Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SANTIKA EDYU NOVITASARI

NIM : 2224170099
KELAS : 6C
MATA KULIAH : BIOTEKNOLOGI

TUGAS RESUME BIOTEKNOLOGI


KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kultur jaringan tanaman merupakan metode untuk mengisolasi bagian dari


tanaman yaitu seperti jaringan, protoplasma, sel, organ kemudian menumbuhkannya
dalam kondisi aseptic dan juga steril sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Pada kultur
jaringan sel maupun organ yang ditumbuhkan harus dalam suatu lingkungan yang
terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas mikroorganisme. Teknik kultur
jaringan menekankan lingkungan yang sesuai agar eksplan dapat tumbuh dan
berkembang (Nofrianinda, et.al, 2017).

Prinsip dasar kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman menggunakan


bagian jaringan tanaman (jaringan akar, tunas, pollen dsb.) menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas), menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. Dasar pengembangan kultur jaringan adalah totipotensi.
Totipotensi merupakan potensi suatu sel untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman yang lengkap. Setiap sel akan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan
utuh apabila ditempatkan pada kondisi yang sesuai. Tanaman baru yang diperoleh
dengan cara ini bersifat identik dengan induknya, dan disebut plantlet. Skoog dan Miller
(1957) mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol secara
hormonal oleh ZPT auksin dan sitokinin. Auksin berfungsi untuk merangsang
pembentukan akar adventif sedangkan Sitokinin untuk merangsang pembentukan tunas
adventif, multiplikasi tunas akslilar dan melawan dominansi apikal. Nisbah sitokinin
dan auksin yang tinggi mendorong pembentukan tunas, sedangkan nisbah sitokinin dan
auksin yang rendah mendorong pembentukan akar. Jika diberikan dalam jumlah
seimbang, sitokinin dan auksin akan mendorong pembentukan kalus (Dwiyani, 2015).
Totipotensi sel (total genetic potential) yang menyatakan bahwa setiap sel punya potensi
genetik yang sama dengan zigot dimana mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi tanaman yang mempunyai anggota yang lengkap. Pada tumbuhan, memiliki
jaringan meristem dan jaringan dasar (parenkim) dimana kedua jaringan tersebut belum
berdiferensiasi dan masih aktif membelah.Dari sini masing-masing bagian tumbuhan
akan berkembangbiak dengan baik karena semua bagian tumbuh tersebut mempunyai
jaringan-jaringan yang hidup. Hasil dari pengembangbiakan ini selanjutnya akan
bersifat seperti induknya. Teknik ini meliputi metode perbanyakan asexual dengan
tujuan utama untuk membuat tanaman yang mempunyai sifat unggul. Kesuksesan dari
perbanyakan in vitro ini bergantung pada kemampuan regenerasi tanaman dalam media
tumbuh aseptik dan terkendalai secara in vitro (Karjadi & Gunaeni, 2018).

Eksplan (berupa sel, jaringan atau irisan organ) yang ditumbuhkan secara in
vitro pada media buatan, juga membutuhkan hara untuk terjadinya morfogenesis dan
pertumbuhan. Secara umum media buatan tersebut mengandung komponen sebagai
berikut :

1. Hara makro dan micro (macro micro nutrient).


Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak
oleh tanaman, yaitu nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S). Hara mikro adalah unsur hara esensial yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tanaman, yaitu ferum/zat besi(Fe),
manganese (Mn), zinc (Zn), cobalt (Co), copper (Cu) dan molybdenum (Mo).
2. Gula
Gula merupakan sumber enargi utama dalam kultur jarinagn. Secara alami
tumbuhan dapat mengahsilkan gula melalui fotosintesis, namun dalam kultur in
vitro tumbuhan tidak dapat berfotosintesis sehingga gula dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk dapat pertumbuhan, dan pembelahan sel.
3. Vitamin
4. Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan untuk proses metabolisme
yang berfungsi sebagi kofaktor atau enzim. Untuk menghasilkan pertumbuhan
optimum maka dalam medium ditambahkan berbagai vitamin seperti Thiamine
(B1), nicotinic acid (B3), pyridoxine(B6), pantothenic acid (B5).
5. Zat pengatur tumbuh.
Umumnya ada dua golongan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan dalam
kultur in-vitro, yakni golongan auksin dan sitokinin. ZPT golongan auksin yang
biasa digunakan dalam kultur in-vitro adalah: indole-3- acetic acid (IAA),
indole-3- butricacide (IBA). ZPT dari golongan sitokinin adalah: BA
(Benzyladenine), BAP (6-benzyloaminopurine) dan TDZ (thidiazuron). Rasio
kedua golongan ZPT ini akan mempengaruhi arah morfogenesis yang terjadi
pada kultur. Rasio auksin yang lebih tinggi dari sitokinin akan menstimulasi
terbentuknya akar, sedangkan rasio sitokinin yang lebih tinggi dari auksin akan
menginduksi terbentuknya tunas.
6. Pemadat media
Penambahan senyawa pemadat bertujuan untuk membuat media menjadi padat
maupun semi padat. Pemadat tersebut dapat berupa agar, agarose atau gellan
gum.
7. Asam amino
Asam amino tidak selalu harus ditambahkan pada media kultur, namun
diperlukan untuk kultur sel dan kultur protoplas. 7) Senyawa organik alami.
Senyawa organik alami seperti air kelapa, santan kelapa, jus/ekstrak tomat,
ekstrak pisang, ekstrak kentang dan lain (Dwiyani, 2015).

Pada zaman modern seperti saat ini aplikasi kultur jaringan ini sudah banyak
dimanfaatkan dikalangan para petani. Hal ini karena manfaat dari kultur jaringan itu
sendiri kita dapat memperoleh beberapa keuntungan misalnya, kita bisa memperoleh
bibit dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, selain itu kita bisa
memperoleh bibit yang identik dengan induknya, misal induk tersebut memiliki sifat
memiliki buah yang manis maka nantinya diperoleh hasil yang memiliki buah yang
manis pula. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan sangat berbeda dibandingkan
dengan perbanyakan secara konvensional karena perbanyakan melalui kultur jaringan
memungkinkan perbanyakan tanaman dalam skala besar dengan waktu yang relatif
lebih cepat (Nofrianinda, et.al, 2017).
SUMBER :

Dwiyani. (2015). Kultur Jaringan Tanaman. Bali : Pelawan Sari.

Karjadi & Gunaeni. (2018). Efek Antiviral Ribavirin Dalam Pertumbuhan Dan
Perkembangan Eksplan Bawang Putih Cv. Lumbu Hijau, Cv. Lumbu Kuning
Dan Cv. Tawangmangu. Jurnal agrin. 22 (2), 93 -103.

Nofrianinda, et.al. (2017). Pertumbuhan Planlet Stroberi (Fragaria ananassa D) Var.


Dorit pada Beberapa Variasi Media Modifikasi In Vitro di Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika (BALITJESTRO). The Journal of Tropical Biology. 1 (1), 41-
50.
NOTULENSI DISKUSI ONLINE 4 MEI 2020, PUKUL 13.40-14.40.

1) Ica Utami : Bagaimana jika hormon yang ditambahkannya berbeda-beda


pada tanaman kultur jaringan itu bagaimana ya bu?
Jawab :
Ibu Nani : komponen yang ditambahkan jadi ada yang wajib ditambahkan
yaitu komponen makro, mikro, besi dan vitamin. hormon sebenarnya tidak wajib
tetapi kalau kita ingin cepat nanti ada juga tanaman-tanaman yang tumbuh bagus
jika ditambahkan ZPT atau hormon lainnya.

2) Zahra : Pada tahap aklimatisasi sebagai tahap krisis di kultur


jaringan, apakah ada tips-tips agar tahap aklimatisasi berhasil
Jawab :
Ibu nani : Tanah harus free pathogen, harus bersihkan pot-potnya lalu di
sungkup dengan plastic, harus di green house atau di teduhan agar tidak terkena
matahari secara langsung. Ada treatment khusus sebelum tanaman kultur
jaringan di lepas tanam di kebun agar

3) Muslimah : Tanaman kultur jaringan merupakan tanaman bebas pathogen,


apakah tanaman kultur jaringan saat aklimatisasai tetap free
pathogen, Jika kita menanam tanaman kultur jaringan ke tanah
perkebunan, apakah ke akan bebas dari pathogen?
Jawab :
Ibu Nani : Bisa jadi tanaman terkena pathogen setelah di lepas pada kebun

4) Eli : Bagaimana cara agar kita mengetahui tanaman bebas patogen?


Jawab :
Ibu Nani : Biasanya tanahnya disterilisasi untuk mematikan patogen.
5) Bukhori : Daya tahan fusarium di dalam tanah ada jangka waktunya tidak?
Untuk penanganannya bagaimana caranya?
Jawab :
Ibu Nani : Fusarium tahan hingga puluhan tahun. Belum ada penanganan
efektif mengenai fusarium. Penanganannya biasanya dengan rotasi, tanaman
resisten.

Anda mungkin juga menyukai