
secara acak. uji kertas digulung didirikan dalam plastik
3. RendemenBenih (%) (UKDdP). Pengamatan dilakukan dengan
Rendemen benih dihitung dengan menghitung jumlah kecambah normal yang
menimbang buah dan berat kering benih tumbuh setiap hari hingga 14 HST.
yang dihasilkan dalam satu buah. Sampel MenurutSadjad (1993), mengetahui
diambil secara acak sebanyak 15 buah kecepatan tumbuh benih dengan cara:
setiap kombinasi perlakuan per ulangan. N1 N2 N3 N14
KCT= + + +…+
Rumus: W1 W2 W3 W14
berat benih kering Keterangan
per buah KCT :Kecepatan tumbuh (%etmal -1)
Rendemen= x100% N :Jumlah pertambahan kecambah
berat buah
4. Panjang dan Diameter Benih (cm) normal tiap waktu hari
Panjang dan diameter benih diukur W :waktu pengamatan (etmal), 1
dengan jangka sorong (Gambar 1). Diambil etmal=24 jam.
3 sampel secara acak pada setiap 8. Daya Berkecambah (%)
kombinasi perlakuan per ulangan. Pengujian ini menggunakan metode
uji antar kertas (UAK). Menurut Sutopo
diameter (2000), untuk mengetahui daya
berkecambah dengan cara:
panjang JKN I+JKN II
DB= × 100%
Gambar 1. Pengukuran Benih Paria (Dok. N
Pribadi, 2017)
5. Berat 1000 benih (gram) Keterangan:
Berat 1000 benih dihitung sebanyak 8 JKN I: Jumlah kcambah normal pada 4 HST
ulangan yang per ulangannya terdiri dari JKN II : Jumlah kecambah normal pada 14
100 benih murni. Selanjutnya, masing- HST
2826
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 11, November 2018, hlm. 2823–2831
Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Genotipe dan Tingkat Kemasakan Buah Paria yang
Berbeda
No. Variabel GxK
1. Rendemen (%) 2,38 *
2. Panjang Benih (cm) 3,22 *
3. Daya Berkecambah (%) 6,01 *
4. Berat Kering Kecambah Normal (g) 9,07 * (T)
5. Diameter Benih (cm) 1,63 tn
6. Berat 1000 Benih (g) 0,84 tn
7. Kadar Air Benih (%) 1,03 tn
8. Kecepatan Tumbuh (%etmal-1) 0,72 tn (T)
9. Kekuatan Tumbuh (%) 1,32 tn (T)
10. Berat Buah (g) 0,45 tn
11. Jumlah Benih per Buah 0,39 tn
Keterangan: *: beda nyata pada uji F (α=5%), tn: tidak beda nyata pada uji F (α=5%), GxK: interaksi
genotipe dengan tingkat kemasakan buah, T: data ditransformasi.
2827
Tabel 2. Rerata Berat Buah dan Jumlah Benih per Buah pada Masing-Masing Genotipe Paria
Perlakuan Berat Buah (g) Jumlah Benih per Buah
Genotipe A (AS) 371,49 d 17,97 b
Genotipe B (AL) 288,30 c 18,67 b
Genotipe C (PT) 219,09 b 12,57 a
Genotipe D (IT) 138,54 a 22,50 c
BNJ (α=5%) 47,64 2,87
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang dama menunjukkan tidak beda
nyata pada uji BNJ (α=5%).
Tabel 3. RerataRendemen Benih pada Genotipe dan Tingkat Kemasakan Buah Paria yang
Berbeda
Rerata Rendemen Benih (%) pada Genotipe
Tingkat Kemasakan Buah
A (AS) B (AL) C (PT) D (IT)
19 HSP 0,60 a 0,64 a 0,76 a 3,53ab
A A A B
20 HSP 0,60 a 0,66 a 0,78 a 3,71 b
A A A B
21 HSP 0,73 a 0,71 a 0,80 a 3,70 b
A A A B
22 HSP 0,70 a 0,68 a 0,90 a 3,24 a
A A A B
23 HSP 0,73 a 0,71 a 0,88 a 3,81 b
A A A B
BNJ (α=5%) 0,44
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf kapital yang sama
pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNJ (α=5%).
Tabel4. Rerata Nilai Panjang Benih pada Genotipe dan Tingkat Kemasakan Buah Paria yang
Berbeda
Rerata Panjang Benih (cm) pada Genotipe
Tingkat Kemasakan Buah
A (AS) B (AL) C (PT) D (IT)
19 HSP 1,20a 1,10 a 1,34 a 1,34 a
A A B B
20 HSP 1,24 ab 1,12 a 1,29 a 1,38 ab
B A BC C
21 HSP 1,25 ab 1,16 a 1,28 a 1,40 ab
AB A B C
22 HSP 1,26 ab 1,17 a 1,28 a 1,44 ab
AB A B C
23 HSP 1,34b 1,16 a 1,32 a 1,46 b
B A B C
BNJ (α=5%) 0,11
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf kapital yang sama
pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNJ (α=5%).
Berdasarkan uji BNJ BNJ (α=5%) pada benihakan semakin membesar seiring
variabel panjang benih, genotipe D (IT) dengan lamanya benih berkembang dalam
pada kemasakan 23 HSP memiliki rerata buah.
tertinggi dan beda nyata dengan 19 Tabel 5 menunjukkan bahwa daya
HSP(Tabel 4). Menurut Fang et al. (2012), berkecambah tertinggi terdapat pada
ukuran benih berhubungan dengan genotipe A (AS) pada kemasakan 22 HSP,
pertumbuhan embrio, cadangan makanan namun tidak beda nyata dengan genotipe B
dan jaringan maternal serta ukuran (AL) dan C (PT) pada tingkat kemasakan
2828
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 11, November 2018, hlm. 2823–2831
yang sama. Variabel berat kering kemasakan 22 dan 23 HSP memiliki rerata
kecambah, genotipe A (AS) pada yang tinggi yang beda nyata dengan 19 dan
kemasakan 22 HSP memiliki rerata tertinggi 20 HSP (Tabel 7). Dari penelitian ini
dan beda nyata dengan genotipe lainnya diketahui bahwa berat 1000 benih
pada kemasakan yang sama (Tabel 6). sebanding dengan ukuran benih. Ukuran
Daya berkecambah menunjukkan viabilitas benih mempengaruhi pertumbuhan dan
relatif, karena pengujiannya pada kondisi hasil panen walaupun pada varietas yang
lingkungan yang optimum. Daya ber- sama (Arief dan Saenong, 2006).
kecambah yang tinggi menandakan berat Kadar air benih terendah terdapat
kering kecambah normal yang tinggi pula. pada genotipe D (IT) yang beda nyata
Hal ini dapat disebabkan oleh kuantitas dengan semua genotipe serta kemasakan
kecambah normal yang dihasilkan selama 23 HSP beda nyata dengan 19, 20 dan 21
pengamatan daya berkecambah. Penelitian HSP (Tabel 7). Kadar air benih yang rendah
Bhardwaj dan Kumar (2012) menunjukkan diperlukan untuk kebutuhan penyimpanan
bahwa daya berkecambah memiliki korelasi benih. Semakin tinggi tingkat kemasakan
positif dengan berat kering kecambah. buah, rerata kadar air benih turun, hal ini
Benih yang telah berkembang memiliki juga sesuai penelitian Darmawan et al.
kesempatan yang besar untuk meng- (2014), bahwa rerata kadar air terendah
hasilkan daya kecambah yang maksimum, pada taraf pengamatan terakhir dan beda
karena pada saat masak fisiologis, nyata dengan tingkat kemasakan buah
cadangan makanan dapat mencukupi lainnya. Kadar air benih yang terlalu tinggi,
kebutuhan untuk proses perkecambahan memiliki masa simpan yang pendek
(Darmawan, Respatijarti dan Soetopo, (Sowmya et al., 2012).
2014). Berat kering kecambah normal Kecepatan tumbuh tertinggi terdapat
merepresentasikan kemampuan kecambah pada genotipe A (AS) dan beda nyata
dalam memanfaatkan lingkungan dan cada- dengan genotipe C (PT) dan D (IT), serta
ngan makanan untuk proses pembelahan pada kemasakan 23 HSP beda nyata
dan pembesaran sel (Sutopo, 2002). dengan 19 HSP (Tabel 7). Kecepatan
Genotipe D (IT) pada variabel tumbuh bisa mengindikasikan jumlah
diameter benih dan berat 1000 benih kecambah normal yang tumbuh lebih
memiliki rerata tertinggi dan beda nyata banyak pada awal waktu pengamatan
dengan genotipe yang lain, serta pada daripada akhir pengataman.
Tabel5. Rerata Nilai Daya Berkecambah pada Genotipe dan Tingkat Kemasakan Buah Paria
yang Berbeda
Rerata Daya Berkecambah (%) pada Genotipe
Tingkat Kemasakan Buah
A (AS) B (AL) C (PT) D (IT)
19 HSP 59,00 a 33,50 a 24,50 ab 63,00 abc
AB AB A B
20 HSP 78,00 a 51,00 ab 24,00 a 76,50 bc
B AB A B
21 HSP 72,50 a 64,00 ab 61,00 bc 43,50 ab
A A A A
22 HSP 93,50 a 61,00 ab 57,50 abc 35,50 a
B AB AB A
23 HSP 86,50 a 81,50 b 69,50 c 89,00 c
A A A A
BNJ (α=5%) 36,71
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf kapital yang sama
pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNJ (α=5%).
2829
Tabel 6. Rerata Nilai Berat Kering Kecambah Normal pada Genotipe dan Tingkat Kemasakan
Buah Paria yang Berbeda
Rerata Berat Kering Kecambah Normal (g) pada Genotipe
Tingkat Kemasakan Buah
A (AS) B (AL) C (PT) D (IT)
19 HSP 4,95 a 3,20 a 1,75 a 7,70 a
AB AB A B
20 HSP 12,30 b 3,00 a 1,70 a 12,00 a
B A A B
21 HSP 12,65 b 4,70 a 7,95 b 6,70 a
B A AB AB
22 HSP 16,80 b 4,65 a 7,25 b 6,55 a
B A A A
23 HSP 15,20 b 5,95 a 7,10 b 26,45 b
B A A C
BNJ (α=5%) 1,18
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf kapital yang sama
pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNJ (α=5%). Data
ditransformasikan dengan akar kuadrat.
Tabel 7. Rerata Nilai Diameter Benih, Berat 1000 Benih, Kadar Air Benih, Kecepatan Tumbuh
dan Kekuatan Tumbuh pada Setiap Perlakuan
Kecepatan Kekuatan
Diameter Berat 1000 Kadar Air
Perlakuan Tumbuh Tumbuh
Benih (cm) Benih (g) Benih (%)
(%etmal-1) (T) (%) (T)
Genotipe A (AS) 0,79 b 113,71 c 7,77 b 39,90 b 49,10 bc
Genotipe B (AL) 0,73 a 82,74 a 7,83 b 31,90 ab 35,50 ab
Genotipe C (PT) 0,76 ab 101,68 b 8,15 c 21,20 a 23,60 a
Genotipe D (IT) 0,88 c 165,85 d 7,50 a 21,10 a 55,60 c
BNJ (α=5%) 0,03 11,09 0,22 7,67 9,74
19 HSP 0,75 a 97,90 a 8,28 c 18,38 a 27,25 a
20 HSP 0,77 a 107,94 ab 8,11 c 33,38 b 35,00 ab
21 HSP 0,78 ab 117,11 bc 7,74 b 29,75 ab 34,25 ab
22 HSP 0,81 bc 128,40 c 7,60 ab 25,25 ab 48,50 bc
23 HSP 0,82 c 128,63 c 7,34 a 38,88 b 59,75 c
BNJ (α=5%) 0,03 13,25 0,27 9,16 11,64
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda
nyata pada uji BNJ (α=5%), T: data ditransformasi dengan arc sin.
Faktor genetik dapat mempengaruhi Benih yang memiliki vigor baik akan lebih
kecepatan tumbuh karena dimungkinkan tahan terhadap cekaman lingkungan,
memiliki waktu yang lebih lama daripada seperti ketersediaan air dan patogen. Ke-
genotipe lain. Menurut Kader (2005), serempakan tumbuh yang tinggi
kecepatan tumbuh bukan untuk mengetahui mengindikasikan vigor kekuatan tumbuhnya
waktu yang dibutuhkan benih untuk tumbuh, juga tinggi dan memiliki korelasi dengan
melainkan untuk mengetahui waktu yang daya simpannya (Sadjad, 1993; Sutopo,
dibutuhkan benih untuk berkecambah. 2002).
Kekuatan tumbuh mengindikasikan Mutu fisiologis benih yang rendah
viabilitas absolut, karena diuji pada kondisi dapat meningkatkan biaya produksi karena
lingkungan yang suboptimum. Hasil banyak bibit yang harus disulam yang
penelitian menunjukkan genotipe A (AS) menyebabkan kebutuhan benih meningkat,
dan D (IT) memiliki kekuatan tumbuh yang waktu perawatan yang semakin lama
tinggi dan beda nyata dengan genotipe C karena mundurnya waktu panen dan hasil
(PT) serta pada kemasakan 22 dan 23 HSP panen kurang optimal (Hasanah, 2002).
beda nyata dengan 19 HSP (Tabel 7). Tetua juga mempengaruhi kondisi mutu
2830
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 11, November 2018, hlm. 2823–2831