Anda di halaman 1dari 18

Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

CARBON FOOTPRINT DALAM PROSES BUDIDAYA TANAMAN KARET DAN


PRODUKSI BEBERAPA PRODUK KARET

Carbon Footprint of Rubber Cultivation and Several Rubber Products

Andi Nur Cahyo, Jamin Saputra, Mili Purbaya, dan Thomas Wijaya
Balai Penelitian Sembawa, Po Box 1127, Palembang 30001, Indonesia
e-mail : nurcahyo.andi@yahoo.co.uk

Diterima 6 Desember 2015 / Direvisi 10 Maret 2015 / Disetujui 15 Maret 2016

Abstrak kg karet remah, karet sit, dan lateks pekat yang


dihasilkan berturut-turut. Hal ini
Salah satu komoditas pertanian yang menunjukkan budidaya tanaman karet
memberikan andil dalam penyerapan dan memberikan andil positif dalam penyerapan
emisi CO2 adalah tanaman karet.Tulisan ini karbon dari atmosfer dan menekan pemanasan
bertujuan untuk menghitung jumlah karbon global.
yang diemisikan dan diserap (Carbon
Footprint/CF) dalam proses budidaya tanaman Kata kunci : tanaman karet, carbon footprint,
karet mulai dari pembibitan, persiapan lahan, emisi dan penyerapan karbon
penanaman, dan pemeliharaan sampai
tanaman diremajakan. Jumlah karbon yang Abstract
diserap oleh tanaman karet diperoleh
berdasarkan analisa C-organik sampel bibit CO2-e/plant. On the other hand, total carbon
tanaman karet baik yang masih berupa batang sequestrated of one life cycle of rubber tree was
bawah, bibit polibeg dua payung dan tanaman 2.278,17 kg CO2-e/tree for GT1 clone. GT1 clone
karet klon GT1 pada saat diremajakan. Jumlah produced 68,55 kg dry rubber/tree/cycle, therefore
karbon yang diemisikan dihitung dari proses to produce 1 kg of dry rubber, 33,23 kg CO2 was
pembuatan bibit polibeg dua payung daun sequestrated and 10,63 kg CO2 was emited.
sampai tanaman diremajakan. Total emisi Furthermore, to produce 1 kg of block rubber, ribbed
karbon yang dihasilkan mulai dari proses smoked sheet, and concentrated latex would be
pembuatan bibit sampai peremajaan karet tua produced totally 0,313; 0,126; and 0,151 kg CO2-
adalah 728,87 kg CO2-e/tanaman. Sebaliknya eq/kg respectively. Therefore, if counted start from
total serapan karbon oleh tanaman karet rubber plant nursery had been sequestrated CO2 a
selama satu siklus adalah 2.278,17 kg CO2- totally 33,23 kg CO2 and CO2emitted a totally 10,94 ;
e/tanaman untuk klon GT 1. Klon GT1 dalam 10,75 ; and 10,78 kg for produced block rubber,
satu siklus dapat menghasilkan 68,55 kg karet ribbed smoke sheet, and concentrated latex
kering/tanaman, sehingga untuk continuously. It showed that rubber cultivation
memproduksi 1 kg karet kering telah diserap plant to give positive contribution on the carbon
33,23 kg CO2 dan diemisikan 10,63 kg CO2. sequestration form atmosphere and reduced global
Selain itu, untuk menghasilkan 1 kg produk warming.
karet remah, karet sit, atau lateks pekat, akan
dihasilkan emisi karbon tambahan sebesar Keywords : rubber plant, carbon footprint, carbon
0,313; 0,126; dan 0,151 kg CO2-eq/kg produk emission and sequestration
yang dihasilkan berturut-turut. Karena itu,
apabila dihitung mulai dari proses pembibitan Pendahuluan
tanaman karet, telah diserap karbon sebanyak
33,23 kg CO2 dan diemisikan karbon sebanyak Salah satu dampak dari perubahan iklim
10,94; 10,75; dan 10,78 kg CO2-e untuk setiap adalah peningkatan suhu udara di permukaan

49
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

bumi yang disebut dengan pemanasan dapat mengurangi emisi karbon. Pada level
global.Meningkatnya suhu permukaan bumi nasional, analisa CF dapat memfasilitasi
ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi partisipasi yang tepat dalam negosiasi
gas rumah kaca di atmosfer bumi. Dalam 100 internasional dalam hubungannya dengan
tahun terakhir suhu Bumi telah meningkat iklim (Peters, 2010; Dong et al., 2013).
o
sekitar 0,7 C (WWF, 2006). Selain itu suhu Sehubungan dengan berbagai manfaat yang
bumi juga diperkirakan meningkat sebesar 0,9 bisa didapat dari analisa CF tersebut, dalam
o
sampai dengan 2,5 C dari tahun 1990 hingga tulisan ini dilakukan analisa mengenai CF
2100 (Mearns, 2000; Reddy and Hogdes, dalam proses budidaya tanaman karet mulai
2000). dari penyiapan bibit sampai dengan tanaman
CO2 adalah salah satu jenis gas rumah kaca di replanting dan perhitungan emisi karbon
yang saat ini meningkat konsentrasinya di pada pengolahan karet RSS.
atmosfer bumi. Meningkatnya konsentrasi
CO2 di atmosfer ini mempunyai korelasi yang Bahan dan Metode
positif terhadap terjadinya pemanasan global
(NOAA, 2014). Bertambahnya konsentrasi Penelitian ini dilakukan di Balai
CO2 di atmofer ini tidak terlepas dari kegiatan Penelitian Sembawa pada bulan Desember
manusia sehari hari. Salah satu kegiatan 2013. Data serapan karbon oleh tanaman
manusia yang menghasilkan emisi CO2 adalah diambil melalui pengamatan langsung
kegiatan pertanian.Menurut FAO (2009);
pada fase pembibitan karet dan melalui
Dong et al. (2013), sektor pertanian adalah
studi pustaka pada fase tanaman belum
penyumbang gas rumah kaca terbesar kedua di
dunia. Di lain pihak, kegiatan pertanian juga menghasilkan (TBM), fase tanaman
turut menghambat terjadi pemanasan global menghasilkan (TM), hingga saat replanting
melalui penyerapan CO2 di atmosfer dalam serta pengolahan karet menjadi karet
proses fotosintesa. Sebagai contoh, tanaman remah, sit, dan lateks pekat. Klon tanaman
karet menghasilkan klon GT1 dapat menyerap karet yang digunakan dalam penelitian ini
CO2sebanyak 2,05 ton/pohon (Kusdiana et al., adalah klon Gt1.
2012). Pada fase pembibitan, perhitungan
Analisa jumlah karbon yang dihasilkan / jumlah serapan karbon dilakukan mulai
diserap dalam proses budidaya dan dari persemaian biji sampai dengan bibit
pengolahan lateks tanaman karet ini dapat polibeg dua payung. Serapan karbon yang
digunakan untuk menetapkan Carbon Footprint dihitung merupakan akumulasi karbon
(CF) proses budidaya tanaman karet. CF yang pada batang bawah tanaman karet umur 12
merupakan indikator dari emisi gas rumah bulan (akar, batang, dan daun) dan bibit
kaca dapat digunakan secara komprehensif
asal stum mata tidur yang telah berpayung
untuk mengukur total emisi gas rumah kaca
dari keseluruhan siklus suatu proses produksi dua (batang dan daun). Perhitungan jumlah
(Finkbeiner, 2009; Dong et al., 2013). Hasil serapan karbon yang terjadi pada bibit
analisa CF dapat diaplikasikan dalam level tanaman karet dilakukan dengan
yang berbeda dalam rantai supply (Huang et al., menggunakan metode pengabuan. Metode
tersebut dilakukan dengan mengabukan
2009; Dong et al., 2013). Pada level produk,
contoh jaringan tanaman yang berasal dari
hasil analisa CF dapat membantu konsumen
akar, batang, dan daun seberat masing-masing
membangun kepedulian untuk mengkonsumsi o
satu gram dengan suhu 105 C selama dua jam
produk yang ramah lingkungan. Pada level
dan suhu 300 oC selama dua jam, serta suhu
korporasi, hasil analisa CF dapat mendorong
550o C selama tiga jam. Contoh tersebut
suatu perusahaan untuk meningkatkan citra
ditimbang setelah berada pada suhu 105o C
produknya dengan mengadopsi strategi yang
dan 550o C. Kadar C organik dapat dihitung

50
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

dengan rumus sebagai berikut (Association Emisi Karbon Bibit Karet


Official Agriculture Chemists, 2002; Balai
Penelitian Tanah, 2009): Dalam proses pembuatan bibit karet, selain
terjadi serapan karbon oleh proses fotosintesa
bibit tanaman karet, juga terjadi emisi karbon
yang terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk menghitung emisi
karbon dari proses pembuatan bibit karet
tersebut, terdapat beberapa metode yang dapat
Keterangan : diikuti, dia nta ra nya a da la h m etode
berat contoh =1g berdasarkan rekomendasi dari
berat abu = berat abu pada suhu 550o C Intergovernmental Panel on Climate Change
berat kering = berat contoh pada suhu 105oC
(IPCC, 2006; Dong et al., 2013) dan The World
faktor koreksi = 1,724
Resources Institute (Dong et al., 2013). Menurut
Hasil dan Pembahasan IPCC, gas rumah kaca yang dihitung meliputi
emisi gas rumah yang diemisikan secara
Perhitungan serapan dan emisi karbon langsung dari kegiatan pertanian (pengolahan
dalam tulisan ini dihitung pada saat fase bibit, lahan, pemupukan, penggunaan pestisida, dan
TBM, TM, dan proses produksi karet. lain sebagainya) maupun secara tidak
langsung, yaitu karbon yang dilepaskan karena
Serapan dan Emisi Karbon pada Fase penggunaan energi untuk proses produksi
Pembibitan Karet pertanian (pembakaran bahan bakar fosil dan
penggunaan energi listrik). Di lain pihak,
Kegiatan pertanian mempunyai dua menurut WRI, penentuan emisi gas rumah
potensi yang berlawanan, yaitu menyerap kaca dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama
maupun melepaskan karbon (Taylor et al., adalah emisi langsung dari sektor pertanian,
2013). Untuk mengetahui jumlah karbon yang misalnya emisi karbon yang ditimbulkan
diserap maupun yang dihasilkan dalam proses dalam proses pengolahan tanah, penggunaan
produksi bibit karet, berikut ini disajikan hasil pestisida, pemupukan, dan pembakaran bahan
analisa serapan/produksi CO2 dari kegiatan bakar fosil (misalnya yang diperlukan untuk
produksi bibit tanaman karet di Balai proses irigasi). Kedua adalah emisi karbon
Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet. yang ditimbulkan oleh tenaga listrik yang
dibeli untuk sektor pertanian (listrik PLN).
Serapan Karbon Bibit Karet Ketiga adalah emisi karbon yang tidak
langsung, yaitu emisi yang ditimbulkan dalam
Dari hasil analisa kandungan karbon pada proses produksi produk energi maupun input
bibit tanaman karet, didapatkan hasil bahwa kimiawi per tanian yang digunakan.
dalam proses pembuatan bibit polibeg mulai Dalam proses pembuatan bibit karet, terdapat
dari kecambah hingga bibit okulasi dua beberapa kegiatan yang memberikan andil
payung, akumulasi karbon yang terserap oleh terhadap terjadinya emisi karbon ke atmosfer,
bibit tanaman karet adalah 0,099 kg karbon per diantaranya adalah kegiatan pengolahan
bibit atau setara dengan 0,363 kg CO2 per bibit. lahan,irigasi, perlindungan tanaman dari
Hal ini menunjukkan bahwa proses serangan penyakit, pemupukan, dan
pembuatan bibit tanaman karet telah transportasi. Dari masing-masing kegiatan
memberikan andil dalam pengurangan jumlah tersebut, terjadinya emisi karbon dapat dilihat
karbon di atmosfer yang merupakan salah satu dari sudut pandang pertama dan atau ketiga.
penyebab terjadinya efek rumah kaca yang
memicu terjadinya pemanasan global.

51
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

1. Kegiatan persiapan lahan lahan batang bawah kerapatan tanamnya


sekitar 55.000 bibit batang bawah (jarak tanam
Kegiatan persiapan ini ditujukan untuk 30 x 40 x 50 cm dengan persentase kehidupan
mempersiapkan lahan yang representatif bagi kecambah karet saat pemindahan dari
penanaman batang bawah bibit tanaman bedengan perkecambahan ke lahan batang
karet.Kegiatan pengolahan lahan ini meliputi adalah 80%) dan persentase keberhasilan
kegiatan pembajakan dan penggaruan yang okulasi adalah 80%, maka kegiatan
dilakukan dua kali dengan interval dua pengolahan lahan untuk menghasilkan satu
minggu. Diantara kegiatan pembajakan dan bibit batang bawah telah menghasilkan emisi
penggaruan ini juga terdapat kegiatan karbon sebanyak 98,18 gram/bibit atau setara
pengayapan untuk mengambil sisa-sisa akar dengan 359,99 gram CO2/bibit.
ataupun serpihan kayu yang mungkin terdapat Selain karbon yang dilepaskan langsung
pada lahan tersebut. Hal ini ditujukan agar dari tanah yang diolah, emisi karbon pada
lahan tersebut bebas dari penyakit jamur akar proses pengolahan lahan juga terjadi dari
putih (Balai Penelitian Sembawa, 2012). penggunaan bahan bakar traktor yang
Dari kegiatan persiapan lahan tersebut, digunakan untuk mengolah lahan. Dari hasil
apabila dilihat dari sudut pandang pertama, wawancara dengan pihak kebun percobaan
terdapat dua sumber emisi karbon, yaitu emisi Balai Penelitian Sembawa, diketahui bahwa
karbon yang berasal langsung dari dalam tanah untuk mengolah satu hektar lahan penanaman
yang diolah serta emisi karbon yang batang bawah bibit karet, dibutuhkan 17 jam
ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar kerja traktor. Dalam satu jam kerja traktor
minyak untuk traktor yang digunakan untuk dibutuhkan sekitar 10 liter solar sebagai bahan
membajak dan menggaru lahan. Sanford et al. bakarnya. Apabila dikalkulasikan, berarti
(2012) menyebutkan bahwa karbon organik untuk pengolahan lahan batang bawah seluas
tanah sangat sensitif terhadap manajemen satu hektar, dibutuhkan bahan bakar solar
lahan pertanian. Six et al. (2002); Soussana dan sebanyak 170 liter. Menurut National Energy
Lemaire (2014) juga menyebutkan bahwa Foundation (NEF) (2005); De Rozari dan
penumpukan karbon lebih banyak terjadi pada Suwari (2012) dalam kegiatan pembakaran
lapisan tanah topsoil. Sebenarnya karbon satu liter bahan bakar solar, dihasilkan 2,68 kg
organik tanah apabila tidak diganggu dapat CO2.Hal ini berarti bahwa untuk pengolahan
bertahan di dalam tanah hingga beberapa satu hektar lahan batang bawah dihasilkan
abad. emisi CO2 sebanyak 455,6 kg CO2. Selain CO2
Untuk kegiatan penanaman batang bawah, yang dihasilkan dari pembakaran solar,
biasanya lahan yang diolah tanahnya adalah dihasilkan juga gas rumah kaca lain yang
lahan bekas karet tua yang diremajakan. Dari berperan dalam pemanasan global, yaitu CH4
hasil pengamatan di Balai Penelitian dan N2O. Dalam pembakaran satu liter bahan
Sembawa, kandungan karbon organik tanah bakar solar untuk mesin stationer (bukan untuk
pada kedalaman 0 – 40 cm berubah dari 3,40 ke transport), dihasilkan CH4 dan N2O berturut-
3,32% akibat pengolahan tanah. Apabila turut sebesar 0,0038 dan 0,0077 kg CO2-e
diasumsikan bahwa berat volume (BV) tanah (karbon dioksida ekuivalen) (Department of
adalah sebesar 1,35 g/cm3, maka besarnya Industry, Innovation, Climate Change,
kehilangan karbon dalam satu hektar Science, Research and Tertiary Education
mencapai 4,32 ton untuk kedalaman 40 cm. Commonwealth of Australia, 2013). Oleh
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan karena itu, untuk pembakaran 170 liter solar,
pembajakan lahan yang menjadikan lapisan dihasilkan emisi CH4 dan N2O sebesar 0,65 dan
tanah terbalik dan tercampur serta agregatnya 1,31 kg CO2-e. Jadi, dalam penggunaan traktor
terpecah akan mempercepat pelepasan karbon untuk pengolahan lahan batang bawah,
organik tanah ke atmosfer (Paustian et al., dihasilkan emisi gas rumah kaca sebesar
1998; Conant et al., 2007; Soussana dan 457,57 kg CO2-e.
Lemaire, 2014). Apabila dalam satu hektar

52
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

Selain gas rumah kaca yang diemisikan penyiapan lahan batang bawah dapat dilihat
langsung dari pembakaran bahan bakar untuk pada Tabel 1.
pengoperasian traktor, penggunaan bahan Pada kegiatan penyiapan lahan batang
bakar minyak apabila dilihat dari sudut bawah, telah dihasilkan emisi gas rumah kaca
pandang ketiga menurut WRI juga telah yang berasal tanah sebesar 15.839 kg CO2/ha
memberikan emisi karbon ke atmosfer pada (359,99 gram CO2/bibit) dan penggunaan
waktu produksi bahan bakar minyak tersebut. solar untuk bahan bakar traktor sebesar 987,40
Apabila solar yang digunakan sebagai bahan kg CO2-e/ha (22,4 gram CO2-e/bibit) dengan
bakar traktor diasumsikan sama dengan total emisi sebesar 16.826,4 kg CO2-e/ha atau
bensin dalam hal emisi karbon yang sebesar 382,39 gram CO2-e untuk setiap bibit
dihasilkan pada waktu memproduksinya, batang bawah yang dihasilkan.
maka dalam menghasilkan satu liter solar
telah diemisikan karbon sebanyak 0,85 kg atau 2. Kegiatan penyiapan kecambah batang
setara dengan 3,12 kg CO2 (Adler et al., 2007; bawah
Graefe et al., 2011).
Hal ini berarti bahwa apabila dalam Kegiatan penyiapan kecambah batang
pengolahan lahan untuk menanaman batang bawah dimulai dengan kegiatan penyemaian
bawah bibit karet diperlukan 170 liter solar b i j i b a t a n g b awa h d i b e d e n g a n
sebagai bahan bakar traktor, dalam proses perkecambahan.Dalam kegiatan ini, emisi
produksi solar tersebut telah diemisikan karbon yang ter jadi secara dominan
karbon sebanyak 144,5 kg karbon atau setara disebabkan oleh penggunaan mesin pompa air
dengan 529,83 kg CO2. Apabila untuk irigasi yang harus diberikan kepada
diakumulasikan dengan jumlah gas rumah kecambah karet secara rutin untuk menjaga
kaca hasil pembakaran solar untuk bahan kelembaban media tanam kecambah yang
bakar traktor, maka jumlah gas rumah kaca barupa pasir maupun serbuk gergaji. Media
total yang diemisikan dari penggunaan solar tanam di bedengan perkecambahan biji karet
untuk bahan bakar traktor adalah 987,40 kg ini harus disiram pada pagi dan sore hari
CO2-e. Apabila dalam satu hektar lahan untuk memastikan kelembabannya terjaga.
batang bawah kerapatan tanamnya sekitar Untuk keperluan irigasi ini, diperlukan bahan
55.000 bibit batang bawah (jarak tanam 30 x bakar solar untuk menjalankan pompa air
40 x 50 cm) dan persentase keberhasilan yang bermesin diesel sebanyak dua liter per
okulasi adalah 80%, maka kegiatan persiapan hari untuk menyiram kecambah karet
lahan untuk menghasilkan satu batang bawah sebanyak dua juta kecambah. Penyiraman ini
tanaman karet telah diemisikan gas rumah dilakukan selama minimal 21 hari.Hal ini
kaca sebanyak 22,44 gram CO2-e. Tabulasi disebabkan karena kecambah karet hanya
perhitungan emisi karbon dalam kegiatan diambil dari biji karet yang berkecambah

Tabel 1. Emisi CO2 Kegiatan Pengolahan Lahan

Sumber Emisi CO2 Kegiatan Pengolahan Lahan Emisi CO2


Emisi C tanah (kedalaman olah 40 cm) 4.320 kg C/ha 15.839 kg CO2/ha
BBM traktor untuk pengolahan lahan :
Emisi CO2 dari pembakaran BBM traktor 455,60 kg CO2/ha
Emisi CH4 dari pembakaran BBM traktor 0,65 kg CO2-e/ha
Emisi N2O dari pembakaran BBM traktor 1,31 kg CO2-e/ha
Emisi CO2 dari proses produksi BBM traktor 529,83 kg CO2/ha
Total emisi CO 2 dari pembakaran BBM traktor 987,40 kg CO2-e/ha
Total Emisi CO 2 Kegiatan Pengolahan Lahan/ha 16.826,4 kg CO2-e/ha
Total Emisi CO 2 Kegiatan Pengolahan Lahan/bibit 382,39 gCO2-e/bibit

53
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

maksimal berumur 21 hari setelah penyemaian 3. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan


(Balai Penelitian Sembawa, 2012). Dengan batang bawah
penyiraman selama 21 hari ini, maka
diperlukan 42 liter solar sebagai bahan bakar Dalam kegiatan penanaman dan
pompa air untuk menyiram 2 juta kecambah pemeliharaan batang bawah, terdapat
karet. beberapa aktivitas yang menimbulkan emisi
Apabila diasumsikan bahwa hanya daya karbon yaitu kegiatan pindah tanam dari
kecambah 80% dan biji yang dapat bertahan bedengan perkecambahan menuju lahan
hidup di lahan batang bawah 80%, serta batang bawah serta kegiatan pemupukan yang
persentase keberhasilan okulasi 80%, maka secara tidak langsung menimbulkan emisi
jumlah bahan bakar solar yang diperlukan karbon. Kegiatan pindah tanam kecambah
untuk mengirigasi satu kecambah karet yang karet dari bedengan perkecambahan menuju
nantinya akan menjadi bibit polibeg dua lahan batang bawah menggunakan kendaraan
-6
payung adalah 41 x 10 liter solar. Jumlah solar bermotor sebagai sarana transportasi untuk
tersebut ketika digunakan sebagai bahan bakar menghemat waktu pindah tanam. Hal ini perlu
mesin pompa air, maka akan dihasilkan CO2, dilakukan untuk menghindari terjadinya
CH4, dan N2O sebanyak 11 x 10-5kg, 158 x 10-9 cekaman kekeringan pada kecambah karet.
kg CO2-e, dan 317 x 10-9 kg CO2-e berturut- Pemindahan kecambah ini juga menggunakan
turut. Untuk mengirigasi satu batang ember yang berisi air sebagai wadah bagi
kecambah karet telah diemisikan gas rumah kecambah karet untuk menjaga kadar air dan
-5
kaca sebanyak 11 x 10 kg CO2-e. mencegah kematian kecambah.
Selain gas rumah kaca yang diemisikan Kegiatan pemindahan kecambah dari
langsung melalui pembakaran solar, jumlah bedengan perkecambahan ke kebun batang
karbon yang diemisikan dalam proses bawah ini memerlukan bahan bakar minyak
-6
pembuatan solar sebanyak 41 x 10 liter adalah sebesar dua liter bensin untuk mengangkut
-6
35 x 10 kg atau setara dengan 12,83 x 10 kg
-5 35.000 kecambah karet.
CO2 (National Energy Foundation (NEF), Menur ut Depar tment of Industr y,
Innovation, Climate Change, Science,
2005; De Rozari dan Suwari, 2012). Oleh
R e s e a r c h a n d Te r t i a r y E d u c a t i o n
karena itu total gas rumah kaca yang
Commonwealth of Australia (2013), dari
diemisikan dalam kegiatan penyiapan satu proses pembakaran satu liter bahan bakar
batang kecambah karet adalah 23,83 x 10-5 kg minyak yang berupa bensin untuk transportasi,
CO2-e atau setara dengan 0,238 gram CO2-e. dihasilkan emisi gas rumah kaca yaitu CO2,
Tabulasi perhitungan emisi karbon dalam CH4, dan N2O berturut-turut sebesar 2,28 kg,
kegiatan penyiapan kecambah batang bawah 0,02 kg CO2-e, dan 0,08 kg CO2-e. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 2. berarti bahwa untuk mengangkut 35.000

Tabel 2. Emisi CO2 Kegiatan Penyiapan Kecambah Batang Bawah

Sumber e misi CO 2 kegiatan penyiapan kecambah


Emisi CO2/bibit karet
batang bawah
Emisi CO2 dari pembakaran BBM mesin irigasi 11 x 10-5 kg CO2
Emisi CH4 dari pembakaran BBM mesin irigasi 158 x 10-9 kg CO2-e
Emisi N2O dari pembakaran BBM mesin irigasi 317 x 10-9 kg CO2-e
Emisi CO2 dari pembuatan BBM mesin irigasi 1283 x 10-7 kg CO2
Total emisi 2383 x 10-7 kg CO2-e 0,238 g CO 2 - e

54
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

kecambah karet, dihasilkan 4,76 kg CO2-e yang Aplikasi pupuk urea di lapangan walaupun
diemisikan ke udara. Apabila diasumsikan tidak menghasilkan karbon secara langsung,
bahwa persentase kecambah yang hidup di namun menghasilkan N2O yang efeknya
lapangan adalah 80% dan yang berhasil terhadap peningkatan pemanasan global
diokulasi adalah 80%, maka jumlah emisi sebesar 310 kali lipat CO2 (Department of
karbon yang dihasilkan dari kegiatan transport
Industry, Innovation, Climate Change,
35.000 kecambah dari bedengan
Science, Research and Tertiary Education
perkecambahan ke lahan batang bawah adalah
7,43 kg CO2-e atau setara dengan 13 x 10-5 kg Commonwealth of Australia, 2013). IPCC
CO2-e untuk setiap kecambah karet yang (2006) dan Lesschen (2011) menyebutkan
nantinya akan menjadi bibit polibeg. bahwa jumlah emisi N2O dari pupuk N adalah
Selain kegiatan pindah tanam kecambah 1% dari setiap jumlah N yang diaplikasikan ke
dari bedengan perkecambahan ke lahan batang lapangan. Dalam kegiatan pemupukan lahan
bawah, pemupukan juga merupakan salah satu batang bawah yang totalnya memerlukan
kegiatan pemeliharaan batang bawah yang 4.365 kg urea/ha telah diemisikan gas N2O
secara tidak langsung menimbulkan emisi sebanyak 6.224,49 kg CO 2 -e. Apabila
karbon. Hal ini disebabkan karena dalam diasumsikan bahwa bibit batang bawah yang
produksi pupuk N, P, dan K dihasilkan emisi terpakai/berhasil diokulasi sebanyak 80%,
karbon dengan jumlah 1.255,3; 61,9, dan 76,2
emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
gram berturut-turut untuk setiap kilogram
kegiatan pemupukan batang bawah adalah
pupuk N, P, dan K yang dihasilkan (West et al.,
2002; Graefe et al., 2011). Oleh karena itu, 141,14 gram CO2-e untuk setiap bibit batang
dalam kegiatan pemupukan lahan batang bawah yang terpakai. Tabulasi perhitungan
bawah yang totalnya memerlukan 4.365, emisi karbon dalam kegiatan penanaman dan
5.350, dan 1.755 kg/ha berturut-turut untuk pemeliharaan batang bawah dapat dilihat pada
pupuk urea, SP36, dan KCl selama satu tahun, Tabel 3. Jadi, dari kegiatan penanaman dan
diemisikan karbon sebanyak 5,94 ton karbon pemeliharaan batang bawah, secara
per hektar lahan batang bawah atau setara keseluruhan dihasilkan emisi gas rumah kaca
dengan 110 gram untuk setiap bibit batang sebanyak 654,6 gram CO2-e untuk setiap
bawah. Apabila diasumsikan bahwa bibit batang bawah yang dihasilkan.
batang bawah yang terpakai/berhasil diokulasi
sebanyak 80%, emisi karbon yang secara tidak
4. Kegiatan pemeliharaan bibit di polibeg
langsung dihasilkan dari kegiatan pemupukan
batang bawah adalah 140 gram karbon atau
setara dengan 513,33 gram CO2untuk setiap Kegiatan pemeliharaan bibit di polibeg
bibit batang bawah yang terpakai. yang dapat menimbulkan emisi karbon
meliputi kegiatan pengendalian penyakit,

Tabel 3. Emisi CO2 Kegiatan Penanaman dan Pemeliharaan Batang Bawah

Sumber e misi CO 2 kegiatan penanaman dan


Emisi CO2/bibit karet
pemeliharaan batang bawah
Bahan bakar transportasi kecambah dari bedengan 0,13g CO2-e
perkecambahan ke lahan batang bawah

Pemupukan : 513,33 g CO2


Proses produksi pupuk 141,14 g CO2-e
Emisi N2O pupuk urea 654,6 g CO2-e
Total emisi

55
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

i r i g a s i , s e r t a p e mu p u k a n . Ke g i a t a n sebanyak 25.652 g untuk setiap kg pestisida


pengendalian penyakit tanaman karet dapat yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa untuk
menimbulkan emisi karbon baik dilihat dari pengendalian penyakit bibit polibeg dengan
sudut pandang pertama maupun ketiga dosis fungisida 2 gram/liter air untuk 5.000
menurut WRI. Dari sudut pandang pertama, bibit polibeg, dihasilkan CO2 sebanyak 51,3
kegiatan pengendalian penyakit yang gram atau setara dengan 0.01 gram untuk
menggunakan fungisida ini menimbulkan setiap bibit polibeg yang dihasilkan.
emisi karbon, karena dalam Selain kegiatan pengendalian penyakit
pengaplikasiannya, digunakan mesin steam tanaman, kegiatan lainnya yang menimbulkan
untuk menyemprotkan larutan fungisida ke emisi gas rumah kaca adalah kegiatan
bibit tanaman karet. Penggunaan mesin steam irigasi.Seperti halnya kegiatan irigasi pada
tersebut membutuhkan bensin sebagai bahan lahan batang bawah, irigasi pada bibit polibeg
bakarnya. ini menimbulkan emisi karbon karena
Dari hasil wawancara dengan bagian menggunakan bahan bakar minyak yang
pembibitan karet Balai Penelitian Sembawa, berupa solar untuk menjalankan pompa air
diketahui bahwa dibutuhkan 12 liter bahan yang bermesin diesel.Untuk melaksanakan
bakar untuk pengendalian penyakit terhadap kegiatan irigasi selama enam bulan,
270 ribu bibit polibeg tanaman karet. Dari dibutuhkan bahan bakar minyak solar
penggunaan bahan bakar minyak tersebut sebanyak kurang lebih 351 liter.Penggunaan
dihasilkan CO2, CH4, dan N2O beruturut turut bahan bakar ini dapat memenuhi kebutuhan
sebanyak 27,37kg, 0,082 kg CO2-e, dan 0,082 air bibit tanaman karet sebanyak 270 ribu
kg CO 2 -e (De par tment of Industr y, polibeg.Menurut NEF (2005); De Rozari dan
Innovation, Climate Change, Science, Suwari (2012) dalam kegiatan pembakaran
R e s e a r c h a n d Te r t i a r y E d u c a t i o n satu liter bahan bakar solar, dihasilkan 2,68kg
Commonwealth of Australia, 2013). Dari CO2. Hal ini sesuai dengan perhitungan
perhitungan tersebut, untuk pengendalian Department of Industry, Innovation, Climate
penyakit satu buah bibit polibeg tanaman Change, Science, Research and Tertiary
karet, diemisikan gas rumah kaca sebanyak 0,1 Education Commonwealth of Australia
gram CO2-e dari proses penggunaan bahan (2013) yang menyatakan bahwa dalam
bakar minyak untuk menjalankan mesin pembakaran 1 liter solar untuk mesin yang
steamer. Bila dipandang dari sudut pandang tidak berpindah (stationer) dihasilkan gas
ketiga menurut WRI, berdasarkan Adler et al. rumah kaca berupa CO2, CH4, dan N20 sebesar
(2007); Graefe et al. (2011) yang menyatakan 2,67 kg; 0,003 kg CO2-e; dan 0,007 kg CO2-e,
bahwa dalam proses produksi satu liter bensin sehingga totalnya adalah 2,68 kg CO2-e. Hal ini
dihasilkan 3,12 kg CO2, maka proses produksi berarti bahwa penggunaan bahan bakar solar
12 liter bahan bakar minyak yang berupa sebanyak 351 liter menimbulkan emisi gas
bensin juga telah menghasilkan emisi CO2 rumah kaca sebesar 940,68kgCO2-e. Jadi,
sebesar 37,4 kg atau setara dengan 0,14 gram untuk mengirigasi satu buah bibit polibeg,
untuk setiap bibit tanaman karet. diemisikan 3,48 gram CO2-e dari penggunaan
Selain emisi karbon yang disebabkan oleh bahan bakar mesin pompa air.
penggunaan bahan bakar minyak untuk Selain karbon yang diemisikan dari
menjalankan mesin steamer, aplikasi fungisida pembakaran solar untuk bahan bakar pompa
juga menimbulkan emisi karbon apabila air, emisi karbon juga dihasilkan pada saat
dilihat dari sudut pandang ketiga menurut bahan bakar tersebut diproduksi.Untuk
WRI, yaitu emisi karbon yang ditimbulkan memproduksi 351 liter bahan bakar minyak,
dalam proses pembuatan fungisida tersebut. dihasilkan 1.093,95 kg CO 2 . Untuk
Menurut Stout (1990); Graefe et al. (2011) memproduksi bahan bakar yang digunakan
proses produksi pestisida menghasilkan CO2 untuk mengirigasi satu bibit polibeg
diemisikan 4,05 gram CO2.

56
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

Selain kegiatan pengendalian penyakit dan Tabulasi perhitungan emisi karbon dalam
irigasi, kegiatan lain yang menimbulkan emisi kegiatan penanaman dan pemeliharaan batang
gas rumah kaca pada pemeliharaan bibit bawah dapat dilihat pada Tabel 4. Secara
polibeg adalah kegiatan pemupukan bibit keseluruhan, emisi gas rumah kaca yang
polibeg tanaman karet dilakukan setiap bulan dihasilkan dari kegiatan pemeliharaan bibit di
sekali. Apabila bibit polibeg dipelihara hingga
polibeg adalah 266,73 gram CO2-e untuk
mencapai dua payung daun, berar ti
setiap bibit polibeg yang dihasilkan.
pemupukan dilakukan hingga bibit polibeg
berumur enam bulan. Menurut Balai
Penelitian Sembawa (2012), untuk pemupukan 5. Respirasi oleh bibit tanaman karet
bibit polibeg tanaman karet hingga umur enam
bulan, diperlukan pupuk urea, SP36, dan KCl Salah satu faktor yang menyebabkan emisi
sebanyak 32, 39, dan 13 gram/polibeg CO2 dalam proses pembuatan bibit karet
berturut-turut. Pupuk yang diaplikasikan adalah proses respirasi dari bibit itu sendiri.
tersebut apabila dilihat dari proses Respirasi bibit terdiri atas respirasi bibit batang
produksinya telah menghasilkan emisi CO2 bawah selama kurang lebih satu tahun dan
sebanyak 147,29; 8,83; dan 3,63 gram untuk respirasi bibit dalam polibeg selama kurang
pupuk urea, SP36, dan KCl yang diaplikasikan lebih enam bulan untuk membentuk dua
berturut-turut. Apabila dijumlahkan, dari
payung daun. Sangsing et al. (2004)
proses produksi pupuk yang diberikan kepada
menyebutkan bahwa tanaman karet klon GT1
satu bibit polibeg hingga berumur enam bulan
dihasilkan emisi CO2 sebanyak 159,75 gram. mempunyai laju respirasi sebesar 1,67 µmol
2
Selain itu, aplikasi pupuk urea di lapangan juga CO 2 /m /s. Dari hasil pengamatan di
menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa lapangan, diketahui bahwa rerata luas daun
N2O sebesar 1% dari setiap jumlah N yang batang bawah yang berumur satu tahun dan
diaplikasikan ke lapangan (IPCC, 2006; bibit polibeg yang berumur enam bulan dengan
2 2
Lesschen, 2011), sehingga dari aplikasi pupuk jenis klon GT1 adalah 0,89 m dan 0,12 m
urea sebesar 32 gram/polibeg dihasilkan N2O berturut-turut. Apabila kenaikan laju respirasi
sebesar 0,32 gram/polibeg atau setara dengan seiring dengan pertumbuhan tanaman
99,2 gram CO2-e/polibeg. diasumsikan mendekati kurva linier, jumlah

Tabel 4. Emisi CO2 Kegiatan Pemeliharaan Bibit di Polibeg


Sumber emisi CO 2 kegiatan pemeliharaan Bibit di
Emisi CO2/bibit karet
Polibeg
Pengendalian penyakit :
Pembakaran BBM mesin steamer fungisida 0,10 g CO2-e
Proses produksi BBM mesin steamer fungisida 0,14 g CO2-e
Proses produksi fungisida 0,01 g CO2
Total 0,25 g CO2-e
Irigasi :
Pembakaran BBM mesin irigasi 3,48 g CO2-e
Proses produksi BBM mesin irigasi 4,05 g CO2
Total 7,53 g CO2-e
Pemupukan :
Proses produksi pupuk 159,75 g CO2
Emisi N2O pupuk urea 99,20 g CO2-e
Total 258,95g CO2-e
Total emisi CO 2 kegiatan pemeliharaan bibit polibeg 266,73 g CO2-e

57
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

CO2 yang diemisikan dari proses respirasi bibit Serapan dan Emisi Karbon pada Fase TBM
tanaman karet yang berupa batang bawah dan TM Karet
selama satu tahun dan bibit polibeg selama
enam bulan berturut-turut badalah 519,70 dan Serapan Karbon
11,76 gram CO2, sehingga totalnya adalah Serapan karbon pada tanaman karet
531,46 gram Co2 sampai dengan satu siklus untuk klon GT 1
dan RRIM 600 cukup tinggi, yaitu masing-
Perbandingan Serapan dan Emisi Karbon masing 561 dan 703 kg/tanaman atau setara
dalam Proses Produksi Bibit Karet Dua dengan 2.057 dan 2.577 kg CO2/tanaman
Payung Daun dalam Polibeg untuk klon GT1 dan RRIM 600 (Kusdiana et
al., 2012). Serapan karbon tersebut dihitung
Dari perhitungan serapan dan emisi karbon dengan pengukuran bobot biomassa batang,
dalam proses produksi bibit karet dua payung cabang, daun, dan akar di lapangan,
daun dalam polibeg, diketahui bahwa jumlah kemudian dianalisis kadar air untuk
emisi karbon yang dihasilkan lebih besar dari mengetahui biomassa kering, dan analisa C-
pada akumulasi jumlah karbon yang diserap Organik untuk mengetahui total karbon yang
oleh bibit tanaman karet. Rangkuman dari diserap untuk setiap tanaman.
hasil perhitungan tersebut dapat dilihat dalam Selain karbon yang terserap dalam
Ta b e l 5 . . H a s i l p e r h i t u n g a n t e r s e b u t batang, cabang, daun, dan akar, juga perlu
menunjukkan bahwa dalam proses produksi diperhitungkan jumlah karbon yang terserap
bibit karet dua payung daun dalam polibeg dalam lateks yang dipanen. Wijaya (2008)
dihasilkan emisi gas rumah kaca sebesar menyebutkan bahwa satu siklus tanaman karet
1835,42gram CO2-e/tanaman. Emisi ini lebih klon GT1 pada kondisi iklim dengan curah
besar dari pada akumulasi serapan CO2oleh hujan 1.500 – 3.000 mm/th dan bulan kering
bibit karet selama masa pertumbuhan mulai 3-4 bulan/tahun menghasilkan produksi karet
dari fase kecambah hingga diokulasi dan sebesar 37,7 ton karet kering/ha. Hal ini
mencapai dua payung daun, yaitu sebesar 363 berarti bahwa setiap batang tanaman karet
gram/tanaman. dalam satu siklusnya memproduksi sebesar

Tabel 5. Hasil Perhitungan Akumulasi Serapan dan Emisi Karbon dalam Proses Pembuatan Bibit
Karet dalam Polibeg dengan Dua Payung Daun

Akumulasi serapan Emisi gas rumah


Parameter CO2 kaca (gram CO2-
(gram/tanaman) e/tanaman)
Bibit polibeg dua payung daun 363
382,39
0,24
654,60
266,73
531,46
Total 363 1.835,42

58
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

68,55 kg karet kering. Jiang dan Wang (2002); (2013) menghasilkan gas rumah kaca berupa
Song et al. 2014 juga menyebutkan bahwa CO2, CH4, dan N2O sebanyak 5,34; 0,01; dan
kandungan karbon dalam karet kering adalah 0,03 kg CO2-e berturut turut, atau totalnya
88%, sehingga karbon yang terkandung dalam adalah sebesar 5,38 kg CO2-e. Selain itu, untuk
lateks yang disadap dari setiap batang tanaman menghasilkan 2 liter bahan bakar solar, dalam
karet selama satu siklus adalah 60,32 kg atau proses produksinya juga diemisikan CO2
setara dengan 221,17 kg CO2.
sebesar 6,23 kg, sehingga untuk mengangkut
Dari perhitungan di atas dapat diketahui
bahwa total karbon yang terserap dalam 1500 bibit karet telah diemisikan 11,61 kg CO2-
batang, cabang, daun, akar, serta lateks yang e. Pada waktu kegiatan penanaman karet,
disadap dari tanaman karet klon GT1 selama emisi gas rumah kaca yang dihasilkan untuk
satu siklus adalah 2117,32 kg. mengangkut 1 buah bibit tanaman karet dari
Pada kegiatan budidaya tanaman karet lokasi pembibitan ke lokasi penanaman adalah
mulai dari persiapan lahan, penanaman, 7,74 gram CO2-e.
pemeliharaan sampai tanaman diremajakan. 3. Pemeliharaan tanaman (pemupukan dan
pengendalian gulma)
Emisi Karbon (replanting), juga terjadi Ke g i a t a n p e m e l i h a r a a n t a n a m a n
emisi karbon yang terjadi baik secara langsung menghasilkan emisi gas rumah kaca dari
maupun tidak langsung. Selain itu, proses
bahan yang digunakan untuk kegiatan
respirasi tanaman karet juga turut
pemupukan dan pengendalian gulma
mengemisikan karbon ke lingkungan.
(herbisida). Berdasarkan dosis umum pupuk
1. Persiapan lahan
untuk tanaman karet yang dikeluarkan Balai
Kegiatan persiapan lahan sama dengan
Penelitian Sembawa, satu siklus hidup TM
persiapan lahan untuk pembibitan, sehingga
karet totalnya membutuhkan pupuk urea,
pengolahan satu hektar lahan dihasilkan emisi
SP36, dan KCl sebanyak 8,45; 5,62; dan 6,95
CO2 sebesar 15.839 kg. Apabila penanaman
kg/pohon berturut-turut (Balai Penelitian
tanaman karet menggunakan jarak tanam 6x3
Sembawa, 2012). Dalam proses produksi
m, maka populasi tanaman adalah 555
pupuk N, P, dan K dihasilkan emisi karbon
tanaman/ha, sehingga emisi yang dihasilkan
dengan jumlah 1.255,3; 61,9; dan 76,2 gram
tiap tanaman untuk kegiatan persiapan lahan
berturut-turut untuk setiap kilogram pupuk N,
adalah 28,54kg CO2.
P, dan K yang dihasilkan (West et al., 2002;
2. Penanaman karet
Graefe et al., 2011), sehingga secara tidak
Pada waktu penanaman karet, emisi gas
langsung pemupukan tanaman karet selama
rumah kaca dihasilkan pada waktu proses
satu siklus telah mengemisikan karbon sebesar
pengangkutan bibit. Pengangkutan bibit dari
11,48 kg/pohon atau setara dengan 42,09 kg
lokasi pembibitan sampai ke lokasi
CO2/pohon. Hal lain yang menimbulkan
penanaman di Kebun Percobaan Balai
emisi gas rumah kaca adalah proses
Pe n e l i t i a n S e m b aw a m e n g g u n a k a n
pengangkutan pupuk dari gudang ke lahan
transportasi darat dengan truk dengan jarak
pertanaman karet. Sekali angkut, satu truk
kurang lebih 10 km membutuhkan BBM solar
dapat mengangkut sekitar 5 ton pupuk,
sebanyak dua liter untuk setiap 1500 bibit yang
sedangkan total kebutuhan pupuk N, P, K, dan
diangkut. Bahan bakar truk yang dipakai
Mg tanaman karet selama satu siklus totalnya
untuk transpor tasi tersebut menur ut
adalah 22,95 kg. Apabila diasumsikan bahwa
Department of Industry, Innovation, Climate
jarak pengangkutan pupuk adalah 10 km dan
Change, Science, Research and Tertiary
satu liter solar dapat dipakai untuk menempuh
Education Commonwealth of Australia
jarak 5 km, jumlah solar yang dibutuhkan

59
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

adalah 2 liter untuk sekali mengangkut pupuk. bahwa dalam satu hektar kerapatan tanamnya
Penggunaan 2 liter bahan bakar solar ini adalah 555 pohon, berarti satu pohon karet
mengemisikan gas rumah kaca berupa CO2, membutuhkan 0,11 kg herbisida untuk
CH4, dan N2O berturut-turut sebesar 5,34 kg mengendalikan gulma di sekitar tanaman
CO2; 0,015 kg CO2-e; dan 0,038 kg CO2-e atau tersebut. Penggunaan herbisida ini secara tidak
langsung mengemisikan CO2 ke atmosfer
totalnya sebesar 5,39 kg CO2-e. Selain itu,
sebesar 2,82 kg dalam proses produksinya.
untuk menghasilkan 2 liter bahan bakar solar,
Dari perhitungan di atas, dalam kegiatan
dalam proses produksinya juga diemisikan pemeliharaan tanaman karet selama satu
CO2 sebesar 6,23 kg. Oleh karena itu, siklus, diemisikan gas rumah kaca dengan total
penggunaan 2 liter bahan bakar solar ini telah sebesar 71,16 kg CO2-e.
mengemisikan gas rumah kaca dengan total 4. Respirasi tanaman karet
11,61 kg CO2-e. Hal ini berarti bahwa untuk Respirasi tanaman karet merupakan salah
mengangkut kebutuhan pupuk satu pohon satu proses fisiologis tanaman yang turut
karet selama satu siklus telah diemisikan gas menyumbangkan gas rumah kaca (CO2)
rumah kaca sebesar 53,29 gram CO2-e. atmosfer bumi. Sangsing et al. (2004)
Selain dari proses produksi dan menyebutkan bahwa tanaman karet klon GT1
pengangkutan pupuk, emisi gas rumah kaca mempunyai laju respirasi sebesar 1,67 µmol
CO2/m2/s. Hal ini berarti bahwa jumlah
juga terjadi ketika pupuk urea diaplikasikan di
karbon yang diemisikan melalui proses
lahan. Satu siklus hidup tanaman karet
respirasi akan semakin besar seiring dengan
dibutuhkan pupuk urea sebesar 8,45 kg. semakin meningkatnya luas daun dan umur
Aplikasi pupuk urea di lapangan juga tanaman karet.Untuk fase TM karet, Ardika et
menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa al. (2011) menyebutkan bahwa luas daun
N2O sebesar 1% dari setiap jumlah N yang tanaman karet menurun pada saat musim
diaplikasikan ke lapangan (IPCC, 2006; kemarau karena terjadi gugur daun. Dengan
Lesschen, 2011), sehingga dari aplikasi pupuk memperhitungkan dinamika indeks luas daun
urea sebesar 8,45kg/pohon dihasilkan N2O tanaman karet (fase TM) selama satu tahun
sebesar 84,5 gram/pohon atau setara dengan (Ardika et al., 2011), diketahui bahwa rerata
26,195 kg CO2-e/pohon. luas daun tanaman karet (fase TM) adalah
2
Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman, 19,68 m per tanaman karet. Hal ini berarti
aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma bahwa jumlah CO2 yang diemisikan oleh
juga menimbulkan emisi karbon apabila tanaman karet (fase TM) adalah 569,98 kg CO2
dilihat dari sudut pandang ketiga menurut selama 25 tahun.
WRI, yaitu emisi karbon yang ditimbulkan Untuk perhitungan respirasi tanaman karet
dalam proses pembuatan pestisida tersebut. pada fase TBM, apabila diasumsikan bahwa
Menurut Stout (1990); Graefe et al. (2011), rerata luasan daun selama lima tahun masa
dalam proses produksi pestisida, dihasilkan TBM adalah titik tengah antara luas daun bibit
CO2 sebanyak 25.652 g untuk setiap kg karet dalam polibeg dan TM karet, dapat
pestisida yang dihasilkan. Apabila untuk diketahui bahwa rerata luas daun selama fase
2
pengendalian gulma dibutuhkan 3 kg herbisida TBM adalah 9,9 m . Dari perkiraan luas daun
per tahun untuk masa tanaman belum selama fase TBM tersebut, dapat diketahui
menghasilkan dan 2 kg herbisida per tahun bahwa emisi CO2 pada fase TBM selama lima
selama masa tanaman menghasilkan, dalam tahun adalah 57,35 kg CO2.
satu siklus hidup tanaman karet dibutuhkan Tabulasi perhitungan emisi karbon dalam
herbisida untuk pengendalian gulma sebanyak kegiatan penanaman dan pemeliharaan batang
61 kg herbisida/hektar. Apabila diasumsikan bawah dapat dilihat pada Tabel 6.

60
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

Tabel 6. Emisi CO2 pada Kegiatan Budidaya TBM dan TM Karet


Sumber emisi CO 2 pada kegiatan budidaya TBM dan
Emisi CO2
TM karet
Persiapan lahan 28,54 kg CO2/tanaman
Penanaman karet
Pembakaran BBM untuk pengangkutan bibit 5,38 kg CO2-e/1500 bibit
Proses produksi BBM untuk pengangkutan bibit 6,23 kg CO2-e/1500 bibit
Total 11,61 kg CO2-e/1500 bibit
0,00774 kg CO2-e/tanaman
Pemeliharaan tanaman :
Proses produksi pupuk 42,09 kg CO2/tanaman
Emisi N2O pupuk urea 26,20 kg CO2-e/tanaman
Proses pengangkutan pupuk 0,0533 kg CO2-e/tanaman
Proses produksi herbisida 2,82 kg CO2/tanaman
Total 71,16kg CO2-e/tanaman
Respirasi pada fase TM 569,98 kg CO2/tanaman
Respirasi pada fase TBM 57,35 kg CO2/tanaman
Total emisi CO 2 pada kegiatan budidaya karet fase 727,03kg CO2-e/tanaman
TBM dan TM

Tabel 7. Hasil Perhitungan Akumulasi Serapan dan Emisi Karbon dalam Budidaya Tanaman Karet

Emisi gas rumah


Akumulasi serapan
Parameter kaca (kg CO2-
CO2 (kg/tanaman)
e/tanaman)
Tanaman karet klon GT 1 saat replanting 2.278,17
28,54
0,00774
71,16
627,33
Total 2.278,17 727,037

Perbandingan serapan dan emisi karbon pada Emisi Karbon dalam Proses Pengolahan
Fase TBM dan TM Karet

Dari perhitungan serapan dan emisi karbon 1. Pengangkutan hasil tanaman karet
pada fase TBM dan TM karet, diketahui Salah satu kegiatan yang juga memberikan
bahwa jumlah emisi gas rumah kaca yang andil terhadap emisi CO2 dalam budidaya
dihasilkan jauh lebih kecil dari pada akumulasi tanaman karet adalah proses pengangkutan
hasil karet dari tempat pemungutan hasil ke
jumlah karbon yang diserap oleh bibit tanaman
pabrik pengolahan karet. Pengangkutan hasil
karet. Rangkuman dari hasil perhitungan
tanaman karet yang berupa lateks dan lump
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 7.

61
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

membutuhkan konsumsi solar sebagai bahan pengolahannya menggunakan sistem


bakar kendaraan pengangkut sebanyak satu anaerobik yang akan menghasilkan gas
liter solar setiap lima kilometer jalan yang metana (CH4). Tetapi karena sebagian besar
ditempuh. Apabila diambil asumsi bahwa pabrik karet menggunakan sistem aerobik
sekali angkut kendaraan tersebut mampu (kolam oksidasi) dimana emisi gas rumah kaca
mengangkut 5 ton lateks dan jarak tempuh dari kecil dan dapat diabaikan dalam perhitungan
tempat pemungutan hasil ke pabrik emisi pabrik pengolahan karet.
pengolahan karet adalah 10 km, bahan bakar Emisi gas rumah kaca pada pengolahan
yang dibutuhkan untuk mengangkut satu ton lateks pekat, karet remah dan karet sit dapat
lateks maupun lump adalah 0,4 liter solar. dilihat pada Tabel 8. Emisi gas rumah kaca
Apabila diambil asumsi bahwa lateks yang tertinggi dihasilkan dari proses pengolahan
diangkut tersebut kadar karet kering nya karet remah yaitu sebesar 306 kg CO2-eq/ton
adalah 30%, bahan bakar yang dibutuhkan karet remah (Jawjit et al., 2010), karena dalam
untuk mengangkut satu ton karet kering produksi karet remah diperlukan proses
adalah 1,33 liter solar. mekanik yang menggunakan banyak energi
Pembakaran solar sebanyak 1,33 liter listrik untuk mengoperasikan peralatan seperti
tersebut dapat menimbulkan emisi karbon mesin creper, shredder, pre-breakers, rotary
berupa CO2, CH4, dan N2O sebanyak 3,56; cutters, slab cutters dan mesin kemas. Energi
0,006 dan 0,02 kg CO2-e berturut turut, atau diesel dan LPG hanya digunakan untuk proses
totalnya adalah sebesar 3,58 kg CO2-e. Selain pengeringan. Pada pengolahan karet remah
itu, untuk menghasilkan 1,3 liter bahan bakar secara konvensional biasanya hanya
solar, dalam proses produksinya juga menggunakan energi diesel, tetapi dalam
diemisikan CO2 sebesar 4,15 kg, sehingga p e r k e m b a n g a n n ya , L P G t e l a h j u g a
untuk mengangkut satu ton karet kering telah dimanfaatkan untuk bahan bakar proses
diemisikan karbon sebanyak 7,74 kg CO2-e. pengeringan karena penggunaan energi ini
dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
2. Proses produksi karet remah, karet sit dan Emisi gas rumah kaca pada pengolahan
lateks pekat lateks pekat sebesar 144 kg CO2-eq/ton lateks
Lateks yang berasal dari kebun sebagian pekat. Emisi gas tersebut sebagian besar
besar diolah menjadi karet remah, karet sit dan diperoleh dari produksi listrik (62 kg CO2-
lateks pekat. Dalam proses pengolahannya, eq/ton lateks pekat) dan produksi amoniak (57
diperlukan energi yang secara langsung kg CO2-eq/ton lateks pekat) (Jawjit et al.,
maupun tidak langsung akan menghasilkan 2010). Energi listrik dipergunakan untuk
gas CO2 dan gas-gas lain yang memberikan proses sentrifugasi untuk memisahkan lateks
efek gas rumah kaca di bumi. Perhitungan dari air dan kandungan bahan bukan karet
emisi gas pada pabrik karet dilakukan dengan lainnya, sedangkan amoniak digunakan untuk
memperhatikan kegiatan-kegiatan pada pabrik mencegah proses penggumpalan latek yang
pengolahan karet diantaranya produksi listrik, tidak diinginkan (pracoagulation).
diesel, LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan Emisi gas rumah kaca terkecil dihasilkan
ammonia, serta penggunaan diesel, LPG dan dari pengolahan karet sit yaitu sebesar 119 kg
kayu bakar. Penggunaan bahan kimia dalam CO2-eq/ton karet sit (Jawjit et al., 2010). Emisi
produksi lateks pekat didominasi oleh amonia ini dihitung berdasarkan jumah emisi karbon
(NH3) sehingga perlu diperhitungkan dalam dari proses produksi listrik, BBM diesel,
penentuan emisi produksi lateks pekat. penggunaan diesel, dan penggunaan bahan
Sedangkan untuk produksi karet remah dan bakar kayu. Dari perhitungan proses produksi
karet sit, penggunaan bahan kimia relatif karet remah, karet sit, dan lateks pekat, apabila
sedikit dan cenderung diabaikan. ditambahkan dengan emisi CO2 dari proses
Pengolahan air limbah dapat juga pengangkutan lateks maupun lump dari kebun
menghasilkan gas rumah kaca jika dalam ke pabrik, jumlah CO2 yang diemisikan dari

62
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

Tabel 8. Emisi gas rumah kaca dari pabrik pengolahan karet (dalam kg CO2-eq/ton produk)

Lateks pekat Karet remah Karet Sit


CO2- CO2- CO2-
CO2 CH4 N2 O CO2 CH4 N2 O CO2 CH4 N2 O
eq eq eq
I. Produksi bahan baku yang digunakan pada pabrik karet
Produksi
62 0,1 0,2 63 137 0,1 0,3 138 6 0,01 0,02 6
listrik
Produksi
2 0,1 0 2 7 0,4 0 7 1 0,1 0 1
diesel
Produksi
0 0 0 0 8 0,5 0 8 0 0 0 0
LPG
Produksi
57 0 0 57 0 0 0 0 0 0 0 0
amoniak
II. Emisi dari pabrik karet
Penggunaan
22 0,02 0,1 22 74 0,08 0,2 74 11 0,01 0,03 11
diesel
Penggunaan
0 0 0 0 79 0,03 0,04 79 0 0 0 0
LPG
Penggunaan
bahan bakar 0 0 0 0 0 0 0 0 99 0,7 1 101
kayu
Total 143 0,2 0,2 144 305 1 1 306 117 1 1 119
Sumber: Jawjit et al., 2010 (diolah)

proses produksi karet remah, karet sit, dan karbon yang terserap dalam lateks adalah
lateks pekat adalah 313,74; 126,74 dan 151,74 221,17 kg CO2 sehingga totalnya adalah
kg CO2-eq/ton produk berturut-turut. 2.278,17 kg CO2. Oleh karena itu, walaupun
dalam proses produksi bibit polibeg dua
Perbandingan Serapan Neto Dan Emisi payung daun lebih banyak gas rumah kaca
Karbon Dalam Produksi Karet yang diemisikan dibandingkan dengan jumlah
karbon yang terserap, dalam fase TBM dan
Pada tahap proses produksi bibit karet dua TM jumlah karbon yang terserap jauh lebih
payung dalam polibeg emisi karbon yang tinggi dari pada jumlah gas rumah kaca yang
dihasilkan sebesar 1835,42 gram CO 2 - dihasilkan. Oleh karena itu kegiatan budidaya
e/tanaman dan pada saat bibit ini ditanam di tanaman karet ini tetaplah ramah lingkungan.
lapangan hingga diremajakan 30 tahun Satu siklus tanaman karet klon GT1 pada
kemudian, emisi gas rumah kaca yang kondisi iklim dengan curah hujan 1.500 –
dihasilkan sebesar 727,037 kg CO 2 - 3.000 mm/th dan bulan kering 3-4
e/tanaman. Jumlah total emisi karbon yang bulan/tahun menghasilkan produksi karet
dihasilkan mulai dari pembuatan bibit sampai sebesar 37,7 ton karet kering/ha (Wijaya,
dengan peremajaan adalah sebesar 728,87 kg 2008), sehingga produksi setiap batang
CO2-e/tanaman. Selain emisi yang dihasilkan, tanaman karet dalam satu siklusnya sebesar
tanaman karet juga mampu menyerap karbon 68,55 kg/tanaman. Oleh karena itu, untuk
dengan akumulasi yang sangat tinggi, yaitu memproduksi 1 kg karet kering, telah
sebesar 2.057 kg CO2-e/tanaman untuk klon diemisikan karbon sebanyak 10,63 kg CO2-e
GT 1 (Kusdiana et al., 2012) ditambah dengan dan diserap karbon sebanyak 33,23 kg CO2-e

63
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

dalam proses budidaya tanaman karet.Apabila Daftar Pustaka


hasil lateks yang didapatkan dari tanaman
karet ini akan diolah lagi menjadi karet remah, Adler, P.R, Del Grosso, S. J., and Parton, W. J.
karet sit, atau lateks pekat, berarti total emisi (2007). Life-cycle assessment of net
karbon yang dikeluarkan mulai dari proses greenhouse-gas flux for bioenergy cropping
pembibitan hingga menjadi beberapa produk systems. Ecological Applications, 17(3), 75 –
tersebut adalah adalah 10,94; 10,75 dan 10,78 91.
kg CO2-e untuk setiap kg karet remah, karet sit, Ardika, R., Cahyo, A. N., dan Wijaya, T.
dan lateks pekat yang dihasilkan. Apabila (2011). Dinamika Gugur Daun dan
dibandingkan dengan jumlah karbon yang Produksi Berbagai Klon Karet Kaitannya
diserap, jumlah karbon yang diemisikan mulai dengan Kandungan Air Tanah.Jurnal
dari tahap pembibitan hingga menjadi produk Penelitian Karet, 19 (2), 102 – 109.
karet remah, karet sit, dan lateks pekat jauh Association Official Agriculture Chemists.
lebih kecil dari pada jumlah karbon yang (2002). Official Methods of Analysis of
diserap oleh tanaman karet. AOAC Inter nasional.Volume I. In
H o r w i t z , W. ( E d s. ) , A g r i c u l t u r a l
Kesimpulan Chemical,Contaminants, Drugs (pp. 2.5-2.37).
Maryland, AOAC Internasional, 17 th
Budidaya tanaman karet merupakan edition
k e g i a t a n ya n g m e n y e r a p s e k a l i g u s Balai Penelitian Sembawa. (2012). Saptabina
mengemisikan karbon.Total emisi karbon Usahatani Karet Rakyat. Palembang : Balai
yang dihasilkan dalam budidaya tanaman Penelitian Sembawa.
karet mulai dari pembuatan bibit sampai Balai Penelitian Tanah. (2009). Petunjuk Teknis
peremajaan adalah 728,87kg CO2-e /tanaman. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
Sebaliknya total serapan karbon oleh tanaman Badan Penelitian dan Pengembangan
karet selama satu siklus adalah 2.278,17 kg Pertanian. Bogor : Balai Penelitian Tanah.
CO2-e/tanaman untuk klon GT 1. Klon GT1 Conant, R.T., Paustian, K., and Eliott, E.T.
dalam satu siklus dapat menghasilkan 68,55 kg (2001). Impacts of periodic management
karet kering/tanaman, sehingga dalam andconversion into grasslands: effects on
budidaya tanaman karet, untuk menghasilkan soil carbon. Ecological Applications,11, 343 –
1 kg karet kering, telah diserap karbon 355.
sebanyak 33,23 kg CO2-e dan diemisikan de Rozari, P. dan Suwari. (2012). Analisis
karbon sebanyak 10,63 kg CO2-e. Apabila Ke b u t u h a n L u a s a n H u t a n Ko t a
lateks yang dihasilkan akan dibuat menjadi Berdasarkan Penyerapan CO2
karet remah, karet sit, atau lateks pekat, Antropogenik di Kota Kupang. Jurnal
menghasilkan emisi karbon tambahan sebesar Bumi Lestari, 12(2), 189 – 200.
0,313; 0,126; dan 0,151 kg CO2-eq/kg produk Dong, G., Mao, X., Zhou, J., and Zeng, A.
berturut-turut. Oleh karena itu, dalam proses (2013). Carbon footprint accounting and
produksi karet remah, karet sit, dan lateks dynamics and the driving forces of
pekat mulai dari tahap pembibitan karet agricultural production in Zhejiang
hingga menjadi produk karet, telah diserap Province, China. Ecological Economics, 91, 38
karbon sebanyak 33,23 kg CO 2 -e dan – 47.
diemisikan karbon sebanyak 10,94; 10,75; dan Food and Agriculture Organization. (2009,
10,78 kg CO2-e untuk setiap kg karet remah, Oktober). Food Security and Agricultural
karet sit, dan lateks pekat yang dihasilkan. Hal Mitigation in Developing Countries:
ini berarti bahwa budidaya tanaman karet Options for Capturing Synergies. Diakses
telah memberikan andil yang positif dalam d a r i w w w. f a o . o r g / d o c r e p / 0 1 2
penyerapan karbon dari atmosfer dan dapat /i1318e/i1318e00.pdf.
menekan terjadinya pemanasan global.

64
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet

F i n k b e i n e r, M . ( 2 0 0 9 ) . C a r b o n Paustian, K., Cole, C.V., Sauerbeck, D., and


footprinting—opportunities and threats. Sampson, N. (1998). CO2 mitigation by
The International Journal of Life Cycle agriculture: an overview. Climatic Change,
Assessment,14, 91 – 94. 40, 135 – 162.
Graefe, S., Dufour, D., Giraldo, A., Mun˜oz, Peters, G.P. (2010). Carbon footprints and
L. A., Mora, P., Solı´s, H., Garce´s, H., and embodied carbon at multiple scales. Current
Gonzalez, A. (2011). Energy and carbon Opinion in Environmental Sustainability, 2,
footprints of ethanol production using 245 – 250.
banana and cooking banana discard: A case Reddy, K.R. and Hogdes, H.F. (2000). Climate
study from Costa Rica and Ecuador. change and global crop productivity : An
Biomass and Bioenergy, 35, 2640 – 2649. Overview. In Eds Reddy, K.R and Hodges,
Huang, Y. A., Weber, C. L., and Matthews, H. H.F (Eds.), Climate change and global crop
S.(2009). Categorization of scope 3 productivity (p 15). New York : CAB
emissions for streamlined enterprise carbon International.Sanford, G. R., Posner, J. L.,
footprinting. Environmental Science & Jackson, R. D., Kucharik, C. J., Hedtcke, J.
Technology, 43, 8509 – 8515. L., and Lin,T. (2012). Soil carbon lost from
Intergovermental Panel on Climate Change. Mollisols of the North Central U.S.A. with
(2006). IPCC Guidelines for National 20 years of agricultural best management
Greenhouse Gas Inventories, The National practices. Agriculture, Ecosystems and
Greenhouse Gas Inventories Programme. Environment, 162, 68 – 76.
D i a k s e s d a r i h t t p : / / w w w. i p c c - S a n g s i n g , K . , K a s e m s a p , P. ,
nggip.iges.or.jp/support/Primer_2006GLs Thanisawanyangkura, S., Gohet, E., and
.pdf Thaler, P. (2004). Respiration Rate and a
Jawjit, W., Kroeze,C., and Rattanapan, S. Two-component Model of Growth and
(2010). Greenhouse gas emissions from Maintenance Respiration in Leaves of
rubber industry in Thailand. Journal of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Cleaner Production, 30, 1 – 9. Kasetsart Journal of Natural Science, 38(3),
Jiang, J.S., and Wang, R.S. (2002). Fuction of 320 – 330.
carbon sequestration and oxygen release of Six, J., Conant, R.T., Paul, E.A., and Paustian,
rubber plantations and its value estimation. K. (2002). Stabilization mechanisms ofsoil
Acta Ecologica Sinica, 22, 1545 – 1551. organic matter: implications for C-
Kusdiana, A. P. J., Alamsyah, A., saturation of soils. Plant and Soil, 241, 155 –
Hanifarianty, S., dan Wijaya,T. (2012). 176.
Estimasi Fiksasi CO2 oleh Klon Karet Song, Q.H., Tan, Z.H., Zhang, Y.P., Sha, L.Q.,
RRIM 600 dan GT 1. Prosiding Konferensi Deng, X.B., Deng, Y., Zhou, W.J., Zhao,
Nasional Karet, Yogyakarta, September J.F., Zhao, J.B., Zhang, X., Zhao, W., Yu,
2012. G.R., Sun, X.M., Liang, N.S., and Yang,
Mearns, L.O. (2000). Climate change and L.Y. (2014). Do the rubberplantations in
variability. In Reddy, K.R and Hodges, H.F tropical China act as large carbon sinks?.
(Eds), Climate change and global crop Forest, 7, 42 – 47.
productivity (p 735). New York : CAB Soussana, J.F., and Lemaire, G. (2014).
International. Coupling carbon and nitrogen cycles for
National Energy Foundation. (2005). CO2 environmentally sustainable intensification
Calculator. Diakses dari of grasslands and crop-livestock systems.
http://www.nef.org.uk/energyadvice/co2calc Agricultural Ecosystem Environment.190, 9-14.
ulator.htm Stout, B.A. (1990). Handbook of energy for world
st
National Oceanic and Atmospheric agriculture.1 ed. London : Elsevier Applied
Administration. (2014). How do we know Science.
the Earth's climate is warming?. Diakses
dari www.ncdc.noaa.gov

65
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66

Taylor, A. M., Amiro, B.D., and Fraser, T. J. Wijaya, T. (2008). Kesesuaian Tanah dan Iklim
(2013). Net CO2 exchange and carbon untuk Tanaman Karet.Warta Perkaretan,
budgets of a three-year crop rotation 27(2), 34 - 44.
following conversion of perennial lands to World Wide Fund for Nature. (2006, April 21).
annual cropping in Manitoba, Canada. Pemanasan Global Tema Hari Bumi Tahun Ini.
Agricultural and Forest Meteorology, 182, 67 – Diakses dari : http://www.wwf.or.id/?2960/
75.
West, T.O. and Marland, G. (2002). A
synthesis of carbon sequestration, carbon
emissions, and net carbon flux in
agriculture: comparing tillage practices in
the United States. Agricultural Ecosystem
Environment, 91, 17 – 32.

66

Anda mungkin juga menyukai