BAB 1. Pendahuluan
Suatu kasus kejahatan seksual tidak semata-mata hanya ditangani dari aspek yuridisnya saja,
melainkan juga harus ditangani dari aspek teknis dan manusianya, maka ilmu forensik (forensic
sciences) akan sangat membantu guna mengungkapkan suatu kasus kriminal tersebut [P.,
Perdanakusuma, 1984]. Ilmu-ilmu forensik ini didukung ilmu biologi molekuler, salah satunya ilmu
kedokteran forensik. Fokus penelitian kasus saat ini adalah mengungkap pelaku pemerkosaan
menggunakan pemeriksaan DNA fingerprinting yaitu identifikasi individu secara khusus berdasarkan
profil urutan basa DNA penyusun kromosomnya yang dipastikan tidak ada 2 individu memiliki urutan
yang tepat sama kecuali kembar monozigot. Kromosom menyimpan informasi dan struktur kimia
DNA dan meskipun sekitar 99.9% DNA manusia sama, peneliti hanya akan menganalisis sekitar 2-3%
DNA yang membuat manusia bervariasi sekaligus terdapat persamaan didalamnya. Metode DNA
fingerprinting yang umum dipakai adalah analisis Short Tandem Repeat (STR), yaitu daerah unit
berulang singkat pada DNA inti yang tidak mengkode dan terdiri dari 2-7 urutan nukleotida. Dengan
menganalisa lokus dari STR dan menghitung berapa banyak perulangan dari sekuen STR yang terjadi
di setiap lokus, maka dapat terbaca profil genetik yang unik dari setiap individu.
Kasus pemerkosaan yang menimpa seorang gadis kecil pada 19 tahun lampau masih dilakukan
pencarian tersangka dengan memakai sketsa wajah yang didapat dari keterangan korban. Beberapa
waktu kemudian, polisi mencurigai seseorang yang memiliki kemiripan dengan sketsa wajah pelaku
walaupun si pelaku telah bertambah usia dan memelihara jambang dan kumis. Untuk membuktikan
kebenaran itu, polisi mengirim celana dalam pelaku yang ditemukan dalam Tempat Kejadian Perkara
(TKP), ke laboratorium forensik untuk pemeriksaan molekuler dan hasilnya membuktikan bahwa
seseorang yang dicurigai adalah pelaku kejahatan seksual pada gadis kecil tersebut. Berdasarkan kasus
tersebut, maka dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan uraian tahapan metode
yang dilakukan tim forensik dalam membuktikan kebenaran hasil tes dari bukti yang ada dengan
pelaku pemerkosaan melalui analisis molekuler.
BAB 2. Metode
2.1 DNA Sebagai Penyidik
Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985. Beliau
menemukan bahwa pita DNA dari setiap individu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus
sekaligus dengan pelacak DNA (DNA probe) yang diciptakannya. Hingga berkembanglah suatu
Halaman
pemeriksaan sidik jari DNA yang dikenal sebagai DNA fingerprinting yang bertujuan mengidentifikasi
suatu individu berdasarkan nukleotida penyusun DNA tersebut. Manusia mempunyai genome atau set
lengkap DNA yang terdapat hampir pada semua sel dengan komponen kimiawi yang berbeda tiap
orang. DNA fingerprinting atau DNA profiling tidak sama dengan pembacaan sekuens genom manusia
(human genome sequencing) karena sama sekali tidak melakukan pembacaan runutan basa dari 3
milyar basa dalam DNA yang ada ditemukan di sampel. Cukup dilakukan analisis pada ruas-ruas DNA
yang memang diketahui memiliki titik-titik perbedaan antar individu.
Terdapat berbagai teknik yang digunakan dalam DNA fingerprinting untuk pemeriksaan
genome manusia, antara lain RFLP, RAPD, STR dan analisa DNA mitokondria. Setiap teknik tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam analisanya. Restriction Fragment Length
Polymorphism (RFLP) merupakan teknik analisis DNA berdasarkan panjang fragmennya dari hasil
restriksi atau pemotongan karena tiap individu memiliki pola pemotongan yang berbeda-beda. Untuk
kasus yang sedikit sampel, akan sulit dilakukan RFLP karena sekuen pengenalan dan tempat
pemotongan yang kurang informatif bagi enzim. Pada teknik RAPD (Random Amplified Polymorphic
DNA) menggunakan teknik amplifikasi atau perbanyakan DNA untuk banyak sampel, akan tetapi
kurang akurat penggunaanya untuk kasus ini karena dengan primer yang acak dan spesifisitas rendah
membuat hasil pemeriksaan dapat berbeda pada konsisi yang berbeda pula.
Berdasarkan hal tersebut penggunaan teknik Short Tandem Repeat (STR) akan lebih sesuai
untuk penanganan kasus ini jika sampel yang ditemukan hanya berupa cairan sperma. Umumnya
analisis DNA mitokondria dilakukan dengan sampel poros rambut manusia, kerangka atau tulang dan
gigi serta membutuhkan kontrol DNA lain dari kerabat ibu sebagai pewaris DNA. STR akan lebih
cocok dan efisen dalam penanganan kasus pemerkosaan ini dibandingkan metode yang lain.
2.2 Metode Short Tandem Repeat (STR)
Daerah berulang pendek berdekatan atau short tandem repeat adalah analisis pola urutan basa
yang lebih pendek, karena mengidentifikasi manusia berdasarkan genom utuh cukup tidak realistis dan
tidak efisien. Sebenarnya STR merupakan microsatelit dari VNTR (Variable Number Tandem Repeat)
yang juga dimanfaatkan dalam teknik DNA fingerprinting yaitu identifikasi pola VNTR antar individu
maupun pola keturunan dari dua alel yang cocok pada salah satu orang tua. VNTR adalah sekuen
pendek dengan panjang 20-100 basa yang diulang-ulang sedangkan STR memiliki sekuen dengan
panjang 2-6 basa yang diulang-ulang. Microsatelit ini lebih sering dipakai dalam DNA fingerprinting.
DNA manusia memiliki daerah-daerah yang mengandung informasi genetik untuk mengkode
protein maupun yang tidak mengkode informasi genetik. Polimorfisme atau perbedaan sekuen genome
manusia sebagian besar terdapat pada daerah STR yang tidak mengkode (intron) meskipun tidak
seluruhnya perbedaan tersebut ada disini. Pewarisan lokus STR dari orang tua yaitu satu alel pada
setiap lokus adalah dari ibu dan satu dari ayah. Lokus ini diskriminatif karena memiliki keunikan
untuk setiap individu, dengan pengecualian kembar identik. Dalam hal pengujian akan didapatkan
hasil yang cepat, sangat sensitif, dan dapat menghasilkan profil DNA dari sampel yang sangat keci l.
Perbedaan jumlah pengulangan juga akan menyebabkan setiap individu memiliki panjang STR yang
berbeda-beda sekitar 100-400 bp. Metode STR terdiri dari miniSTRs dan Y STR.
Halaman
DNA standar mereka. Adapun FBI merekomendasikan Indonesia menggunakan lokus FGA dan
D18S51 karena lokus ini memiliki diskriminasi tertinggi di populasi Indonesia [Untoro et al., 2009]
Rambut
Isolasi dan
Ekstraksi
DNA
Short Tandem
Repeat (STR)
Analysis
Cairan semen
Deteksi
Pemisahan
Elektroforesis Gel
Isolasi DNA dari masing-masing sampel dilakukan secara terpisah karena tiap suatu sampel
dibutuhkan teknik sendiri untuk mengisolasi DNA nya. Langkah-langkah yang dilakukan pada isolasi
DNA dari epitel kulit antara lain pengumpulan sel-sel (cell harvest) dari jaringan epitel, pemecahan
sel-sel (cell lysis), pencernaan protein agar asam nukleat dilepaskan (protein digestion) dan
pengendapan DNA (DNA precipation). Sedangkan ekstraksi DNA dari potongan rambut yang
ditemukan menggunakan larutan Proteinase K dengan tujuan mendenatuarsi protein yang merupakan
penyusun rambut. Ketika didapat cairan sperma yang telah mengering menandakan DNA masih
terlindungi didalam cairan tersebut yang mengandung sel spermatozoa. Metode yang digunakan untuk
memperoleh dari sampel ini dengan de-ionisasi kain penyeka yang dilembabkan [Nuraini, Kusuma,
Sosiawan, 2007]. Prinsip isolasi ada dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Hasil sentrifugasi akan
menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah berdasarkan berat molekulnya, yaitu supernatan pada
bagian atas dan pelet pada bagian. Presipitasi merupakan langkah yang dilakukan untuk
mengendapkan suatu komponen dari campuran.
Ekstrak DNA yang telah diperoleh kemudian diamplifikasi dengan mesin Polymerase Chain
Reaction (PCR), yaitu teknik analisa yang mendukung STR. PCR adalah suatu teknik memperbanyak
DNA dengan proses replikasi in vitro yang dibantu oleh primer yang telah dirancang. Adanya metode
PCR membuka lebih banyak kemungkinan untuk analisis DNA pada sampel yang berjumlah minim.
Proses pada PCR terdiri dari tiga yaitu denaturasi dsDNA menjadi ssDNA, penempelan primer, dan
ekstension yaitu pemanjangan rantai baru yang dibantu primer. Enzim Taq DNA Polymerase akan
membantu proses sintesis dua untai baru DNA menggunakan untai lokus FGA sebagai template. Di
dalam tabung eppendorf akan diisi berbagai reagen campuran antara lain enzim taq polymerase,
primer, buffer, air steril dan DNA sampel dari barang bukti. Kemudian dianalisa dalam mesin PCR
selama 25 siklus.
Halaman
Halaman
500 bp
400 bp
305 bp
300 bp
255 bp
250 bp
225 bp
200 bp
305 bp
255 bp
225 bp
100 bp
BAB 4. Kesimpulan
Pembuktian kebenaran hasil tes pelaku pemerkosaan dilakukan melalui tahapan metode yaitu
isolasi dan ekstraksi DNA, analisis Short Tandem Repeat dengan beberapa lokus yang dibantu dengan
teknik analisa PCR, dan pemisahan fragmen sekaligus deteksi band yang terbentuk menggunakan
elektroforesis gel poliakrilamid.
Halaman
Halaman