Anda di halaman 1dari 3

Pembuatan Eco Enzyme Untuk Detergen

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia
yaitu 264 juta jiwa. Banyaknya sampah yang dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya jumlah
penduduk. Jumlah sampah yang dihasilkan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Volume, sifat, dan ciri-ciri sampah yang semakin bervariasi merupakan salah satu
dampak buruk dari kemajuan industri dan teknologi (Dewi, 2021).
Di dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008, yang isinya yaitu pengelolaan
mengenai sampah. Menurut definisi ini, sampah adalah segala sesuatu yang tersisa dari
aktivitas manusia sehari-hari atau proses alam yang tidak dapat dihindari. sampah yang
berbentuk zat padat dan cair. Sampah diartikan sebagai bahan-bahan yang tersisa setelah
proses produksi, baik produksi industri maupun produksi dalam negeri. Sesuatu yang sudah
tidak dapat digunakan lagi adalah istilah yang digunakan untuk sampah yang tidak dapat
terurai. Bahan yang saat ini tidak digunakan adalah bahan yang berasal dari manusia, hewan,
atau tumbuhan (Pribadi et al., 2022).
Pengelolaan sampah organik yang lebih efektif yaitu dengan membuatnya menjadi
Eco Enzyme. Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong
yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Beliau telah melakukan
penelitian tentang Eco Enzyme selama 30 tahun, untuk mengolah enzim dari sampah organik
yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Kulit buah dan
sayur, gula pasir (gula merah, gula merah, atau gula tebu), dan air difermentasi untuk
menghasilkan Eco Enzyme dari sampah dapur organik. Jika larutan Eco Enzyme dicampur
dengan air, ia akan bereaksi dan dapat digunakan untuk membersihkan berbagai permukaan,
termasuk toilet, lantai, pakaian, dan piring. Dapat juga digunakan sebagai sabun mandi dan
pencuci rambut. Produk yang dibuat dengan Eco Enzyme mudah digunakan dan dibuat, serta
ramah lingkungan. Air, gula sebagai sumber karbon, serta limbah organik sayur dan buah
merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membuat Eco Enzyme. Eco-enzim dapat
dimanfaatkan untuk meminimalisir sampah rumah tangga, khususnya sampah organik yang
komposisinya masih tinggi (Prasetio et al., 2021).
Dalam pembuatan Eco Enzyme memerlukan drum yang besar dan hindari juga
menggunakan wadah yang terbuat dari kaca karna akan menyebabkan pecah akibat aktivitas
mikroba fermentasi. Sampah yang akan diubah menjadi Eco Enzyme hanyalah sisa sisa buah
atau sayuran mentah. Pasalnya sampah organik di dapur yang dibuang dan dibiarkan
membusuk akan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida. Hal ini mempengaruhi
bagaimana dampak pemanasan global dirasakan. Karena produk nabati mengandung
karbohidrat (gula), produk tersebut hanya dapat difermentasi yang menghasilkan alkohol dan
asam asetat, yang memiliki kualitas disinfektan. Pastikan sisa sampah sayur dan buah
dibuang dengan benar baik Anda ingin membuat eco-enzyme atau sampah organik Anda
diolah oleh agen sampah. Sampah organik yang tidak layak untuk dipakai untuk pembuatan
Eco Enzyme antara lain; daun pisang dan batang pisang, daun-daun kering dari sampah
kebun atau pertanian, ampas tebu, batok kelapa, kulit singkong, kepala nanas,talas, kulit ubi,
biji-bijian besar seperti biji mangga, durian dan lain-lain. Kemudian sampah dapur yang
sudah terkena minyak atau yang sudah berada ditempat pembuangan sampah umum. Proses
fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama, akan dihasilkan alkohol, kemudian
pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzim. Pada
bulan ketiga, Eco Enzyme sudah bisa dipanen. Caranya adalah dengan menyaring
menggunakan kain yang sudah tidak terpakai atau baju juga bisa digunakan untuk saringan.
Cara menghindari agar tidak terkontaminasi yaitu yang pertama dengan tidak terkena sinar
matahari langsung,jauh dari tempat pembakaran sampah,tong sampah,bahan kimia,WC dan
yang terakhir memiliki sirkulasi udara yang baik (Iswati et al., 2021).
Partisipasi masyarakat dan karang taruna di Desa Banyumeneng Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak dalam kegiatan pembuatan Eco Enzyme sebagai detergen
sangat antusias. Dengan kegiatan pembuatan Eco Enzyme ini menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat. Selain itu, dari segi ekonomi,menurunkan biaya rumah tangga
untuk dana pembelian detergen dengan bahan kimia dan Eco enzyme ini juga dapat dijual
untuk menambah penghasilan rumah tangga. Dan selain manfaat di atas, cairan Eco Enzyme
ini bermanfaat untuk lingkungan karena berkurangnya sampah organik yang dihasilkan
rumah tangga, yang akhirnya bermanfaat pula bagi tanah, udara, dan air yang menjadi
penopang utama kehidupan manusia. Kedepannya pembuatan Eco Enzyme ini akan
dilanjutkan dengan pengembangan lainnya (Rustanta et al., 2022).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, D. M. (2021). Pelatihan Pembuatan Eco Enzyme Bersama Komunitas Eco Enzyme
Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan
Basah Unggul), 1(1), 67. https://doi.org/10.20527/ilung.v1i1.3560
Iswati, R. S., Hubaedah, A., & Andarwulan, S. (2021). Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci
Tangan Anti Bakteri Berbasis Eco Enzym dari Limbah Buah-Buahan dan Sayuran.
Bantenese : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 104–112.
https://doi.org/10.30656/ps2pm.v3i2.4007
Prasetio, V. M., Ristiawati, T., & Philiyanti, F. (2021). Manfaat Eco-Enzyme pada
Lingkungan Hidup serta Workshop Pembuatan Eco-Enzyme. Darmacitya : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 21–29.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/darmacitya/article/view/24071
Pribadi, F., Arin, M., & Abilawa, A. (2022). Pengelolaan Sampah Dan Pemberdayaan
Ekonomi Rumah Tanggamelalui Pembuatan Cairan Serbaguna Eco-Enzyme.
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(1), 1.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v6i1.7112
Rustanta, A., Jaya, A. S., & Graciella, M. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Budidaya Eco-Enzym Di Bekasi Selatan. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(4),
3360. https://doi.org/10.31764/jmm.v6i4.9776

Anda mungkin juga menyukai