Anda di halaman 1dari 45

PESTISIDA PERTANIAN

Oleh
Dwi Isyana Achmad, M.Si

PRODI D4 Budidaya Tanaman Perkebunan


Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Pontianak
PESTISIDA
 PESTISIDA berasal dari kata PEST (Hama) dan CIDE (Pembasmi)

 Pestisida: Semua zat (campuran) yang dapat digunakan sebagai


pengendali, pencegah, atau penolak gangguan dari hama (gulma, jasad
renik (bakteri, cendawan, virus), serangga, dan binatang pengerat).

 Menurut PP. No. 7 Tahun 1973:


Pestisida: semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dapat dipergunakan untuk: memberantas, mencegah hama,
mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,
dst.
PESTISIDA
 Pada 1200 SM, pestisida alami telah digunakan untuk
memberantas hama, antara lain menggunakan kapur dan abu
kayu serta ekstrak tanaman. Senyawa kimia di alam lainnya
juga digunakan sebagai pembasmi hama, senyawa tersebut
seperti belerang, arsen, sodiummarsenat dan nikotin.
 Senyawa organokloro digunakan sebagai pestisida pada tahun
1929 dan 1933, digunakan insektisida sintetis pertama kalinya
yaitu Benzena Hexaclorida dan Hexacloro hezan. Tahun 1939,
digunakan Dicloro diphenyl tricloroetane.
 Senyawa organophospor digunakan pertama kali pada tahun
1945 seperti parathion, malathion dan diazinon.
KLASIFIKASI
 Pestisida dapat dibedakan berdasarkan 3 hal, yaitu:
1. BENTUK FISIK
2. HAMA SASARAN/OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
3. BAHAN AKTIF
4. CARA KERJA
KLASIFIKASI
1. BENTUK FISIK
 Padatan (Butiran, Serbuk, Pelet, Granula, dll)
Efektif untuk sasaran yang kontak langsung pada tanaman yang akan
dilindungi maupun yang hidup di tanah di sekitar tanaman yang akan
dilindungi. Dapat ditabur langsung maupun dilarutkan terlebih
dahulu.
 Cairan
Efektif untuk sasaran yang kontak langsung pada tanaman yang akan
dilindungi.
 Gas
Umumnya efektif digunakan untuk hama dengan mobilitas
(pergerakan) tinggi dan menyerang melalui saluran pernafasan setelah
terhirup oleh sasaran.
KLASIFIKASI
2. HAMA SASARAN
Kelas Pestisida Kegunaan
Herbisida Membunuh Gulma
Insektisida Membunuh Serangga
Fungisida Membunuh Jamur
Bakterisida Membunuh Bakteri
Avisida Membunuh Unggas
Nematisida Membunuh Cacing
Moluskisida Membunuh Bekicot
Rodentisida Membunuh Hewan Pengerat
Silvisida Membunuh Pohon
Termitisida Membunuh Rayap
KLASIFIKASI
3. BAHAN AKTIF
Bahan Aktif Pengaruh

Organochloro Sistem syaraf pusat

Organophospor Mengikat Enzim Kholonesterase (pengendali syaraf)

Metilcarbamat Mengikat Enzim Kholonesterase (pengendali syaraf) namun singkat

Dipiridil Jaringan epitel pada kulit, kuku, pernafasan dan pencernaan

Arsen Sistem syaraf pusat

Klerat Pembekuan darah dan jaringan-jaringan darah


KLASIFIKASI
4. CARA KERJA PADA TANAMAN
Kelas Pestisida Cara kerja

Pestisida Sistemik Masuk ke jaringan tanaman (melalui stomata, meristem akar


atau lentisel batang) dan ditranslokasikan ke bagian lainnya
melalui jaringan pengangkut tanaman.
Sifatnya sulit hilang (residu tertinggal di jaringan).

Pestisida Non Sistemik Menempel pada bagian luar (permukaan) tanaman dan tidak
masuk ke jaringan. Mudah tercuci oleh hujan, daya tahan residu
tergantung bahan aktifnya.

Pestisida Sistemik Lokal Menempel pada bagian luar (permukaan) tanaman dan hanya
mampu menembus jaringan daun.
KLASIFIKASI
4. CARA KERJA RACUN PADA HAMA
Kelas Pestisida Cara Kerja

Racun Pencernaan (Lambung) Racun dari pestisida masuk ke pencernaan hama melalui
bagian tanaman yang dimakan oleh hama. Hasil pencernaan
di lambung akan diserap di usus halus kemudian
ditranslokasikan ke sasaran (pusat syaraf, organ respirasi, atau
organ pencernaan) sesuai bahan aktif pada pestisida.
Racun Kontak (Langsung) Racun akan bereaksi pada hama jika kontak (mengenai secara
langsung) pada hama sasaran, akan diserap ke jaringan
(melalui kulit, mulut atau trakea).
Racun Pernafasan Partikel gas pestisida yang disemprotkan jika terhirup oleh
hama maka akan masuk ke sistem pernafasan dan
ditranslokasikan ke sasaran sesuai bahan aktif pada pestisida.
Kelebihan Pestisida
 Mudah didapat dan diaplikasikan (digunakan)
 Sangat efektif mengendalikan hama/OPT
 Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam membasmi
hama/OPT
 Banyak jenis sehingga dapat membasmi berbagai jenis hama/OPT
yang diinginkan
FAKTOR KEEFEKTIFAN PESTISIDA
 SASARAN
 PESTISIDA
 WAKTU APLIKASI
 TAKARAN (DOSIS)
 METODE APLIKASI
Kelemahan Pestisida
 Menimbulkan lonjakan pertumbuhan hama/ OPT akibat
resistensi pestisida
 Membasmi musuh alami dan organisme bukan sasaran yang
seharusnya ada
 Meninggalkan residu yang berbahaya bagi kesehatan (pengguna
dan konsumen) serta lingkungan
BAHAYA PESTISIDA
 Setiap tahunnya, terdapat tiga juta pengguna pestisida di sektor
pertanian di Negara-Negara berkembang keracunan pestisida dan sekitar
18.000 diantaranya meninggal dunia (Miller, 2004).
 Bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker pada tubuh yang
terpapar pestisida.
 Bersifat Mutagenik atau merusak gen sehingga dapat menyebabkan
kecacatan pada bayi yang baru lahir.
 Menyerang pusat syaraf, sehingga yang terpapar dapat mengalami
gangguan otot hingga gangguan syaraf.
 Gejala keracunan: Sakit kepala, pusing, mual, sesak, muntah-muntah,
keringat berlebihan, diare, pandangan kabur, hingga dapat menyebabkan
kematian.
RESISTENSI PESTISIDA
 Resistensi pestisida yaitu berkembangnya kemampuan hama untuk mentolerir
dosis racun pada pestisida atau penurunan kepekaan hama terhadap suatu
pestisida.

 Penyebab: Penggunaan satu jenis pestisida secara terus-menerus dalam waktu


yang lama, intensitas paparan pestisida yang terlalu tinggi serta penggunaan dosis
yang tidak tepat.

 Gejala terjadinya resistensi: Menurunnya efektivitas pestisida dalam


mengendalikan hama/ semakin banyaknya populasi suatu hama.

 Dampak: Hama mengalami seleksi, hama yang bertahan akan beregenerasi


menghasilkan populasi baru yang memiliki gen resisten dan terjadi lonjakan
populasi yang sulit dikendalikan.
MEKANISME RESISTENSI
 Altered site of action: Perubahan pada sistem biologis target yang
menjadi sasaran kerja pestisida.

 Increased detoxication: Peningkatan kemampuan hama untuk


memodifikasi bahan aktif pestisida secara cepat sehingga sifat
racunnya hilang (detoksifikasi)

 Reduced penetration: Berkurangnya kemampuan menembus suatu


pestisida pada kulit hama, sehingga hama memiliki kesempatan
untuk mendetoksikasi racun pada pestisida.
Mengatasi Resistensi
 Konservasi Musuh Alami dengan cara menggunakan pestisida
selektif (tidak berspektrum luas).

 Menggunakan dosis dan konsentrasi formulasi pestisida yang


tepat.

 Rotasi Penggunaan Pestisida. Untuk sementara pestisida yang


hama tolerir tidak digunakan, beberapa pestisida lain yang
memiliki perbedaan mekanisme kerja digunakan secara
bergantian.

 Menerapkan cara pengendalian non pestisida (kimiawi), contoh:


mengganti-ganti jenis tanaman.
Formulasi Pestisida
 Formulasi: bentuk akhir hasil olahan bahan teknis suatu pestisida.
 Bentuk formulasi: Cair, padat, semi padat, kental (campuran cair-padat).
 Pemilihan bentuk formulasi sangat mempengaruhi pengendalian hama, karena
berpengaruh pada daya serap dan kontaknya.

 Jenis-jenis formulasi:
1. Oil Miscible Liquid (OL): terdiri dari bahan aktif, 1 pelarut kuat (bersifat sebagai
pestisida) dan pelarut lain seperti minyak.
2. Emulsifiable Concentrate (EC): adamya penambahan emulsifier pada campuran bahan
aktif dan pelarutnya, umumnya akan mengahasilkan warna putih susu/ suspensi/ keruh
3. Microemulsion (ME): EC yang telah diencerkan menggunakan air sehinnga bentuk
emulsinya berubah menjadi mikroemulsi.
4. Wettable powder (WP): terdiri dari bahan aktif dan bubuk pembawa (seperti kapur) dan
bahan pembasah. Pembasah memungkinkan pencampuran yang baik antara formulasi
dengan air sehingga mudah diaplikasikan.
5. Soluble Liquid (SL): berbentuk pekatan/konsentrat yang sangat larut dalam air.
6. Granula (GR): Padatan yang ukurannya seragam dan kandungan bahan aktifnya umumnya
rendah. Siap pakai untuk aplikasi dengan cara ditabur.
Formulasi Pestisida
 Komponen formulasi: Bahan Aktif (bahan teknis), pelarut, pengencer,
surfaktan dan sinergis.
 Bahan aktif: bahan utama yang secara biologis bersifat sebagai pestisida.
 Pelarut: Bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan aktif, umumnya
berupa minyak, air atau bahan semipolar.
 Pengencer: mengencerkan formulasi sehingga siap diaplikasikan.
 Surfaktan: bahan yang memperbaiki sifat kebasahan, penyebaran dan
pembentukan emulsi. Ada 2 jenis: emulsifier dan wetting agent.
 Sinergis: bahan kimia yang dapat meningkatkan potensi pestisida.
Contoh: Piperonyl butoxide
DOSIS PESTISIDA
 Dosis: Kadar dari suatu bahan yang dapat mempengaruhi suatu organisme.

 Cara menghitung dosis pemakaian:

1). Di kemasan tertera: Dosis: 1-3 g/L (gunakan yang 3 g/L)


Jika wadah yang digunakan yaitu 5 liter, maka: 3 g x 5 = 15 gram.
Jadi sebanyak 15 gram pestisida dilarutkan dalam 5 liter pelarutnya.

2). Di kemasan tertera: Dosis: 100-200 g/Ha


(Volume semprot: umumnya 300-500 L/Ha)
Dosis perliter: 200/300 x 1 L = 0,67 g/L
Jika wadah yang digunakan yaitu: 5 liter,
maka 0,67 g/L x 5 = 3,35 gram/5 liter pelarutnya.
TOKSISITAS PESTISIDA
 Toksisitas (toxicity): kemampuan yang melekat pada suatu bahan
untuk menimbulkan keracunan atau kerusakan.

 Toksisitas umumnya dinyatakan sebagai suatu nilai yang dikenal


sebagai dosis atau konsentrasi mematikan pada hewan
percobaan.

 Dosis atau konsentrasi seperti ini disebut lethal dose (LD) atau
lethal concentration (LC)
TOKSISITAS PESTISIDA
 LD50 adalah dosis mematikan 50% hewan percobaan yang
dinyatakan dalam miligram (mg) suatu pestisida per kilogram
(kg) berat badan

 LC50 adalah konsentrasi suatu pestisida untuk mematikan 50%


hewan percobaan, dinyatakan dalam mg/L atau mg/hewan
percobaan

 Hewan yang sering digunakan sebagai hewan percobaan yaitu


tikus.
TOKSISITAS PESTISIDA
TOKSISITAS PESTISIDA
Biomagnifikasi Pestisida Turunan Organochloro
di Air Danau di California
Biomagnifikasi adalah proses masuknya bahan kimia pada makhluk hidup dengan adanya
peningkatan konsentrasi akibat bioakumulasi

88.000X

80.000X
85.000X
85.000X

500X
500X

265X
250X
Waktu Paruh Pestisida dalam Tanah

Pestisida Waktu paruh (tahun)


Organoklorin
DDT (dichloro-diphenyl-trichloroethane) 3-10
Heptaklor 7-12
Endrin 4-8
Toksafen 10
Aldrin 1-4
Dieldrin 1-7
Klordan 2-4
Organofosfat
Difonat 0,2
Klorfenvinfos 0,2
Karbofenotion 0,5
Karbamat
Karbofuran 0,05-1
RESIDU PESTISIDA
Residu (KBBI): Ampas atau endapan, sedangkan dalam kimia, residu:
segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau kontaminan dalam suatu proses
tertentu.

Residu pestisida: zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian, bahan
pangan, pakan ternak, makhluk hidup (konsumen) maupun lingkungan
sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida.
RESIDU PESTISIDA
Kasus residu pestisida:

Monitoring efek penggunaan pestisida dilakukan oleh Direktorat Perlindungan


Tanaman (1980), hasilnya yaitu di Pulau Jawa ditemukan sejumlah residu pada
beberapa sayuran seperti wortel, kentang, sawi dan tomat.
Residu yang terdeteksi yaitu jenis DDT, diazinon, dieldrin, fenitrithion dan
klorfirifos.

Monitoring keamanan pangan dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan


Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Makassar di
Kecamatan Uluere, Sulawesi Selatan tahun 2010, menemukan bahwa terdapat
residu pestisida pada kentang, diantaranya yaitu < 0,002 mg/Kg karbofuran dan
karbaril serta 6,5 mg/Kg klorofiritos.
PESTISIDA ALAMI

AGEN HAYATI NABATI

Mikroorganisme Metabolit sekunder Bahan Aktif pada


(Langsung) Mikroorganisme Tumbuhan
PESTISIDA NABATI
• Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal maupun majemuk
yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama/OPT.

• Pestisida ini mudah terurai di alam (biodegadable) karena


terbuat dari bahan-bahan alami (nabati) sehingga tidak
meninggalkan residu yang dapat mencemari lingkungan.

• Sifat toksik dari pestisida nabati berasal dari bahan aktif pada
tumbuhan, setiap tumbuhan mengandung bahan aktif yang
berbeda-beda sehingga perannya sebagai pestisida juga berbeda-
beda.
Fungsi Pestisida Nabati
• Antifidan: Mencegah hama/OPT memakan tanaman yang
telah disemprot pestisida tersebut
• Altraktan: Memikat hama/OPT sehingga dapat dijadikan
sebagai perangkap
• Repelan: Menolak kehadiran hama/OPT
• Merusak telur atau larva
• Menghambat reproduksi atau hormon hama/OPT
• Merusak syaraf
Tumbuhan sebagai Pestisida
Nabati

Lantana camara Suruhan

Kenikir
Sirsak
Sirih

Mimba

Babadotan
Bahan Aktif
Nama Tumbuhan Bahan Aktif Kegunaan
Bawang Putih Saponin, flavonoid, polifenol Efektif mematikan ulat S.
(Allium sativum L.) dan minyak atsiri litura, mengusir kutu dan
serangga
Belimbing wuluh Saponin, flavonoid dan tanin Menghambat
(Averrhoa bilimbii) perkembangan serangga
Sitophilus zeamais
Bratawali Alkaloid, steroid, dan flavonoid Pengusir tikus, kutu dan
(Tinospora serangga.
tuberculata)
Cengkeh (Syzigium Saponin, flavonoid, tanin, Efektif mematikan
aromaticum L.) minyak atsiri dan eugenol Stegobium paniceun dan
ulat uret Exopholis
hypoleuca
Jengkol Saponin, flavonoid, tanin, Pengusir tikus, lintah,
(Pithecolobium ureum dan belerang walang sengit
lobatum)
Mimba Azadirachtin Mematikan lalat kacang
(Azadirachta indica) pada kedelai, tungau
merah, hama penggerek
Bahan Aktif

Saponin

Tanin
Cara Pembuatan
• Produk berupa tepung dapat dibuat dengan proses
penggerusan, penumbukan, pengeringan, pembakaran atau
pengepressan.

• Produk berupa ekstrak dapat dibuat dengan proses pelarutan


menggunakan beberapa pelarut seperti air; air dan
pemanasan; air dan deterjen; air dan surfaktan; air, alkohol
(metanol) dan surfaktan

• Ekstrak umumnya perlu difermentasi 24 jam sebelum


pengaplikasian.
AGEN HAYATI
“Mikroorganisme”
Agen hayati merupakan agen pengendali hayati yang umumnya
berupa mikroorganisme yang dapat mengendalikan hama
tanaman. Mikroorganisme ini bersifat patogen dan selektif.

Dikelompokkan menjadi 3, yaitu:


1. Membunuh serangga
Salah satu contoh mikroorganisme jenis ini yaitu cendawan
entomopatogen, memproduksi spora yang mampu bertahan lama
di alam. Cendawan ini akan masuk melalui lubang di tubuh
serangga kemudian berkembangbiak dan menyebar. Hama akan
mati, mengeras dan perlahan tubuhnya akan rapuh.
Selain itu ada pula Bakteri Thuringiansis yang mampu
menghasilkan senyawa-senyawa tertentu yang bersifat mematikan
serangga. Hama yang terinfeksi bakteri ini akan mengalami infeksi
pada saluran cernanya.
AGEN HAYATI
“Mikroorganisme”
2. Membunuh Tanaman
Agen hayati ini berupa mikroorganisme yang mampu bersaing
dengan tumbuhan dalam menyerap unsur hara tanah maupun
menyerap cadangan energi pada tumbuhan (parasit). Contohnya
yaitu Genoderma pseudoferreum yang menyebabkan akar
tanaman kopi atau teh membusuk. Tumbuhan yang terinfeksi
patogen ini akan mengalami penyakit tanaman, kelayuan dan
penurunan proses regenerasi sehingga dapat mengalami
kematian.

3. Membunuh Mikroorganisme lainnya


Agen hayati ini mampu menghasilkan metabolit sekunder yang
bersifat mematikan atau sebagai racun untuk mikroorganisme
lainnya.
Metabolit Sekunder
• Hasil metabolisme yang bukan merupakan hasil utama
dan tidak dibutuhkan secara langsung untuk kebutuhan
pertumbuhan.

• Umumnya metabolit sekunder yang dihasilkan oleh


mikroorganisme seperti bakteri dan jamur bersifat sebagai
antibiotik.

• Pseudomonas flourescent-CHA0 mampu menghasilkan


phenazine-1-carboxylic acid (PCA) yang dapat menekan
penyakit black root pada tembakau yang disebabkan oleh
Thielaviopsis basicola.
Mikroorganisme Endofit
Mikroorganisme endofit merupakan mikroorganisme
yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa
merugikan, bahkan memberikan banyak manfaat
bagi tanaman inangnya

Mikroorganisme ini menghasilkan senyawa yang


mirip dengan metabolit sekunder pada tanaman
inangnya.

Metabolitnya dapat digunakan untuk mengobati


penyakit pada tanaman tersebut.
Mikroorganisme Endofit
▪ Mikroorganisme endofit merupakan solusi untuk
perkembangan pestisida alami

▪ Dapat diproduksi bahan aktif hasil metabolisme


sekunder mikroorganisme yang dapat digunakan
sebagai bahan pembuat pestisida alami

▪ Mencegah kerusakan atau ekspoitasi tumbuhan


secara besar-besaran, karena cukup dengan
mengisolasi mikroorganisme dari bagian kecil
jaringan tumbuhan.
Tahapan Isolasi
Mikroorganisme Endofit

Tanaman
Sehat
Dibersihkan
Disterilkan Dimasukkan dalam
Dipotong media tumbuh
Tanaman
Berpenyakit

Diinkubasi
Diisolasi berdasarkan koloni

Diuji Kemampuan Antibiosis

Anda mungkin juga menyukai