Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SISI YULIANTI

NO BP : 2020422015
BIOTEKNOLOGI
ECO/ GARBAGE ENZYME
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Permasalahan lingkungan merupakan problematika yang tidak pernah ada habisnya
untuk diperbincangkan, mulai dari penggundulan hutan secara besar-besaran, penanganan
sampah yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, hingga pemborosan energi dalam
skala global, semuanya merupakan masalah yang berakar dari kekurangpedulian manusia
terhadap lingkungannya.
Permasalahan sampah semakin menjadi polemik yang akrab dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat, terutama masyarakat yang hidup di kota-kota besar. Kian hari kian
terasa bahwa jika tidak ditangani, ataupun tidak diolah, sampah akan semakin meresahkan
masyarakat. Tak dapat dipungkiri bahwa telah banyak upaya dilakukan untuk menangani
permasalahan ini, baik oleh pemerintah, akademisi, praktisi industri, praktisi lembaga
swadaya masyarakat, dan masyarakat luas.
Sampah merupakan permasalahan setiap harinya bagi kehidupan manusia di dunia,
hal ter-sebut diakibatkan produksi sampah terjadi setiap harinya. Di negara maju
permasalahan sampah dapat diatasi dengan berbagai teknologi, sedang-kan di Negara
berkembang belum optimal pe-nanganan pengolahan sampah tersebut (Akhlis dan
Masyrukan, 2016; Azkha, 2007). KBBI (2011), sampah adalah barang atau benda yang
dibuang karena tidak terpakai lagi, dan sebagainya.
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk,sehingga
penanganan untuk sampah ini harus cepat dilakukan agar tidak tumbuh belatung dan
menyebabkan vektor penyakit. Saat ini di masyarakat baru mengenal pengolahan sampah
organik menjadi kompos sehingga perlu adanya inovasi baru bentuk pengolahan sampah
organik menjadi bentuk lain yang mudah diterapkan di masyakat. Salah satunya adalah
dengan pembuatan Eco Enzyme dan molase dari sampah sayuran dan kulit buah. 
Pemerintah telah menetapkan UU No. 18 tahun 2008 tentang sampah. Praktisi
industri banyak menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang
berkaitan dengan lingkungan. Masyarakat dan para praktisi LSM juga telah banyak
bergerak melakukan aksi nyata.

Peran pemerintah sebagai pembuat regulasi tidak akan efektif jika tidak didukung
oleh partisipasi aktif masyarakat sebab masyarakat sendirilah yang menjadi subyek aktif
pelaksana regulasi tersebut. Sayangnya, tidak semua masyarakat memahami dan mau
melaksanakan peraturan, bahkan sebagian besar masyarkat belum tentu thu adanya regulasi
dari pemerintah.
Peran aktif masyarakat yang muncul sampai saat ini sebagian besar didasariakan
kesadaran terhadap pentingnya kondisi lingkungan yang bersih dan nyaman dari sampah.
Sebagian masyarakat yang peduli ini kemudian bergerak melakukan aksi nyata untuk
memelihara lingkungan mereka dari sampah, misalnya dengan cara mengolah sampah-
sampah tersebut menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat.

B. Eco Enzym

Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang


merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk
mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah
sebagai pembersih organik. Eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik
seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air.
Menurut Megah dkk. (2017) dan Dewi dkk. (2007) sistem pengolahan sampah
organik dengan memanfaatkan kulit buah-buahan dengan sebutan eco-enzym. Eco-enzym
dilakukan dengan proses fermentasinya selama 3 bulan, namun hasil larutan ini mempunyai
manfaat yang banyak. Selama proses fermentasinya menghasilkan gas O3 (ozon) yang
sangat dibutuhkan atmosfer. Eco-enzyme adalah larutan organik yang dihasilkan dengan
fermentasi sederhana dari limbah sayuran segar, limbah buah dengan penambahan gula
merah dan air dengan menggunakan mikroorganisme selektif seperti Ragi dan Bakteri
(Thirumurugan dan Mathivanan, 2016). Fermentasi ini suatu proses perubahan kimia dalam
substrat organik yang dapat bertahan karena aksi katalisator biokimia, enzim yang
dihasilkan dari mikroba tertentu yang masih hidup, seperti asam-asam organik protein sel
tunggal, antibiotik dan biopolymer.
Ekoenzim menggunakan bahan baku yang mudah didapat dan murah. Proses
fermentasinya yang selama 3 bulan, memang membutuhkan kesabaran tersendiri. Namun,
larutan yang dihasilkan memiliki khasiat yang sangat banyak. Dalam proses fermentasinya
saja, sudah terus dihasilkan gas O3 (ozon) yang sangat dibutuhkan atmosfer bumi. Larutan
ekoenzim bila dicampur dengan air, akan bereaksi serta dapat digunakan sebagai cairan
pembersih mulai dari piring, lantai, pakaian, kakus, sampai dengan pencuci rambut dan
sabun mandi. Disamping itu, campuran dengan air bila digunakan untuk menyiram tanaman
akan memberi hasil buah, bunga, atau panen yang lebih baik. Kabarnya juga dapat
mengusir serangga-serangga pengganggu. Ampas sampah organik yang sudah difermentasi
bisa digunakan sebagai pupuk organik yang baik.
C. Cara Pembuatan Eco-Enzym
Cara pembuatan ekoenzim tidak begitu sulit untuk diterapkan karena menggunakan
bahan-bahan yang sudah sangat kita kenal. Untuk membuat ekoenzim kita harus
menyiapkan bahan-bahan sperti dibawah ini:
a. Air bersih
b. Gula jawa/gula aren
c. Sampah organik (kulit buah/sayur)
d. Botol/jeriken plastik (jangan gunakan bahan kaca)
Perbandingan air : gula : sampah organik = 10 : 1 : 3
Langkah-langkah:
Adapun langkah-kangkah yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut;
1. Masukkan air ke dalam botol yang mempunyai tutup yang rapat. Air tidak boleh
mengisi penuh botol, harus tersisa ruang dalam botol untuk gas hasil fermentasi.
2. Potong kecil gula, masukkan ke dalam botol, lalu kocok sebentar.
3. Masukkan potongan sampah organik ke dalam botol, lalu tutup rapat-rapat.
4. Diamkan selama 3 bulan agar proses fermentasi sempurna dan menghasilkan
ekoenzim.
Dengan catatan bahwa Selama 1 bulan pertama, buka tutup botol setiap hari paling lama 5
detik, untuk membebaskan gas hasil fermentasi.
Terdapat beberapa tips dalam membuat eco-enzyme agar mendapatkan hasil yang
baik dan maksimak diantaranya ialah:
 Simpan eco-enzym di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah,
 Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di minggu pertama, kemudian 2-3 hari
sekali, kemudian seminggu sekali.
 Diminggu 1 akan ada banyak gas yang dihasilkan, kadang ada lapisan putih di
permukaan larutan.
 Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk rata dan tutup kembali.

Dari hari ke-1 pembuatan eco-enzym, prosesnya akan melepaskan gas ozon (O3). O3
dapat mengurangi karbondioksida(CO2)di atmosfer yang dapat memperangkap panas di
awan. Sehingga dapat mengurangi efek rumah kaca dan global warming. Enzim mengubah
amonia menjadi nitrat (NO3), hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Sementara itu
mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi tanaman laut dan kehidupan
laut.

Ekoenzim yang menggunakan bahan baku yang mudah di dapat dan murah. Proses
fermentasinya yang selama bulan, memang membutuhkan kesabaran. Namun, larutan yang
dihasilkan memiliki khasiat yang sangat banyak. Dalam proses fermentasinya saja, sudah
terus dihasilkan gas 03 (ozon) yang sangat dibutuhkan atmosfer bumi. Larutan ekoenzim
bila dicampur dengan air, akan bereaksi serta dapat digunakan sebagai cairan pembersih
mulai dari piring, lantai, pakaian, kakus, sampai dengan pencuci rambut dan sabun mandi.
Bila butuhkan, juga bisa melancarkan saluran air yang tersumbat. Bila digunakan untuk
menyiram tanaman akan memberi hasil buah, bunga, atau panen yang lebih. Disamping itu
juga dapat mengusir serangga-serangga pengganggu. Ampas sampah organik yang sudah
difermentasi bisa digunakan sebagai bahan untuk kebersihan dan juga sebagai pupuk
organik yang baik.

Tiga bulan mendatang, cairan dalam jerigen ini dapat digunakan untuk beragam fungsi,
dan ampas sampah buahnya dapat digunakan sebagai pupuk organik. Selain untuk pupuk
juga bias digunakan untuk pengepel lantai rumah, hasilnya lantai tidak licin meskipun tidak
memkai sabun. Padahal anak-anak atau anggota keluarga sering mengunakan lantai.
Dengan hanya memakai 2 tutup botol enzim dicampur 1 ember air. Selain itu ekoenzim
bisa dibuat sangat mudah.

D. Manfaat Eco-Enzym
Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga,
pertanian dan juga peternakan. Pada dasarnya, eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di
alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran.
Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan
sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Cairan ini bisa menjadi pembersih
rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif.
Karena kandungannya, eco Enzyme memiliki banyak cara untuk membantu siklus
alam seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan
juga membersihkan air yang tercemar. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk
pembersih rumah tangga seperti shampoo, pencuci piring, deterjen, dll.
Pembersih enzim ini 100% natural dan bebas dari bahan kimia, mudah terurai dan
lembut di tangan dan lingkungan. Cairan ini juga penolak serangga alami yang membuat
semut, serangga dll menjauh. Saking alaminya, setelah digunakan untuk pel, cairan ini juga
bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Eco Enzyme juga dapat digunakan untuk
merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran dan untuk
meningkatkan hasil panen. Jadi pada intinya adalah circular economy at its best. 
Selain itu eco enzyme juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi limbah
atau sampah organik basah sehingga zero Waste, membantu menyadarkan masyarakat akan
pentingnya penggunaan pembersih rumah tangga termasuk disinfektan yang ramah
lingkungan, meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap sayur-sayuran dan buah-buahan
sehat, dan menghasilkan pembersih rumah tangga termasuk disinfektan secara mandiri.
Dalam pengaplikasian eco-enzym agar dapat digunakan sebagai beberapa manfaat
maka perlu diperhatikan perbandingannya seperti: (1) Disinfektan, dengan perbandingan
ekoenzim : air = 1 ml (1 takaran seperti tutup botol) : 1000 ml, (2) Hand-sanitizer, dengan
perbandingan ekoenzim : air = 1 ml : 500 ml, (3) Pembersih udara, dengan perbandingan
ekoenzim : air = 1 ml : 1000 ml, (4) Mengepel lantai, dengan perbandingan ekoenzim : air
= 1 tutup botol : 1 ember, (5) Untuk sabun mandi, sabun cuci piring, dan shampoo, dengan
perbandingan 1 sabun : 1 ecoenzim : 8 air yang disesuaikan takarannya, dan (6) Untuk
menyiram tanaman, perbandingannya 20 ml ecoenzim : 1000 ml (1 liter) air; dan lain-lain.
Produk ini dapat digunakan sebagai pestisida alami, pupuk organik, cairan
pembersih lantai, penjernih air dan pencuci piring (dicampur dengan sedikit deterjen), serta
dapat menurunkan suhu mobil jika dicampurkan dalam radiator. Penggunaan eco-enzyme
sebagai pupuk organik yang mudah dibuat dan digunakan dapat mendukung program
Departemen Pertanian yang merencanakan penggunaan pupuk organik di Indonesia
mencapai 50% dari total penggunaan pupuk (Tabloid Sina, 2009). Keunggulan-keunggulan
produk ini adalah: memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur, dapat melepaskan residu
deposit pada pipa saluran air sehingga mencegah penyumbatan pipa air, dapat menyerap
polutan yang disebabkan oleh asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan sejenisnya, dapat
melepaskan ozon selama proses fermentasi berlangsung, serta residu eco enzyme yang
mengalir di bawah tanah akan dapat membersihkan air bawah tanah, dan yang paling
penting, produk ini sangat mudah dibuat, bahan-bahan yang dibutuhkan pun cukup murah
sehingga sangat praktis untuk diterapkan (Rosukon, 2007).
Keunggulan lain di samping utilitas produk sendiri adalah adanya mekanisme
pemanfaatan left-overt dari limbah dapur yang bersifat organik dan tidak mengandung
minyak sehingga secara langsung produk ini dapat mengurangi jumlah sampah dapur yang
terbuang ke tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir
(TPA).
E. DAFTAR PUSTAKA

Asri Prilina. 2019. Eco Enzyme Sederhana Dari Sisa Makanan Sehari-hari.

Puguh Sujarta dan Maria Ludia Simonapendi. 2021. Pelatihan Pengolahan Sampah
Organik Dengan Konsep Eco-enzym. Jurnal Pengabdian Papua. ISSN 2550-0082, e-
ISSN 2579-9592. Vol 5 No 1

Rima Gusriana Harahap, dkk. 2021. Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme sebagai Alternatif
Desinfektan Alami di Masa Pandemi Covid-19 bagi Warga Km.15 Kelurahan Karang
Joang. Sinar Sang Surya (Jurnal Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat ) Vol. 5, No.
1. e-ISSN: 2597-484X

Suswanto Ismadi Megah S, dkk. 2018. pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Digunakan
Untuk Obat dan Kebersihan. Vol 2 No 1. Doi.10.33373/jmb.v2i1.2275

Yulie Neila Chandra, dkk. 2020. Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Bahan
Pembersih Rumah Tangga. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/snppm. ISBN 978-602-99618-9-8

Anda mungkin juga menyukai