PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna,
merambat, sema, perdu maupun pohon yang sengaja ditanam orang sebagai
komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara atau sebagai
komponen karangan bunga.
tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias merupakan salah satu dari
pengelompokkan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura.
Bagian yang dimanfaatkan orang tidak hanya bunga, tetapi kesan
keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga(warna dan
aroma), daun, buah, dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Sebagai
contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarkan aroma segar dapat
diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dan menjadikannya sebagai
tanaman hias. Latar belakang pembuatan makalah ini untuk mengetahui teknologi
produksi pada tanaman hias.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami teknologi produksi tanaman hias yang meliputi
perbanyakan, pegulasi pertumbuhan, panen dan pasca panen serta penanganan
khusus pada tanaman hias.
2. PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Produksi Tanaman Hias
2.1.1 Pengertian Hortikultura Hias / Florikultur
Tanaman hias (ornamental plant) adalah tanaman yang ditumbuhkan
karena kualitas ornamennya, bukan nilai komersial lainnya. Istilah ini sering
hanya disingkat dengan ornamental saja ketika yang dimaksudkan adalah
hortikultura. Tanaman hias biasanya ditumbuhkan di taman bunga atau rumah.
Kebanyakan mereka ditumbuhkan untuk mendapatkan penampilan bunga.
Tanaman hias lainnya yang diinginkan adalah daun, aroma, buah, batang dan
gabusnya.
Tanaman hias juga digunakan untuk landscap dan untuk bunga potong.
Untuk pohon dapat disebut dengan pohon hias. istilah ini dipakai ketika merekan
digunakan sebagai bagian dari taman untuk mendapatkan bunga, bentuknya atau
untuk karakteristik menarik lainnya. Misalnya pohon yang digunakan dalam
landscape yang lebih besar mempengaruhi skrining dan naungan, atau di kota dan
pinggir jalan raya yang disebut dengan amenity trees (pohon yang ramah).
Tanaman hias juga memerlukan perawatan yang spesifik oleh petaman.
Contohnya penanaman untuk bonsai dan topiary yang hanya bertujuan sebagai
tanaman hias untuk virtual dengan pemangkasan rutin oleh petaman, atau mereka
dengan cepat berhenti menjadi tanaman hias jika tidak diperhatikan.
2.1.2 Perbanyakan Tanaman Hias
1. Perbanyakan Tanaman Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang
dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina
(kepala putik).
a. Biji
Perbanyakan secara generatif tanaman hias adalah dengan penggunaan
biji. Biji merupakan bagian tanaman yang digunakan untuk melanjutkan
kehidupan secara alami pada tanaman. Hasil dari penyerbukan bunga tersebut
berjumlah relatif banyak.
b. Spora :
perkecambahan
dan menunda
penuaan.
Giberelin
berfungsi
daun,
mendorong
pembungaan
dan
perkembangan
buah,
mencapai
stadia
ditujukan
untuk
perangsangan
pertumbuhan
stadia
pertama,
dan
potong yang dapat mencapai jumlah besar saat dilakukan pengiriman atau
pemasarannya. Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong
bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi
2) memperkecil transpirasi
3) mencegah infeksi atau luka
4) memelihara estetika
5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias.
Untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara
baik dan benar, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca
panen yakni :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pada tahun 2011 sejumlah 15.450.256 tangkai, meningkat dari tahun sebelumnya
2010 yaitu sebesar 14.050.445 tangkai. Dengan minat masyarakat yang besar
terhadap komoditas ini maka dibutuhkan teknologi budidaya yang tepat dan
efisien untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
10
c. Wadah Tanam
Pemilihan pot tanam harus memperhatikan suhu, kelembaban dan jenis
anggrek yang ditanam. Pot yang digunakan pada seedling sampai brbunga
menggunakan pot berbahan dasar tanah karena bisa menjaga kelembaban
lingkungan. Dalam SOP anggrek Dendrobium (Dirjenhorti, 2008), didaerah
panas dan kelembaban udara rendah digunakan pot tanah.
Tidak dipilihnya pot plastic karena sifatnya sangat ringan, sehingga
anggrek yang ditanam di pot plastic mudah roboh dan sifat pot plstih tidak
bias menyerap air dan tidak bias menjaga kelembaban lingkungan. Pot plastic
ideal digunakan di daerah dingan dengan curah hujan dan kelembaban tinggi
karena air yang tertangkap lebih mudah menguap.
d. Pembesaran Bibit
Setelah 3 bulan di dalam tray sabut kelapa, bibit anggrek semakin besar
dan saat nya untuk dipindahkan ke pot yang jauh lebih besar dan lebar. Bibit
11
tidak dicabut melainkan dipindahkan media beserta bibit tersebut kedalam pot
yang besar. Satu pot berisi 30 bibit, inilah yang disebut Compot (community
pot).
Kurang lebih 5 bulan kemudian, bibit anggrek sudah besar dan daunnya
saling berjejal satu sama lain, sehingga membutuhkan ruang yang lebih besar
lagi. Menurut Dirjenhorti(2008)
e. Pemupukan
Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup
mampu menyediakan unsure-unsur yang dibutuhkan. Untuk mengatasi itu,
tanaman diberu pupuk organic maupun anorganik. Menurut Sukma dan Ari
(2010) salah satu usaha untuk meningkatkan perumbuhan dengan
pemupukan melalui daun. Pupuk daun disemprotkan ke seluruh
permukaan daun, karena anggrek lebih memanfaatkan penyerapan pupuk
melalui daun dari pada melalui akar.
Pada saat seedling perawatan pemupukan menggunakan pupuk
daun yang mengandung vitamin B dan pupuk NPK seimbang, seminngu 2
kali aplikasi dengan dosis kali dosis anjuran. Setelah 5 bulan, bibit
dipindahkan kepot dengan diameter 15 cm.
Dosis pemupukan pada saat remaja jelang berbunga, diberikan
pupuk NPK dengan unsur P dan K yang lebih banyak dari pada unsur N.
Pupuk diberikan dengan cara dicairkan dan disemprotkan ke daun.
Menurut Sukma dan Ari (2010), menggunkan pupuk NPK (15-15-15)
Gandasil D (14-12-14) dan Hyponex biru (10-40-15) masing-masing
12
adalah
yang
mengandung
bahan
aktif
Abamectinuntuk
mengendalikan tungau.
Untuk membasmi siput, digunakan pestisida dengan bahan aktif
metaldehida . sedangkan serangga di kendalikan dengan pestisida dengan
bahan aktif Imidakloprid. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yaitu 1 cc/L
dan pengandalian aplikasi pestisida seminggu sekali dengan bergantian
pemakaian.
h. Pasca Panen
Bunga anggrek Dendrobium muncul pada tunas ujung, pada tanaman
dewasa, bungan muncul pada umur 1,5 tahun terhitung dari awal semai.
Dengan budidaya intensif, penanaman seedling Dendrobium dapat berbunga
pada umur 8 bulan.
13
Penjualan bibit pada stadia Seedling, remaja maupun dewasa dengan cara
bibit dikeluarkan dari pot dilepaskan dari media tersebut di kering anginkan
selama sehari, kemudian dikemas dengan cara dibungkus koran. Menurut
Dirjenhorti (2008) tanaman harus dalam kondisi kering dari air sebelum
dibungkus atau packing.
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman hias (ornamental plant) adalah tanaman yang ditumbuhkan karena
kualitas ornamennya, bukan nilai komersial lainnya. Istilah ini sering hanya
disingkat dengan ornamental saja ketika yang dimaksudkan adalah hortikultura.
Tidak hanya bunga, tetapi juga daun dan buah yang dapat menjadi bagian
komponen yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Perbanyakan tanaman hias
secara umum ada dua macam yaitu perbanyakan secara generative dan vegetative.
Perlakuan untuk panen dan pasca panen yang dilakukan pada tanaman hias
terutama pada bunga potong juga berbeda dengan bagian tanaman yang lainnya,
untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara
baik dan benar, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pasca panen yakni
kematangan bunga (flower maturity), Persediaan bahan makanan, temperatur,
persediaan air, pertumbuhan mikroorganisme, kualitas air, etilen, kerusakan
mekanis, dan penyakit. Salah satu contoh tanaman hias adalah Anggrek
Dendrobium. Anggrek Dendrodium banyak disukai masyarakat karena berbunga
14
menarik dengan warna dan bentuk yang bervariasi. Teknologi budidaya anggrek
dendrodium sampai siap pane nada delapan tahap yaitu yang pertama persiapan
bibit, proses penanaman bibit, wadah tanam, pembesaran bibit, pemupukan,
penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan yang terakhir adalah pasca
panen.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1985. Dasar dasar Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa :
Bandung
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices 4 edition.
University of Maryland
Campbell, N.A, J.B.Reece and L.G. Mitchell.2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga :Jakarta.
Dahab, A.M.A., R.S. Eldahb and M.A. Salem. 1987. Effect of gibberellic acid on
growth, flowering, and constituents of C. frustescens. Acta Hort. 205 : 129
135
Direktorat Jendral Hortikultura, 2008. Standart operasional Prosedur Anggrek
Dendrobium. Departemen Pertanian
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. P.T. Raja Grafindo. Jakarta.
Kimball,J.W.1996. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Kusuma, S.1970. Fitohormon. PT. Soendengan :Jakarta
15
Noggle,G.R and Fritz, G.J. 1979. Introduction Plant Physiology. Prectice Hall of
India
Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1989. Dasar- dasar Fisiologi
Tumbuhan. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB: Bogor
Salisbury, F.B dan Cleon. W. Roos. 1995. fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB.
Bandung..
Sukma, D dan Ary setyawati, 2010. Pengaruh Waktu dan Frekuensi aplikasi
pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek
Dendrobium. Risalah seminar Tanaman Hias
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU IPB. Bogor. 247hal.
Wilson, C.L. dan L. E. Lowis. 1966. Botany. Rainhold and Winston. New York.
Zulkarnain, H, 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
16