A. Latar Belakang
Masalah sampah di Kota Surakarta, Jawa Tengah, seperti di banyak kota di Indonesia,
sangat kompleks dan multifaktorial. Beberapa masalah yang dihadapi oleh Kota Surakarta
dalam hal pengelolaan sampah antara lain: volume sampah yang tinggi, Kota Surakarta
merupakan kota yang padat penduduknya dan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi, sehingga
menghasilkan volume sampah yang besar setiap harinya. Menurut berita dari laman Dewan
Energi Nasional (5 Agustus 2022) Kota Surakarta sebagai kota dengan penduduk terpadat di
Jawa Tengah, menghasilkan rata-rata sampah harian mencapai 300 ribu ton. Volume sampah
yang ada di TPA Putri Cempo sudah menggunung setinggi 23meter keatas, memenuhi 17
hektar lahan yang digunakan. Selain itu masalah utama dalam pengelolaan sampah adalah
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan bersih dan sehat
dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah yang dapat didaur ulang.
Hal ini membuat jumlah di Kota Surakarta semakin tinggi. Infrastruktur pengelolaan sampah di
Kota Surakarta masih terbatas, selain itu fasilitas pemrosesan sampah seperti tempat
pembuangan akhir (TPA) dan tempat pengolahan sampah juga masih terbatas. Meskipun kota
Surakarta memiliki beberapa fasilitas pengolahan sampah seperti tempat pembuangan akhir
(TPA) dan fasilitas pengolahan sampah organik (FPO), namun pengelolaannya masih kurang
optimal. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah di beberapa wilayah kota dan juga dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan.Untuk mengatasi masalah tersebut,
pemerintah Kota Surakarta telah melakukan berbagai upaya, seperti melakukan sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat, memperbaiki infrastruktur pengelolaan sampah, meningkatkan
koordinasi antara instansi terkait, dan mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan. Namun, upaya-upaya ini masih harus terus ditingkatkan dan didukung oleh
partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih
dan sehat di Kota Surakarta, diantaranya meningkatkan kualitas pengelolaan sampah, dan
mencari solusi untuk mengatasi masalah sampaj organik salah satunya dengan dibuat menjadi
eko-enzim.
Eko-enzim dari sampah atau limbah organik dapat diperoleh dari berbagai jenis limbah
organik, seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah industri
pangan, dan limbah lain yang mengandung bahan organik. Proses pembuatan eko-enzim dari
limbah organik melibatkan isolasi dan kultur mikroorganisme yang memiliki kemampuan
untuk menghasilkan enzim. Selanjutnya, mikroorganisme tersebut diadaptasi dengan kondisi
lingkungan tertentu sehingga dapat memproduksi enzim dengan kuantitas dan kualitas yang
optimal. Eko-enzim umumnya terdiri dari campuran beberapa jenis enzim seperti protease,
lipase, selulase, amilase, dan lain sebagainya yang dapat memecah bahan organik menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Selain itu, eko-enzim juga memiliki kemampuan untuk
mengurangi bau tidak sedap dan meningkatkan kualitas limbah yang dihasilkan. Keuntungan
menggunakan eko-enzim dalam pengolahan limbah atau pengelolaan sampah adalah karena
enzim ini bersifat ramah lingkungan, efektif, dan relatif murah.
Selain dari limbah organik, ada satu limbah lagi yang menarik untuk dikaji yaitu limbah
tembakau dari puntung rokok yang biasanya dibuang sembarangan. Tembakau adalah tanaman
yang mengandung nikotin dan telah lama dikenal sebagai sumber bahan baku untuk industri
rokok. Namun, selain sebagai bahan rokok, tembakau juga memiliki potensi sebagai sumber
eko-enzim yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah atau pengelolaan sampah. Geiss
dan Kotzias (2007) meneliti bahwa selain nikotin, kandungan kimia tembakau lainnya adalah
enzim selulase, amilase, protease, pektinat, polifenol, plavonoid, karotenoid, minyak atsiri, dan
sterin yang berpotensi dalam membantu degradasi limbah atau bahan organik. Penelitian
Rohman (2007) menunjukkan ektrak daun tembakau juga dapat mengakibatkan kutu daun (T.
citricidus) mandul dan mengalami kematian sedangkan pada ekstrak biji mimba dan daun
paitan, kutu daun masih dapat bertahan hidup dan menghasilkan keturunan. Afifah, dkk (2015)
menambahkan bahwa kombinasi filtrat daun tembakau dan daun paitan efektif sebagai
pestisida nabati hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) pada tanaman padi. Nurnasari
dan Subyakto (2011) menyatakan nikotin daun tembakau juga dapat dipakai sebagai fungisida
untuk pengendali dan menghambat pertumbuhan serangan jamur (fungi).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dibuatlah ECO-BACCO yaitu gabungan eko-enzim
dengan tembakau. Eko-enzim berasal dari sampah/limbah bahan organik yang bisa diperoleh di
pasar area Surakarta (Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Mojosongo, dan pasar-pasar lainnya) serta
limbah punting rokok yang banyak didapatkan di sekitar kita. Eko-enzim berfungsi sebagai
pupuk kesuburan tanah dan tanaman, sementara efek tembakau yang berfungsi sebagai
biopestisida yang ramah lingkungan dan sekaligus berbasis organik.
.D.1.2.Kulit Nanas
Nanas (Ananas comosus) merupakan buah yang berasal dari daerah Amerika Selatan
tepatnya di Brazilia yang terletak pada kawasan lembah sungai Parana, Paraguay(Ardi,
dkk. 2019). Morfologi buahnya terdiri atas daun, daging buah, dan kulit buah. Nanas
(Ananas comosus) menempati urutan keempat sebagai produk komoditas buah
unggulan di Indonesia setelah pisang, mangga, dan jeruk siam (Safitri dan Kartiasih,
2019) Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2019 Indonesia menghasilkan
2.284.958 kuintal buah nanas. Namun bagian pada buah nanas yang digunakan oleh
masyarakat hanya daging buahnya saja, sedangkan bagian lainnya seperti kulit buah
berakhir menjadi sampah/limbah. Kandungan pada kulit nanas sangatlah banyak
diantaranya yaitu fenolik, vitamin c, flavonoid, saponin, alkanoid, tanin, terpenoid, dan
karotenoid. Kulit nanas memiliki tekstur yang lunak dan berair dengan kandungan air
81,72%; serat kasar 20,87%; karbohidrat 17,53%; protein 4,41%; dan gula reduksi
13,65%. Perbandingan 4:6 antara kulit jeruk dan kulit nanas yang digunakan untuk eko-
enzime mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang berpotensi menyebabkan
meningitis yaitu Enterococcus faecalis. Selain itu kandungan berupa flavonoid, saponin,
alkanoid, dan saponin dijadikan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan
P.acnes penyebab jerawat.
D.1.3 Kulit Buah Jeruk
Jeruk (Citrus sp) merupakan buah yang berasal dari daerah Asia terutama
berasal dari daerah negara Cina. Jeruk (Citrus sp) terdiri atas area kulit luar
(albedo), kulit dalam (flavedo), buah (endocarp) yang berbentuk butiran kecil
dengan isi cairan manis yang mengandung vitamin C (Adelina et al, 2017). Jeruk
banyak digemari oleh masyarakat Indonesia karena buah jeruk tersedia sepanjang
tahun dan tidak mengenal musim bunga khusus. Tanaman jeruk juga dapat hidup
di dataran rendah maupun dataran tinggi (Riska, 2012). Menurut data Badan Pusat
Statistik tahun 2019 Indonesia menghasilkan buah Jeruk dengan Jeruk Besar
sebanyak 840 kuintal dan Jeruk Keprok sebanyak 24.056 kuintal. Biasanya
masyarakat hanya mengonsumsi daging buah jeruk saja dan menyisakan kulitnya
yang akhirnya menjadi limbah. Padahal kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri
atas tepen, sesquiten, aldehida, ester, dan sterol. Kulit jeruk memiliki karakteristik
mengkilap dan berpori-pori. Campuran eko-enzime yang berasal dari kulit jeruk,
pepaya, dan buah naga memiliki efektivitas membunuh bakteri E.coli mencapai
99,99% dan bakteri P. aeruginosa 99,97%.
D.1.4.Kulit Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan buah-buahan herba yang berasal dari
daerah Asia Tenggara. Pohon pisang memiliki akar tunggang dengan umbi batang
terletak pada tanah. Daun pisang berbentuk lanset memanjang dengan ukuran lebar
30-40 cm. Bentuk bunga pisang menyerupai jantung yang berwarna merah tua
berlilin dan mudah rontok. serta warna kulit buah pisang adalah kuning dengan
bintik coklat (Kurnianingsih, 2018).
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2021 Indonesia mampu memproduksi
buah pisang sebanyak 8,74 juta ton. Produksi buah pisang ini naik 6,82%
dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 8,18 juta ton. Dengan produksi sebanyak itu
tidak heran jika masyarakat Indonesia sering mengkonsumsi buah pisang apalagi
dengan harganya yang terjangkau. Namun, masyarakat biasanya hanya
menggunakan daging buah nya dan menyisakan kulitnya saja yang menjadi limbah
dan dibiarkan membusuk. Padahal kulit pisang mengandung gizi baik yaitu protein
8,6%, lemak 13,1%, dan pati 10,32% (yosephine, 2012). Dengan bantuan
mikroorganisme pisang dapat menghasilkan alkohol yang digunakan sebagai
pupuk. Kulit pisang dijadikan substrat utama untuk proses fermentasi.
D.1.5.Kulit Pepaya
Pepaya (Carica Papaya L) adalah komoditas dari hasil pertanian di Indonesia, hal
ini dibuktikan dengan berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2022 yang
menunjukkan bahwa produksi buah pepaya di Indonesia mencapai 1,05 juta ton.
Pepaya (Carica Papaya L) mengandung protein, serat, nutrisi, karbohidrat, energi,
kalsium, kalium, fosfor, magnesium, vitamin, air, karoten, zat besi, natrium, serta
senyawa fitokimia (Rochyani, dkk. 2020). Berbagai manfaat yang diperoleh dari
pepaya (Carica Papaya L) menjadi sisi positif tersendiri buah ini banyak dipilih
oleh masyarakat. Manfaat tersebut antara lain sebagai sun protector, menyehatkan
kulit, meningkatkan imunitas tubuh, hingga melancarkan pencernaan (Vyas dan
Shah. 2016). Namun masyarakat hanya memanfaatkan daging buah pepaya saja
dan kulit buah pepaya dibuang begitu saja. Padahal kulit buah pepaya memiliki
banyak sekali manfaat salah satunya yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku
eko-enzim. Dengan kandungan yang terdapat pada kulit pepaya yaitu magnesium,
folat, tembaga, asam pantotenat, fiber.3, lutein, beta karoten, kalium, kalsium,
lycopene, zeaxanthan, vitamin (A, B kompleks, E, dan K) , dan enzim papain (Paat,
dkk. 2020).
D.1.6. Tembakau
Tanaman tembakau merupakan salah satu bahan baku pembuatan rokok, bagian
yang digunakan adalah daunnya. Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan
tumbuhan yang mempunyai karakteristik pahit karena mengandung senyawa
alkaloid dan terpen (Mellisa dan Sumringah, 2014). Manfaat tembakau sebagai
pestisida alami, antara lain: membunuh serangga dan kutu tanaman, mencegah
penyakit daun menggulung, mencegah hama pengerek, basmi kelabang serta tikus
tanah, dan menyingkirkan laba-laba (Mellisa dan Sumringah, 2014).
D.2. Manfaat Hasil Olahan:
Eko-enzim-tobacco ini memiliki nilai guna yang sangat tinggi :
1. Sebagai solusi untuk permasalahan limbah rumah tangga, karena ecoenzym ini
dibuat dari limbah rumah tangga berupa limbah kulit buah selain itu menggunakan
juga limbah tembakau yang bisa didapat dari pabrik rokok
2. Sebagai pembasmi hama,
3. Ecoenzym ini memang dibuat awalnya untuk pembasmi hama, ecoenzym akan
disemprot ke tumbuhan sehingga akan membasmi hama karena terdapatnya
kandungan tembakau
4. Sebagai homemade, sehingga masyarakat dapat membuat ecoenzym ini sendiri
dirumah dengan cara yang mudah dan bahan yang mudah juga didapatkan
D.3. Nilai ekonomis IPTEK dan Sosial
Ecoenzym ini dibuat menggunakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pastinya
penggunaan dari ecoenzymn ini memiliki nilai di bidang ilmu pengetahuan hingga sosial. Nilai
ekonomis IPTEK dan sosial dari Ecoenzym
1. Majunya pengetahuan dibidang pengolahan bahan pangan dan sisa sehingga
lingkungan lebih terjaga
2. Meningkatnya penggunaan teknologi dalam pembuatan ecoenzm sehingga
memaksimalkan pemanfaatan teknologi dan sisa pangan
3. Produk yang aman dapat meningkatkan keamanan lingkungan dan sosial masyarakat
4. Bahan produk yang terjangkau meningkatkan taraf ekonomi para petani serta dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
D.4. Keunggulan dan penerapan produk
1. Keunggulan
1. Berasal dari bahan alami sehingga lebih ramah lingkungan
2. Memanfaatkan kandungan alami yang dimiliki oleh tumbuhan
3. Sebagai salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan limbah dapur
4. Harga yang lebih murah
2. Penerapan Produk
1. Dalam bentuk obat hama cair yang nantinya disemprotkan pada tanaman
2. Disemprotkan pada bagian yang sering terkena hama
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terkait dengan rumusan masalah pada
penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Kandungan yang terdapat pada kulit nanas adalah fenolik, vitamin c, flavonoid, saponin,
alkanoid, tanin, terpenoid, dan karotenoid. Kandungan pada kulit jeruk tepen, sesquiten,
aldehida, ester, dan sterol. Kandungan pada kulit pisang serat, vitamin, mineral, lemak
tak jenuh, dan asam amino esensial. Kandungan pada kulit pepaya magnesium, folat,
tembaga, asam pantotenat, fiber.3, lutein, beta karoten, kalium, kalsium, lycopene,
zeaxanthan, vitamin (A, B kompleks, E, dan K), dan enzim papain.
2) Eco-enzym memiliki empat hal kelebihan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta nilai ekonomis dan sosial. Penggunaan eco enzym juga memiliki tiga
manfaat bagi masyarakat dan petani.
3) ECO-BACCO mengandung bahan yang ramah lingkungan dan murah serta dapat
diterapkan dengan mudah yaitu disemprotkan ke tumbuhan anggrek vanda pada bagian
yang sering terkena hama
BIODATA
1.Ketua Tim
Nama Lengkap : Janna Swasika Nurazkiya
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Pungkuk Rt 001/Rw 011, Jetis, Jaten, Karanganyar
Alamat Sekolah : SMA Negeri 6 Surakarta
No. Telepon Genggam : 088225396252
Pengghargaan yang pernah : -
diterima
2.Anggota Tim 1
Nama Lengkap : Fidela Zanahera Habibullah
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Banjarejo Rt 03/ Rw 01, Tuban, Gondangrejo,
Karanganyar
Alamat Sekolah : SMA Negeri 6 Surakarta
No. Telepon Genggam : 0895392730400
Penghargaan yang pernah : -
diterima
3.Anggota Tim 2
Nama Lengkap : Kenya Lintang Ndaru
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Jl. Tulang Bawang Utara 3 No.17
Alamat Sekolah : SMA Negeri 6 Surakarta
No. Telepon Genggam : 085600021364
Penghargaan yang pernah : -
diterima
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, F., Rahayu, Y.S., dan Faizah, U. 2015. Effectiveness of Combination of Tobacco
(Nicotiana tabacum) Leaves Filtrate and Paitan. LenteraBio Vol. 4 No. 1, Januari 2015:
25–31
Geiss, O and D. Kotzias. 2007. Tobacco, cigarettes, and cigarette smoke. Overview. Institute
for Health and Consumer Protection. Europian Commission, London
Pamungkas. O. S. 2016. Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia. Bioedukasi
Vol. XIV No.1 April 2016.
Rohman T, 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana tabacum), Biji Mimba
(Azadirachtin indica), dan Daun Paitan (Tithonia diversifolia) terhadap Kutu Daun
Toxoptera citricidus pada Tanaman Jeruk (Citrus sp).
http://lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/fullchapter/02520025.pdf
Nurnasari , E dan Subyakto. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Pada Beberapa Tipe Daun
Tembakau (Nicotiana Tabaccum L.), Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang
Yulianto. P., Dedi. D., Suradi, Yuniar, Sukron. M., dan R. Vitri. G. 2021. Pengendalian
Serangan Hama Terhadap Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. Warta Kebun Raya 19
(2), N0vember 2021.
Fitri. M dan Sumringah. M. 2014. Pembuatan Pestisida Menggunakan Tembakau. Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No.2, Mei 2014.