Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM AGRONOMI

Fashi Rahmania Ousia – 514819 – B4.1/6

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam memenuhi kebutuhan pangan, manusia memanfaatkan berbagai tumbuhan dan
hewan sebagai sumber makanan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk selalu diikuti oleh
meningkatnya permintaan terhadap pangan pula. Salah satu cara agar permintaan
terhadap pangan dapat terus dipenuhi adalah dengan dilakukannya perbanyakan tanaman.
Perbanyakan tanaman merupakan proses menghasilkan tanaman baru dari berbagai
sumber atau bagian tanaman dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah, memelihara
sifat-sifat penting dari tanaman, dan mempertahankan eksistensi jenisnya (Luta, 2022).
Terdapat dua jenis perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan secara generatif dan
vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan
mengawinkan dua tumbuhan induk melalui alat reproduksi berupa bunga, yang kemudian
terjadi penyerbukan benang sari pada kepala putik dan menghasilkan buah yang
didalamnya terdapat biji. Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan
tanaman menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang, atau daun
sehingga menghasilkan tanaman baru yang identik dengan induknya (Ardyansyah, 2023).
Menurut prosesnya perbanyakan vegetatif dibagi menjadi tiga macam, yaitu
vegetatif alamiah (Tunas, rhizome, umbi, geragih), vegetatif buatan (Stek, cangkok,
merunduk), dan vegetatif-generatif (Okulasi, sambung). Perbanyakan vegetatif memiliki
beberapa keunggulan, yaitu dihasilkan tanaman baru yang memiliki sifat sama dengan
induknya, waktu untuk berbuah lebih cepat, dan tanaman baru bisa didapatkan dengan
cara mudah dan tepat. Disamping itu, perbanyakan vegetatif juga memiliki kelemahan,
yaitu pohon induk rusak karena pengambilan beberapa bagian tubuh tanaman, memiliki
perakaran yang kurang kokoh, dan lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian
khusus (Luta, 2022).
Salah satu upaya terbaik untuk menghasilkan tanaman yang maksimal adalah
dengan memilih media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Media tanam
adalah media yang digunakan sebagai tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan
berkembang. Kriteria media tanam yang baik adalah bebas gulma, hama, dan penyakit,
dapat mengelola kadar air dengan baik, memiliki kadar keasaman (pH) berkisar antara 6-
6,5 sesuai kemampuan tanaman, serta berporous sehingga dapat memudahkan
pertumbuhan akar untuk menembus media (Wulantika et al., 2022).
Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibagi menjadi bahan organik
dan anorganik. Media tanam bahan organik adalah bahan-bahan penyusun yang berasal
dari organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, atau kulit
kayu. Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam, yaitu
arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabuk kelapa, pupuk kandang, dan humus. Bahan
organik memiliki fungsi untuk memperbaiki sifat fisika tanah dan sebagainya. Sementara
itu, media tanam bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral yang
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di bumi seperti gel, kerikil, pasir,
pecahan batu bata, spons, dan tanah liat. Bahan anorganik memiliki jangka waktu yang
lebih panjang sehingga dapat bertahan lebih lama dan permanen (Hakim, 2013).
Pembenah tanah adalah bahan alami atau organik dan sintetis untuk
menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah BBSDLP, (2012) cit Muharam dan
Saefudin, (2016). Pembenah tanah alami adalah pembenah tanah yang dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam, struktur senyawa bahan dasarnya
belum mengalami perubahan. Sedangkan pembenah tanah sintetis adalah pembenah
tanah yang dibuat pabrik sehingga mengalami perubahan baik secara fisik maupun struktur
senyawanya dan sulit dibedakan dengan bahan aslinya (Dariah et al., 2015). Gipsum
menjadi salah satu jenis pembenah tanah yang dapat digunakan dan berfungsi untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah seperti KTK (kapasitas tukar kation), kapasitas
menahan air, meningkatkan kandungan Ca dan S, serta mampu menurunkan pH Pradewa
et al., (2012) cit Muharam dan Saefudin, (2016).
Apabila dikaitkan dengan tujuan pemanfaatannya, biji memiliki makna yang lebih
luas daripada benih. Biji adalah hasil atau produk tanaman yang digunakan untuk tujuan
konsumsi atau diolah sebagai bahan baku industri. Benih merupakan bagian tumbuhan
yang digunakan untuk perbanyakan tanaman yang dapat berupa biji maupun bagian
vegetatif suatu tanaman (Syahadat et al., 2020). Berdasarkan potensi fisiologinya, benih
dibedakan menjadi dua, yaitu benih rekalsitran dan benih ortodoks. Benih dibagi menjadi
dua kelompok yaitu benih rekalsitran dan ortodok. Benih rekalsitran merupakan benih
tanaman yang pada saat masak fisiologis memiliki kandungan air di atas 20%, jika
kandungan air diturunkan serta disimpan pada suhu udara rendah benih tersebut
kehilangan daya tumbuh. Benih ortodok merupakan benih tanaman yang pada saat masak
fisiologis memiliki kandungan air di bawah 20%, jika kandungan air benih diturunkan serta
disimpan pada suhu rendah benih tersebut tetap memiliki daya tumbuh yang tinggi
(Atdwiyani et al., 2017). Terdapat pula bibit yang merupakan tanaman muda yang
terkadang dapat digunakan untuk perbanyakan juga (Syahadat et al., 2020).
Berdasarkan posisi kotiledon pada kecambah, tipe perkecambahan dapat
dibedakan menjadi perkecambahan epigeal dan hipogeal. Tipe perkecambahan epigeal
dicirikan oleh pertumbuhan hipokotil yang menjulang ke atas sehingga plumula dan
kotiledonya muncul di atas permukaan tanah. Perkecambahan hipogeal dicirikan oleh
pertumbuhan epikotil yang menjulang ke atas, kemudian plumula tumbuh ke permukaan
tanah dengan menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di bawah permukaan tanah
(Maghfiroh, 2017).
Pertumbuhan pada tanaman tidak terlepas oleh adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari tubuh tumbuhan itu sendiri seperti faktor genetik dan hormon.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tumbuhan tersebut
yaitu dari lingkungan. Faktor eksternal mempengaruhi pertumbuhan yang meliputi cahaya,
ketersediaan nutrisi, air, kelembapan, suhu. (Maghfiroh, 2017).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif umumnya menghasilkan lebih banyak
keuntungan dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif. Disamping itu, terdapat
beberapa masalah yang biasa terjadi dalam perbanyakan secara vegetatif, seperti kualitas
benih yang buruk dan media tanam yang tidak sesuai dengan jenis tanaman yang
ditanaman sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal tersebut
dapat diatasi dengan memilih benih dan media tanam yang berkualitas sesuai dengan jenis
tanaman yang ditanam. Berdasarkan uraian di atas, maka Praktikum Agronomi Acara I, II,
dan III perlu dilakukan secara langsung sehingga mampu memberikan pemahaman praksis
mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif, penggunaan media tanam yang baik
dalam penanaman, dan pemilihan benih yang baik sehingga diharapkan dapat bermanfaat
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman dalam pertanian.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari Praktikum Agronomi Acara I, II, dan III ini adalah untuk
mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif, menguasai
teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif, mengetahui pengaruh komposisi
media tanam terhadap perkecambahan biji, mengetahui pengaruh komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan dan kualitas bibit, mengetahui dan mengidentifikasi macam-macam
benih, dan mengetahui pergolongan benih berdasarkan jumlah kotiledon.

C. HIPOTESIS
Hipotesis dari Praktikum Agronomi Acara I, II, dan III ini adalah pemilihan kualitas
benih dan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
BAHAN DAN METODE

Praktikum Agronomi Acara I yang berjudul “Perbanyakan Vegatif” dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 26 October 2023 di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Praktikum Agronomi Acara II yang berjudul “Media Tanam” dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 2 November 2023 di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Praktikum Agronomi Acara III yang berjudul “Pengenalan Benih” dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 9 November 2023 di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

DAFTAR PUSTAKA
Luta, D. A. (2023). PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF BUATAN. Penerbit Tahta
Media.
Ardyansyah, D. (2023). Cara Memperbanyak Tanaman. Bumi Aksara.
Wulantika, T., Chan, S. R. O. S., Illahi, A. K., Kurniasih, D., Karmaita, Y., Sari, D. A., ... &
Situmorang, H. (2022). Sosialisasi Media Tanam Tanaman Hias Di Kelompok Tani Sahaja, Jorong
Lubuk Limpato, Kenagarian Tarantang, Kecamatan Harau. Darmabakti: Jurnal Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat, 3(1), 12-15.
Hakim, B. S. (2013). Simulasi pengaruh media tanam sekam dan pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman wortel dengan menggunakan metode Fuzzy Sugeno berbasis Xl
system (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Muharam, M., & Saefudin, A. (2016). Pengaruh berbagai pembenah tanah terhadap pertumbuhan
dan populasi tanaman padi sawah (Oryza sativa, L) varietas Dendang di tanah salin sawah bukaan
baru. Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech), 1(2).
Dariah, A., Sutono, S., Nurida, L., Hartatik, W., & Pratiwi, E. (2015). Pembenah tanah untuk
meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
Syahadat, R. M., Nuraini, N., & Aris, M. (2020). Mengenalkan Pertanian yang Menyenangkan
Kepada Remaja sebagai Generasi Muda di Sambas. INTEGRITAS: Jurnal Pengabdian, 4(2), 255-
263.
Atdwiyani, A., Purwanti, S., & Muhartini, S. (2017). Pengaruh perendaman air pada benih nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk.) dengan berbagai posisi tanam benih terhadap pertumbuhan
bibit. Vegetalika, 6(1), 1-11.
Maghfiroh, J. (2017). Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tanaman. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta (pp. 51-58).

Anda mungkin juga menyukai