Akta notaris Arif Indra Setyadi, S.H., M.Kn. No. 2 tanggal 4 Juli 2020
Nomor : AHU – 0014160.AH.01.02.Tahun 2020 Tanggal 08 Juli 2020
A. PENDAHULUAN
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan manusia yang berwujud
padat (baik berupa zat organic maupun anorganik yang bersifat terurai maupun tidak
terurai) dan dianggap sudah tidak berguna lagi (sehingga dibuang ke lingkungan).
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di
seluruh dunia. Semakin tinggi jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume
sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang
tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Disamping itu, tentu saja sampah
membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pasal 1,
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Penumpukan sampah harus ditanggulangi melalui pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan: pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau
pemanfaatan kembali sampah.
Dewasa ini, pengelolaan sampah di masyarakat masih bertumpu pada
pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pemrosesan akhir sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar di
lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan yang dapat
meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan
global. Penguraian sampah melalui proses alam memerlukan jangan waktu yang lama
dan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah
yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti
dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang
sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku
industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif
YAYASAN CENDEKIA MUDA BANYUMAS
Akta notaris Arif Indra Setyadi, S.H., M.Kn. No. 2 tanggal 4 Juli 2020
Nomor : AHU – 0014160.AH.01.02.Tahun 2020 Tanggal 08 Juli 2020
dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi
sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga
menjadi sampah yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan
secara aman.
Pada tahun 2003, seorang doctor dari Thailand menerima penghargaan dari
FAO (Lembaga dari PBB yang mengurus soal pangan dunia) regional Thailand untuk
penemuannya yang bernama eco-enzyme. Dalam Bahasa Indonesia dapat disebut
ekoenzim. Penemuan ini merUpakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon
Poompanvong bagi lingkungan dengan membantu para petani setempat untuk
memperoleh hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkingan. Ekoenzim
memiliki manfaat yang berlipat ganda. Dengan memanfaatkan sampah organic
sebagai bahan bakunya, kemudia dicampur dengan gula dan air, proses
fermentasinya menghasilkan gas O3 (ozon) dan hasil akhirnya adalah cairan
pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.
Oleh karena pentingnya pengelolaan sampah yang kian hari kian menumpuk
seiring dengan bertambahnya jumlah manusia sehingga kami merasa perlu untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa dalam pengelolaan sampah
khususnya sampah organic bisa untuk dimanfaatkan Kembali sehingga sampah bukan
lah menjadi sampah yang tak berguna tetapi sampah dapat dimanfaatkan Kembali
melalui berbagai proses.
B. NAMA KEGIATAN
Eco Enzime, dari Sampah Menjadi Berkah
Pelatihan Pembuatan Eco Enzime
D. DESKRIPSI KEGIATAN
Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong
yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini
adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam
tong sampah sebagai pembersih organik. Eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi
limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah
atau gula tebu), dan air.
Produk eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah
digunakan dan mudah dibuat. Pembuatan eco-enzym hanya membutuhkan air, gula
sebagai sumber karbon, dan sampah organic sayur dan buah. Pemanfaatan eco-enzym
dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga terutama sampah
organic yang komposisinya masih tinggi.
Dalam pembuatannya, eco-enzym membutuhkan container berupa wadah
yang terbuat dari plastik, penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari
karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Eco
enzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada
pembuatan kompos dan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi
tertentu.
Jenis sampah organik yang diolah menjadi eco enzyme hanya sisa sayur atau
buah yang mentah. Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang
bersifat disinfektan hanya dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena
kandungan karbohidrat (gula) di dalamnya. Proses pembusukan dan fermentasi
daging berbeda dengan tanaman. Daging akan cepat membusuk dan menghasilkan
patogen pada suhu yang tidak teregulasi. Jika ingin membuat eco enzyme, atau ingin
sampah organik Anda diolah oleh agen sampah, pastikan sampah sisa sayur dan buah
terpisah dari sampah organik atau non-organik lainnya.
Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama, akan
dihasilkan alcohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada
bulan ketiga menghasilkan enzyme. Pada bulan ketiga, EE kita sudah bisa dipanen.
Caranya adalah dengan menyaring menggunakan kain yang sudah tidak terpakai atau
baju juga bisa digunakan untuk saringan. Sisa atau ampas EE dapat kita gunakan untuk
beberapa manfaat seperti :
YAYASAN CENDEKIA MUDA BANYUMAS
Akta notaris Arif Indra Setyadi, S.H., M.Kn. No. 2 tanggal 4 Juli 2020
Nomor : AHU – 0014160.AH.01.02.Tahun 2020 Tanggal 08 Juli 2020
Bahan
Cara pembuatan:
1. Tuang semua bahan ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk
mencacah limbah, kemudian campur gula dan air dalam botol.
2. Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah
3. Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-
3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas
yang dihasilkan.
4. Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan
gula segenggam, aduk rata kemudian tutup
5. Setelah 3 bulan, saring eco enzyme menggunakan kain kasa atau saringan.
6. Residu dapat digunakan lagi untuk batch baru produksi dengan menambahkan
sampah segar. Residu juga bisa dikeringkan, kemudian diblender dan dikubur di
dalam tanah sebagai pupuk.
4. Setiap hari dalam bulan pertama sebaiknya dibuka untuk mengeluarkan gas.
Pada saat membuka tempat Eco-Enzyme, jika ada bahan yang tidak tenggelam
maka dapat kita aduk dan tekan bahan hingga tenggelam ke dalam air.
E. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu Pelaksanan dilaksanakan pada bulan 17 September 2023 dan 19 November
2023
F. ESTIMASI ANGGARAN
Adapun Estimasi Anggaran adalah sebagai berikut :
A. Pelatihan Tahap Pemula (Begirner)