Anda di halaman 1dari 11

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

“Pengaruh Coumarin Terhadap Pertumbuhan In-Vitro”

OLEH:

Anze Yourga
2020242007

JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kultur jaringan Tanaman adalah salah satu cara menumbuhkan organ tanaman
dalam suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan steril. Tujuannya untuk
mendapatkan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Selain itu
diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemulian tanaman untuk mempercepat
pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.
Kultur jaringan memiliki pengertian yang luas mengenai kultur in vitro berbagai
bagian tanaman pada kondisi nutrisi dan lingkungan yang aseptic dan terkendali.
Dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional perbanyakan tanaman
secara kultur jaringan banyak mempunyai kelebihan seperti perbanyakan secara kultur
jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang
banyak dalam relative singkat, tidak membutuhkan tempat yang luas, tidak tergantung
oleh musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memungkinkan dilakukannya
manipulasi genetic (Fifit Yuniardi, 2019).
Pengumbian in vitro dapat terjadi karena kondisi lingkungan tumbuh dan komposisi
media yang digunakan mampu mendorong inisiasi umbi, terutama bila dilihat dari
tingginya kecepatan tumbuh umbi. Untuk mendapatkan umbi mikro kentang yang
bermutu dalam waktu yang relatif pendek perlu pemberian zat pengatur tumbuh pada
media, karena pembentukan umbi mikro secara in vitro tergantung dari nisbah zat
tumbuh pendorong dan penghambat pengumbian. Nisbah ini dapat dilakukan dengan
pemberian pendorong, mengurangi penghambat, atau kombinasi keduanya. Zat
penghambat tumbuh yang berperan dalam pengumbian diantaranya adalah coumarin dan
aspirin, sedangkan zat pendorongnya adalah sitokinin (Vivi Ulfia dkk, 2014).
Menurut Warnita (2008), jumlah umbi dipengaruhi oleh komposisi media yang
digunakan. Tampak bahwa jumlah umbi tertinggi didapat pada media yang diberi alar.
Pembentukan umbi mikro membutuhkan zat pengatur tumbuh sebagai inisiator atau
pendorong dalam pertumbuhan tanaman. Retardan (alar) mampu merangsang
pengumbian dengan jalan menghambat biosintesis giberelin yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Terhambatnya pertumbuhan mengakibatkan akumulasi asimilat
pada batang dan daun sehingga mampu menginduksi terbentuknya umbi (Iptek
Hortikultura, 2015).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Peran Coumarin Pada Pertumbuhan In-Vitro?
C. Tujuan
Untuk mengetaui bagaimana peran coumarin pada pertumbuhan in-vitro
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Coumarin
Coumarin atau 1,2-benzopyrone merupakan zat kimia yang sering ditemukan
dalam bermacam-macam tanaman. Senyawa coumarin telah menunjukkan spectrum
yang luas dari tumbuhan obat yang digunakan sejak dahulu dan hingga saat ini sudah
ditemukan sekitar 1300 senyawa lain yang berhasil diidentifikasi. 1,2-benzopyrone
merupakan suatu kelas yang penting dan besar yang dibentuk oleh oxygen
heterocycles. Banyak coumarin yang teroksigenasi pada posisi C-7, yang
membuatnya menjadi 7-hydroxycoumarin, atau lebih sering dikenal dengan nama
umbelliferone, yang sering dianggap sebagai prekursor biogenetik dari coumarin
yang lebih kompleks. Coumarin pada ekstrak tomat merupakan salah satu senyawa
fenolik. Menurut Prawiranata, dkk. (1981) dikutip Nurjanah dan Nuraini (2016)
menyatakan pengaruh yang paling umum dari pemberian fenolik adalah
menghambat tumbuhnya sel tanaman seperti pembelahan dan pemanjangan (Gita
Puspita Ningsih dkk, 2018).
B. Peran Coumarin
Tantangan dalam pengembangan tanaman kentang kedepan adalah merubah
tanaman kentang dari high input, high ouput, dan high risk menjadi high input, high
output, dan low risk melalui kultivar kentang yang toleran cekaman biotik dan abotik
dan memproduksi propagul kentang elit. Saat ini penggunaan teknik kultur jaringan
telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan bibit kentang dalam jumlah
banyak, waktu yang singkat, bebas hama, penyakit, dan virus, tidak tergantung
musim, kebutuhan bahan awal yang sedikit, bibit yang dihasilkan bersifat seragam
dan sama seperti induknya yang dapat dipakai sebagai sumber perbanyakan (true to
type), dan biaya penyediaan bibitnya relatif murah dibandingkan bibit impor .
Perbanyakan kentang secara in vitro dapat dilakukan melalui tunas mikro dan umbi
mikro. Umbi mikro memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tunas
mikro antara lain mudah ditangani, dapat ditransportasikan dalam jarak jauh tanpa
pengurangan daya berkecambah serta lebih tahan bila dipindahkan ke media non
aseptik (Rratiwi Harly, 2018).
Kultur jaringan tanaman merupakan suatu metode mengisolasi bagian tanaman,
seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ ditumbuhkan dalam
media yang sesuai dan kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Suliansyah, 2013).
Keuntungan dari menggunakan umbi mikro hasil kultur jaringan yaitu mampu
menghasilkan umbi yang bebas penyakit, sifat seragam dan sama dengan induknya,
bobot umbi per hektarnya lebih kecil atau sekitar 4-5 kg umbi sedangkan dengan
bibit kentang biasanya diperlukan sekitar 1-2 ton per hektar, penyediaan bibit tidak
tergantung musim dan dapat disesuaikan dengan musim tanam yang tepat, ekonomis
dalam penyimpanan dan transportasi (Wattimena, 1986). Zat pengatur tumbuh
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam teknik
kultur jaringan. Coumarin sebagai retardan berperan menginduksi pengumbian
dengan cara menghambat biosintesis giberalin dan proses pertumbuhan secara
umum, terhambatnya pertumbuhan mengakibatkan akumulasi asimilat pada batang
dan daun sehingga mampu menginduksi terbentuknya umbi. Hasni et al. (2014)
menyatakan perlakuan konsentrasi coumarin berpengaruh nyata meningkatkan
persentase planlet yang menghasilkan umbi mikro dan diameter umbi mikro per
planlet, dimana konsentrasi terbaik terdapat pada pemberian 0,025 g/l (Nur Ellia
Nadila dkk, 2020).
Pengumbian in vitro dapat terjadi karena kondisi lingkungan tumbuh dan
komposisi media yang digunakan mampu mendorong inisiasi umbi, terutama bila
dilihat dari tingginya kecepatan tumbuh umbi. Zat pengatur tumbuh (ZPT)
merupakan salah satu faktor yang menentukan arah perkembangan kultur selain
komposisi medium, eksplan, dan lingkungan kultur seperti suhu lingkungan yang
rendah (18 – 20oC), keadaan gelap pada saat pengumbian dan konsentrasi sukrosa
yang tinggi. Hal ini juga dikarenakan fungsi dari inhibitor (coumarin) untuk
menginduksi pengumbian dengan cara menghambat sintesis giberelin dan proses
pertumbuhan secara umum, karena inisiasi umbi mikro membutuhkan giberelin yang
rendah (Iptek Hortikultura, 2015).
Pembentukan umbi mikro membutuhkan zat pengatur tumbuh sebagai inisiator
atau pendorong dalam pertumbuhan tanaman. Retardan (alar) mampu merangsang
pengumbian dengan jalan menghambat biosintesis giberelin yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Terhambatnya pertumbuhan mengakibatkan akumulasi
asimilat pada batang dan daun sehingga mampu menginduksi terbentuknya umbi
(Warnita, 2011). Pemberian perlakuan konsentrasi dan volume coumarin
berpengaruh nyata terhadap persentase planlet yang menghasilkan umbi, jumlah
umbi mikro, bobot umbi mikro, dan diameter umbi mikro. Hal ini sesuai dengan cara
kerja coumarin sebagai penghambat pertumbuhan ke atas seperti batang dan daun.
Semakin banyak volume coumarin yang diberikan maka efek dari penghambatan
tersebut semakin besar sehingga pertumbuhan dan produksi umbi mikro semakin
meningkat mikro 1 – 2 BSA dan diameter umbi mikro per planlet (Ratiwi Harly,
2018).
Peranan fisiologis dari retardan adalah menekan perpanjangan batang,
mempertebal batang, mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen
(klorofil, xantofil, antosianin), mencegah etiolasi, mendorong perakaran setek,
menghambat senescen memperpanjang ketahanan masa panen bahan segar (buah,
bunga, sayur), meningkatkan keberhasilan pembuahan, tahan terhadap stres dan
mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara seperti ozon dan sulfida
(Wattimena, 1991). Zat penghambat tumbuh merupakan faktor yang menentukan
tipe pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat penghambat tumbuh (retardan)
merupakan senyawa organik yang dapat menghalangi perpanjangan batang (ruas)
dan penghambat biosintesis GA. Pada pengumbian kentang secara in vitro, retardan
berperan penting dalam mendorong pembentukan umbi mikro, terhambatnya
pertumbuhan dapat meningkatkan akumulasi asimilat pada batang dan daun sehingga
mampu menginduksi terbentuknya umbi (Cathey, 1975). Zat penghambat tumbuh
yang termasuk kelompok retardan adalah cycocel (CCC), ancymidol, paclobutrazol
dan coumarin (Yulia Puspita Dewi, 2011).
Pemberian 100 mg/l coumarin pada penelitian ini mempercepat munculnya
umbi. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya penambahan konsentrasi coumarin
yang semakin tinggi akan mampu menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman,
sehingga mempercepat masuknya tanaman ke fase generatif karena energi yang
digunakan selama proses pertumbuhan cabang, nodus dan akar diakumulasikan
untuk pembentukan umbi sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membentuk umbi
relatif lebih cepat. Penelitian yang dilakukan Rahmi (2013) menyatakan bahwa
pemberian 120 mg/l coumarin pada suhu 20 °C waktu muncul umbi yaitu 9 hari
setelah penambahan media pengumbian. Peningkatan pemberian coumarin pada
suhu 30 °C dapat mempercepat waktu munculnya umbi yaitu 47,57 hari pada
konsentrasi 0 mg/l coumarin, 28,02 hari pada pemberian 50 mg/l coumarin dan 25,68
hari pada pemberian 100 mg/l coumarin. Hal ini diduga semakin tinggi konsentrasi
coumarin yang diberikan dapat mengatasi efek negatif dari suhu tinggi. Perlakuan
tanpa pemberian coumarin atau konsentrasi 0 mg/l dapat dilihat membutuhkan waktu
yang lama untuk membentuk umbi, karena tanaman tidak mendapatkan penghambat
untuk pertumbuhan vegetatifnya, sehingga pertumbuhan cabang, nodus dan akar
terus terjadi. Sedangkan pada konsentrasi 50 mg/l coumarin dan 100 mg/l coumarin
terjadi proses penghambatan. Hal ini sesuai dengan cara kerja coumarin sebagai
retardan yang dapat mempengaruhi sifat fisiologi tanaman. Pemberian coumarin
dapat menghambat pertumbuhan ke atas seperti batang dan daun. Semakin tinggi
konsentrasi coumarin yang diberikan efek dari penghambatan tersebut semakin besar
sehingga pertumbuhan dan pembentukan umbi mikro juga meningkat (Nur Ellia
Nadila dkk, 2020).
Pada pertumbuhan tanaman pemberian rizobakteri dan coumarin meningkatkan
pertumbuhan tanaman kentang, dibandingkan dengan tanpa rizobakteri.
Pertumbuhan vegetatif tanaman kentang nyata lebih baik (Tabel 2, 3, dan 4). Luas
daun pada tanaman kentang meningkat setelah diintroduksi dengan isolate
rizobakteri dan coumarin pada interaksi BT.4.1 dan coumarin 100 mg L-1 dan
BT.4.2 dan coumarin 150 mg L-1 dibanding tanpa isolat rizobakteri dan coumarin
150 mg L-1. Laju pertumbuhan relatif meningkat pada tanaman yang diintroduksi
dengan isolat rizobakteri BT.4.2. dan coumarin 150 mg L-1 (0.14 g per tanaman per
hari). Laju tumbuh umbi meningkat pada tanaman yang diintroduksi dengan isolat
rizobakteri BT.4.2 dan coumarin 150 mg L-1. Dalam hal ini terlihat bahwa isolat
rizobakteri dan coumarin mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Peningkatan
luas daun, laju pertumbuhan relatif dan laju tumbuh umbi tanaman kentang pada
umur 63 HST, diduga karena rizobakteri dapat meningkatkan ketersediaan unsur
hara dalam tanah terutama N, P dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan
hormon IAA dalam tanah. Ketersediaan nutrisi pada media tumbuh pada awal
penanaman, berpengaruh terhadap eksudat yang dikeluarkan akar tanaman, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh rizobakteri untuk sumber nutrisi. Bakteri Bacillus sp.
Mengkolonisasi perakaran tanaman dan membantu penyerapan unsur hara,
pengembangan akar dan pengambilan serta metabolisme nitrogen (Henny Puspita
Sari dkk, 2019).
Terjadi perbedaan pengaruh pemberian konsentrasi coumarin yaitu pada umur 1
BSA pada taraf 0,075 gram/l sedangkan pada umur 2 BSA pada taraf 0,025 gram/l.
Hal ini disebabkan bahwa pada umur planlet 1 BSA, coumarin belum bersifat
sebagai penghambat pertumbuhan vegetative dari planlet tersebut melainkan bersifat
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan planlet tersebut. Setelah planlet berumur 2 BSA,
baru terlihat dari sifat coumarin tersebut yaitu menghambat pertumbuhan vegetatif.
Selain itu, perbedaan genetika pada setiap tanaman yang berpengaruh pada
kemampuan metabolisme tanaman dalam mengabsorbsi zat pengatur tumbuh.
Halimah, et al., (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan maupun produksi tanaman kentang adalah jenis tanaman yang
berkaitan dengan genotipe. Perbedaan waktu pembentukan umbi pada kedua varietas
dikarenakan perbedaan genotipe yang mempengaruhi proses metabolisme dalam
jaringan tanaman. Cepat lambatnya pembentukan umbi dipengaruhi oleh varietas,
fotoperiode dan zat pengatur tumbuh. Hal ini sesuai dengan cara kerja coumarin
sebagai penghambat pertumbuhan ke atas seperti batang dan daun. Semakin banyak
volume coumarin yang diberikan maka efek dari penghambatan tersebut semakin
besar sehingga pertumbuhan dan produksi umbi mikro semakin meningkat.
Perlakuan konsentrasi coumarin berpengaruh nyata terhadap parameter diameter
umbi mikro per planlet pada taraf 0,050 gram/l sebesar 0,519 mm. Hal tersebut
dikarenakan coumarin sebagai retardan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
vegetatif. Dengan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, maka dapat meningkatkan
akumulasi asimilat pada daun sehingga dapat menginduksi terbentuknya umbi. Umbi
mikro dapat tumbuh secara langsung dari ketiak tunas eksplan dan secara tidak
langsung pada ketiak atau terminal tunas baru (Vivi Ulfia dkk, 2014).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kultur jaringan Tanaman adalah salah satu cara menumbuhkan organ tanaman
dalam suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan steril. Tujuannya untuk
mendapatkan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Selain itu diperoleh
tanaman yang bebas virus, membantu pemulian tanaman untuk mempercepat pencapaian
tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.

Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan dalam teknik kultur jaringan. Coumarin sebagai retardan berperan
menginduksi pengumbian dengan cara menghambat biosintesis giberalin dan proses
pertumbuhan secara umum, terhambatnya pertumbuhan mengakibatkan akumulasi asimilat
pada batang dan daun sehingga mampu menginduksi terbentuknya umbi.

Pemberian coumarin dengan konsentrasi 100 mg/l menghasilkan jumlah umbi


terbanyak pada semua perlakuan suhu dibandingkan dengan 50 mg/l dan 0 mg/l. Interaksi
rizobakteri dan coumarin mampu meningkatkan luas daun pada tanaman kentang pada
pemberian rizobakteri BT.4.1 dengan coumarin 100 mg L-1 dan BT.4.2 dengan coumarin
150 mg L-1, laju pertumbuhan relatif meningkat pada tanaman kentang pada pemberian
rizobakteri BT.4.2. dengan coumarin 150 mg L-1, Laju tumbuh umbi meningkat pada
tanaman kentang pada pemberian rizobakteri BT.4.2 dengan coumarin 150 mg L-1.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberiancoumarin dalam


pertumbuhan in-vitro memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman tersebut
karena coumarin merupakan senyawa yang berberan dalam menghambat pertumbuhan ke
atas suatu tanaman hasil in-vitro sehingga mempercepat pertumbuhan generatifnya.
Daftar Pustaka

Fifit Yuniardi. 2019. Aplikasi Dimmer Switch Pada Rak Kultur Sebagai Pengatur
Kebutuhan Intesitas Cahaya Optimum Bagi Tanaman In Vitro. Vol 2 (1) 2019, 8-13
Gita Puspita Ningsih, dkk. 2018. The Effectiveness Of Tomato Extract (Solanum
lycopersicum L.) In Murashige & Skoog (Ms) Medium On Growth Of
Chrysanthemum Planlet (Chrysanthemum Morifolium Ramat) Socakawani Cultivars
For In Vitro. Universias Lampung
Henny Puspita Sari. 2019. Pemberian Rizobakteri dan Coumarin pada Pertumbuhan dan
Pembentukan Umbi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). ISSN 2085-2916 e-
ISSN 2337-3652, J. Agron. Indonesia, Agustus 2019, 47(2):188-195 DOI:
://dx.doi.org/10.24831/jai.v47i2.19445
Iptek Hortikultura. 2015. Teknologi Penggunaan Coumarin Dalam Produksi Umbi Mikro
No. 11 - Agustus 2015
Nur Ellia Nadila, dkk. 2020. Pemberian Beberapa Konsentrasi Coumarin Dan Suhu Ruang
Inkubasi Terhadap Induksi Umbi Mikro Kentang (Solanum Tuberosum L.)
Ratiwi Harli Dalimunthe. 2018. Skripsi. Pengaruh Paclobutrazol Dalam Induksi Umbi Mikro
Kentang (Solanum Tuberosum L.) Kultivar Granola Kembang Dan Repita. Universitas
Sumatera Utara
Vivi Ulfia Hasni, dkk. 2014. Respons Pemberian Coumarin Terhadap Produksi Mikro
Tuber Planlet Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola. Jurnal Online
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.4 : 1552 - 1562, September 2014
Yulia Puspita Dewi. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Coumarin Terhadap
Umbi G Universitas Andalas G1 Kentang (Solanum tuberosum). Padang: Universitas
Andalas

Anda mungkin juga menyukai