PENDAHULUAN
Bahan baku dalam pembuatan bakso sendiri biasanya menggunakan daging sapi, daging
ayam maupun ikan segar. Daging merupakan bahan pangan sumber protein berkualitas
tinggi karena mengandung asam amino esensial, selain itu juga sebagai sumber vitamin B
kompleks dan kandungan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
Berikut merupakan perbandingan komposisi kimia berbagai jenis daging yang biasa
digunakan untuk membuat bakso per 100 g
Ruang lingkup modul praktikum ini dibatasi pada memahami dan dapat menjalankan
proses pembuatan bakso serta tentang pengetahuan dan pengoperasian mengenai alat-alat
pembuat bakso, seperti alat penggiling daging atau pada praktikum ini menggunakan bowl
cutter (Maksindo Bowl Cutter TQ5), mesin penepung biji-bijian, serta alat pencetak bakso
(Fomac MBM R280).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Bakso merupakan produk olahan daging yang dibuat dengan
cara melumatkan daging, kemudian mencampurnya dengan
bumbu-bumbu, pati, dan air. Apabila mengikuti sesuai Standar
Nasional Indonesia, bakso daging dapat didefinisikan sebagai
produk olahan daging yang dibuat dari daging hewan ternak yang
dicampur pati dan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lainnya, dan atau bahan tambahan
pangan yang diizinkan, yang berbentuk bulat atau bentuk lainnya
dan dimatangkan.
Secara umum bakso tersusun atas tiga komponen utama yaitu daging, bahan pengisi
(filler), dan bumbu-bumbu serta beberapa bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan
pengikat (Soeparno, 2005). Bakso daging dapat diklasifikasikan menurut SNI menjadi dua
yaitu bakso daging dan bakso daging kombinasi. bakso daging merupakan bakso dengan
kandungan daging minimal 45 %. Sedangkan bakso daging kombinasi merupakan bakso
dengan kandungan daging minimal 20 %.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI dari segi bau,
rasa, aroma, tekstur.
Standar Nasional Indonesia yang disajikan pada tabel 1 :
Tabel 1. Syarat Mutu Bakso Daging Sapi
Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan
Bakso Daging Bakso Daging Kombinasi
1. Keadaan
3. Kadar abu
% (b/b) Maks. 3,0 Maks. 3,0
4. Kadar protein (N x 6,25)
% (b/b) Maks. 11,0 Maks. 8,0
5. Kadar lemak
% (b/b) Maks. 10,0 Maks. 10,0
6. Cemaran Logam
2.2 SEJARAH
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah
bakso berasal dari kata Bak-So, dalam bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging
babi giling'. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih
umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Seiring berkembangnya
waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan 'daging giling' saja.
Pada awal abad ke-17 akhir dinasti Ming di Fuzhou. Meng Bo seorang anak yang
berinisiatif membantu agar ibunya yang sudah tidak dapat memakan daging dapat makan
daging yang menjadi kesukaannya. Hingga suatu ketika, Meng Bo langsung pergi ke dapur
dan mengolah daging seperti cara tetangganya membuat olahan kue mochi. Setelah daging
empuk, Meng Bo membentuknya seperti bulatan bulatan kecil agar ibunya mudah untuk
memakannya, dari aroma rebusan olahan daging itu tercium aroma kaldu daging yang sangat
lezat. Pada akhirnya, Tak hanya tetangga namun banyak penduduk yang berdatangan untuk
belajar membuat bakso yang dibuat Meng Bo. Dan resep tersebut terus menyebar hingga
sampai ke Indonesia. Walau resep asli dengan resep Indonesia berbeda namun bentuk bakso
yang bulat serta teksturnya yang empuk tetap sama layaknya resep Meng Bo.
Proses pembuatan adonan bakso memerlukan air es atau air dingin sebanyak ± 20-30%
dari berat adonan dengan tujuan untuk membentuk emulsi yang baik dan mencegah kenaikan
suhu akibat gesekan. Selain itu, es berfungsi untuk mempertahankan adonan agar tidak
kering dan rendemennya tinggi (Widayat, 2011).
Menurut Yunarni (2012), proses pencetakan bakso dapat dilakukan dengan tangan
dengan cara meremas-remas adonan di tangan kemudian menekannya ke tengah-tengah jari
antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian adonan yang keluar diambil dengan menggunakan
sendok. Pemasakan bakso harus memperhatikan suhu, hal ini berkaitan dengan proses
denaturasi protein pada bakso sehingga terbentuk gel. Proses pembentukan gel akan terjadi
dalam keadaan garam 0,6 M, pH 6, dan suhu 650oC. Proses pemasakan 12 dilakukan dengan
menggunakan air mendidih atau menggunakan uap panas pada suhu 85-900oC (Yunarni,
2012).
Bakso yang matang ditandai dengan mengapungnya bakso ke permukaan. Selain itu,
kematangan bakso juga dapat dilihat dengan mengiris bakso, apabila bagian dalam tampak
mengkilap agak transparan, tidak keruh seperti adonan lain, maka bakso dikatakan telah
matang. Proses pemasakan bakso biasanya dilakukan selama 15 menit. Bakso yang telah
matang dapat langsung dikonsumsi atau dapat disimpan. Proses penyimpanan bakso dapat
dilakukan pada suhu 50oC (Widayat, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Hardinsyah dan Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nanonano. 2017. Sejarah Bakso Masa Lampau-Asal Usul Nama dan Variasinya.
https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-bakso (diakses pada 09 Maret 2019)