Andi Nur Cahyo, Jamin Saputra, Mili Purbaya, dan Thomas Wijaya
Balai Penelitian Sembawa, Po Box 1127, Palembang 30001, Indonesia
e-mail : nurcahyo.andi@yahoo.co.uk
49
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
bumi yang disebut dengan pemanasan dapat mengurangi emisi karbon. Pada level
global.Meningkatnya suhu permukaan bumi nasional, analisa CF dapat memfasilitasi
ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi partisipasi yang tepat dalam negosiasi
gas rumah kaca di atmosfer bumi. Dalam 100 internasional dalam hubungannya dengan
tahun terakhir suhu Bumi telah meningkat iklim (Peters, 2010; Dong et al., 2013).
o
sekitar 0,7 C (WWF, 2006). Selain itu suhu Sehubungan dengan berbagai manfaat yang
bumi juga diperkirakan meningkat sebesar 0,9 bisa didapat dari analisa CF tersebut, dalam
o
sampai dengan 2,5 C dari tahun 1990 hingga tulisan ini dilakukan analisa mengenai CF
2100 (Mearns, 2000; Reddy and Hogdes, dalam proses budidaya tanaman karet mulai
2000). dari penyiapan bibit sampai dengan tanaman
CO2 adalah salah satu jenis gas rumah kaca di replanting dan perhitungan emisi karbon
yang saat ini meningkat konsentrasinya di pada pengolahan karet RSS.
atmosfer bumi. Meningkatnya konsentrasi
CO2 di atmosfer ini mempunyai korelasi yang Bahan dan Metode
positif terhadap terjadinya pemanasan global
(NOAA, 2014). Bertambahnya konsentrasi Penelitian ini dilakukan di Balai
CO2 di atmofer ini tidak terlepas dari kegiatan Penelitian Sembawa pada bulan Desember
manusia sehari hari. Salah satu kegiatan 2013. Data serapan karbon oleh tanaman
manusia yang menghasilkan emisi CO2 adalah diambil melalui pengamatan langsung
kegiatan pertanian.Menurut FAO (2009);
pada fase pembibitan karet dan melalui
Dong et al. (2013), sektor pertanian adalah
studi pustaka pada fase tanaman belum
penyumbang gas rumah kaca terbesar kedua di
dunia. Di lain pihak, kegiatan pertanian juga menghasilkan (TBM), fase tanaman
turut menghambat terjadi pemanasan global menghasilkan (TM), hingga saat replanting
melalui penyerapan CO2 di atmosfer dalam serta pengolahan karet menjadi karet
proses fotosintesa. Sebagai contoh, tanaman remah, sit, dan lateks pekat. Klon tanaman
karet menghasilkan klon GT1 dapat menyerap karet yang digunakan dalam penelitian ini
CO2sebanyak 2,05 ton/pohon (Kusdiana et al., adalah klon Gt1.
2012). Pada fase pembibitan, perhitungan
Analisa jumlah karbon yang dihasilkan / jumlah serapan karbon dilakukan mulai
diserap dalam proses budidaya dan dari persemaian biji sampai dengan bibit
pengolahan lateks tanaman karet ini dapat polibeg dua payung. Serapan karbon yang
digunakan untuk menetapkan Carbon Footprint dihitung merupakan akumulasi karbon
(CF) proses budidaya tanaman karet. CF yang pada batang bawah tanaman karet umur 12
merupakan indikator dari emisi gas rumah bulan (akar, batang, dan daun) dan bibit
kaca dapat digunakan secara komprehensif
asal stum mata tidur yang telah berpayung
untuk mengukur total emisi gas rumah kaca
dari keseluruhan siklus suatu proses produksi dua (batang dan daun). Perhitungan jumlah
(Finkbeiner, 2009; Dong et al., 2013). Hasil serapan karbon yang terjadi pada bibit
analisa CF dapat diaplikasikan dalam level tanaman karet dilakukan dengan
yang berbeda dalam rantai supply (Huang et al., menggunakan metode pengabuan. Metode
tersebut dilakukan dengan mengabukan
2009; Dong et al., 2013). Pada level produk,
contoh jaringan tanaman yang berasal dari
hasil analisa CF dapat membantu konsumen
akar, batang, dan daun seberat masing-masing
membangun kepedulian untuk mengkonsumsi o
satu gram dengan suhu 105 C selama dua jam
produk yang ramah lingkungan. Pada level
dan suhu 300 oC selama dua jam, serta suhu
korporasi, hasil analisa CF dapat mendorong
550o C selama tiga jam. Contoh tersebut
suatu perusahaan untuk meningkatkan citra
ditimbang setelah berada pada suhu 105o C
produknya dengan mengadopsi strategi yang
dan 550o C. Kadar C organik dapat dihitung
50
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
51
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
52
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
Selain gas rumah kaca yang diemisikan penyiapan lahan batang bawah dapat dilihat
langsung dari pembakaran bahan bakar untuk pada Tabel 1.
pengoperasian traktor, penggunaan bahan Pada kegiatan penyiapan lahan batang
bakar minyak apabila dilihat dari sudut bawah, telah dihasilkan emisi gas rumah kaca
pandang ketiga menurut WRI juga telah yang berasal tanah sebesar 15.839 kg CO2/ha
memberikan emisi karbon ke atmosfer pada (359,99 gram CO2/bibit) dan penggunaan
waktu produksi bahan bakar minyak tersebut. solar untuk bahan bakar traktor sebesar 987,40
Apabila solar yang digunakan sebagai bahan kg CO2-e/ha (22,4 gram CO2-e/bibit) dengan
bakar traktor diasumsikan sama dengan total emisi sebesar 16.826,4 kg CO2-e/ha atau
bensin dalam hal emisi karbon yang sebesar 382,39 gram CO2-e untuk setiap bibit
dihasilkan pada waktu memproduksinya, batang bawah yang dihasilkan.
maka dalam menghasilkan satu liter solar
telah diemisikan karbon sebanyak 0,85 kg atau 2. Kegiatan penyiapan kecambah batang
setara dengan 3,12 kg CO2 (Adler et al., 2007; bawah
Graefe et al., 2011).
Hal ini berarti bahwa apabila dalam Kegiatan penyiapan kecambah batang
pengolahan lahan untuk menanaman batang bawah dimulai dengan kegiatan penyemaian
bawah bibit karet diperlukan 170 liter solar b i j i b a t a n g b awa h d i b e d e n g a n
sebagai bahan bakar traktor, dalam proses perkecambahan.Dalam kegiatan ini, emisi
produksi solar tersebut telah diemisikan karbon yang ter jadi secara dominan
karbon sebanyak 144,5 kg karbon atau setara disebabkan oleh penggunaan mesin pompa air
dengan 529,83 kg CO2. Apabila untuk irigasi yang harus diberikan kepada
diakumulasikan dengan jumlah gas rumah kecambah karet secara rutin untuk menjaga
kaca hasil pembakaran solar untuk bahan kelembaban media tanam kecambah yang
bakar traktor, maka jumlah gas rumah kaca barupa pasir maupun serbuk gergaji. Media
total yang diemisikan dari penggunaan solar tanam di bedengan perkecambahan biji karet
untuk bahan bakar traktor adalah 987,40 kg ini harus disiram pada pagi dan sore hari
CO2-e. Apabila dalam satu hektar lahan untuk memastikan kelembabannya terjaga.
batang bawah kerapatan tanamnya sekitar Untuk keperluan irigasi ini, diperlukan bahan
55.000 bibit batang bawah (jarak tanam 30 x bakar solar untuk menjalankan pompa air
40 x 50 cm) dan persentase keberhasilan yang bermesin diesel sebanyak dua liter per
okulasi adalah 80%, maka kegiatan persiapan hari untuk menyiram kecambah karet
lahan untuk menghasilkan satu batang bawah sebanyak dua juta kecambah. Penyiraman ini
tanaman karet telah diemisikan gas rumah dilakukan selama minimal 21 hari.Hal ini
kaca sebanyak 22,44 gram CO2-e. Tabulasi disebabkan karena kecambah karet hanya
perhitungan emisi karbon dalam kegiatan diambil dari biji karet yang berkecambah
53
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
54
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
kecambah karet, dihasilkan 4,76 kg CO2-e yang Aplikasi pupuk urea di lapangan walaupun
diemisikan ke udara. Apabila diasumsikan tidak menghasilkan karbon secara langsung,
bahwa persentase kecambah yang hidup di namun menghasilkan N2O yang efeknya
lapangan adalah 80% dan yang berhasil terhadap peningkatan pemanasan global
diokulasi adalah 80%, maka jumlah emisi sebesar 310 kali lipat CO2 (Department of
karbon yang dihasilkan dari kegiatan transport
Industry, Innovation, Climate Change,
35.000 kecambah dari bedengan
Science, Research and Tertiary Education
perkecambahan ke lahan batang bawah adalah
7,43 kg CO2-e atau setara dengan 13 x 10-5 kg Commonwealth of Australia, 2013). IPCC
CO2-e untuk setiap kecambah karet yang (2006) dan Lesschen (2011) menyebutkan
nantinya akan menjadi bibit polibeg. bahwa jumlah emisi N2O dari pupuk N adalah
Selain kegiatan pindah tanam kecambah 1% dari setiap jumlah N yang diaplikasikan ke
dari bedengan perkecambahan ke lahan batang lapangan. Dalam kegiatan pemupukan lahan
bawah, pemupukan juga merupakan salah satu batang bawah yang totalnya memerlukan
kegiatan pemeliharaan batang bawah yang 4.365 kg urea/ha telah diemisikan gas N2O
secara tidak langsung menimbulkan emisi sebanyak 6.224,49 kg CO 2 -e. Apabila
karbon. Hal ini disebabkan karena dalam diasumsikan bahwa bibit batang bawah yang
produksi pupuk N, P, dan K dihasilkan emisi terpakai/berhasil diokulasi sebanyak 80%,
karbon dengan jumlah 1.255,3; 61,9, dan 76,2
emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
gram berturut-turut untuk setiap kilogram
kegiatan pemupukan batang bawah adalah
pupuk N, P, dan K yang dihasilkan (West et al.,
2002; Graefe et al., 2011). Oleh karena itu, 141,14 gram CO2-e untuk setiap bibit batang
dalam kegiatan pemupukan lahan batang bawah yang terpakai. Tabulasi perhitungan
bawah yang totalnya memerlukan 4.365, emisi karbon dalam kegiatan penanaman dan
5.350, dan 1.755 kg/ha berturut-turut untuk pemeliharaan batang bawah dapat dilihat pada
pupuk urea, SP36, dan KCl selama satu tahun, Tabel 3. Jadi, dari kegiatan penanaman dan
diemisikan karbon sebanyak 5,94 ton karbon pemeliharaan batang bawah, secara
per hektar lahan batang bawah atau setara keseluruhan dihasilkan emisi gas rumah kaca
dengan 110 gram untuk setiap bibit batang sebanyak 654,6 gram CO2-e untuk setiap
bawah. Apabila diasumsikan bahwa bibit batang bawah yang dihasilkan.
batang bawah yang terpakai/berhasil diokulasi
sebanyak 80%, emisi karbon yang secara tidak
4. Kegiatan pemeliharaan bibit di polibeg
langsung dihasilkan dari kegiatan pemupukan
batang bawah adalah 140 gram karbon atau
setara dengan 513,33 gram CO2untuk setiap Kegiatan pemeliharaan bibit di polibeg
bibit batang bawah yang terpakai. yang dapat menimbulkan emisi karbon
meliputi kegiatan pengendalian penyakit,
55
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
56
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
Selain kegiatan pengendalian penyakit dan Tabulasi perhitungan emisi karbon dalam
irigasi, kegiatan lain yang menimbulkan emisi kegiatan penanaman dan pemeliharaan batang
gas rumah kaca pada pemeliharaan bibit bawah dapat dilihat pada Tabel 4. Secara
polibeg adalah kegiatan pemupukan bibit keseluruhan, emisi gas rumah kaca yang
polibeg tanaman karet dilakukan setiap bulan dihasilkan dari kegiatan pemeliharaan bibit di
sekali. Apabila bibit polibeg dipelihara hingga
polibeg adalah 266,73 gram CO2-e untuk
mencapai dua payung daun, berar ti
setiap bibit polibeg yang dihasilkan.
pemupukan dilakukan hingga bibit polibeg
berumur enam bulan. Menurut Balai
Penelitian Sembawa (2012), untuk pemupukan 5. Respirasi oleh bibit tanaman karet
bibit polibeg tanaman karet hingga umur enam
bulan, diperlukan pupuk urea, SP36, dan KCl Salah satu faktor yang menyebabkan emisi
sebanyak 32, 39, dan 13 gram/polibeg CO2 dalam proses pembuatan bibit karet
berturut-turut. Pupuk yang diaplikasikan adalah proses respirasi dari bibit itu sendiri.
tersebut apabila dilihat dari proses Respirasi bibit terdiri atas respirasi bibit batang
produksinya telah menghasilkan emisi CO2 bawah selama kurang lebih satu tahun dan
sebanyak 147,29; 8,83; dan 3,63 gram untuk respirasi bibit dalam polibeg selama kurang
pupuk urea, SP36, dan KCl yang diaplikasikan lebih enam bulan untuk membentuk dua
berturut-turut. Apabila dijumlahkan, dari
payung daun. Sangsing et al. (2004)
proses produksi pupuk yang diberikan kepada
menyebutkan bahwa tanaman karet klon GT1
satu bibit polibeg hingga berumur enam bulan
dihasilkan emisi CO2 sebanyak 159,75 gram. mempunyai laju respirasi sebesar 1,67 µmol
2
Selain itu, aplikasi pupuk urea di lapangan juga CO 2 /m /s. Dari hasil pengamatan di
menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa lapangan, diketahui bahwa rerata luas daun
N2O sebesar 1% dari setiap jumlah N yang batang bawah yang berumur satu tahun dan
diaplikasikan ke lapangan (IPCC, 2006; bibit polibeg yang berumur enam bulan dengan
2 2
Lesschen, 2011), sehingga dari aplikasi pupuk jenis klon GT1 adalah 0,89 m dan 0,12 m
urea sebesar 32 gram/polibeg dihasilkan N2O berturut-turut. Apabila kenaikan laju respirasi
sebesar 0,32 gram/polibeg atau setara dengan seiring dengan pertumbuhan tanaman
99,2 gram CO2-e/polibeg. diasumsikan mendekati kurva linier, jumlah
57
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
CO2 yang diemisikan dari proses respirasi bibit Serapan dan Emisi Karbon pada Fase TBM
tanaman karet yang berupa batang bawah dan TM Karet
selama satu tahun dan bibit polibeg selama
enam bulan berturut-turut badalah 519,70 dan Serapan Karbon
11,76 gram CO2, sehingga totalnya adalah Serapan karbon pada tanaman karet
531,46 gram Co2 sampai dengan satu siklus untuk klon GT 1
dan RRIM 600 cukup tinggi, yaitu masing-
Perbandingan Serapan dan Emisi Karbon masing 561 dan 703 kg/tanaman atau setara
dalam Proses Produksi Bibit Karet Dua dengan 2.057 dan 2.577 kg CO2/tanaman
Payung Daun dalam Polibeg untuk klon GT1 dan RRIM 600 (Kusdiana et
al., 2012). Serapan karbon tersebut dihitung
Dari perhitungan serapan dan emisi karbon dengan pengukuran bobot biomassa batang,
dalam proses produksi bibit karet dua payung cabang, daun, dan akar di lapangan,
daun dalam polibeg, diketahui bahwa jumlah kemudian dianalisis kadar air untuk
emisi karbon yang dihasilkan lebih besar dari mengetahui biomassa kering, dan analisa C-
pada akumulasi jumlah karbon yang diserap Organik untuk mengetahui total karbon yang
oleh bibit tanaman karet. Rangkuman dari diserap untuk setiap tanaman.
hasil perhitungan tersebut dapat dilihat dalam Selain karbon yang terserap dalam
Ta b e l 5 . . H a s i l p e r h i t u n g a n t e r s e b u t batang, cabang, daun, dan akar, juga perlu
menunjukkan bahwa dalam proses produksi diperhitungkan jumlah karbon yang terserap
bibit karet dua payung daun dalam polibeg dalam lateks yang dipanen. Wijaya (2008)
dihasilkan emisi gas rumah kaca sebesar menyebutkan bahwa satu siklus tanaman karet
1835,42gram CO2-e/tanaman. Emisi ini lebih klon GT1 pada kondisi iklim dengan curah
besar dari pada akumulasi serapan CO2oleh hujan 1.500 – 3.000 mm/th dan bulan kering
bibit karet selama masa pertumbuhan mulai 3-4 bulan/tahun menghasilkan produksi karet
dari fase kecambah hingga diokulasi dan sebesar 37,7 ton karet kering/ha. Hal ini
mencapai dua payung daun, yaitu sebesar 363 berarti bahwa setiap batang tanaman karet
gram/tanaman. dalam satu siklusnya memproduksi sebesar
Tabel 5. Hasil Perhitungan Akumulasi Serapan dan Emisi Karbon dalam Proses Pembuatan Bibit
Karet dalam Polibeg dengan Dua Payung Daun
58
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
68,55 kg karet kering. Jiang dan Wang (2002); (2013) menghasilkan gas rumah kaca berupa
Song et al. 2014 juga menyebutkan bahwa CO2, CH4, dan N2O sebanyak 5,34; 0,01; dan
kandungan karbon dalam karet kering adalah 0,03 kg CO2-e berturut turut, atau totalnya
88%, sehingga karbon yang terkandung dalam adalah sebesar 5,38 kg CO2-e. Selain itu, untuk
lateks yang disadap dari setiap batang tanaman menghasilkan 2 liter bahan bakar solar, dalam
karet selama satu siklus adalah 60,32 kg atau proses produksinya juga diemisikan CO2
setara dengan 221,17 kg CO2.
sebesar 6,23 kg, sehingga untuk mengangkut
Dari perhitungan di atas dapat diketahui
bahwa total karbon yang terserap dalam 1500 bibit karet telah diemisikan 11,61 kg CO2-
batang, cabang, daun, akar, serta lateks yang e. Pada waktu kegiatan penanaman karet,
disadap dari tanaman karet klon GT1 selama emisi gas rumah kaca yang dihasilkan untuk
satu siklus adalah 2117,32 kg. mengangkut 1 buah bibit tanaman karet dari
Pada kegiatan budidaya tanaman karet lokasi pembibitan ke lokasi penanaman adalah
mulai dari persiapan lahan, penanaman, 7,74 gram CO2-e.
pemeliharaan sampai tanaman diremajakan. 3. Pemeliharaan tanaman (pemupukan dan
pengendalian gulma)
Emisi Karbon (replanting), juga terjadi Ke g i a t a n p e m e l i h a r a a n t a n a m a n
emisi karbon yang terjadi baik secara langsung menghasilkan emisi gas rumah kaca dari
maupun tidak langsung. Selain itu, proses
bahan yang digunakan untuk kegiatan
respirasi tanaman karet juga turut
pemupukan dan pengendalian gulma
mengemisikan karbon ke lingkungan.
(herbisida). Berdasarkan dosis umum pupuk
1. Persiapan lahan
untuk tanaman karet yang dikeluarkan Balai
Kegiatan persiapan lahan sama dengan
Penelitian Sembawa, satu siklus hidup TM
persiapan lahan untuk pembibitan, sehingga
karet totalnya membutuhkan pupuk urea,
pengolahan satu hektar lahan dihasilkan emisi
SP36, dan KCl sebanyak 8,45; 5,62; dan 6,95
CO2 sebesar 15.839 kg. Apabila penanaman
kg/pohon berturut-turut (Balai Penelitian
tanaman karet menggunakan jarak tanam 6x3
Sembawa, 2012). Dalam proses produksi
m, maka populasi tanaman adalah 555
pupuk N, P, dan K dihasilkan emisi karbon
tanaman/ha, sehingga emisi yang dihasilkan
dengan jumlah 1.255,3; 61,9; dan 76,2 gram
tiap tanaman untuk kegiatan persiapan lahan
berturut-turut untuk setiap kilogram pupuk N,
adalah 28,54kg CO2.
P, dan K yang dihasilkan (West et al., 2002;
2. Penanaman karet
Graefe et al., 2011), sehingga secara tidak
Pada waktu penanaman karet, emisi gas
langsung pemupukan tanaman karet selama
rumah kaca dihasilkan pada waktu proses
satu siklus telah mengemisikan karbon sebesar
pengangkutan bibit. Pengangkutan bibit dari
11,48 kg/pohon atau setara dengan 42,09 kg
lokasi pembibitan sampai ke lokasi
CO2/pohon. Hal lain yang menimbulkan
penanaman di Kebun Percobaan Balai
emisi gas rumah kaca adalah proses
Pe n e l i t i a n S e m b aw a m e n g g u n a k a n
pengangkutan pupuk dari gudang ke lahan
transportasi darat dengan truk dengan jarak
pertanaman karet. Sekali angkut, satu truk
kurang lebih 10 km membutuhkan BBM solar
dapat mengangkut sekitar 5 ton pupuk,
sebanyak dua liter untuk setiap 1500 bibit yang
sedangkan total kebutuhan pupuk N, P, K, dan
diangkut. Bahan bakar truk yang dipakai
Mg tanaman karet selama satu siklus totalnya
untuk transpor tasi tersebut menur ut
adalah 22,95 kg. Apabila diasumsikan bahwa
Department of Industry, Innovation, Climate
jarak pengangkutan pupuk adalah 10 km dan
Change, Science, Research and Tertiary
satu liter solar dapat dipakai untuk menempuh
Education Commonwealth of Australia
jarak 5 km, jumlah solar yang dibutuhkan
59
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
adalah 2 liter untuk sekali mengangkut pupuk. bahwa dalam satu hektar kerapatan tanamnya
Penggunaan 2 liter bahan bakar solar ini adalah 555 pohon, berarti satu pohon karet
mengemisikan gas rumah kaca berupa CO2, membutuhkan 0,11 kg herbisida untuk
CH4, dan N2O berturut-turut sebesar 5,34 kg mengendalikan gulma di sekitar tanaman
CO2; 0,015 kg CO2-e; dan 0,038 kg CO2-e atau tersebut. Penggunaan herbisida ini secara tidak
langsung mengemisikan CO2 ke atmosfer
totalnya sebesar 5,39 kg CO2-e. Selain itu,
sebesar 2,82 kg dalam proses produksinya.
untuk menghasilkan 2 liter bahan bakar solar,
Dari perhitungan di atas, dalam kegiatan
dalam proses produksinya juga diemisikan pemeliharaan tanaman karet selama satu
CO2 sebesar 6,23 kg. Oleh karena itu, siklus, diemisikan gas rumah kaca dengan total
penggunaan 2 liter bahan bakar solar ini telah sebesar 71,16 kg CO2-e.
mengemisikan gas rumah kaca dengan total 4. Respirasi tanaman karet
11,61 kg CO2-e. Hal ini berarti bahwa untuk Respirasi tanaman karet merupakan salah
mengangkut kebutuhan pupuk satu pohon satu proses fisiologis tanaman yang turut
karet selama satu siklus telah diemisikan gas menyumbangkan gas rumah kaca (CO2)
rumah kaca sebesar 53,29 gram CO2-e. atmosfer bumi. Sangsing et al. (2004)
Selain dari proses produksi dan menyebutkan bahwa tanaman karet klon GT1
pengangkutan pupuk, emisi gas rumah kaca mempunyai laju respirasi sebesar 1,67 µmol
CO2/m2/s. Hal ini berarti bahwa jumlah
juga terjadi ketika pupuk urea diaplikasikan di
karbon yang diemisikan melalui proses
lahan. Satu siklus hidup tanaman karet
respirasi akan semakin besar seiring dengan
dibutuhkan pupuk urea sebesar 8,45 kg. semakin meningkatnya luas daun dan umur
Aplikasi pupuk urea di lapangan juga tanaman karet.Untuk fase TM karet, Ardika et
menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa al. (2011) menyebutkan bahwa luas daun
N2O sebesar 1% dari setiap jumlah N yang tanaman karet menurun pada saat musim
diaplikasikan ke lapangan (IPCC, 2006; kemarau karena terjadi gugur daun. Dengan
Lesschen, 2011), sehingga dari aplikasi pupuk memperhitungkan dinamika indeks luas daun
urea sebesar 8,45kg/pohon dihasilkan N2O tanaman karet (fase TM) selama satu tahun
sebesar 84,5 gram/pohon atau setara dengan (Ardika et al., 2011), diketahui bahwa rerata
26,195 kg CO2-e/pohon. luas daun tanaman karet (fase TM) adalah
2
Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman, 19,68 m per tanaman karet. Hal ini berarti
aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma bahwa jumlah CO2 yang diemisikan oleh
juga menimbulkan emisi karbon apabila tanaman karet (fase TM) adalah 569,98 kg CO2
dilihat dari sudut pandang ketiga menurut selama 25 tahun.
WRI, yaitu emisi karbon yang ditimbulkan Untuk perhitungan respirasi tanaman karet
dalam proses pembuatan pestisida tersebut. pada fase TBM, apabila diasumsikan bahwa
Menurut Stout (1990); Graefe et al. (2011), rerata luasan daun selama lima tahun masa
dalam proses produksi pestisida, dihasilkan TBM adalah titik tengah antara luas daun bibit
CO2 sebanyak 25.652 g untuk setiap kg karet dalam polibeg dan TM karet, dapat
pestisida yang dihasilkan. Apabila untuk diketahui bahwa rerata luas daun selama fase
2
pengendalian gulma dibutuhkan 3 kg herbisida TBM adalah 9,9 m . Dari perkiraan luas daun
per tahun untuk masa tanaman belum selama fase TBM tersebut, dapat diketahui
menghasilkan dan 2 kg herbisida per tahun bahwa emisi CO2 pada fase TBM selama lima
selama masa tanaman menghasilkan, dalam tahun adalah 57,35 kg CO2.
satu siklus hidup tanaman karet dibutuhkan Tabulasi perhitungan emisi karbon dalam
herbisida untuk pengendalian gulma sebanyak kegiatan penanaman dan pemeliharaan batang
61 kg herbisida/hektar. Apabila diasumsikan bawah dapat dilihat pada Tabel 6.
60
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
Tabel 7. Hasil Perhitungan Akumulasi Serapan dan Emisi Karbon dalam Budidaya Tanaman Karet
Perbandingan serapan dan emisi karbon pada Emisi Karbon dalam Proses Pengolahan
Fase TBM dan TM Karet
Dari perhitungan serapan dan emisi karbon 1. Pengangkutan hasil tanaman karet
pada fase TBM dan TM karet, diketahui Salah satu kegiatan yang juga memberikan
bahwa jumlah emisi gas rumah kaca yang andil terhadap emisi CO2 dalam budidaya
dihasilkan jauh lebih kecil dari pada akumulasi tanaman karet adalah proses pengangkutan
hasil karet dari tempat pemungutan hasil ke
jumlah karbon yang diserap oleh bibit tanaman
pabrik pengolahan karet. Pengangkutan hasil
karet. Rangkuman dari hasil perhitungan
tanaman karet yang berupa lateks dan lump
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 7.
61
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
62
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
Tabel 8. Emisi gas rumah kaca dari pabrik pengolahan karet (dalam kg CO2-eq/ton produk)
proses produksi karet remah, karet sit, dan karbon yang terserap dalam lateks adalah
lateks pekat adalah 313,74; 126,74 dan 151,74 221,17 kg CO2 sehingga totalnya adalah
kg CO2-eq/ton produk berturut-turut. 2.278,17 kg CO2. Oleh karena itu, walaupun
dalam proses produksi bibit polibeg dua
Perbandingan Serapan Neto Dan Emisi payung daun lebih banyak gas rumah kaca
Karbon Dalam Produksi Karet yang diemisikan dibandingkan dengan jumlah
karbon yang terserap, dalam fase TBM dan
Pada tahap proses produksi bibit karet dua TM jumlah karbon yang terserap jauh lebih
payung dalam polibeg emisi karbon yang tinggi dari pada jumlah gas rumah kaca yang
dihasilkan sebesar 1835,42 gram CO 2 - dihasilkan. Oleh karena itu kegiatan budidaya
e/tanaman dan pada saat bibit ini ditanam di tanaman karet ini tetaplah ramah lingkungan.
lapangan hingga diremajakan 30 tahun Satu siklus tanaman karet klon GT1 pada
kemudian, emisi gas rumah kaca yang kondisi iklim dengan curah hujan 1.500 –
dihasilkan sebesar 727,037 kg CO 2 - 3.000 mm/th dan bulan kering 3-4
e/tanaman. Jumlah total emisi karbon yang bulan/tahun menghasilkan produksi karet
dihasilkan mulai dari pembuatan bibit sampai sebesar 37,7 ton karet kering/ha (Wijaya,
dengan peremajaan adalah sebesar 728,87 kg 2008), sehingga produksi setiap batang
CO2-e/tanaman. Selain emisi yang dihasilkan, tanaman karet dalam satu siklusnya sebesar
tanaman karet juga mampu menyerap karbon 68,55 kg/tanaman. Oleh karena itu, untuk
dengan akumulasi yang sangat tinggi, yaitu memproduksi 1 kg karet kering, telah
sebesar 2.057 kg CO2-e/tanaman untuk klon diemisikan karbon sebanyak 10,63 kg CO2-e
GT 1 (Kusdiana et al., 2012) ditambah dengan dan diserap karbon sebanyak 33,23 kg CO2-e
63
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
64
Carbon footprint dalam proses budidaya tanaman karet dan produksi beberapa produk karet
65
Warta Perkaretan 2016, 35 (1), 49-66
Taylor, A. M., Amiro, B.D., and Fraser, T. J. Wijaya, T. (2008). Kesesuaian Tanah dan Iklim
(2013). Net CO2 exchange and carbon untuk Tanaman Karet.Warta Perkaretan,
budgets of a three-year crop rotation 27(2), 34 - 44.
following conversion of perennial lands to World Wide Fund for Nature. (2006, April 21).
annual cropping in Manitoba, Canada. Pemanasan Global Tema Hari Bumi Tahun Ini.
Agricultural and Forest Meteorology, 182, 67 – Diakses dari : http://www.wwf.or.id/?2960/
75.
West, T.O. and Marland, G. (2002). A
synthesis of carbon sequestration, carbon
emissions, and net carbon flux in
agriculture: comparing tillage practices in
the United States. Agricultural Ecosystem
Environment, 91, 17 – 32.
66