Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL DNA FORENSIK

SELVI ERNA PRATIWI


NIM : 20170308012

SISTEM MANAJEMEN DATABASE DNA FORENSIK NASIONAL UNTUK


INVESTIGASI KRIMINAL

Pada DNA typing merupakan metode ilmiah akurat yang dalam


penggunaannya sebagai identifikasi individu dengan struktur DNA (Deoxyribose
Nucleic Acid) yang berbeda beda pada setiap individu. Dalam penggunaannya untuk
identifikasi yang mana akan menghasilkan pola yang disebut dengan DNA Profile.
DNA profile yang dapat ditemukan pada sidik jari manusia merupakan identitas
genetik yang unik untuk setiap orang dengan pengecualian kembar identik dimana
mereka yang kembar identik memiliki konten DNA yang sama, dan dengan DNA
Profile ini dapat digunakan sebagai bukti kuat untuk mengidentifikasi individu dalam
kasus kriminologi.

Pada tubuh manusia dalam setiap sel nya mengandung DNA yang memiliki
konten yang sama, hal ini yang menjadikan dilakukannya profiling DNA dengan
digunakannya jumlah yang sangat sedikit spesimen biologi seperti darah, sperma,
otot, saliva, tulang, gigi maupun keringat. DNA sendiri didapatkan di dalam nukleus
yang mana nukleus sendiri berperan sebagai pusat komando sel dan sebagai rumah
DNA yang berperan untuk mengkode informasi genetik dan juga bertanggung jawab
dalam semua fungsi seluler pada tubuh manusia. Kumpulan dari beberapa DNA
yang membentuk gen disebut sebagai kromosom. Yang mana di dalam sel manusia,
terdapat 46 kromosom yaitu 23 kromosom yang diwarisi dari ibu dan 23 kromosom
lainnya diwariskan dari ayah. Dan terdapat pula unit pengulangan yang sama pada
jenis urutan DNA pada beberapa daerah kromosom dan pada jumlah unit yang
berulang tersebut pada setiap individu dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, urutan
DNA berulang ini dikenal sebagai Short Tandem Repeat (STR) atau penanda STR
yang mana berfungsi dalam identifikasi manusia dalam kasus kriminologi.

1
Pengulangan tetranukleotida ini yang sebagian besar digunakan dalam DNA
typing. Dan pada DNA profiling ini dilakukan dengan menghitung jumlah berapa kali
masing-masing unit yang berulang yang terjadi pada area tertentu dalam kromosom.
Pada analisis gel elektroforesis ini merupakan salah satu teknik yang paling banyak
digunakan dalam identifikasi dengan sampel sidik jari DNA. Elektroforesis dimana
merupakan metode pemisahan elektrokimia yang membuat molekul DNA bermigrasi
melalui spesifik substrat seperti gel poliakrilamida dibawah pengaruh dari arus listrik.
Dalam ilmu forensik, DNA typing digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
individu dari sampel biologis dan juga untuk menentukan adanya hubungan
keluarga. DNA Profile yang mana menjadi bukti kuat dalam identifikasi pada dunia
forensik hal ini juga yang menjadikan konsep database DNA forensik untuk
diperkenalkan dalam penanganan kasus kriminologi.

Pada era teknologi yang canggih ini penggunaan database DNA yang
merupakan suatu sistem basis data DNA berperan penting dalam penanganan
kasus kriminal. Dengan adanya bank data DNA, maka dapat dilakukan identifikasi
dengan cepat sehingga dapat ditemukan dengan cepat pula pelaku dari tindak
kejahatan yang terjadi hal ini sangat berguna dalam membantu mengurangi tingkat
kejahatan yang terjadi pada suatu negara. Seperti pada beberapa kasus yang terjadi
yaitu kasus Sarath Ambepitiya, kasus pembunuhan Royal Park dan Seya Sadewmi’s
yang menggunakan database DNA sebagai identifikasi bukti forensik. Dengan
adanya database DNA ini dapat mempermudah dalam identifikasi yang mana pada
mulanya dengan menggunakan metode elektroforesis yang membutuhkan biaya
yang besar dalam hal pemeliharan maupun penerapannya, kini dengan
menggunakan sistem database DNA dapat dilakukan dengan praktis yaitu profil
DNA pada individu dan tindak kejahatan yang terjadi disimpan dalam sistem
komputerisasi sebagai data informasi pribadi dalam database untuk dilakukan
identifikasi dan manipulasi lebih lanjut.

2
Dengan demikian, ini akan menghemat waktu yang dibutuhkan untuk
investigasi. Teknik dengan pembelajaran mesin ini akan terintegrasi ke sistem untuk
meningkatkan efisiensi proses pencocokan hubungan keluarga. Hal ini juga dapat
dilakukan dengan aplikasi teknologi web yang dapat dikombinasikan dengan solusi
untuk mempercepat proses yang ada. Sehingga ini akan menjadikan keuntungan
dalam penggunaannya pada teknik otentikasi biometrik yang mana untuk
memastikan tingkat keamanan data yang sensitif yang harus ditangani dalam
sistem.

Pada sistem database DNA dilakukan dengan pengumpulan data dimana


data tersebut berasal dari data kualitatif dan data kuantitatif yang dapat dilakukan
dengan wawancara dan juga ulasan dokumen yang ada seperti data scanning gel
elektroforesis. Data yang sudah dikumpulkan dalam proses pengumpulan untuk
selanjutkan dilakukan analisis data untuk menentukan masalah dan juga
mengidentifikasi data tersebut. Pada proses analisis data yang dilakukan oleh sistem
komputerisasi yang mana menggunakan konsep database DNA dengan
penggunaan angka sebagai kode yang sudah terdapat pada sistem bank data DNA
ini yang nantinya akan mendapat kan hasil pelaku pada tindak kejahatan yang
terjadi maupun pada kasus forensik lainnya. Adanya kode penomoran yang sudah
ada pada database ini mempermudah dalam profile DNA mencocokan pada proses
analisis urutan DNA selain itu hal ini juga memberikan hasil yang lebih akurat dan
efisien dalam pengerjaannya.

Konsep penggunaan database DNA Forensik ini dengan mengaitkan kinerja


sistem manajemen yang dapat mengintegrasikan kemajuan baru pada bidang ilmu
komputer yang mana berguna untuk mempercepat proses analisis scanning gel
elektroforesis yang dilakukan secara manual. Ini akan membantu dalam
mengidentifikasi para tindak kejahatan secara cepat dan akurat yang mengarah
untuk mempercepat dilakukannya proses investigasi kejahatan. Sistem manajamen
database ini merupakan sistem terbaru yang akan mendukung tidak hanya untuk
mencegah penjahat memiliki banyak kesempatan melakukan kejahatan dengan
cepat, tetapi juga untuk mengidentifikasi adanya potensi korban pembunuhan
berantai, pemerkosaan maupu perampokan.

3
Database ini akan terisi profil DNA pada setiap waktu dengan ini akan
menjadikan profile DNA yang tersimpan dari database DNA akan meningkat sekitar
75% setiap tahunnya. Oleh karena itu dengan dilakukan teori integrasi big data dan
teknologi data warehousing untuk dapat ditangani sejumlah data yang besar pada
proses identifikasi. Penggunaan sistem database DNA ini sudah dilakukan
diberbagai negara diantaranya yaitu Inggris, Belanda, Australia, Jerman, Finlandia,
Norwegia, dan masih banyak negara lainnya yang sedang mengembangkan sistem
basis data DNA ini untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses investigasi
kasus forensik. Dengan penggunaan sistem data DNA ini dapat juga mempercepat
dalam pengambilan serta manipulasi data yang dapat ditingkatkan dengan
merepresentasikan profil DNA yang ada.

Pada sistem komputerisasi dengan konsep database DNA yang digunakan


ini mendapatkan elektroforesis yang dipindai pada hasil scanning sebagai input
pengguna dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas dari hasil scan dengan
menggunakan teknik pengolahan gambar yang kemudian akan menghasilkan profil
DNA dan menyimpannya sebagai pola angka ke database untuk pengambilan hasil
yang cepat. Sistem ini juga menyediakan kecocokan yang menghubungkan individu
dengan tindak kejahatan yang terjadi atau TKP ke TKP lain yang terekam pada
sistem database ini. Selain itu, sistem ini juga memfasilitasi adanya identifikasi pada
hubungan keluarga yang dapat dilakukan dengan mesin pendeteksi dengan sampel
sidik jari yang akan diotentikasi. Hal tersebut akan menjadikan proses indentifikasi
dan investigasi berjalan dengan cepat dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai