Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PEMBUATAN ECO ENZYME DARI BAHAN ORGANIK

DI DESA TANJUNG MENANG KECAMATAN BUAY PEMACA

OLEH :
YENI PUSPITA SARI, S.P

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) SIPIN


KECAMATAN BUAY PEMACA
DINAS PERTANIAN
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pembuatan Eco Enzyme dari Bahan Organik Di
Desa Tanjung Menang.

Laporan ini dibuat untuk mengukur tingkat pemahaman dan penyerapan kegiatan
penyuluh wilayah binaan. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
penyuluh dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani di
Desa Tanjung Menang.

Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
penyelesaian laporan ini. Akhirnya saya harapkan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.

Buay Pemaca, September 2023


Penyusun

Yeni Puspita Sari, SP


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di seluruh
dunia. Semakin tinggi jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah terus
meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan
yang semakin luas. Disamping itu, tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik (Sujarwo et al., 2014).

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pasal 1, sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Penumpukan sampah harus
ditanggulangi melalui pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan: pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah (Prabekti, 2020).

Dewasa ini, pengelolaan sampah di masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir
(end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir
sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan
akhir sampah berpotensi melepas gas metan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca
dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Penguraian sampah melalui proses
alam memerlukan jangan waktu yang lama dan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru
memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku industri.
Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak
sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada
fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah yang kemudian dikembalikan ke
media lingkungan secara aman (Prabekti, 2020).
Pada tahun 2003, seorang doctor dari Thailand menerima penghargaan dari FAO
(Lembaga dari PBB yang mengurus soal pangan dunia) regional Thailand untuk
penemuannya yang bernama eco-enzyme. Dalam Bahasa Indonesia dapat disebut ekoenzim.
Penemuan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon Poompanvong bagi
lingkungan dengan membantu para petani setempat untuk memperoleh hasil panen yang lebih
baik sekaligus ramah lingkingan. Ekoenzim memiliki manfaat yang berlipat ganda. Dengan
memanfaatkan sampah organic sebagai bahan bakunya, kemudia dicampur dengan gula dan
air, proses fermentasinya menghasilkan gas O3 (ozon) dan hasil akhirnya adalah cairan
pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan (Megah et al., 2018).

Prinsip proses pembuatan eco enzyme sebenarnya mirip proses pembuatan kompos,
namun ditambah air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh
berupa cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan. Keistimewaan eco enzyme
ini adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan
kompos, bahkan produk ini tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu.
Botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat
dimanfaatkan kebali sebagai tangka fermentasi. Hal ini juga mendukung konsep reuse dalam
menyelamatkan lingkungan. Eco enzyme memiliki banyak manfaat seperti dapat digunakan
sebagai growth factor tanaman, campuran deterjen pembersih lantai, pembersih sisa pestisida,
pembersih kerak dan penurunan suhu radiator mobil (Astuti et al., n.d., 2020). Enzim
dihasilkan melalui fermentasi campuran gula merah, air limbah dapur atau sayuran segar serta
limbah buah. Menurut Tang dan Tong (dalam Astuti et al., n.d., 2020) proses tersebut
memakan waktu selama 3 bulan.

II. Tujuan

Tujuan dari pembuatan Eco Enzyme dikarenakan jumlah sampah yang berada dalam
masyarakat, maka perlu ada pemberdayaan pada masyarakat mengenai pengolahan sampah
yang tepat agar dapat diolah kembali dan menjadi bermanfaat untuk lingkungan. Berdasarkan
permasalahan tersebut, kelompok ingin mengadakan pemberdayaan pada sasaran tertentu
mengenai pengolahan sampah ini, khususnya sampah organic yang nantinya akan menjadi
produk yang bermanfaat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Eco Enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah organik seperti ampas buah dan
sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air yang memiliki spesifik warna
coklat gelap serta aroma fermentasi asam manis yang kuat (Maurilla, 2022). Eco enzyme atau
dalam Bahasa Indonesia disebut eko enzim merupakan larutan zat organik kompleks yang
diproduksi dari proses fermentasi sisa organik, gula, dan air. Cairan Eco enzym ini berwarna
coklat gelap dan memiliki aroma yang asam/segar yang kuat (M. Hemalatha, 2020).

Adapun beberapa manfaat dari Eco Enzyme yaitu (BPTP Sumatera Barat, 2021) :
1. Eco Enzyme dapat dijadikan sebagai cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah
tangga, pertanian, dan juga peternakan. Pada dasarnya, Eco Enzyme mempercepat reaksi
bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah
atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang
memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Cairan ini bisa
menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif.
2. Produk Eco Enzyme biasa digunakan sebagai desinfektan yang mampu membunuh
bakteri dan jamur sehingga dapat digunakan sebagai pestisida.
3. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga karena produk Eco
Enzyme yang dihasilkan mamberikan aroma asam yang segar.
4. Dari kelima produk Eco Enzyme semuanya menghasilkan aroma asam. Aroma asam
yang dihasilkan berasal dari asam asetat yang terdapat dalam cairan produk Eco Enzyme
tersebut.
Pembuatan enzim ini juga memberikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global
maupun ditinjau dari segi ekonomi. Ditinjau manfaat bagi lingkungan, selama proses
fermentasi enzim berlangsung,dihasilkan gas O3 yang merupakan gas yang dikenal dengan
sebutan ozon (Rubin, 2001). Sebagaimana diketahui jika satu kandungan dalam Eco Enzyme
adalah Asam Asetat (H3COOH), yang dapat membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan
kandungan Enzyme itu sendiri adalah Lipase, Tripsin, Amilase dan Mampu membunuh
/mencegah bakteri Patogen. Selain itu juga dihasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon
trioksida) yang dibutuhkan oleh tanah sebagai nutrient. Dari segi ekonomi, pembuatan enzim
dapat mengurangi konsumsi untuk membeli cairan pembersih lantai ataupun pembasmi
serangga (Eviati & Sulaeman. 2009).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang direncanakan termasuk dikategorikan dalam


bidang Pertanian. Dalam hal ini karena berkaitan dengan memanfaatkan sampah organik atau
bahan organik.. Metode pelaksanaan yang digunakan yaitu penyuluhan (Penyampaian materi
kepada masyarakat tentang pengelolaan bahan organik hasil limbah rumah tangga).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Menang Kecamatan Buay Pemaca.

Anda mungkin juga menyukai