Oleh:
JAKARTA-201
PENDAHULUAN
Pada kultur jaringan, bagian yang dikultur akan lebih cepat tumbuh
apabila menggunakan jaringan yang bersifat meristematik, hal ini
dikarenakan pada jaringan meristematik merupakan sumber eksplan yang
terbaik untuk induksi kalus (George et al., 2008). Menurut Smith (2013)
penggunaan jaringan yang terbaru dan lebih muda secara fisiologis
memiliki karakter lebih responsif dalam menginduksi kalus, sedangkan
pada jaringan yang lebih tua akan menghasilkan kalus yang tidak dapat
beregenerasi. Pada eksplan dari jaringan kecambah yang secara aseptis
baik digunakan induksi kalus dibandingkan pada penggunaan bagian
tanaman yang mengandung banyak kontaminan dan juga pada bagian yang
tumbuh di dalam tanah seperti pada akar dan umbi yang sebenarnya lebih
sulit untuk dibersihkan.
Selain 2,4-D, jenis ZPT lain yang sering digunakan dalam kultur
wortel adalah BAP. Pemberian BAP dapat dilakukan dengan konsentrasi
antara 0,5 mg/l sampai dengan 1 mg/l. Dengan rentang 0,5 mg/l sampai 1
mg/l diharapkan dapat memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan
pembentukan embrio somatik. Dari hasil penelitian Indrianto (2015)
pemberian BAP dengan konsentrasi 0,5 mg/l merupakan konsentrasi yang
paling tepat untuk meningkatkan pembentukan embrio somatik, hal ini
ditunjukan dari hasil penelitian nya didapatkan rata-rata jumlah embrio
fase globuler 54,00 ; fase jantung 5,33; dan fase torpedo 4,66
dibandingkan dengan pemberian BAP dengan konsentrasi yang lain.
KESIMPULAN
Bystricka, J., Kavalcova, P. Musilova, J. Vollmannova, A., Toth, T., & Lenkova,
M. (2015). Carrot (Daucus carota L. ssp. sativus (Hoffm.) Arcang.) as
source of antioxidants. Acta agriculturae Slovenica, 105 – 2 dalam
Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid
Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota L.) Dengan Jenis
Eksplan Yang Berbeda.
Indrianto A. 2012. Induksi Kalus Embriogenik Pada Wortel (Daucus carota L.)
Menggunakan 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D).Fakultas
Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.