Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ecoenzim
Eco-enzyme ini merupakan produk fermentasi dari campuran
bahan-bahan tertentu seperti sisa sayur dan buah, atau juga dapat
menambahkan bunga atau dedaunan aromatic, kemudian gula jawa atau
gula aren bahkan dianjurkan menggunakan molase agar mengurangi
<budget=, dan juga air. Penggunaan gula aren ataupun molase ini
menimbulkan warna coklat pada Eco-enzyme yang baru dibuat, serta
aromanya akan segar seperti bahan yang digunakan (Hemalatha &
Visantini, 2020).
Sampah organik seperti kulit buah apel, jeruk, pir ataupun sayur-
sayuran yang tidak memiliki kulit yang keras dimasukkan ke dalam
wadah botol atau wadah yang memiiki penutup. Limbah dapat terlebih dahulu
dicacah agar mempercepat proses fermentasi, lalu air dan gula merah
ditambahkan kedalam wadah. Proses fermentasi membutuhkan waktu yang
lama sekitar 3 bulan dan membutuhkan pengecekan secara berkala
(Istihsan,dkk.2020).
Limbah atau terkadang kita sebut dengan sampah sering dijumpai
dilingkungan sekitar kita, seperti kulit ataupun biji dari sayuran dan
buah-buahan, dedaunan yang rontok, maupun tulang hewan seperti tulang
ikan. Selain manfaatkan sebagai pakan ternak ataupun pupuk kompos,
limbah sayur dan buah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan Eco-enzyme (Miftahul Jannah.,dkk.2021)
Produk yang dikembangkan oleh Dr. Rosukon memanfaatkan
limbah organik padat dengan mencampurkannya dengan brown sugar atau
biasa disebut gula merah dan air, limbah organik padat dapat berupa
sisa sayur atau sisa buah (Nazim; Meera. 2013).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Tang & Tong pada
tahun 2013, proses fermentasi untuk menghasilkan larutan eco-enzyme
membutuhkan waku optimal selama tiga bulan (Tang, F.E., & Tong,
C.W. 2013). Dimanfaatkan untuk menjernihkan kolam yaitu dengan
perbandingan campuran antara Eco-enzyme dan air yaitu 1 : 50.000 – 1
: 100.000 (Miftahul Jannah,2021).
Eco-enzyme dibuat dengan memanfaatkan bahan baku yang mudah
didapat bahkan limbah rumah tangga berupa sayur dan buah yang tidak busuk
pun dapat digunakan. Proses pembuatan Eco-enzyme ini berlangsung
dengan durasi waktu yang relatif lama, yaitu terhitung 3 bulan setelah
pembuatan, dan memerlukan perlakuan khusus seperti pengeluaran gas
satu kali dalam dua hari selama 1 minggu pertama, dan diaduk pada hari
ke-7,dan hari ke-30 dan lokasi penyimpanan yang khusus pula. Proses yang
rumit ini akan terbayarkan saat memanen Eco-enzyme ini nantinya,
karena Eco-enzyme sudah dapat digunakan dan Eco-enzyme ini tidak
memiliki tanggal expire sehingga bersahabat dengan kantong dan memiliki
segudang manfaat seperti larutan Eco-enzyme yang dicampur dengan air
dalam jumlah tertentu dapat digunakan sebagai cairan pembersih, seperti
pembersih lantai, bak cuci piring, kloset, Pakaian bahkan dapat digunakan
sebagai pencuci rambut. Selain itu, campuran dengan air bila digunakan
untuk menyiram tanaman akan memberi hasil buah, bunga, atau panen yang
lebih baik (Megah et al., 2018).
Di Dalam Eco-enzyme terkandung asam asetat (H3COOH) yang
mampu membunuh kuman, bakteri bahkan Virus. Di dalam eco-enzyme
terkandung Tripsin, Amilase, Lipase, selain itu Eco-enzyme ini dapat
mencegah bahkan membunuh bakteri yang bersifat patogen. Eco-enzyme
menghasilkan nitrat (NO3) dan karbon trioksida (CO3) sebagai nutrient
pada tanah. Dibidang ekonomi, penggunaan Eco-enzyme ini dapat
mengurangi biaya pembelian desinfektan, maupun cairan pembersih
lainnya. Dari paparan diatas, dapat katana bahwa tujuan penelitian kali
ini yaitu untuk mengetahui karakteristik pada produk Eco-enzyme yang
telah dibuat dengan memperhatikan warna dan aromanya (Sulaeman,dkk.,
2015).
B. Kegunaan Eco-enzyme
Setelah proses fermentasi sempurna, eco- enzyme memproduksi
residu di bagian dasar yang merupakan sisa sayur dan buah, residu
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan cairan eco-enzyme bisa
dimanfaatkan sebagai:
1. Untuk kesehatan : disinfektan organik, obat jerawat, handsanitizer, obat
gatal, obat luka, sabun mandi, obat kumur, kompres, pengganti obat
merah dan menyembuhkan luka penderita diabetes mellitus.
2. Untuk kecantikan : masker, shampoo, lulur, hair tonic, toner wajah dan
penganti deodoran,
3. Untuk Lingkungan : penangkal radiasi, memperbaiki kualitas udara,
pengharum ruangan, pupuk tanaman dan penjernih air kotor (Rochyani et
al., 2020).

C. Fermentasi
Fermentasi merupakan hasil proses terjadinya penguraian senyawa
organik serta menciptakan energi dan terjadinya perubahan substrat menjadi
suatu produk baru oleh mikroba. Fermentasi diperoleh sebagai metabolisme
mikroba pada suatu bahan dalam kondisi anaerob, dan mikroba yang
melangsungkan fermentasi memerlukan energi bersumber dari glukosa dan
gas yang bisa memecahkan wadah yang digunakan menyimpan eco- enzyme
(Edusainstek et al., 2021).
Selama terjadinya proses fermentasi eco-enzyme dihasilkan yaitu gas
metana, karbondioksida dan berbagai asam organik yang mudah menguap
serta ozon (O3), dan kandungan dalam cairan eco-enzyme yaitu Asam Asetat
(H3COOH) bisa membunuh virus, bakteri serta kuman. Sebaliknya enzyme
memiliki kandungan yaitu lipase, Tripsin, dan Amilase yang bisa mencegah
serta membunuh bakteri patogen, tidak hanya itu NO3 (Nitrat) serta CO3
(karbon Trioksida) yang diperlukan oleh tanah sebagai nutrient (Rochyani et
al., 2020).
Selama proses fermentasi terjadi dalam pembuatan eco-enzyme
terdapat 2 Mikroba sebagai berikut :
1. Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermatia illicens)
merupakan salah satu tipe pakan alami sebagai sumber protein tinggi,
maggot akan tumbuh pada eco-enzyme jika limbah organik yang
digunakan busuk dan wadah tidak tertutup rapat. Maggot mengandung
41-42% protein, maggot atau larva lalat black soldier fly dapat
mengonversi limbah seperti limbah perternakan dan pertanian (Andriani
et al., 2022).
2. Pitera yaitu sejenis jamur baik hasil proses fermentasi dari pembuatan
larutan eco-enzyme, pitera terbentuk di permukaan dan tumbuhnya pitera
mulai dari minggu kedua setelah pembuatan eco-enzyme. Pitera
mengandung banyak nutrisi yang bagus untuk kulit wajah, kandungan
yang terdapat di dalam pitera seperti mineral, asam amino, vitamin B dan
E, serta asam organik. Contohnya bisa digunakan sebagai masker.(Dari et
al., 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, N., Mulatsari, E., Moordiani, Khairani, S., & Swandiny, G. F. (2022).
Edukasi dan Aplikasi Pengelolaan Sampah Berbasis Pemilahan Sampah
di Lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jurnal Abdimas
BSI, 5(1), 23–35.
Dari, et al. (2020). Uji Organoleptik Produk Eco-Enzyme dari Limbah Kulit Buah
(Studi Kasus di Kota Semarang). Seminar Nasional Edusainstek FMIPA
UNIMUS2020,278-283.
Edusainstek, et al. (2021). Production and characterization Of Eco Enzyme
Produced from Fruit and Vegetable Wastes and Its Influence on the
Aquaculture Sludge. Biointerface Research in Applied
Chemistry,11(3),10205–10214. https://doi.org/10.33263/BRIAC113
Hemalatha, M., & Visantini, P. (2020). Potential use of eco-enzyme for the
treatment of metal based effluent. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 716(1). https://doi.org/10.1088/
1757-899X/716/1/012016
Istihsan.,Penmatsa,B.2020.Effect of Bio-enzyme in the Treatment of Fresh Water
Bodies.International Journal of Recent Technology and
Engineering,8(1):308-310.
Jannah,Miftahul.,dkk.2021.Organoleptic Test of Eco-Enzyme Products from
Vegetable and Fruit Waste.Prosiding SEMNAS BIO,Vol 01 :198-205.
Megah, S. I., Dewi, D. S., & Wilany, E. (2018). Pemanfaatan Limbah
Rumah Tangga Digunakan Untuk Obat Dan Kebersihan. Minda
Baharu, 2(1), 50. https://doi.org/10.33373/jmb.v2i1.2275
Nazim, F., & Meera, V. (2013). Treatment of synthetic greywater using 5 percent
and 10 percent garbage enzyme solution. Bonfring International Journal
of Industrial Engineering and Management Science, 3, 111-117.
https://doi.org/10.9756/BIJIEMS.4733
Rochyani, et al. (2020). Analisis Hasil Konversi Eco Enzyme Menggunakan
Nenas (Ananas Comosus) dan Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal, Vol 5,
No 2, Hal 135 - 140. https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php
Sulaeman, Suparto, & Eviati. (2005). Petunjuk Teknis Analisis Kimia
Tanah, Tanaman, Air, Dan Pupuk. In Balai Penelitian Tanah Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
https://doi.org/10.30965/ 9783657766277_011

Anda mungkin juga menyukai