Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KULTUR JARINGAN

TANAMAN WORTEL (Daucus carota L.)

Oleh:

Selvi Erna Pratiwi (20170308012)

Dosen Pengajar: Febriana Dwi Wahyuni, S.Pd, M.Si.

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA-201
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman wortel merupakan tanaman yang memerlukan sinar


matahari dan juga dapat tumbuh di semua musim. Tingginya minat
masyarakat akan kebutuhan wortel kian meningkat pesat setiap tahunnya,
hal ini dikarenakan wortel sangat kaya akan kandungan nutrient di
dalamnya. Namun, hal ini menjadi masalah apabila produksi wortel tidak
menghasilkan wortel yang berkualitas mengingat tanaman wortel
merupakan tanaman yang butuh sinar matahari dan kemungkinan juga
akan mempengaruhi produksi wortel yang kurang dari target produksi.
Seiring dengan perkembangan ilmu biologi dan teknologi yang juga
berkembang pesat tentunya hal ini menjadi peluang tersendiri dalam
memproduksi tanaman wortel yang berkualitas, salah satunya dengan
menggunakan teknik kultur jaringan. Dengan demikian penggunaan kultur
jaringan ini menjadi solusi dalam perbanyakan tanaman dan juga
penyimpanan plasma nutfah tanpa harus membutuhkan tempat yang luas.
Komposisi konsentrasi nutrisi dan hormon pengatur tumbuh yang tepat
tentunya menjadi keberhasilan sendiri dalam memproduksi tanaman
dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Hal ini dikarenakan dengan
terdapatnya ketepatan konsentrasi ini tentunya menyangkut akan
ketersediaan nutrisi bagi setiap eksplan, demikian apabila terjadi kelebihan
nutrisi, hal tersebut juga akan berpengaruh pada tanaman akan mengalami
keracunan unsur hara.

1.2 Tujuan Produksi Tanaman Wortel Dengan Kultur Jaringan


 Memproduksi wortel yang seragam dan berkualitas dengan skala
produksi yang banyak dengan konsentrasi nutrisi yang tepat.
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Wortel (Daucus carota L.)

Tanaman dengan nama ilmiah Daucus carota L. atau yang biasa


dikenal dengan tanaman wortel ini merupakan jenis tanaman umbi-umbian
yang berwarna orange atau kuning kemerah-merahan. Warna orange atau
kuning kemerah-merahan yang dimiliki tanaman wortel ini mengandung
salah satu sumber polifenol dan karotenoid khususnya β-karoten yang
merupakan senyawa penting untuk diet dengan memperlihatkan aktivitas
antioksidan (Bystricka et al., 2015). Tergolong jenis sayuran ini tanaman
wortel juga termasuk dalam jenis tanaman semak yang tumbuh baik saat
musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman wortel ini dapat tumbuh
sepanjang tahun terutama di derah pegunungan dengan ketinggian kurang
lebih 1200 di atas permukaan laut.

Dengan kandungan nutrien yang tinggi yang dimiliki tanaman


wortel, sehingga hal tersebut dapat berpotensi untuk suplemen diet serta
sebagai bahan kosmetik yaitu anti penuaan. Adanya manfaat yang besar
dari tanaman wortel ini tentunya dalam proses ekstraksi bahan antioksidan
dari umbi wortel membutuhkan umbi dengan jumlah yang banyak, dan
juga permintaan tanaman wortel meningkat. Namun, hal ini tentunya
menjadi masalah apabila produksi tanaman wortel yang dihasilkan
menghasilkan kualitas yang kurang baik dengan dipengaruhi juga pada
musim panen tanaman wortel.

2.2 Kultur Jaringan Tanaman Wortel

Dengan adanya teknik kultur jaringan ini, masalah akan kualitas


wortel yang dihasilkan tentunya tidak diragukan, ditambah teknik kultur
jaringan ini dapat menghasilkan tanaman wortel yang seragam dengan
jumlah yang banyak. Dengan dilakukannya kultur kalus secara in vitro
pada tanaman wortel ini yang dimanfaatkan sebagai produksi metabolit
sekunder yaitu senyawa antioksidan sebagai upaya dalam penyedia
senyawa bioaktif tumbuhan. Menurut Bhojwani & Razdan (1996) bahwa
produksi metabolit sekunder yang dihasilkan secara kultur in vitro
memiliki banyak kelebihan yang diantaranya produksi tidak terpengaruh
oleh musim, risiko akan gagal panen akibat adanya bahaya alami dapat
diminimalisir, memfasilitasi biokonversi senyawa bernilai rendah menjadi
produk bernilai tinggi, serta menghasilkan beberapa senyawa baru yang
tidak diproduksi dalam tanaman utuh. Selain itu, Linder (2011) juga
mengatakan bahwa ekstrak kalus tanaman wortel yang ditambahkan dalam
produk kosmetik memberikan hasil dalam meningkatkan proliferasi sel
sehat dan mencegah kerusakan selular akibat paparan sinar UV. Dengan
demikian, produksi wortel dengan teknik kultur jaringan akan mengalami
peningkatan yang pesat, dengan harga yang relatif murah dan kualitas
yang dihasilkan baik dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dalam
memproduksi tanaman wortel.

2.3 Bagian Tanaman Wortel Untuk Kultur Jaringan

Dalam produksi tanaman wortel dengan teknik kultur jaringan,


bagian wortel yang sering digunakan ialah pada bagian umbi atau akar
wortel. Pada bagian umbi atau akar wortel sangat berpotensi sebagai
eksplan untuk meneliti adanya biosintesis metabolit sekunder karotenoid
yang ada dalam kalus wortel, dan selain itu pula digunakan nya bagian
umbi atau akar wortel dengan tujuan untuk propagasi. Menurut Hanchinal
et al., (2008) kalus dari eksplan kambium dalam umbi wortel mengandung
β-karoten. Selain pada bagian umbi atau akar tanaman wortel, bagian
kecambah in vitro juga dapat digunakan sebagai eksplan, hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Pant & Munandhar (2007) bahwa kecambah in
vitro yang digunakan sebagai eksplan untuk tujuan propagasi tanaman
wortel yang dilakukan melalui inisiasi tunas pada medium MS dengan
dilakukan penambahan BAP dan NAA. Pada kecambah in vitro juga
berpotensi dalam menghasilkan karotenoid sebagaimana eksplan pada
umbi wortel, dan cara melakukannya pun lebih praktis dibandingkan
dengan menggunakan bagian yang lain.

Pada kultur jaringan, bagian yang dikultur akan lebih cepat tumbuh
apabila menggunakan jaringan yang bersifat meristematik, hal ini
dikarenakan pada jaringan meristematik merupakan sumber eksplan yang
terbaik untuk induksi kalus (George et al., 2008). Menurut Smith (2013)
penggunaan jaringan yang terbaru dan lebih muda secara fisiologis
memiliki karakter lebih responsif dalam menginduksi kalus, sedangkan
pada jaringan yang lebih tua akan menghasilkan kalus yang tidak dapat
beregenerasi. Pada eksplan dari jaringan kecambah yang secara aseptis
baik digunakan induksi kalus dibandingkan pada penggunaan bagian
tanaman yang mengandung banyak kontaminan dan juga pada bagian yang
tumbuh di dalam tanah seperti pada akar dan umbi yang sebenarnya lebih
sulit untuk dibersihkan.

2.4 Prosedur Kultur Jaringan Tanaman Wortel

Dalam kultur jaringan, tentunya harus melalui tahapan-tahapan


agar proses kultur berjalan dengan baik yaitu meliputi tahap pemilihan dan
penyiapan tanaman induk sebagai sumber eksplan, inisiasi kultur,
multiplikasi, dan tahap terakhir yaitu aklimatisasi plantet ke lingkungan
luar. Pada tahap pemilihan dan penyiapan tanaman induk sebagai sumber
eksplan tentunya pada tahap ini tanaman induk yang dipilih harus jelas
jenis dan spesies tanaman seperti pada tanaman wortel yang tergolong
dalam jenis tanaman umbi akar. Selain harus jelas dalam pemilihan jenis
dan spesies tanaman, juga harus memperhatikan varietas tersebut bebas
dari hama dan penyakit, sehingga hal tersebut nantinya tidak menjadi
penghalang dalam proses kultur jaringan. Hal lain yang juga perlu
diperhatikan adalah karantina tanaman, dimana proses karantina tanaman
meliputi media tanam yang steril, proses pemupukan, proses
pemangkasan, penyemprotan, dan kondisi tanaman induk dengan cara
memanipulasi suhu, parameter cahaya, dan pengondisian ZPT sesuai
kebutuhan tanaman kultur.

Tahap selanjutnya yaitu berupa inisiasi kultur. Tujuan


dilakukannya tahap ini yaitu untuk menciptakan kultur yang aseptik yang
bebas dari mikroorganisme. Tahap inisiasi ini dilakukan pemilihan eksplan
yang tepat yang tentunya memilih bagian tanaman yang digunakan sebagai
eksplan. Pada tanaman wortel bagian tanaman yang diambil yaitu pada
akar wortel karena pada bagian ini dapat dilakukan untuk propagasi. Selain
itu, perlu diperhatikan umur fisiologis tanaman induk, dimana umur
tanaman yang muda memiliki tingkat regenerasi tinggi dibandingkan
dengan tanaman yang berumur tua dan pada jaringan yang muda umumnya
lebih baik daripada yang tua dan berkayu. Ukuran eksplan juga menjadi
penentu keberhasilan pada proses inisiasi kultur, hal ini dikarenakan
apabila memilih eksplan yang lebih kecil seperti sel akan lebih sulit
ditumbuhkan dibandingkan eksplan yang lebih besar seperti pada bagian
akar wortel. Pada ukuran eksplan yang besar juga lebih mudah
diregenerasikan dibandingkan dengan eksplan yang berukuran lebih kecil.

Setelah tahap inisiasi berjalan dengan baik, kemudian dilakukan


tahap multiplikasi, pada tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul
seperti tunas, embrio, atau kalus. Pada tunas dirangsang untuk membentuk
tunas adventif dengan bantuan hormon sitokinin. Dan apabila pada proses
multiplikasi ini berhasil maka kultur tanaman bisa dilakukan aklimatisasi
ke lingkungan luar. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling kritis
mengingat kondisi iklim mikro pada lingkungan luar botol berbeda dengan
kondisi iklim mikro di dalam botol.

Dalam kultur jaringan tanaman wortel kebutuhan akan komponen


unsur hara makro dan unsur hara mikro menjadi faktor penentu dalam
keberhasilan kultur wortel. Media yang sering digunakan untuk kultur
jaringan tanaman wortel ialah media MS dengan takaran media sebanyak
¼ MS kultur eksplan tanaman wortel dapat tumbuh dan berkembang
dalam media. Takaran media tersebut sesuai dengan penelitian yang sudah
dilakukan oleh Indrianto (2012) melaporkan bahwa dengan penggunaan ¼
media MS untuk kultur eksplan wortel mencapai hasil 98% dengan
didapatkan rata-rata panjang hipokotil 3,84 cm setelah dikecambahkan
selama 9 hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan takaran ¼
media MS viabilitas biji cukup baik untuk dapat tumbuh dan berkecambah
dalam media ¼ MS. Selain media MS, dalam menginduksi kalus,
dilakukan penambahan ZPT dalam media. Penggunaan ZPT juga berperan
penting dalam keberhasilan kultur jaringan. Untuk pertumbuhan kalus,
ZPT yang sering digunakan dalam kultur jaringan wortel ialah 2,4-
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan N6-benzylaminopurine (BAP).
Konsentrasi yang pemberian ZPT jenis BAP yang dapat digunakan untuk
menginduksi kalus wortel yaitu sebesar 2 mg/l. Konsentrasi ini juga sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indrianto (2012) bahwa
dengan konsentrasi 2 mg/l 2,4-D dari hasil penelitiannya memberikan hasil
dalam mempercepat induksi kalus embriogenik pada hipokotil kecambah
wortel dengan waktu kultur selama 5 minggu mencapai 90,83% yang
ditunjukkan pada warna kalus putih bening dengan tekstur friable. Dengan
demikian konsentrasi 2 mg/l 2,4-D merupakan konsentrasi yang tepat
dalam menginduksi kalus wortel dengan hasil pertumbuhan kalus tampak
maksimal dan menutupi hampir seluruh permukaan eksplan. Sejalan
dengan yang dilaporkan Indrianto (2012) hasil penelitian yang sama juga
terjadi pada George et al., (2008) yang menyatakan bahwa 2,4-D umunya
digunakan dalam sumber auksin eksogen terutama untuk menginisasi
pembentukan kalus embriogenik pada proses embriogenesis somatik,
namun embrio somatik tidak bisa berkembang lebih lanjut sebelum
konsentrasi auksin dikurangi atau dihilangkan sama sekali dari media
kultur.

Selain 2,4-D, jenis ZPT lain yang sering digunakan dalam kultur
wortel adalah BAP. Pemberian BAP dapat dilakukan dengan konsentrasi
antara 0,5 mg/l sampai dengan 1 mg/l. Dengan rentang 0,5 mg/l sampai 1
mg/l diharapkan dapat memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan
pembentukan embrio somatik. Dari hasil penelitian Indrianto (2015)
pemberian BAP dengan konsentrasi 0,5 mg/l merupakan konsentrasi yang
paling tepat untuk meningkatkan pembentukan embrio somatik, hal ini
ditunjukan dari hasil penelitian nya didapatkan rata-rata jumlah embrio
fase globuler 54,00 ; fase jantung 5,33; dan fase torpedo 4,66
dibandingkan dengan pemberian BAP dengan konsentrasi yang lain.
KESIMPULAN

 Kultur jaringan tanaman wortel merupakan teknik memperbanyak


tanaman wortel dengan hasil yang seragam dan berkualitas dan waktu
produksi yang realtif singkat
 Tahap kultur jaringan tanaman wortel meliputi pemilihan dan
penyiapan tanaman induk sebagai sumber eksplan, inisiasi kultur,
multiplikasi, dan aklimatisasi plantet ke lingkungan luar
 Bagian wortel yang digunakan untuk kultur yaitu akar wortel dan
media yang sering digunakan adalah ¼ MS
 Pemberian hormon tertentu dapat mendukung keberhasilan tanaman
kultur. Seperti pemberian hormon 2,4-D konsentrasi 2 mg/l
merupakan konsentrasi yang tepat untuk menginduksi kalus wortel
 Pemberian hormon BAP dengan konsentrasi 0,5 mg/l memberikan
hasil yang baik dalam meningkatkan pembentukan embrio somatik
tanaman wortel
DAFTAR PUSTAKA

Bhojwani, S. S and M. K. Razdan. 1996. Plant Tissue Culture : Theory and


Practice, a Revised Edition. Elsevier Science. Amsterdam. The
Netherlands dalam Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan
Kandungan Karotenoid Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota
L.) Dengan Jenis Eksplan Yang Berbeda.

Bystricka, J., Kavalcova, P. Musilova, J. Vollmannova, A., Toth, T., & Lenkova,
M. (2015). Carrot (Daucus carota L. ssp. sativus (Hoffm.) Arcang.) as
source of antioxidants. Acta agriculturae Slovenica, 105 – 2 dalam
Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid
Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota L.) Dengan Jenis
Eksplan Yang Berbeda.

George, E.F., M. A. Hall, and G. J. De Klerk. 2008. Plant Propagation Tissue


Culture 3td Edition. Springer. Dordrecht. Pp: 2, 21, 22, 65, 197 dalam
Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid
Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota L.) Dengan Jenis
Eksplan Yang Berbeda.

Hanchinal, V.M., S. A. Survase, S. K. Sawant, and U. S. Annapure. 2008.


Response Surface Methodology in Media Optimization for Production
of β-carotene from Daucus carota. Plant Cell Tissue Organ Culture.
93: 123-132 dalam Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan
Kandungan Karotenoid Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota
L.) Dengan Jenis Eksplan Yang Berbeda.

Indrianto A. 2012. Induksi Kalus Embriogenik Pada Wortel (Daucus carota L.)
Menggunakan 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D).Fakultas
Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Indrianto A. 2015. Peningkatan Pembentukan Embrio Somatik Pada Wortel


(Daucus carota L.) Menggunakan N6-benzylaminopurine
(BAP).Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Linder, J. 2011. Stem Cell Technology and The Skin. www.the-
dermatologist.com/content/stem-cell-technology-and-skin. dalam
Nia Fitriana. 2017 : Respon Pertumbuhan Dan Kandungan
Karotenoid Kalus Dari Kecambah Wortel (Daucus carota L.)
Dengan Jenis Eksplan Yang Berbeda.
Pant, B. and S. Munandhar. 2007. In Vitro Propagation of Carrot (Daucus carota
L.) Scientific World. 5(5) : 51-53 dalam Nia Fitriana. 2017 : Respon
Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid Kalus Dari Kecambah
Wortel (Daucus carota L.) Dengan Jenis Eksplan Yang Berbeda.
Smith, R. H. 2013. Plant Tissue Culture : Techniques and Experiments 3td
Edition. Elsevier Inc. Oxford. Pp: 46-73 dalam Nia Fitriana. 2017 :
Respon Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid Kalus Dari
Kecambah Wortel (Daucus carota L.) Dengan Jenis Eksplan Yang
Berbeda.

Anda mungkin juga menyukai