Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BIOLOGI MOLEKULER

APLIKASI ANALISIS DNA DALAM BIDANG FORENSIK

Disusun oleh :
SARA PUTRI ENGKO
NPM : 150801671

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini dengan kemajuan teknologi DNA, ilmu forensik menyediakan berbagai
sarana yang mengandalkan ciri spesifik individu yang ternyata berbeda pada setiap orang.
Sebelumnya berbagai cara klasik telah digunakan seperti visualisasi sidik jari, antigen
golongan darah, perbandingan dengan status gigi geligi lain-lain. Metode forensik
tradisional tersebut cenderung terbatas jangkauannya dan dibutuhkan rekaman dan
sampel yang adekuat sehingga didapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penggunaan analisis DNA dalam bidang forensik meningkat, hal ini karena teknik
tersebut relatif masih baru serta metode analisa dan aplikasinya harus menurut prosedur
standar internasional.
Dalam 3,3 milyar pasangan basa yang membentuk genom manusia, hanya sekitar
1/1000 atau 3 juta perbedaan diantara setiap individu dalam populasi dunia. Untuk
melihat perbedaan diantar individu, hanya sebagian kecil dari fraksi DNA yang berbeda
yang ditargetkan untuk DNA genotyping. Penggunaan DNA tersebut sebagai marker
terdapat suatu seleksi yang luas untuk diperbandingkan. Materi genetik mempunyai
derajat polimorfik yang tinggi karena itu dari genotip tiap individu merupakan suatu ciri
yang spesifik bagi individu tersebut, kecuali pada kembar genetik.
Penggunaan DNA marker yang dipilih untuk melihat regio DNA dengan derajat
polimorfik yang tinggi, probabilitas indentifikasi positif (dan alternative eksklusi positif)
biasanya lebih tinggi dibandingkan metode forensik tradisional. Regio yang tidak
mengkode produk tertentu (merupakan 99% dari seluruh genom) sangat berguna karena
pada regio inilah terdapat urutan basa DNA yang berulang-ulang yang disebut satelit.
Pada manusia regio satelit meliputi 30% dari genom dengan derajat poliformik yang
tinggi.
B. Tujuan
1. Membahas metode dan teknik yang sesuai untuk analisis DNA dibidang forensik
2. Membandingkan DNA genotyping dengan metode forensik tradisional.
II. PEMBAHASAN

A. Analisis DNA di Bidang Forensik


Metode analisis DNA di bidang forensik dimulai dengan pengambilan sampel.
Ukuran sampel yang dianjurkan adalah darah dengan kuantitas 50 ul; semen dengan
kuantitas 10 ul; hati, ginjal, dan kulit 15 ul; serta otot 25 ul. Dalam bentuk bercak
sebaiknya berdiameter lebih besar dari 18 mm. Sedangkan dengan menggunakan PCR
(Polymerase Chain Reaction) ukuran sampel pada dasarnya jauh lebih sedikit, bahkan
hingga satu sel sekalipun. Sampel harus dihindarkan dari kontaminasi dengan DNA asing
dengan cara menempatkan sampel pada secarik kertas guna mencegah DNA rusak karena
infeksi oleh jamur. Keuntungan dari DNA adalah materinya yang kuat, walaupun sudah
berumur lebih dari 10 tahun. Jaringan yang dibekukan atau spesimen yang difiksasi
dengan etanol atau buffer formaldehid digunakan untuk jaringan yang berasal dari
autopsi.
Sampel kering ditempatkan pada tempat sejuk dengan dessicant atau dalam
keadaan beku. Jaringan autopsi dibungkus dengan alumunium foil dan ditempatkan dalam
kantung plastik untuk segera dibekukan pada temperatur -20oC hingga -80oC. Classic
Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) disebabkan karena perubahan
sepasang basa pada DNA. Perubahan pada suatu basa menyebabkan hilangnya atau
bertambahnya sisi enzim restriksi, selanjutnya terjadi suatu fragmen restriksi yang lebih
panjang atau lebih pendek. DNA marker dapat digunakan sebagai sidik jari DNA, DNA
dapat diisolasi dari setiap sel yang berinti dan DNA tersebut dapat dipotong dengan
enzim restriksi. Biasanya digunakan enzim dengan 4 recognition sites (Hinfi, Mbol, Alul,
Ha III) untuk sidik jari DNA karena akan dihasilkan distribusi fragmen DNA (panjang
berkisar 1,2 30 kb) yang sesuai untuk teknik pemisahan menggunakan sel
elektroforesis dengan agarose (0,7%).
Sidik jari DNA dilihat melalui klasifikasi bentuk pita dari ukuran-ukuran fragmen
pada elektroforesis kemudian ditransfer dalam membran imobilisasi (Southern blots).
Single locus DNA markers dapat sangat potensial untuk identifikasi dalam sistem
multialel, walaupun analisis multilokus dapat lebih efektif. Untuk mendapat probabilitas
identifikasi yang tinggi, lokus poliformik yang diketahui frekuensinya dalam suatu
populasi dappat dipilih sebagai markers. Markers genetik sebanyak mungkin dapat
digunakan sebagai contoh menggunakan 3 lokus VNTR (Variable Number Tandem
Repeat) memberikan potensi rata-rata 1 dari 500 orang. Fiksasi DNA dengan PCR untuk
sampel jumlah kecil dapat meningkatkan sensitifitas analisis DNA. PCR telah
dipermudah dengan penggunaan heat-stable enzyme tag polymerase dari Thermrophilus
aquaticus dan dilengkapi dengan pengatur temperatur yang otomatis. Untuk tujuan
amplifikasi DNA dengan PCR, destruksi inti sel dan pemanasan sampel biasanya sudah
cukup. Kira-kira 25-1000 ng dari DNA manusia digunakan pada setiap reaksi PCR yang
dapat memproduksi jumlah sekuens target yang tidak terbatas. Analisis DNA hanya dapat
dipercaya bila menggunakan prosedur dasar genetik molekuler yang dapat menunjukkan
perbedaan antara individu.
Kesalah yang terjadi dalam kesalahan analisis DNA antara lain kontaminasi dari
sampel oleh DNA asing, destruksi DNA saat penyimpanan atau persiapan, dan kesalah
dalam perbandingan statistik terhadap populasi dan penetapan probabilitas identifikasi.
Dari seluruh kesalah tersebut, 2 sumber kesalahan pertama dapat dicegah dengan jalan
melakukan prosedur yang tepat dan hati-hati, baik dalam pengambilan sampel,
penyimpanan dan persiapan. Kesalahan yang terakhir biasanya hanya merupakan suatu
ketidakpastian yang relatif, yang tidak dapat secara total menghilangkan hasil dari suatu
analisis DNA dalam penentuan indentifikasi. Bank data DNA digunakan sebagai
pelengkap atas data tradisional dari identifikasi kriminal. Quality control dalam
kriminalitas yang berhubungan dengan analisis DNA dan bank data DNA sangat
diperlukan. Karena hasil negatif semu mendorong penyelidik mengambil kesimpulan
yang salah yang menyebabkan pelaku kejahatan yang sebenarnya dapat luput.
Kelambatan dalam pembuatan profil bank data menyebabkan ketidaktepatan yang akan
meningkatkan kesalah dengan dimasukkannya target individu yang tidak diperlukan. Hal
ini karena pembuatan profil awal biasanya hanya oleh sedikit DNA probe yang
selanjutnya diperkuat dengan lokus DNA dalam jumlah yang lebih besar.

B. Perbandingan dengan Pemeriksaan Sidik Jari dan Teknik Poliformik Protein


Pemeriksaan dengan HLA, antigen golongan darah (ABO) dan marker protein
yang lain akan sangat berguna tetapi agar dapat dipetanggungjawabkan dibutuhkan
sampel segar dalam jmlah yang lebih banyak. Jenis-jenis pemeriksaan ini tidak dapat
dipergunakan untuk korban kecelakaan, kriminalitas dengan kondisi tubuh yang hancur
atau sudah mengalami pembusukkan. DNA typing mempunyai keuntungan yang jelas
dibandingkan metode-metode tersebut karena analisis DNA lebih kuat dan hanya
membutuhkan lebih sedikit sampel serta sedikit pengawetan sampel dibandingkan metode
klasik, dan karena DNA marker lebih efektif dalam membedakan individu sehingga dapat
lebih mudah menjelaskan tersangka yang tidak bersalah dalam suatu kasus pengadilan.
Kekurangan yang utama dari teknik ini adalah tingginya biaya, peralatan dan tenaga yang
terbatas.

C. Perbandingan dengan Kedokteran Gigi Forensik


Analisis DNA dapat dilakukan terhadap hampir seluruh sampel yang mengandung
DNA dan kemungkinan kesalahan interpretasi sangat kecil pada pemeriksaan jaringan
yang rusak atau objek yang sangat kecil. Dalam penentuan hubungan keluarga,
identifikasi analisis DNA positif sering kali dapat dilakukakan walau tanpa rekaman
dahulu. Sedangkan dalam kedokteran forensik sangat diperlukan rekaman keadaan gigi
geligi. Kekurangan analisis DNA dibandingkan dengan kedokteran gigi forensik adalah,
peralatan dan tenaga ahli untuk analaisa DNA belum meluas diseluruh dunia dan biaya
analisis DNA yang tinggi dan prosedurnya yang lebih lambat dibandingkan kedokteran
gigi forensik. Dianjurkan untuk efisiensi identifikasi forensik agar mengkombinasi
metode-metode yang ada. Jadi analisis DNA dapat digunakan sebagai pelengkap atau
digunakan tersendiri.
III. KESIMPULAN

Tujuan identifikasi forensik dengan analisis DNA tidak hanya bagian yang mengkode
produk tertentu dari genom yang berguna, tetapi juga bagian-bagian lain dari DNA. Untuk
mendapatkan probabilitas yang tinggi dari suatu identifikasi, lokus poliformik yang telah
diketahui frekuensinya didalam suatu populasi dapat dipilih sebagai DNA markers. DNA
merupakan sumber yang kuat dan penggunaannya yang meningkat dalam identifikasi
forensik, maka bank data DNA mulai berkembang sehingga data melengkapi pemeriksaan
forensik lainnya. Dianjurkan untuk efisiensi identifikasi forensik dengan mengkombinasi
metode-metode yang ada. Seperti kedokteran gigi forensik digunkan lebih dahulu, hanya
kasus-kasus yang sulit digunakan analisis DNA.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, E. 1995. Aplikasi analisis DNA dalam bidang forensik. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia 3(2) : 21 26.

Anda mungkin juga menyukai