Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI

ACARA “PEMBIBITAN TEH”

Disusun oleh :

Waldi Pangestu

(20180220018)

AGRIBISNIS A

PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara dengan produksi teh yang cukup tinggi. Teh
menjadi salah satu komoditas penting di Indonesia. Pengusahaan nya banyak
dilakukan diberbagai dataran tinggi di Indonesia diantaranya Jawa Barat,Jawa
Tengah, Sumatera Barat, Yogyakarata, Jawa Timur, dll. Teh memiliki berbagai
manfaat diantarana digunakan sebagai bahan utama minuman, kosmetik, obat-
obatan dan lain sebagainya.

Perkembangbiakan teh bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu secara generatif,
vegetatif dan generatif-vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif adalah
perkembangbiakan secara perkawinan yang dilakukan oleh bunga tanaman yang
memiliki putik dan benang sari dan kemudian menghasilkan biji.
Perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan yang menggunakan
bantuan manusia dengan menggunakan bagian dari tubuh tanaman, yaitu batang,
daun, tunas (selain pada biji). Perkembangbiakan generatif-vegetatif adalah
perkembangbiakan dengan menggunakan biji terlebih dahulu kemudian setelah
biji tumbuh disambungkan dengan tanaman yang memiliki sifat unggul.

Dalam usaha budidaya agar menghasilkann tanaman unggul, maka dilakukan


perkembangbiakan dengan cara vegetatif, karena perkembangbiakan secara
vegetatif menghasilkann bibit baru yang memiliki sifat yang sama persis dengan
induknya. Ada berbagai macam cara pengembangbiakan secara vegetatif, salah
satunya adalah setek.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara penyetekan pucuk teh


2. Mendapatkan media tanam setek pucuk teh yang tepat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Teh

Teh merupakan salah satu jenis tanaman yang penting karena dari organ
vegetatifnya yang berupa pucuk dan daunnya dapat dihasilkan bahan mainuman
yang mempunyai banyak manfaat. Teh memiliki nama latin Camellia sinensis.

Daun teh merupakan daun tunggal yang duduknya ditangkai hampir


berseling. Helai daun lancip atau bergerigi, daun yang tua licin pada kedua
permukaanya, akan tetapi muka bawah dari daun muda diselimuti bulu-bulu halus
yang mengkilap. Daun teh mengalami dua fase pertubuhan yaitu fase aktif dan
inaktif. Fase aktif merupakan fase pertumbuhan tunas secara normal atau dikenal
dengan fase peko, sedangkan fase in aktif merupakan fase istirahat dari
pertumbuhan tunas, fase ini disebut stadia burung dan kuncupnya disebut kuncup
burung. (Adisejowo, 1982).

Teh dapat tumbuh dengan baik dengan ketinggian 250-1200 mdpl. Tanaman
ini membutuhkan keadaan yang lembab dan bersuhu rendah. Curah hujan yang
baik bagi tanaman teh sekitar 2000-2500 m setahun dan suhu udara antara 14 O-
20OC. Suhu udara yang terlalu dingin dapat menyebabkan terjadinya pembekuan
dan tanaman teh menjadi rusak. Teh menghendaki tanah yang subur dan gembur.
Tanaman Teh dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang agak masam.
B. Setek Teh

Perkembangbiakan tanaman teh dapat dilakukan secara generatif maupun


secara vegetatif. Namun dalam praktek budidayanta, perbanyakan tanaman teh
pada umumnya dilakukan secara vegetatif dengan cara setek pucuk karena
tanaman teh mempunyai kemampuan untuk membentuk perakaran yang tinggi.

Setek adalah pemisahan atau pemotongan bagian vegetatif tanaman dari


induknya untuk ditumbuhkan akarnya sehingga menjadi individu baru dengan
bagian-bagian tanaman yang lengkap. Setek dapat dilakukan terhadap batang,
daun maupun akar. Dibanding dengan cara perbanyakan tanaman yang lain, setek
meperoleh beberapa kelebihan antara lain dapat mempertahankan sifat-sifat klon
yang sulit dikembangkan dengan cara perkembangbiakan lain, mudah dilakukan,
tidak memerlukan bahan tanam yang banyak dan dapat menghasilkan bahan
tanam dalam jumlah besar.

Keuntungan-keuntungan bibit dari setek :

1. Tanaman akan memiliki sifat yang persis sama dengan induknya, terutama
dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini
bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena
tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
2. Perbanyakan tanaman dengan setek merupakan cara perbanyakan yang
praktis dan mudah dilakukan.
3. Setek dapat dilakukan dengan cepat, murah, dan tidak memerlukan teknik
khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Kerugian bibit dari setek adalah :

1. Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang
taaman menjadi mudah roboh. (untuk tanaman teh harus ada tanaman
penaung, untuk menghindari angin kencang)

Keberhasilan setek teh sangat dipengaruhi oleh waktu dan cara pemangkasan
pohon induk setek, media penanaman, pemeliharaan pohon induk,pengambilan
ranting/pucul teh,pengepakan serta pengangkutan setek dan sebagainya. Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan setek pucuk teh adalah letak ruas dalam
cabang/ranting tanaman teh, karena berhubungan dengan kandungan hormon dan
kekuatan jaringan

Kendala yang sering dihadapi adalah tingkat keberhasilan setek tumbuh masih
rendah dikarenakan pertumbuhan akar lama. Pertumbuhan akar pada setek antara
lain dipengaruhi oleh media tanam dan perlakuan lain seperti perendaman setek
dalam larutan fungisida dan hormon. Oleh karena itu, untuk mempercepat
pertumbuhan akat dan meningkatkan keberhasilaan setek dilakukan perendaman
dengan hormon tumbuh atau zat pengatur tumbuh dan fungisida serta
menggunakan komposisi media tanam yang tepat.
C. Hormon Tumbuh (ZPT)

Dewi (2008) menyebutkan bahwa fungsi auksin antara lain mempengaruhi


pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar,
perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme. Auksin
terbagi menjadi beberapa jenis antara lain : Indole Acetic Acid (IAA) , Indole
Butyric Acid (IBA),  Naphtaleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichlorophenoxy
acetic acid (2,4-D). Zat Pengatur Tumbuh (plant growth regulator) adalah
senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<1 mM)
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Dewi, 2008). Beberapa hormon tubuh adalah sebagai
berikut :

- Root up

Root up adalah sejenis ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang merupakan hormon
yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses pertumbuhan akarnya. Root Up
dapat memacu dan merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif
seperti tanaman yang di-cangkok atau di-setek. Pada tanaman yang di-cangkok
ataupun di-setek biasanya rentan terkena penyakit pada bagian sayatan batangnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan root up untuk memulihkan kondisi tanaman tersebut.

Root up mengandung fungisida yang dapat mencegah timbulnya jamur dan


cendawan pada sayatan tanaman yang dicangkok ataupun disetek sehingga
tanaman perbanyakan tersebut jauh dari penyakit. Root up terbuat dari 1-
naftalienasetamida, 2-metil-1-naftalen asetat, Indol-3-butirat dan Thiram.

Adapun cara pemakaiannya adalah root up dicampur dengan air secukupnya


sampai membentuk larutan pasta. Setelah itu, bagian tanaman yang terluka (setek)
dicelupkan pada larutan tersebut atau dioleskan pada bagian tanaman yang
dicangkok. Dengan begitu akar tanaman perbanyakan vegetatif Anda akan
tumbuh dengan baik dan sehat.
- Urine kelinci

Urine kelinci atau air kencing kelinci merupakan salahsatu sumber bahan
organik yang mempunyai kandungan dan manfaatnya yang tinggi bagi tanaman,
didalam kandungan urine kelinci ini tersimpan unsur hara mikro dan makro
melebihi kandungan yang dimiliki hewan ternak lainnya.

Urine atau air kencing kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang
kaya akan unsur hara terutama unsur hara N atau sering kita kenal dengan Urea,
urine kelinci ini dapat diaplikasi ketanaman bisa secara langsung ataupun melalui
proses fermentasi. manfaat yang dihasilkan dari urine kelnici ini dapat membantu
pertumbuhan tanaman pada masa vegetatif yang untuk pembentukan akar, daun,
batang dan anakan jika diaplikasikan ke tanaman padi, selain daripada itu manfaat
urine kelinci juga dapat membantu membentuk zat hijau pada daun yang berfungsi
untuk proses fotosintesis.

Menurut hasil riset penelitian Badan Penelitian Ternak (Balitnak) di Bogor


yang dilakukan pada tahun 2005 telah diketahui bahwa kandungan rata-rata yang
terdapat didalam urine kelinci seperti unsur hara N, P dan K yaitu untuk Nitrogen
(N) 2,72%, Fosfor (P) 1.1%, dan kandungan Kalium (K) 0,5%. dari data tersebut
jika dibandingkan dengan urine ternak lainnya masih tinggi kandungan urine
kelinci, namun jika dikombinasikan dengan kotorannya, persentase unsur hara
yang terdapat didalam urine kelinci ini bisa lebih meningkat menjadi 2,20% untuk
Nitrogen, 87% untuk Fosfor , 2,30% untuk Potassium, 36% untuk Sulfur, 1,26%
untuk Kalsium dan 40% untuk Magnesium.
- Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. Berdasarkan
cara kerjanya mematikan sel cendawan, fungisida dibedakan menjadi fungisida
kontak, fungisida sistemik dan Fungisida kontak-sistemik.

Apabila dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas:


1. Fungisidal, yaitu membunuh jamur.
2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur
3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi.

Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penymprotan,


bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas untuk fumugan. Selain
untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanian, fungisida juga
banyak diterapkanpada buah dn sayur pascapanen.
BAB III
METODELOGI

A. Alat dan Bahan

Alat : Pisau atau gunting tanaman

: Polibag atau bak plastik

: Plastik transparan (sungkup)

: Cethok

Bahan : Ranting atau cabang teh

: Rootap F, fungisida

: Medium tanam (tanah regosol, lumpur, pasir, pupuk organik )


B. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam praktikum ini menggunakan tiga macam perlakuan


medium tanam dengan komposisi yang berbeda-beda, yaitu : a) campuran tanah
regosol dan pupuk organik (1:1); b) pupuk organik + tanah regosol (2:1) + lapisan
tanah lempur, dan; c) pupuk organik + tanah pasir (2:1) + lapisan tanah lumpur.
Diamati seminggu sekali dengan kriteria waktu kemunculan tunas, tinggi tunas
dan jumlah daun tunas selama 10 minggu.
C. Cara Kerja

1. Siapkan medium tanah dengan komposisi sebagai berikut:


a. Campuran tanah regosol dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1
b. Pupuk organik + tanah regosol (2:1) + lapisan tanah lumpur
c. Pupuk organik + tanah pasir (2:1) + lapisan tanah lumpur
2. Masukan medium tanah tersebut ke dalam polibag. Pada komposisi:
a. Medium langsung di masukkan polibag.
b. 2/3 bagian bawah polibag diisi pupuk organik + tanah regosol
sedangkan 1/3 bagian atas polibag diisi tanah lumpur.
c. 2/3 bagian bawah polibag diisi pupuk organik + tanah pasir sedangkan
1/3 bagian atas polibag diisi tanah lumpur.
3. Potonglah setek batang 1 ruas dengan kemiringan 45 º, dengan 1 daun
pada nomer ruas 4-5 (bagian tengah)
4. Masing-masing 3 setek yang telah dibuat oleh tiap kelompok potonglah
daunnya 50%, rendamlah 3 setek dalam larutan fungisida selama 5 menit
juga setelah itu benamkan ke dalam Rootap F yang sudah dijadikan pasta.
5. Tanamlah setek teh tersebut pada polibag yang telah disiapkan dengan
cara lubangi tanah dengan kedalaman 3-4 cm masukan dan padatkan tanah
sampai batang sthe kokoh
6. Masukan kedalam sungkup plastik yang sudah disiapkan dan tutup rapat
untuk menjaga kelembaban udaranya
7. Peliharalah setek dengan menjaga kelembaban dengan membasahi daerah
sungkup tanpa membuka sungkup.
8. Setelah 10 minggu, amati jumlah setek yang hidup, jumlah tunas, jumlah
daun, panjang, volume dan berat kering akar, panjang dan berat kering
tunas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan setek pucuk teh dari kegiatan praktikum yang dilakukan 10
minggu dapat menghasilkan beberapa data sebagai berikut :

1. Data Presentase Setek Pucuk Teh


2. Presentase Setek Pucuk Teh yang Hidup
Nilai rata-rata presentase setek pucuk teh yang hidup dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah stek yang bertahan
Persentase hidup= ×100
Jumlah stek yang ditanam
3. Presentase Setek Pucuk Teh yang Bertunas
Nilai rata-rata presentase setek pucuk teh yang bertunas
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah stek yang bertunas
Persentase bertunas= ×100
Jumlah stek yang ditanam
Hasil pengmatan setek pucuk pucuk teh yang hidup dan bertunas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Parameter
Perlakuan Ulangan
Tinggi Tunas Jumlah Tunas Kondisi
1 6.2 1
2 5 1
3 0 0
Tanah + pupuk 4 11 4
Tumbuh
(2:1) 5 6 2
6 0 0
7 9 4
8 0 0
1 9.2 1
2 5 1
3 0 0
Tanah + pupuk 4 0 0
Tumbuh
(1:2) 5 1.6 1
6 3 1
7 6 3
8 0 0
1 7.2 1
2 4 1
3 7 3
4 0 0
Tanah Tumbuh
5 0 0
6 1,5 1
7 5.5 4
8 5 2.5
Parameter
Tinggi Tunas
Perlakuan Tinggi Jumlah
6.00
cm 4.00 Tunas Tunas
2.00
A 0.00 4.65 1.50
B A
3.10 0.88 B C
Perlakuan
C 4.10 1.56

Keterangan:

A. Campuran tanah regosol dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1


B. Pupuk organik + tanah regosol (2:1) + lapisan tanah lumpur
C. Pupuk organik + tanah pasir (2:1) + lapisan tanah lumpur

A. Pembahasan
1. Tinggi Tunas
Diagram 1. Tinggi Tunas

Dari hasil praktikum, rata-rata tinggi tunas teh dari media tanam tanah + pupuk
2:1 adalah 4,65 cm, Untuk media tanam Tanah + pupuk 1:2, rata-rata tinggi tunas
adalah 3,10 cm dan untuk media tanam tanah saja, rata-rata tinggi tunasnya adalah
4.10 cm. dapat dilihat bahwa rata-rata tunas yang memiliki tinggi dominan adalah
tunas yang berasal dari perlakuan menggunakan tanah + pupuk 2:1. Hal ini
dikarenakan paduan komposisi tanah lebih banyak dari pupuk 2:1 menyebabkan
unsur alami pada tanah lebih berpengaruh pada pertumbuhan tanaman bila
dibandingkan dengan unsur yang ada pada pupuk
Jumlah Tunas
2.00
1.50
Batang

1.00
0.50
0.00
A B C
Perlakuan

2. Jumlah Tunas

Diagram 2. Jumlah Tunas

Dari hasil praktikum, rata-rata jumlah tunas sebanyak 1,5/2 dari media tanam
tanah + pupuk 2:1, rata-rata jumlah tunas yang muncul sebanyak 0,88/1 tunas
Untuk media tanam Tanah + pupuk 1:2 dan rata-rata banyak tunas 1,56/2 tunas
untuk media tanam tanah saja. dapat dilihat bahwa perlakuan menggunakan tanah
+ pupuk 2:1. Hal ini dikarenakan paduan komposisi tanah lebih banyak dari
pupuk 2:1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Tanaman teh dapat dikembangkan secara vegetative ataupun generative


namundi praktikum kali ini budidaya dilakukan secara vegetative secara
menggunakan stek. Stek sendiri dapat dilakuakan pada batang, daun maupun akar.

2. Pada perlakuan stek pucuk teh menggunakan tiga media tanam yaitu tanah
regosol dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1, pupuk organik + tanah
regosol dengan perbandingan 2:1 + lapisan tanah lumpur, pupuk organik + tanah
pasir dengan perbandingan 2:1 + lapisan tanah lumpur. Dimana dari ketiga
perlakuan tersebut telah ditemukannya penggunaan media tanam yang tepat bagi
stek pucuk teh sehingga hasil akhir pada kedelapan pengulangan tersebut semua
hidup
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, D. S., Syakir, M., Yusron, M., Pelaksana, R., Jusniarti, I., Budiharto,
A., ... & Undang-undang, H. C. D. (2010). Budidaya dan pasca panen teh.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Diakse melalui
https://bit.ly/2xp1wUq pada tanggal 25 Desember 2018 pukul 20:05 WIB.

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-teh/ (dikutip
pada 9 Desember 2018)

Putri, Dian. Sudianta, I Nyoman. 2006. Aplikasi Penggunaan ZPT pada


Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) Secara
Vegetatif (Setek Pucuk). UPT Balai Konservasi Tumbuhan. Kebun Raya
Eka Karya Bali. LIPI. Jurnal Biologi XUUU (1) 17-20

Sarjiyah. Widyastuti, Titiek. 2016. Panduan Praktikum Budidaya Tanaman


Industri. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Semangoen, Harjono, 1968, Perkebunan Teh, PN. Pagilaran, UGM, Yoyakarta

Setyamidjaja, D. (2000). Teh Budidaya & Pengolahan Pascapanen. Kanisius.

Surata, I.K. 2008. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F pada Stump
Cendana (Linn). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol 5 Suplemen No1,
September 2008.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai