Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia di dominasi oleh lahan kering,

dari luas daratan 192 juta hektar yang terdapat di daerah nusantara, diantaranya 15,8

hektar merupakan lahan kering pertanian rakyat. Lahan kering dan kritis yang cukup

luas tetapi layak dan berpotensi didayagunakan untuk lahan pertanian cukup luas

(Rukmana, 1995:9). Meskipun berpotensi digunakan sebagai lahan pertanian, namun

lahan kering memiliki beberapa kekurangan diantaranya pH yang masam, unsur hara

yang sedikit, erosi yang tinggi dan daya tahan air rendah. Kekurangan dari lahan

kering ini dapat diatasi dan dioptimalkan dengan memanfaatkan rhizobakteria.

Rizospher telah diketahui mengandung bakteri yang dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Salah satu cara untuk mengembalikan kesuburan tanah adalah

dengan menggunakan bakteri yang bermanfaat dan bersifat memupuk seperti

kelompok bakteri Plant Growh Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR adalah

bakteri yang mengkoloni perakaran tanaman dan bermanfaat bagi pertumbuhan

tanaman. Bakteri ini hidup dan berkembang dengan memanfaatkan eskudat yang

dikeluarkan oleh perakaran tanaman. Jika di lahan sedang tidak ada tanaman, bakteri

ini mampu memanfaatkan bahan-bahan organik yang berada di dalam tanah untuk

bertahan hidup (Soenandar, 2010:49). Kehadiran PGPR menguntungkan pada

pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme, menghasilkan fitormon dan

melarutkan fosfat.

1
2

Bakteri PGPR dapat membantu pertumbuhan tanaman secara langsung atau

tidak langsung. Secara langsung bakteri PGPR menghasilkan senyawa volatil dan

fitohormon, menurunkan kandungan etilen tanaman dan memperbaiki status nutrisi

tanaman (melarutkan fosfat dan mikonutrien dari jerapan liat atau bahan organik,

fiksasi nitrogen non simbiotik) dan memacu mekanisme tanaman untuk tahan

terhadap serangan patogen. Secara tidak langsung PGPR berperan sebagai agen

biokontrol untuk mengendalikan patogen, ketika mereka menstimulasi simbiosis

menguntungkan lainnya, atau ketika mereka melindungi tanaman dengan membantu

merombak senyawa-senyawa xenobiotic atau bahan berbahaya lainnya pada

tumbuhan yang tumbuh ditanah-tanah terkontaminasi (Antoun, 2005:58).

Bakteri PGPR yang telah teridentifikasi dapat membantu petani dalam

memacu pertumbuhan tanaman. Penelitian terdahulu, telah menunjukkan bahwa

bakteri PGPR yang terdapat pada tanah dapat memacu pertumbuhan tanaman dan

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan lingkungan. Penelitian Widawati

(2015:23) menyatakan bahwa didapatkan 9 jenis dan 2 genus bakteri, yaitu,

Bradyrhizobium japonicum, Rhizobium sp.1, Rhizobium sp.2, Rhizobium sp.3

(diisolasi dari bintil akar kedelai), Rhizobium leguminosarum, Burkholderia cepacea,

B. cenospacea, B. anthiana (diisolasi dari rizosfir tanaman kedelai), tersebar di

rizosfir dan termasuk dalam PGPR dan mampu memproduksi hormon Indole-3-

Acetic Acid (IAA) yang dapat menginduksi tanaman secara langsung dan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian Advinda (2018:127) memperlihatkan Pseudomonas fluoresen

isolat Pj1, Pj2, Pj3, Pb1, Pb2, Pb3 dan Pm1 yang diaplikasikan pada bibit tanaman
3

pisang, mampu meningkatkan tinggi dan diameter batang pisang tersebut. PGPR

dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui mekanisme yang berbeda-beda.

Beberapa contoh mekanisme yang mungkin dapat berperan aktif secara stimultan

maupun bertahap pada pertumbuhan tanaman diantaranya, (1) meningkatkan

pelarutan nutrien mineral dan fiksasi nitrogen, (2) penghambatan patogen yang

berasal dari tanah (dengan memproduksi hidrogen cyanida, sideropore, antibiotik,

atau kompetisi untuk nutrien), (3) memperbaiki sifat toleran tanaman pada cekaman

kekeringan, salinitas, toksisitas logam, (4) memproduksi phytohormon seperti indole-

3-acetic acid (IAA).

Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu sebagai tambahan bagi kompos dan

mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman

dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri-bakteri yang menguntungkan dan

dapat memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit

atau kerusakan oleh serangga pada tanaman. Salah satu tanaman yang dikenal bisa

hidup di lahan kering adalah kaktus, tak perlu perawatan khusus untuk menanam

kaktus. Kaktus juga bisa dijadikan sebagai tanaman hias dan untuk mempercantik

ruangan.

Kaktus merupakan tanaman sekulen yang mampu bertahan hidup dalam

kondisi kekeringan dan miskin air sekalipun. Pasalnya, tanaman ini mampu

menyimpan dan menimbun cadangan air. Kaktus merupakan tanaman yang identik

tumbuh di daerah gurun yang mempunyai keadaan tandus dan kering berpasir, kaktus

dapat bertahan hidup dari terpaan alam, dengan melakukan penyesuaian atau

perubahan-perubahan pada tubuh tanaman, seperti ukuran daun mengecil atau bahkan
4

tidak berdaun, perakaran menyempit dan batangnya dijadikan tempat penyimpanan

air, kaktus juga dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Menurut Leo (2005:5)

kaktus tumbuh dengan subur di lingkungan padang pasir yang gersang. Ukurannya

beragam, ada yang kecil sebesar telur puyuh dan ada pula yang seukuran dengan

kepala orang dewasa, bentuknya pun bervariasi, ada yang bulat besar, silindris, dan

tegak menjulang setinggi pohon kelapa.

Kaktus juga mempunyai duri yang berfungsi untuk mempertahankan hidup

dari binatang yang ingin memakannya. Selain itu, duri kaktus juga berfungsi untuk

menghalangi tiupan angin yang kuat dan melindungi dari panas matahari. Kaktus

mengandung senyawa flavonoid, dari beberapa bahan alam dilaporkan memiliki

aktivitas antibakteri. Diglukosida pada tanaman kaktus dilaporkan mampu

menghambat pertumbuhan gram positif. Hal ini membuat peneliti tertarik ingin

mengidentifikasi bakteri PGPR pada tanaman kaktus.

Pengidentifikasian bakteri merupakan salah satu kajian ilmu di bidang

Mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan ilmu yang terus berkembang, seiring dengan

semakin tingginya terganggunya keseimbangan lingkungan. Perubahan lingkungan

dan stres individu karena populasi udarah, air, tanah oleh mikroorganisme, limbah

industri, limbah kendaraan bermotor memicu evolusi kondisi hayati, lingkungan dan

timbulnya berbagai penyakit (Murwani, 2015:342).

Menurut Fifendy (2007:1) terdapat beberapa cabang mikrobiologi, salah

satunya adalah mikrobiologi terapan. Mikrobiologi terapan di Program Studi

Pendidikan Biologi merupakan mata kuliah pilihan yang diajarkan sebagai penunjang

saat melakukan tugas akhir dalam melakukan penelitian. Salah satu adanya mata
5

kuliah ini adalah praktikum dengan adanya bahan pengayaan praktikum pada mata

kuliah tersebut, karena pada dasarnya belum ada informasi terkait tentang bakteri

yang memiliki kemampuan dalam memacu tumbuh tanaman khususnya bakteri yang

berasal dari tanaman kaktus. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis

merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul ”Identifikasi Rhizobakteri

Pemacu Tumbuh Tanaman / Plant Growh Promoting Rhizobacteria (PGPR) Dari

Kaktus (Cereus repandus) Sebagai Bahan Pengayaan Mikrobiologi Terapan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah apa saja genus bakteri Plant Growth Promoting

Rhizobacteria (PGPR) yang terdapat pada tanaman kaktus (Cereus repandus)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui genus bakteri Plant Growth

Promoting Rhizobacteria (PGPR) yang terdapat pada tanaman kaktus.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan agar lebih memahami tentang bakteri

yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.


6

2. Menambah informasi dan wawasan tentang bakteri pemacu tumbuh tanaman

yang terdapat pada tanaman kaktus.

3. Menambah ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan pengayaan

praktikum mikrobiologi.

Anda mungkin juga menyukai