Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Pertanian (JINTAN)

ISSN: 0000-0000 (p) ISSN: 0000-0000 (e)


[2021].[volume: 1][(issue: 1)]:[73-82]
http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/jintan

Efek Dosis Dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) Terhadap Produktivitas Bayam Merah

Maria Alberta Fahik1*, Edy Kustiani1, Bambang Dwi Moeljianto1


1
Fakultas Pertanian, Universitas Kadiri, Kediri, Indonesia

*Korespondensi: riatalla95@gmail.com
Diterima 10 Desember 2020/Direvisi 30 Desember 2020/Disetujui 18 Januari 2021

ABSTRAK
Kandungan gizi bayam merah yang tinggi mendorong daya konsumsi masyarakat yang cukup
tinggi. Pembudidayaan tanaman yang tergolong mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi para
petani. Salah satu bentuk inovasi yang didaya gunakan petani untuk dapat meningkatkan
produktivitas bayam merah yaitu pemupukan. Pemupukan yang ramah lingkungan tentunya
menjadi pilihan petani selama proses pembudidayaan. PGPR atau yang dikenal dengan Plant
Growth Promoting Rhizobacteria telah banyak diaplikasikan sebagai pemicu pertumbuhan akar
sehingga meningkatkan nilai bobot tanaman. Tujuan dari penelitian ini yaitu menemukan dosis
serta frekuensi aplikasi pupuk organik cair PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) terhadap
produktivitas bayam merah. Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola
faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu dosis (D) terdiri dari 3 taraf diantaranya D1:
25 gr/tanaman, D2: 50 gr/tanaman, D3: 75 gr/tanaman, sedangkan faktor kedua yaitu frekuensi (F),
yaitu F1: 7 hari, F2: 14 hari, dan F3: 21 hari dengan 3 kali pengulangan. Data dianalisis dengan uji
lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% dan didapatkan hasil sebagai berikut, tidak terjadi respon
positif pada parameter pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah daun tanaman) tetapi respon
positif ditunjukkan pada parameter berat basah dan kering, perlakuan D3F3 menunjukkan bobot
basah dan kering tertinggi yaitu 54.69 gr dan 5,74 gr.
Kata kunci: Bayam merah; PGPR; Dosis; Frekuensi; Produktivitas

ABSTRACT
The nutritional content of red spinach encourages high demand and consumption of this plant. The
relatively easy cultivation of this plant is the main attraction for farmers. One form of innovation
empowered by farmers to increase the productivity of red spinach is fertilizing. Fertilizing that is
environmentally friendly is certainly the choice of farmers during the cultivation process, PGPR or
what is known as Plant Growth Promoting Rhizobacteria has been widely applied as a trigger for
root growth thereby increasing the value of plant weight. The purpose of this study was to find the
dosage and frequency of application of PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) liquid
organic fertilizer on the productivity of red spinach. This study utilized a completely randomized
design (CRD) factorial pattern consisting of 2 factors. The first factor is the dose (D) consisting of 3
levels including D1: 25 g/plant, D2: 50 g / plant, D3: 75 g / plant, while the second factor is the
frequency (F), namely F1: 7 days, F2: 14 days, and F3: 21 days with 3 repetitions. Data were
analyzed by a further test with Least Significant Difference (LSD) 5% and the following results
showed no positive response to plant growth parameters (height and number of plant leaves) but
positive responses were shown in wet and dry weight parameters, D3F3 treatment showed wet
weight and the highest dry, namely 54.69 grams and 5.74 grams.
Key words: Doses; Frequency; Productivity; Red spinach
Maria Alberta Fahik, Efek dosis dan…

PENDAHULUAN yang relative cepat, pembudidayaan yang


tidak terlalu sulit, serta biaya produksi
Bayam termasuk komoditi tanaman
sayuran yang sudah umum dikonsumsi yang sangat sedikit (Saparinto, 2013).
masyarakat Indonesia. Tanaman yang Kecendrungan petani yang pada
berasa dari negara Amerika Tropik ini umumnya berusaha meningkatakan
memiliki berbagai macam manfaat. Salah produktivitas tanaman dengan cara
satu jenis bayam yaitu Amaranthus tricolor pemupukan. Seiring berjalannya waktu
L. atau yang lebih dikenal dengan sebutan popularitas tanaman organik terus
bayam merah. Umumnya masyarakat meningkat hal ini berdampak pada
mengkonsumsi tanaman ini karena penggunaan pupuk organik yang
kandungan gizi yang termasuk kategori bertambah pesat. Pengelompokkan pupuk
baik diantaranya terdapat kandungan organik sendiri terdiri atas sisa hasil
mineral serta zat besi dan didukung fosfor pertanian, pupuk hijau maupun pupuk
serta kalium (Saparinto, 2013). kandang.
Menurut Rosyida et al. (2017),
Pembudidayaan bayam merah yang
Bayam merah tergolong dalam jenis perdu
masih tergolong terbatas disebabkan oleh
dengan kisaran tinggi 1,5 m. Sistem
kondisi lahan pertanian dengan
perakaran tunggang, dengan batang
berbentuk silindris dan lunak. Daun yang kandungan hara yang tergolong rendah.
masuk kedalam kategori daun tunggal Menurut Rangkuti et al. (2017),
tidak berdaging dengan ujung daun produktivitas bayam merah dapat
berbentuk retusus (terbelah). Bayam meningkat jika ditanam pada kondisi lahan
merah memiliki bunga yang termasuk dengan kandungan bahan organic yang
bunga jamak bertandan dan memiliki biji tinggi, ketersediaan unsur hara nitrogen
berukuran kecil dan mudah pecah. yang tinggi dan memiliki kisaran pH 6-7.
Pemanenan tanamna ini berkisar 40 HST Onikwijaya (2015), melaporkan
(hari setelah tanam) (Rangkuti et al., bahwa penggunaan PGPR ini dapat
2017). meminimalisir kerusakan struktur fisik
Bila dibandingkan dengan bayam tanah dimana sifat pupuk anorganik tidak
hijau, bayam merah cenderung memiliki dapat secara langsung memperbaiki sifat
kadar vitamin C dan senyawa flavonoid dan fungsi fisik tanah dan fungsi biologi
dan antosianin yang cukup tinggi. Kedua
tanah. Potensi PGPR yang sangat baik
senyawa tersebut dapat berperan dalam
untuk lingkungan karena menekan
menghambat radikal bebas (antioksidan)
(Pratiwi, 2017; Priska et al., 2018). dampak negatif yang ditimbulkan pupuk
Tingginya kandungan gizi ini kimia serta meningkatkan produktivitas
mengakibatkan nilai konsumsi bayam tanaman maka perlu diadakannya
merah turut melonjak dari tahun ketahun. penelitian lebih lanjut terkait frekuensi dan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( dosis yang tepat sehingga dapat
2019), Produksi bayam merah tahun 2010 meningkatkan produktivitas bayam merah.
di Indonesia sendiri mencapai angka Bakteri Rhizosfer pada PGPR
163.723 ton – 149.435 ton. mendorong pertumbuhan tanaman
Tingginya produksi bayam merah di tergolong dalam jenis bakteri
Indonesia dapat disebabkan waktu panen menguntungkan yang menempati rizosfer
(lapisan tanah tipis antara 1-2 mm pada

Page 74 of 82
area perakaran). Efek langsung dari Faktor pertama yaitu Dosis (D) yang terdiri
PGPR didasarkan pada kemampuannya dari 3 taraf:
untuk menyediakan dan mendorong D1: 25 gr/tanaman
penyerapan berbagai nutrisi di dalam D2: 50 gr/tanaman
tanah, serta kemampuan untuk D3: 75 gr/tanaman
mensintesis dan mengubah konsentrasi Faktor kedua yaitu frekuensi (F) terdiri dari
berbagai hormon pemacu pertumbuhan 3 taraf:
serta keterkaitan dengan kemampuan
F1: 7 hari
untuk menghambat aktivitas patogen dan
F2: 14 hari
menghasilkan senyawa antibiotik dan
siderophore (Jati & Aini, 2018; Naihati et F3: 21 hari
al., 2018). Adapun tahapan dalam penelitian
PGPR mulai teliti pada tahun 1981 ini sebagai berikut:
oleh Kloepper dan Scroth, dimana PGPR Persiapan tempat penelitian
sendiri menggambarkan bakteri yang
mendiami sistem perakaran yang Tempat penelitian dibersihkan dari
diinokulasikan kedalam benih. Sejak saat kotoran-kotoran yang ada disekitarnya.
itu perkembangan penelitian yang Persiapan media tanam
berkaitan dengan PGPR terus meningkat
dari waktu kewaktu (Oktaviani & Sholihah, Media tanam untuk penanaman
2018). benih bayam merah dipersiapkan
Prinsip kerja PGPR yaitu beberapa hari sebelum penelitian, dengan
mengaktifkan bakteri pada sistem bahan tanah homogen
perakaran sehingga dapat memepercepat Persemaian
penyerapan unsur mikro. Keuntungan
lainnya yaitu biofertiliser, agen biokontrol, Persemaian benih bayam yang
peningkatan produksi IAA, serta dilakukan pada suatu media dengan cara
meningkatkan kadar mineral dan fiksasi ditabur di atas permukaan tanah dan di
unsur N. beberapa bakteri dari golongan tutup lagi dengan tanah dengan ketebalan
Pseudomonas, Azotobacter, Bacillus dan 0,5 cm.
Serratia diidenfikasi sebagai PGPR Penanaman
penghasil fitohormon (Aiman et al., 2015;
Setelah 10 hari bibit bayam yang
Anjardita et al., 2018).
sudah tumbuh kemudian dipindahkan ke
BAHAN DAN METODE polybag.

Penelitian bertempat didesa Pemeliharaan


Leuntolo, Kecamatan Raimanuk Pemeliharaan tanaman meliputi :
Kabupaten Belu Kota Atambua NTT
1. Penyiraman
dengan waktu pelaksanaan pada bulan
Penyiraman dilakukan sesuai
Juni-Juli 2020. Metode yang digunakan
kondisi cuaca agar tanaman tidak layu
yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola
dan mati. Penyiraman ini dilakukan
faktorial 2 faktor, ulangan sebanyak 3 kali
dengan suatu alat atau wadah yang
memiliki volume yang sama.

Page 75 of 82
Pengamatan pertumbuhan
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat dilakukan secara non destruktif, yaitu
tumbuh gulma atau rumput pada polybag dengan cara tanpa membongkar bagian
dengan cara mencabut gulma atau rumput dari tanaman tersebut. Parameter yang
dengan menggunakan tangan. diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah
daun, berat basah, dan kering tanaman.
3. Penyulaman
Penyulaman merupakan proses HASIL DAN PEMBAHASAN
penggantian tanaman yang telah mati.
Tinggi Tanaman Bayam
Biasanya jangka waktu penyulaman yaitu
minggu pertama setelah tanam. Berdasarkan hasil pengamatan
pada umur 7 hari masih tidak terjadi reaksi
4. Pengendalian hama dan penyakit respon positif antara perlakuan dengan
Bila terdapat hama atau penyakit parameter pengamatan. Hal ini dapat
maka dilakukan tindakan pengendalian terjadi akibat faktor umur yang masih
jika terjadi serangan. tergolong muda sehingga kompetisi
penyerapan unsur hara dan sinar matahari
5. Panen masih belum terjadi.
Bayam di panen setelah 25-30 hst. Pada Pengamatan minggu ke 2 dan
Bayam yang siap di panen adalah yang 3 tidak terdapat respon positif anatra
pertumbuhannya sudah maksimal tetapi perlakuan yang diberikan dengan tinggi
belum muncul bunga. tanman. Namun, tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan D3F3 yaitu
Pengamatan
sebesar 20,06 cm (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh dosis dan frekuensi PGPR terhadap tinggi tanaman bayam merah
(Amaranthus tricolor L)
Rerataan Tinggi Tanaman
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST
D1F1 3.00 6.66 16.00
D1F2 3.66 7.33 18.00
D1F3 3.33 7.33 18.66
D2F1 2.33 7.33 18.66
D2F2 4.00 7.33 18.66
D2F3 3.66 7.66 19.33
D3F1 3.66 8.66 19.66
D3F2 2.66 8.66 20.06
D3F3 2.66 8.66 20.66
BNT 5% ns ns ns
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%
Hasil yang tidak berbeda nyata ini, tersebut adalah intensitas matahari. Sinar
dapat diakibatkan faktor lingkungan yang matahri yang terlalu tinggi mengakibatkan
tidak mendukung. Salah satu faktor terhambatya kinerja hormone auksin
lingkungan yang menyebabkan hal dimana hormone tersebut berperan dalam

Page 76 of 82
pertumbuhan tanaman (Masluki et al., Jumlah Daun
2017).
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
Padahal menurut hasil penelitian
pemupukan dengan dosis dan frekuensi
yang dilakukan Oktaviani & Sholihah
(2018) dan Wahyuningsih et al. (2017), pada 7 hari setelah tanam tidak terjadi
menunjukkan bahwa pemberian kadar respon interaksi, akibat adaptasi dengan
PGPR yang sesuai dapat memicu lingkungannya, perbedaan baru terjadi
produksi hormon pertumbuhan yaitu IAA setelah pemupukan pada umur tanaman
dan giberalin. Pemberian PGPR dapat 14 dan 21 HST. Rerataan jumlah daun
meningkatkan fiksasi pada unsur hara terbanyak terjadi pada pengamatan hari
yang ada di tanah sehingga menghasilkan ke 21 pada perlakuan D3F3 yaitu: 8.33
osmolit sebagai osmoprotekkan pada helai daun dan jumlah daun terendah
kondisi cekaman kekeringan serta terlihat pada perlakuan D1F1, D1F2 yaitu
menghasilkan senyawa tertentu sebagai 2.00 helai.
bentuk pertahaan pada patogen yang
menyerang tanaman.

Tabel 2. Pengaruh pemberian PGPR terhadap jumlah daun tanaman bayam merah
Rerataan Jumlah Daun
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST
D1F1 2.00 3.33 5.33
D1F2 2.00 4.00 6.00
D1F3 2.33 4.33 6.00
D2F1 2.66 5.00 6.33
D2F2 4.00 5.00 6.66
D2F3 3.33 5.33 7.00
D3F1 3.33 5.66 8.00
D3F2 3.66 5.66 8.00
D3F3 4.00 5.66 8.33
BNT 5% Ns ns ns
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%
Hasil yang tidak menunjukkan yang terlalu banyak terkena naungan
respon positif ini dapat diakibatkan oleh menunjukkan respon jumlah daun yang
beberapa faktor. Faktor fisik turut lebih sedikit bila dibandingkan tanpa
mengambil peranan dalam perlakuan naungan. Tanaman yang terpapar cahaya
yang diberikan ke tanaman. Air dan matahari secara optimum akan
cahaya matahari dapat mempengaruhi mempercepat laju metabolisme.
tingkat keberhasilan penelitian ini. Pemberian dosis dan frekuensi
Menurut penelitian yang dilakukan PGPR yang tepat seharusnya dapat
oleh Wachid & Rizal (2019), menyatakan menunjukkan hasil pertambahan daun
bahwa jumlah daun bayam merah sangat yang signifikan. Hal ini sesuai dengan
tergantung terhadap naungan yang ada penelitian yang telah dilakuakn oleh
disekitar tanaman. Umumnya tanaman Naihati et al. (2018), dimana tanaman

Page 77 of 82
selada yang diberikan pengaplikasian atau terlalu sedikit memberikan pengaruh
PGPR meningkatkan jumlah daun yang berbeda pada kinerja
tanaman. PGPR sendiri berfungsi sebagai mikroorganisme tanah tersebut biasanya
zat pemacu pertumbuhan fisiologis cenderung menghambat aktivasi
tanaman serta dapat mengurangi jumlah mikroorganisme perakaran hal ini lah yang
serangan penyakit atau kerusakan akibat menjadi penyebab pemberian PGPR tidak
serangga. menunjukkan respon yang positif pada
Peranan mikroorganisme sendiri parameter pertumbuhan (tinggi tanaman
pada media tanam pada beberapa dan jumlah daun).
penelitian menunjukkan respon positif
Berat Basah dan Berat Kering Tanaman
pada parameter pertumbuhan. Umunya
mikroorganisme dalam media tanam atau Berat basah dan kering dari
yang ditambahkan ke tanah berperan aktif tanaman bayam merah menunjukan hasil
dalam mempercepat ataupun meningkat- produksi dari bayam merah selama masa
kan fiksasi unsur hara yang nantinya akan tanam. Penimbangan berat basah ini
diserap oleh akar tanaman (Kustiani & dilakukan sebelum pengovenan untuk
Saptorini, 2019). Unsur hara inilah yang mengetahui berapa berat masing-masing
nantinya akan meningkatkan aspek tanaman yang memperoleh pengaruh dari
pertumbuhan tanaman. berbagai dosis dan frekuensi pupuk yang
Namun, pada prakteknya kinerja diberikan dan penimbangan berat kering
mikroorganisme tanah sangat dipengaruhi dilakukan untuk melihat berapa jumlah
akan faktor lingkungan pada daerah biomassa yang dihasilkan tanpa adanya
hidupnya. Faktor fisis yang terlalu banyak kandungan air pada tanaman.

Tabel 3. Rerataan berat basah dan kering tanaman bayam akibat pemberian PGPR
Perlakuan Rerataan Berat Basah Rerataan Berat Kering
D1F1 10,81 a 1,34 a
D1F2 17,31 b 1,58 b
D1F3 22,18 c 1,78 c
D2F1 30,24 d 2,02 c
D2F2 47,56 e 2,07 d
D2F3 54,69 e 2,30 d
D3F1 47,56 e 2,30 d
D3F2 54,69 F 4,40 e
D3F3 54,69 F 5,74 f
BNT 5% 2,31 * 0,21 *
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%
Dari data Tabel 3 dapat diketahui paling sedikit terdapat pada perlakuan
bahwa berat basah terbanyak yaitu D1F1 yaitu: 10.81 gr. Namun hal ini
terdapat pada perlakuan D2F3, D3F3 menunjukkan tidak ada pengaruh yang
yaitu 54.69 gr. Sedangkan berat basah nyata atau sangat nyata antara D1F1

Page 78 of 82
dengan D3F3. Untuk berat kering tertinggi antar sel yang terbentuk akibat proses
ditunjukkan pada perlakuan D3F3 yaitu pertambahan tersebut (Rangkuti et al.,
sebesar 5.74 gr. 2017)
Berat basah tanaman yaitu Berat kering sendiri sangat
biomassa tanaman itu sendiri yang dipengaruhi dengan hasil fotosintesis
dihasilkan dari akumulasi fotosintat yang (fotosintat) sehingga semakin banyak
masih memiliki kandungan air (Gardner et jumlah daun maka akan semakin tinggi
al., 2012). Menurut Adelia (2013), berat berat keringnya. Jumlah daun yang
basah optimal suatu tanaman tergantung semakin banyak secara langsung akan
dari jumlah energi dan unsur hara yang meningktakan proses fotosintesis
digunakan tanaman untuk proses tanaman sehingga fotosintat juga secara
metabolisme sehingga ukuran sel langsung akan mengalami peningkatan
bertambah besar dan meningkatkan daya (Kesuma & Salamah, 2013). Fotosintat
serap air. meliputi polisakarida, lipid, protein, dan
Hal ini didukung oleh Lakitan asam amino bahan-bahan tersebut akan
(2011), air yang berperan dalam turgiditas mempengaruhi massa suatu sel sehingga
sel akan meningkatkan bobot dari masing- massa protoplasma juga mengalami
masing organ yang dilaluinya. Sedangkan peningkatan protoplasma sel dan diikuti
bobot kering menunjukkan efisiensi suatu bobot tanaman yang bertambah (Rangkuti
unsur hara yang mampu terserap didalam et al., 2017).
tanaman sehingga dapat meningkatkan Proses metabolit ini tidak hanya
proses metabolit yang terjadi didalam melakukan pembentukan saja tapi juga
tanaman dengan kondisi ketiadaan air perombakan unsur-unsur senyawa
(Zuryanti et al., 2016). organik pada tanaman yang nantinya
Berat basah suatu tanaman yang akan sangat mempengaruhi produktivitas
dipengaruhi serapan air dan unsur hara tanaman itu sendiri. Kekurangan maupun
ternyata berhubungan dengan penyu- kelebihan suatu unsur pada tanaman
sunan hormon. Peran PGPR sendiri disini tentunya akan berdampak pula pada
untuk meningkatkan kadar fiksasi unsur perkembangan lebih lanjut dari tanaman
hara salah satunya unsur N yang memiliki tersebut (Nata et al., 2020).
keterkaitan dengan hormon sitokinin yang
memiliki peranan dalam pembelahan sel. KESIMPULAN
Pembelahan sel yang terjadi pada Berdasarkan hasil penelitian yang
tanaman khususnya pada bagian telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
meristem apeks (pucuk) dan sel 1. Tidak terjadi interaksi antara dosis
primordial daun berakibat pada jumlah sel dan frekuensi pemberian pupuk
yang terus bertambah dan diikuti dengan pada tanaman bayam merah
pertambahan bobot basah. Pertambahan sehingga tidak adanya respon
sel yang tidak teratur ini tentu saja secara positif pada tinggi dan jumlah daun
tidak langsung akan memicu tanaman bayam merah
pertambahan kadar air pada tanaman 2. Adanya respon positif pada berat
karena air tesebut akan mengisi ruang basah dan berat kering tanaman
bayam merah dimana perlakuan

Page 79 of 82
tertinggi untuk berat basah dan Plant Growth Promoting
kering diperoleh oleh perlakuan Rhizobakteria ( PGPR ) terhadap
D3F3 yaitu sebesar 59,64 gr dan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
5,74 gr. Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L
.). E-Jurnal Agroekoteknologi
UCAPAN TERIMAKASIH Tropika, 7(3), 447–456.

Penulis mengucapkan terimakaish Badan Pusat Statistik. (2019). Produksi


banyak kepada bapak dan ibu Tanaman Sayuran dan Buah–
dosenfakultas pertanian universitas kadiri Buahan Semusim Menurut Jenis
sebagai pembimbing penelitian sehingga Tanaman (kuintal), 2017 - 2018.
https://jatim.bps.go.id/statictable/201
penelitian ini dapat diselesaikan tepat
9/10/08/1590/produksi-tanaman-
waktu. Terimakasih juga kepada kepala sayuran-dan-buah-buahan-semusim-
desa Leuntolo yang ikut membantu dalam menurut-jenis-tanaman-kuintal-2017-
penyediaan lahan dan juga arahannya --2018.html
dalam mengelola lahan pra tanam. Serta
terimakasih sebesar-besarnya untuk Gardner, F. ., Pearce, R. B., & Mitchell, R.
L. (2012). Fisiologi Tanaman
keluarga dan juga para teman sejawat
Budidaya. UI Press.
yang telah memberikan dukungan moril
dan juga material selama proses Jati, G. K., & Aini, N. (2018). Pengaruh
penelitian ini. Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Kotoran Ayam dan PGPR (Plant
DAFTAR PUSTAKA Growth Promoting Rhizobacteria)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Adelia, P. F. (2013). Pengaruh Tanaman Horenso (Spinacia
Penambahan Unsur Hara Mikro ( Fe oleracea L.) Effect Of Various Doses
dan Cu ) Dalam Media Paitan Cair Chicken Manure Fertilizer and PGPR
Dan Kotoran Sapi Cair Terhadap ( Plant Growth Promoting Rh. Jurnal
Pertumbuhan Dan Hasil Bayam Produksi Tanaman, 6(12), 3014–
Merah ( Amaranthus tricolor L .) 3021.
Dengan Sistem Hidroponik Rakit
Apung The Effect Of Micro Nutrition Kesuma, P., & Salamah, Z. (2013).
Addition ( Fe AND Cu. Produksi Pertumbuhan Tanaman Bayam
Tanaman, 1(3), 48–58. Cabut (Amaranthus tricolor L.)
Dengan Pemberian Kompos
Aiman, U., Sriwijaya, B., & Ramadani, G. Berbahan Dasar Daun Krinyu
(2015). Pengaruh Saat Pemberian (Chromolaena odorata L.).
Pgprm (Plant Growth Promoting Bioedukatika, 1(1), 1–9.
Rhizospheric Microorganism)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kustiani, E., & Saptorini, S. (2019).
Buncis Perancis. The 2nd University Optimalisasi Dosis Pupuk Organik
Research Coloquium, 8–15. Cair Mikroorganisme Lokal Terhadap
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ Pertumbuhan Sawi Daging. Jurnal
psn12012010/article/view/1542 Agrinika : Jurnal Agroteknologi Dan
Agribisnis, 3(1).
Anjardita, I. M. D., Raka, I. G., Mayun, I. https://doi.org/10.30737/agrinika.v3i1
A., & Sutedja, I. N. (2018). Pengaruh .634

Page 80 of 82
Lakitan, B. (2011). Dasar-dasar Fisiologi Ngapa, Y. D. (2018). Antosianin dan
Tumbuhan. Raja Grafindo. Pemanfaatannya. Cakra Kimia
Indonesia, 6(2), 79–97.
Masluki, Mutmainnah, Naim, M., &
Thamrin, N. T. (2017). Effect Of Plant Rangkuti, N. P. J., Mukarlina, &
Growth Promoting Rhizobacteria Rahmawati. (2017). Pertumbuhan
(PGPR) And Liquid Organic Fertilizer Bayam Merah ( Amaranthus tricolor
On Growth Of Spinach (Amaranthus L .) yang diberi Pupuk Kompos
spp.) And Chili (Capsicum annuum) Kotoran Kambing dengan
On Vegetative Phase. ICONSS, Dekomposer Trichoderma
215–219. harzianum. Protobiont, 6(3), 18–25.

Naihati, Y. F., Taolin, R. I. C. O., & Rusae, Rosyida, Nugroho, A. S., & Dewi, E. R. S.
A. (2018). Pengaruh Takaran dan (2017). Bobot Basah dan Kandungan
Frekuensi Aplikasi PGPR terhadap Antosianin Daun Tanaman Bayam
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Merah ( Alternanthera amoena Voss
Selada (Lactuca sativa L.). Savana ) pada Variasi Dosis Aplikasi Pupuk
Cendana, 3(01), 1–3. NPK Majemuk dan PGPR ( Plant
https://doi.org/10.32938/sc.v3i01.215 Growth Promoting Rhizobacteria ).
SEMNAS SAINS &
Nata, I. N. I. B., Dharma, I. P., & Wijaya, I. ENTREPRENEURSHIP IV, 431–441.
K. A. (2020). Pengaruh Pemberian
Berbagai Macam Pupuk terhadap Saparinto. (2013). Grow your own
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman vegetables-panduan praktis
Gumitir (Tagetes erecta L.). Jurnal menanam 14 Sayuran Konsumsi
Agroekoteknologi Tropika ISSN, 9(2), Populer di Pekarangan. Penebar
115–124. Swadaya.

Oktaviani, E., & Sholihah, S. M. (2018). Wachid, A., & Rizal, S. (2019). Growth
Pengaruh pemberian Plant Growth Response and Yield of Red Spinach
Promoting Rhizobacteria (PGPR) ( Amaranthus tricolor L ) Due to
terhadap pertumbuhan dan hasil Shade Present and Manure Respon
tanaman kailan (Brassica oleraceae Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
var. acephala) sistem vertikultur. Bayam Merah Kandang
Jurnal Akbar Juara, 3(1), 63–70. Pendahuluan Metode Hasil dan
Pembahasan. Nabatia, 16(2), 85–94.
Onikwijaya. (2015). Penelitian Pengaruh
PGPR terhadap tanaman. Wahyuningsih, E., Herlina, N., &
Agromedia Pustaka. Tyasmoro, Y. (2017). Pemberian
PGPR ( Plant Growth Promoting
Pratiwi, A. (2017). Effect of nitrogen Rizhobacteria ) Dan Pupuk Kotoran
fertilizer to the flavonoid content of Kelinci Terhadap Pertumbuhan Dan
red amaranth (Amaranthus Hasil Tanaman Bawang Merah (
gangeticus L.). Pharmaciana, 7(1), Allium ascalonicum L .). Jurnal
87. Produksi Tanaman, 5(4), 591–599.
https://doi.org/10.12928/pharmaciana
.v7i1.4213 Zuryanti, D., Rahayu, A., & Rochman, N.
(2016). Pertumbuhan, Produksi dan
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., & Kualitas Bayam (Amaranthus tricolor

Page 81 of 82
L.) pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Ayam dan Kalium Nitrat
(KNO3). Jurnal Agronida,
Agroteknologi, Universitas Juandsa
Bogor, 2(2), 98–105.

Page 82 of 82

Anda mungkin juga menyukai