PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Kecap dan Tauco
B. Tujuan
1. Mengukur kualitas Kecap Manis Bango, Sedaap Kecap Manis, Kecap
Manis ABC, Kecap Manis Indofood, Tauco Cap Gajah Dua Medan dan
Kokita Taucho secara kualitatif dengan uji organoleptic.
2. Mengukur kadar air dari produk Kecap Manis Bango, Sedaap Kecap
Manis, Kecap Manis ABC, Kecap Manis Indofood, Tauco Cap Gajah Dua
Medan dan Kokita Taucho.
3. Mengukur kadar protein dari produk Kecap Manis Bango, Sedaap Kecap
Manis, Kecap Manis ABC, Kecap Manis Indofood.
4. Mengukur pH dari produk Kecap Manis Bango, Sedaap Kecap Manis,
Kecap Manis ABC, Kecap Manis Indofood, Tauco Cap Gajah Dua Medan
dan Kokita Taucho.
5. Melakukan analisis warna pada produk Kecap Manis Bango dan Tauco
Cap Gajah Dua Medan.
B. Pembahasan
Kecap adalah cairan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani
berprotein tinggi di dalam larutan garam. Kecap berwarna cokelat tua, berbau
khas, rasa asin, dapat mempersedap rasa masakan, dan bahan baku kecap
adalah kedelai atau ikan rucah (Hambali dkk., 2005). Tauco adalah salah satu
jenis makanan hasil fermentasi kedelai yang berbentuk pasta (semipadat)
dengan warna mulai dari kuning hingga kecokelatan, serta biasanya dibuat
dari kedelai kuning dan digunakan sebagai bumbu atau penyedap masakan
(Purwaningsih, 2007). Dalam praktikum kali ini sampel kecap dan tauco
diujikan beberapa jenis uji yang berbeda, antara lain adalah uji pengamatan
kemasan dan organoleptik, uji pH, uji kadar protein, uji kadar air, dan uji
analisa warna.
Pada uji pertama yaitu uji pengamatan kemasan bertujuan untuk
melihat komponen-komponen pada kemasan produk. Uji ini merupakan uji
kualitatif karena menilai dengan hanya melihat dengan indera saja. Pada
kecap pertama, nama produknya adalah Kecap Manis Bango, nama
perusahaan PT. Anugrah Mutu Bersama, kode produksi A02 20:24,
mempunyai Netto 135 ml, memiliki kondisi kemasan yang baik, dan memiliki
tanggal kadaluarsa 07 Oktober 2018. Pada kecap kedua, nama produknya
adalah Sedaap Kecap, nama perusahaan ManisPT Karunia Alam Segar, kode
produksi CO4-8 22:29, mempunyai Netto 225 ml, memiliki kondisi kemasan
yang baik, dan memiliki tanggal kadaluarsa 14 Februari 2019. Pada kecap
ketiga, nama produknya adalah Kecap Manis ABC, nama perusahaan PT.
Heinz ABC Indonesia, kode produksi AIIA 05:50, mempunyai Netto 135 ml,
memiliki kondisi kemasan yang baik, dan memiliki tanggal kadaluarsa 21
Januari 2019.
Pada kecap keempat, nama produknya adalah Kecap Manis Indofood,
nama perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk., kode produksi
BPOM RI MD 25721004316, mempunyai Netto 138 ml, memiliki kondisi
kemasan yang baik, dan memiliki tanggal kadaluarsa 07 Januari 2020. Pada
tauco pertama, nama produknya adalah Cap Gajah Dua Medan , nama
perusahaan Tauco Gajah Dua Jakarta, kode produksi 020, mempunyai Netto
350 ml, memiliki kondisi kemasan yang baik, dan memiliki tanggal
kadaluarsa Desember 2018. Pada tauco kedua, nama produknya adalah
Kokita Taucho, nama perusahaan PT. Ikafood Putramas, kode produksi
611K221, mempunyai Netto 250 ml, memiliki kondisi kemasan yang baik,
dan memiliki tanggal kadaluarsa 16 November 2018. Keseluruhan produk
yang diujikan dengan uji kemasan memiliki kemasan yang baik dan
memenuhi kualitas secara normal.
Pengujian selanjutnya adalah uji organoleptik, pada kecap pertama
memiliki rasa yang manis dan memiliki warna hitam kental. Pada kecap
kedua memiliki rasa yang manis dan warna hitam. Pada kecap ketiga
memiliki rasa yang manis gurih dan warna hitam. Pada kecap keempat
memiliki rasa yang manis dan warna hitam. Pada tauco pertama memiliki rasa
asin dan warna cokelat tua, serta pada tauco kedua memiliki rasa asin, manis
gurih dan warna cokelat muda.
Pengujian berikutnya adalah pengujian pH yang bertujuan untuk
mengetahui derajat keasaman atau pH dari sampel kecap dan tauco. Uji ini
merupakan uji secara kuantitatif dimana nilai keasaman akan dilihat dalam
bentuk angka setelah pH meter dimasukkan kedalam sampel. Untuk
mengukur pH dapat digunakan alat pH meter yang memiliki prinsip kerja
membandingkan perbedaan potensial dari elektroda pada sensor dengan ion
electron dengan menggunakan penguatan tegangan OpAmp yang mempunyai
impedansi input tinggi dan dapat ditampilkan sinyal berupa tegangan (mV)
yang akan diubah ke bentuk digital dengan Analog to Digital Converter
sehingga nilai pH dapat ditampilkan dan terbaca pada layar display ( Pambudi
dkk., 2014 ).
Pada sampel kecap pertama memiliki pH sebesar 3,9; kecap kedua
3,9; kecap ketiga 3,8; dan kecap keempat 3,5. Pada tauco pertama memiliki
pH sebesar 4,2 dan tauco kedua memiliki pH 3,6. Menurut SNI 01-3543-
2013, pH kecap yang memenuhi standar adalah diantara 3,5-6,0; sehingga
dapat diketahui bahwa semua produk kecap yang dipakai memiliki nilai pH
yang sesuai dengan standar. Pada hasil percobaan dapat dilihat bahwa dari
keempat produk kecap, kecap pertama dan kedua memiliki pH paling tinggi.
Sedang pada kedua produk tauco, tauco pertama memiliki nilai pH paling
tinggi.
Pengujian selanjutnya adalah uji kadar air yang bertujuan untuk
mengukur banyaknya air bebas (Aw) dalam suatu produk makanan. Uji ini
termasuk dalam uji secara kuantitatif karena dilakukan dengan penghitungan
kadar air pada produk kecap dan tauco dan didapatkan data secara numerik.
Dalam praktikum kali ini pengukuran kadar air dilakukan dengan alat oven.
Pada produk kecap pertama memiliki nilai kadar air sebesar 4,80%; pada
kecap kedua sebesar 3,41%; pada kecap ketiga sebesar 3,70%; dan pada
kecap keempat sebesar 3,32%. Pada produk tauco pertama sebesar 15,22%
dan pada tauco kedua sebesar 11,18%.
Dari hasil yang didapatkan bahwa dari keempat produk kecap, kecap
pertama memiliki nilai kadar air paling tinggi. Sedangkan pada kedua produk
tauco, tauco pertama memiliki nilai kadar air paling tinggi. Menurut Winarno
(1993), Produk makanan yang memiliki kadar air berkisar 3 - 4% maka akan
tercapai kestabilan yang optimum pada produk makanan tersebut. Sehingga
dapat diketahui bahwa semua produk kecap memiliki kadar air yang sesuai
dengan standar dan semua produk tauco memiliki kadar air yang tidak sesuai
dengan standar, hal ini menandakan bahwa produk kecap memiliki kualitas
yang baik dan produk tauco memiliki kualitas yang kurang baik. Semakin
rendah kadar air yang dimiliki suatu produk maka semakin baik mutu produk
yang dihasilkan (Winarno, 1993).
Pengujian selanjutnya adalah uji analisis warna yang bertujuan untuk
mengetahui warna dari produk makanan. Pengujian ini merupakan uji secara
kualitatif yaitu dengan menggunakan Color Reader dan menyocokkan dengan
diagram CIE untuk menentukan warna yang terlihat dan terdeteksi oleh Color
Reader. Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah Color Reader. Color
Reader CR-10 (dari Konica Minolta) adalah sebuah colorimeter yang sangat
kompak, bertenaga baterai, mudah digenggam (jenis tristimulus) untuk
kontrol warna dengan cepat (Nollet dan Toldra, 2010). Prinsip dari alat color
reader adalah pengukuran perbedaan warna melalui pantulan cahaya oleh
permukaan sampel pembacaan dilakukan dengan pada 6 titik pada sampel
pewarna (Arif dkk, 2014).
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan color reader didapatkan
3 hasil tiap ujinya yaitu L (kecerahan), a (kemerahan), dan b (kekuningan).
Dari ketiga nilai L, a dan b dapat dimasukan ke rumus untuk mendapatkan
nilai x dan y lalu dimasukkan ke diagram CIE dapat melihat kategori warna
apakah sampel yang diukur dengan color reader. Hasil untuk produk Kecap
Manis Bango adalah L 25,8; nilai a 4,4; dan nilai b 16,13. Dari hasil tersebut
didapatkan nilai x 0,49 dan y 0,45, bila dicocokan dengan diagram CIE maka
hasil yang didapatkan adalah warna orange kekuningan. Hasil ini berbeda
dengan uji organoleptik yang menyatakan warna hitam kental, perbedaan ini
dapat terjadi dikarenakan warna hitam tidak terdapat dalam diagram CIE
sehingga warna tersebut tidak dapat dicocokan kedalam diagram CIE.
Hasil untuk produk Tauco Cap Gajah Dua Medan adalah L 31,17;
nilai a 12,27; dan nilai b 17,67. Bila dicocokan dengan diagram CIE maka
hasil yang didapatkan adalah warna orange kekuningan. Hasil ini berbeda
dengan uji organoleptik yang menyatakan warna cokelat tua, perbedaan ini
dapat terjadi dikarenakan warna cokelat tua tidak terdapat dalam diagram CIE
sehingga warna tersebut tidak dapat dicocokan kedalam diagram CIE.
Analisis secara organoleptik dinilai belum dapat memberikan data yang
akurat karena penilaian dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kelamin,
usia, kondisi fisik, dan faktor lainnya. Analisis dengan menggunakan alat
dianggap akurat karena tidak dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut.
(Verawaty, 2008).
Pengujian yang terakhir adalah uji kadar protein yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa banyak kandungan protein dalam produk kecap dan
tauco. Uji ini merupakan uji kuantitatif karena pengujian ini menggunakan
spektrofotometer untuk menentukan nilai absorbansi dan kemudian akan
dihitung dengan rumus dan dicocokan dengan kurva standar. Dalam
pengujian kadar protein digunakan metode Lowry dengan panjang gelombang
760nm yang merupakan panjang gelombang maksimal untuk ukur kadar
protein. Pada uji ini diberi beberapa perlakuan yakni pengenceran agar
sampel yang diuji tidak terlalu pekat sehingga dapat diketahui absorbansinya
dengan alat, penggojokkan agar larutan tercampur rata, penambahan aquades
untuk mengencerkan sampel agar lebih mudah dianalisis, penambahan reagen
C sebagai donor Cu2+ atau penyedia ion tembaga divalen agar membentuk
suatu kompleks dengan ikatan peptida yang mereduksi Cu2+ menjadi Cu, serta
penambahan reagen E sebagai donor tungten dan molibdenum atau penyedia
folin ciocalteau agar dapat bereaksi dengan protein membentuk fosfotungtat
dan fosfomolibdat.
Dari hasil didapatkan kadar protein pada produk kecap pertama adalah
sebesar 0,96%; pada kecap kedua sebesar 1,07%; pada kecap ketiga sebesar
0,71%; dan pada kecap keempat sebesar 1,26%. Menurut SNI 01-3543-2013,
kadar protein dalam kecap manis yang sesuai standar adalah minimal 1 %.
Dari keempat produk kecap yang telah diuji, kadar protein pada produk kecap
kedua dan keempat adalah lebih dari 1%, sedangkan pada produk kecap
pertama dan ketiga kurang dari 1 %. Menurut Suprapti (2005), semakin tinggi
protein dalam kecap maka semakin tinggi kualitas kecap tersebut. Sehingga
dapat diketahui bahwa produk kecap pertama dan ketiga memiliki kualitas
yang kurang baik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa kecap yang memiliki kualitas yang baik
adalah Kecap Manis Indofood. Hal ini karena kcap ini memiliki pH rendah
dan kadar protein yang tinggi. Sedangkan untuk tauco, produk yang memilki
kualitas baik adalah produk Kokita Taucho. Hal ini karena produk ini
memiliki pH rendah dan kadar air yang rendah.
V. SIMPULAN
Arif, W. M., Diniyah, N., dan Herry, B. 2014. Pemanfaatan tepung koro pedang
sebagai bahan pensubstitusi pada pembuatan sosis ikan tengiri. Berkala
Ilmiah Pertanian 1(1): 1 4.
Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar
Swadaya, Jakarta.
deMan, J. M. 1999 . Principles of Food Chemistry . Aspen Publishers,
Gaithersburg.
deMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. ITB, Bandung.
Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M. 2005. Membuat Aneka Bumbu Instan
Pasta. Penebar Swadaya Grup, Bogor.
Ihsanto, E. dan Hidayat S. 2014. Rancang bangun sistem pengukuran ph meter
dengan menggunakan mikrokontroller arduino uno. Jurnal Teknik Elektro
5(3) : 139 146.
Judoamidjojo, R. M. 1986. The Studies on Kecap Indigenous Seasoning of
Indonesia. Memoirs of The Tokyo University Agriculture, Japan.
Nollet, L. M. L. dan Toldra, F. 2010. Sensory Analysis of Foods of Animal Origin.
CRC Press, Boca Raton.
Pambudi, P.E., Utanta, E., dan Mujiman. 2014. Identifikasi daging segar dan
busuk menggunakan sensor warna rgb dan ph meter digital. Jurnal
Teknologi Technoscientia 7(1) :46 53.
Purwaningsih, E. 2007. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat Kedelai. Ganeca
Exact, Bekasi.
Purwoko, T. dan Handajani, N. S. 2007. Kandungan protein kecap manis tanpa
fermentasi moromi hasil fermentasi Rhizopus orizae dan R. oligosphorus.
Biodiversitas 8(2) : 223 227.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Suprapti, M. L. 2005. Teknologi Tepat Guna Kecap Tradisional. Kanisius,
Yogyakarta.
Verawaty. 2008. Pemetaan Tekstur dan Karakteristik Gel Hasil Kombinasi
Karagenan dan Konjak. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winarno. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
A. Gambar
Gambar 1. Produk Kecap Manis Bango dan Tauco Cap Gajah Dua Medan
(Dokumentasi Pribadi, 2017)
B. Perhitungan
1. Analisa warna Kecap Manis Bango
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3 Rata-rata
L : 16,8 L : 42,5 L : 18,1 L : 25,8
a : 0,6 a : 10,9 a : 1,4 a : 4,3
b:
b : 8,7 b : 31,7 b : 8,0
16,13
a +1.75 L
X=
a 3.012 b
5.645 L+
12.47+ 1.75(25,8)
= = 0,49
( 5.645 x 25,8 )+ 4,3(3.012 x 16,13)
1.786 L
Y=
5.645 L+ a 3.012 b
1.786 ( 25,8 )
( 5.645 x 25,8 )+ 4,3(3.012 x 16,13)
= 0.45
2. Analisa Warna Tauco Cap Gajah Dua Medan
Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3 Rata-rata
L:
L : 36,2 L : 30,1 L : 27.7
31,17
a:
a : 2,6 a : 10,2 a : 15,0
12,27
b:
b : 14,6 b : 18,3 b : 20,1
17,67
a +1.75 L
X=
a 3.012 b
5.645 L+
1.13+1.75 (31,17)
= (
5.645 x 31,17 )+ 12,27(3.012 x 17,67)
= 0.49
1.786 L
Y=
5.645 L+ a 3.012 b
1.786 ( 31.17 )
( 5.645 x 31,17 )+ 12,27(3.012 x 17,67)
= 0.41
3. Kadar Protein Kecap Manis Bango
Absorbansi = 0,418 ; berat sampel = 1,247 gram (1247 mg)
y a
y = bx+ a x =
b
0,418 0,045 0,373
= = = 0,12
3,012 3,012
( x ) x fp x 100
Kadar protein (%)=
sampel (mg)
0,12 x 100 x 100
= = 0,96%
1247