Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh BAP dengan IAA dan IBA

Terhadap Induksi Kalus Daun Violces (Saintpaulia ionantha)


Secara In Vitro
Kusumaning Dewi Anggraeni
202210200311060
E-mail: kusumaningdewi.aa@gmail.com
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (University of
Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Violces (Saintpaulia ionantha) merupakan tanaman bunga pot yang biasanya
digunakan dalam tata rias ruang yang memiliki beragam bentuk, warna yang khas
dan indahnya yang menarik perhatian sehingga cukup digemari banyak orang.
Violces biasanya juga dijadikan sebagai tanaman hias dalam pot gantung karena
menjadikan keasrian lingkungan pada kehidupan, sehingga dapat mendorong
peningkatan laju permintaan terhadap tanaman hias Violces (Normasiwi, 2016
dalam Sari, et. al., 2020). Tanaman ini termasuk tanaman hias indoor yang toleran
terhadap tempat yang kurang cahaya sehingga dapat ditanam dalam ruangan.
Violces mudah dibudidaya menggunakan tunas adventif maupun stek daun.
Keragaman pada bunga Violces ini disebabkan oleh hibridisasi alami dari
induknya, akan tetapi perkembangannya untuk meningkatan kualitas tanaman
banyak dilakukan dengan mutasi buatan menggunakan mutagen fisik ataupun
kimia (Normasiwi & Lailaty, I. Q., 2018).
Tanaman Violces adalah tanaman hias yang terkenal dikalangan masyarakat
yang sering dikenal sebagai African Violet. Dalam proses budidaya tanaman hias
Violces ini, terdapat permasalahan yang menghambat tanaman ini untuk tumbuh
yaitu tanaman ini rentan busuk apabila sirkulasi medianya kurang baik dan mudah
kering serta terbakar apabila media terlalu kering dan kelembapan kurang terjaga
(Puspitasari, E. W., 2022). Untuk itu diperlukan metode dalam perbanyakan
tanaman ini secara efisien yaitu dengan menggunakan metode kultur in vitro.
Teknik kultur in vitro tanaman violces ini dilakukan dengan menggunakan
teknik kultur organ. Kultur organ merupakan budidaya yang bahan tanamnnya
menggunakan organ seperti ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun,
bunga, buah muda dan lain-lain (Arimarsetiowati, R., 2018). Pada teknik kultur
organ ini yang digunakan adalah helaian daun pada tanaman violces. Helaian daun
tersebut akan dijadikan sebagai bahan tanam nantinya pada media MS yang telah
diberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan zat pengatur tumbuh BAP dengan
IAA dan IBA. Pada tanaman violces sendiri belum diketahui konsentrasi ZPT
yang memiliki korelasi terhadap pertumbuhannya,terutama pada penggunaan ZPT
dengan kombinasi IBA, IAA, dan BAP. Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini.
I.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
ZPT IBA, IAA, dan BAP terhadap induksi kalus daun violces (Saintpaulia
ionantha) secara in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Violces


Tanaman violces merupakan tanaman hias pot dalam ruangan yang
memiiki bentuk roset dengan daun tebal dan berbulu. Bunga pada tanaman
ini memiliki warna yang dekoratif dan menarik yang menjadi unsur utama
pada tanaman ini yang dikenal dengan nama African violet (Chairah, V.D.,
2023). Berikut merupakan klasifikasi dari tanaman violces :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Gesneriaceae
Genus : Saintpaulia
Spesies : Saintpaulia ionantha Wendl.
2.2. Teknik Kultur Organ Daun
Teknik kultur organ daun ini merupakan metode yang sangat
efektif dalam menghasilkan tanaman baru secara in vitro. Proses ini
dimulai dengan pemilihan daun yang sehat dan muda dari tanaman induk.
Daun tersebut kemudian dipotong menjadi segmen kecil dengan
menggunakan alat-alat yang telah disterilkan, seperti pisau atau gunting.
Potongan-potongan daun selanjutnya ditanam dalam media kultur jaringan
yang sesuai, seperti MS agar atau media kultur jaringan lainnya.
Penambahan zat pengatur tumbuh, seperti auksin dan sitokinin. Selama
inkubasi, kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya perlu
dijaga agar hasil kultur dapat efisien (Arzam, T.S., 2023).
2.3. Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Kultur Daun
Violces
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi
tanaman, yang aktif dalam konsentrasi rendah yang merangsang dan
menghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman secara kualitatif
dan kuantitatif. Penggunaan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
tertentu dapat mengatur arah pertumbuhan suatu tanaman (Lawalata, I.J.,
2018). Dalam melakukan kultur jaringan, penggunaan Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) memberikan pengaruh keberhasilan dalam kultur jaringan.
Zat Pengatur Tumbuh adalah suatu senyawa organik yang bekerja optimal
dalam konsentrasi atau jumlah yang tepat. Zat yang umum digunakan
dalam kultur jaringan yaitu golongan sitokinin dan auksin. Salah satu
sitokinin yang digunakan ialah 6-Benzil Amino Purin (BAP) yang
merupakan sitokinin yang aktif dan memiliki daya rangsang yang lebih
lama. IBA (Indole Butiric Acid) adalah ZPT yang banyak digunakan
dalam kultur jaringan karena sifatnya yang aktif dalam memacu perakaran
(Arhvitasari & Waeniyanti, 2019). IAA (Indole-3 Acetic Acid) merupakan
salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan
tanaman. ZPT IAA dapat merangsang pertumbuhan akar, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan akar serta meningkatkan keberhasilan kultur
(Darise, et. al., 2023). Perlakuan kombinasi ZPT terhadap kultur ini dapat
memberikan hasil yang lebih baik bagi tingkat keberhasilan dan
pertumbuhan tanaman (Budianto, et. al., 2018).
2.4. Pengaruh Eksplan Terhadap Tingkat Kontaminasi
Kontaminasi merupakan gangguan yang umum terjadi dalam
kultur jaringan. Kontaminasi dapat berupa munculnya jamur, bakteri,
virus, dan lain-lain (Arimarsetiowati, R., 2018). Pengaruh eksplan
terhadap tingkat kontaminasi dalam kultur in vitro merupakan aspek kritis
yang memengaruhi keberhasilan proses perbanyakan tanaman. Eksplan,
yang merupakan bagian dari tanaman yang digunakan sebagai sumber
materi untuk perbanyakan, dapat berasal dari berbagai organ seperti daun,
batang, atau akar. Tingkat kontaminasi dapat bervariasi tergantung pada
jenis eksplan yang digunakan dan prosedur sterilisasi yang diterapkan.
Eksplan yang diambil dari tanaman yang sehat dan bebas penyakit
memiliki kemungkinan lebih rendah untuk mengalami kontaminasi. Proses
pengambilan eksplan harus dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan
instrumen yang steril untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme dari
lingkungan sekitar. Jenis eksplan juga dapat mempengaruhi tingkat
kontaminasi. Misalnya, eksplan yang diambil dari bagian tanaman yang
lebih tersembunyi atau dilindungi, seperti dalam bagian bunga atau tunas,
mungkin memiliki tingkat kontaminasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan eksplan yang diambil dari daun atau batang yang lebih terbuka
terhadap lingkungan eksternal (Shofiyani, et. al., 2019).
BAB III
ALAT DAN BAHAN METODE

3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah scaple, pinset, petridish,
gelas bekker, dan bunsen
3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah helaian daun violses,
media MS, ZPT IBA, IAA, dan BAP, larutan detergen, dithane 45 2g/L, tween 20
1-3 tetes, alkohol 70%, Clorox 10% dan 5%, aquadest steril, dan spirtus
3.3. Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mengambil daun
violses segar, mencuci dengan menggunakan sabun, membilas dengan air
mengalir hingga bersih, merendam dalam larutan bakterisida 1% selama 30 menit,
merendam dengan larutan fungisida 1% selama 30 menit, membilas
mengggunakan aquadest steril, merendam dalam larutan Clorox 10% + tween 3
tetes selama 5 menit, merendam dalam larutan 5% selama 5 menit, membilas
dengan aquadest steril 3 kali, menanam dalam media yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Arhvitasari, M., & Waeniyanti, W. (2019). Organogenesis tanaman gaharu (Aquilaria


malaccensis Lamk) pada berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh Benzyl
Amino Purin (BAP)-Indole Butiric Acid (IBA) secara in-vitro. Jurnal Warta
Rimba E-ISSN, 2579, 6287.
Arimarsetiowati, R. (2018). Kultur jaringan tanaman kopi. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, 13-17.
Arzam, T. S., Zainuddin, A., Sapareng, S., Suryanto, S., Dalami, D., & Machmud, E.
(2023). Mengembalikan Kejayaan Jeruk Malangke dengan Pengembangan
Pembiakan Kultur Organ (KuOR). To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
6(1), 199-205.
Budianto, E. A., Badami, K., & Arsyadmunir, A. (2018). Pengaruh kombinasi macam
ZPT dengan lama perendaman yang berbeda terhadap keberhasilan pembibitan
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) secara stek. Agrovigor: Jurnal
Agroekoteknologi, 6(2), 103-111.
Darise, R. H., Guniarti, G., & Triani, N. (2023). Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh IAA terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Kayu
Putih (Melaleuca cajuputi). Agro Bali: Agricultural Journal, 6(1), 129-140.
Lawalata, I. J. (2011). Pemberian beberapa kombinasi ZPT terhadap regenerasi tanaman
gloxinia (Siningia speciosa) dari eksplan batang dan daun secara in vitro. The
Journal of Experimental Life Science, 1(2), 83-87.
Normasiwi, I., & Lailaty, I. Q. (2018). Pertumbuhan bibit violces (Saintpaulia ionantha
H. Wendl.) hasil induksi menggunakan kolkisin. In Seminar Nasional
Perhimpunan Agronomi Indonesia.
Puspitasari, E. W. (2022). Strategi Pengembangan Bisnis Tanaman Hias Di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Doctoral Dissertation, Universitas Bosowa).
Sari, C. M. A., Rosmala, A., & Mubarok, S. (2020). Pengaruh zpt dan media tanam
terhadap pertumbuhan setek daun violces (Saintpaulia ionantha). AGROSCRIPT:
Journal of Applied Agricultural Sciences, 2(2), 126-137.
Shofiyani, A., Purnawanto, A. M., Zahara, R., & Aziz, A. (2019, December). Pengaruh
Berbagai Sterilan dan Waktu Perendaman Terhadap Keberhasilan Sterilisasi
Eksplan Daun Kencur (Kaempferia galanga L) pada Teknik Kultur In Vitro.
In Prosiding Seminar Nasional Lppm Ump (Vol. 1, pp. 668-678).
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Merendam eksplan Membilas ekplan pada Memindahkan eksplan
dalam clorox 10% dan aquades steril 3 kali pada petridish
5% + tween 3 tetes
selama 5 menit

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Memotong ekplan Memasukkan eksplan Menutup botol kultur
diantara tulang daun pada media perlakuan dengan aluminum foil
bagian pinggir

Anda mungkin juga menyukai