Anda di halaman 1dari 11

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)


Tanaman kayu manis adalah salah satu rempah-rempah yang cukup mudah
ditemukan di Indonesia. menurut Badan Pusat Statistik, luas lahan perkebunan
kayu manis di Indonesia sebesar 91.848 Ha pada tahun 2017 dengan produksi
kulit kayu manis sebanyak 113.362 ton. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran
rendah maupun dataran tinggi (Gusmailina dkk., 2014). Tanaman kayu manis
memiliki tinggi sekitar 1-12 m dan daunnya berbentuk lonjong-elips dengan
panjang sekitar 4-14 cm dan berwarna hijau (Al-Dhubiab, 2012). Kayu manis
terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit, batang, dan daun. Bagian kayu manis yang
sering digunakan adalah kulit kayu manis.
Klasifikasi tanaman kayu manis sebagai berikut (Suwarto dkk., 2014) :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
Kulit kayu manis dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai
kebutuhan sehari-hari karena aroma, rasa, dan kandungan yang dimiliki. Kulit
kayu manis umumnya digunakan untuk keperluan memasak karena aroma khas
yang dihasilkan oleh kulit kayu manis. Selain sebagai pembentuk aroma, kulit
kayu manis juga dapat berfungsi sebagai pengawet alami pada makanan
(Puspitaningtyas dan Prasetyaningryum, 2014). Kulit kayu manis memiliki
beberapa kandungan utama yaitu minyak atsiri dan oleoserin. Syarat mutu kulit
kayu manis berdasarkan SNI 01-3395-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.1
Minyak atsiri merupakan senyawa metabolit sekunder yang tidak termasuk
ke dalam golongan senyawa murni karena tersusun dari beberapa komponen
(Astarini dkk., 2010). Minyak atsiri yang terkandung pada tanaman memiliki
jumlah yang berbeda-beda. Minyak atsiri memiliki sifat mudah menguap,
memiliki bau yang khas, dan berwarna jernih (Koensoemardiyah, 2010). Warna
pada minyak atsiri dapat berubah menjadi lebih gelap atau kecokelatan
dikarenakan adanya reaksi oksidasi dan resinifikasi. Minyak atsiri kulit kayu
manis mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat yaitu sinamaldehida,
sinamil asetat, limonena, hidrosinamaldehisa, α-pinena, dan β-kariofilena (Ardani
dkk., 2010). Senyawa yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri kayu
manis adalah sinamaldehid yakni sebanyak 60 hingga 70% (Gusmailina dkk.,
2014). Syarat mutu minyak atsiri kayu manis berdasarkan SNI 06-3734-2006
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Syarat mutu kulit kayu manis
No. Spesifkasi Satuan Persyaratan
1 Pengikisan - Bersih
2 Warna - kunin, kuning tua, kuning
kecoklatan
3 Rasa - pedas-pedas manis, khas Cassia
Indonesia
4 Serangga utuh mati Ekor maksimum 2 dari total sub contoh
5 Kotoran Mamalia mg/b maksimum 1,0
6 Kotoran binatang lain mg/b maksimum 1,0
7 Kadar jamur/kapang % maksimum 5,0
(bobot/bobot)
8 Cemaran serangga % maksimum 2,5
(bobot/bobot
9 Bahan asing % maksimum 0,50
10 Kadar air (bobot/bobot) % maksimum 14,0
11 Kadar abu (bobot/bobot) % maksimum 5,0
dry basis
12 Kadar pasir (bobot/bobot) % maksimum 1,0
dry basis
Sumber : BSN (1994)
Tabel 2.2 Syarat mutu minyak atsiri kayu manis
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Warna - Kuning muda – coklat muda
1.2 Bau - Khas kayu manis
2. Bobot Jenis 20oC/20 oC - 1,008 – 1,030
3. Indeks bias (nD20) - 1,559 – 1,595
4. Putaran optik - (-5°) s/d (0°)
5. Kelarutan dalam etanol 70 % - 1:3 larut dan jernih
6. Kadar sinamaldehida % Min. 50
Sumber : BSN (2006)
Sinamaldehid adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi berupa aldehid
dan alkena yang terkonjugasi cincin benzena (Amalia dkk., 2015). Beberapa
penelitian telah menyebutkan bahwa sinamaldehid memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja sinamaldehid dalam
menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara bereaksi dengan kandungan
protein yang ada pada sel, merusak sistem koloid dengan adanya koagulasi dan
presipitasi protein sehingga dapat menyebabkan gangguan metabolisme bakteri
dan menghambat pertumbuhan bakteri (Erna dan Rpstiny, 2010). Selain itu,
disebutkan juga bahwa ssinamaldehid juga mampu membunuh bakteri dengan
cara mengubah permeabilitas sel membran sehingga dapat menyebabkan turunnya
tegangan permuaan sel.

Sumber : Wikipedia
2.2 Permen jelly
Permen jelly merupakan salah satu jenis permen yang disukai oleh
masyarakat. Data statistik penjualan produk konfeksionari yang diproduksi oleh
Nestle menunjukkan angka penjualan sebesar 1.000.000.000 CHF setiap tahunnya
pada tahun 2012-2015 (Ghaisani, 2017). Karakteristik permen jelly yang cukup
unik dan berbeda dari permen yang diketahui masyarakat pada umunya menjadi
salah satu alasan banyaknya peminat produk tersebut. Permen jelly memiliki
tekstur yang kenyal, berwarna jernih atau transparan, dan memiliki berbagai
macam rasa yang berasal dari essens ataupun sari buah (Afifah dkk., 2017).
Tekstur kenyal yang terbentuk pada produk ini dihasilkan oleh adanya
penambahan bahan pangan berupa hidrokoloid seperti gelatin, karagenan, pektin,
dan agar (Nanda, 2016).
Permen jelly yang beredar di pasaran biasanya memiliki rasa buah, namun
saat ini sudah dikembangkan permen jelly dengan rasa selain buah dan degan
bentuk yang beraneka ragam. Rasa buah pada permen jelly umumnya berasal dari
sari buah yang ditambahkan pada proses pembuatan permen jelly. Bentuk permen
jelly yang beraneka ragam menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat permen
khususnya anak-anak (Ayustaningawrno dkk., 2014).
Tabel 2.3 Syarat mutu permen jelly
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - normal (sesuai label)
1.1 Bau - normal (sesuai label)
1.2 Rasa - normal (sesuai label)
2 Kadar air % fraksi massa Maks. 20,0
3 Kadar abu % fraksi massa Maks. 3,0
4 Gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi) % fraksi massa Maks. 25,0
5 Sakarosa % fraksi massa Min. 27,0
6 Cemaran logam
6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0
6.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
6.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03
7 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
8 Cemakaran mikroba
8.1 Angka lempeng total koloni/g Maks. 5 x 104
8.2 Bakteri coliform APM/g Maks. 20,0
8.3 E. coli APM/g <3
8.4 Staphylococcus aureus koloni/g Maks.1x102
8.5 Salmonella koloni/g Negatif/ 25 g
8.6 Kapang/khamir koloni/g Maks.1x102
Sumber : BSN (2008)
2.3 Bahan Pembuatan Permen jelly
Karakteristik permen jelly dengan tekstur yang kenyal, warna jernih dan
transparan, dan rasa yang beraneka ragam diperoleh dari bahan-bahan yang
digunakan. bahan yang digunakan untuk membuat permen jelly akan
mempengaruhi karakeristik dari produk tersebut. bahan-bahan utama yang
biasanya digunakan untuk membuat produk tersebut yaitu sari buah, gula kristal
putih (GKP), sirup fruktosa (HFS), gelatin, dan asam sitrat.
2.3.1 Sari buah
Sari buah menjadi komponen atau bahan yang penting pada proses
pembuatan permen jelly. Sari buah yang digunakan cukup bervariasi misalnya sari
bauh jeruk, strawbery, dan melon. Sari buah yang ditambahkan pada saat
pembuatan permen jelly dapat berfungsi sebagai komponen penambah rasa,
pewarna, dan peningkat nilai gizi permen jelly (Ayustaningawrno dkk., 2014).
Kandungan pektin dalam sari buah yang digunakan juga akan mempengaruhi
karakteristik produk yang dihasilkan.
2.3.2 Gula kristal putih
Sukrosa atau gula kristal putih merupakan disakarida yang secara sistematik
kimiawi disebut a-D-glukopiranosil-b-D-fruktofuranosida yang memiliki rasa
manis (Winarno dan Winarno, 2017). Sukrosa memiliki rumus molekul
C6H22O11 dengan berat molekul relatif sebesar 342,3 g/mol. Pada sukrosa
terusun oleh fruktosa dan glukosa yang berikatan antara gugus karbon pertama
pada subunit glukosa dengan gugus karbon kedua pada subunit fruktosa
(Sumbono, 2016). Kelarutan sukrosa dalam air sangat tinggi, jika sukrosa atau
gula kristal putih dipanaskan maka kelarutannya dalam air juga akan bertambah.
Sukrosa yang dipanaskan akan membentuk cairan jernih yang segera akan
berubah warna menjadi coklat membentuk karamel (Koswara, 2009).
Penambahan gula kristal putih pada permen jelly memiliki beberapa fungsi
yang akan mempengaruhi karakteristik produk yang dihasilkan. Penambahan
sukrosa atau gula kristal putih pada pembuatan permen permen jelly memiliki
fungsi sebagai pemanis dan sebagai pengawet. Rasa manis yang dihasilkan
dengan penambahan sukrosa bersifta murni sehingga tidak ada after taste yang
merupakan cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama (Fachruddin,
2011). Penambahan sukrosa dalam konsentrasi yang tinggi akan menurunkan
aktivitas air sehingga permen permen akan awet. Sukrosa memiliki tekanan
osmosis yang tinggi yang sehingga dapat digunakan sebagai pengawet pada
makanan Winarno dan Winarno, 2017).
Tabel 2.4 Syarat mutu gula kristal putih
No. Parameter Uji Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1 Warna
1.1 Warna kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1
4 Polarisasi (ºZ, 20ºC) “Z” Min. 99,6 Min. 99,5
5 Abu konduktiviti (b/b) % Maks.0,10 Maks.0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (SO2) Mg/kg Maks. 30 Maks. 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2 Maks. 2
7.3 Arsen (As) Mg/kg Maks. 1 Maks. 1
Sumber : BSN (2010)
2.3.3 Sirup fruktosa (HFS)
Fruktosa merupakan gula sederhana yang memiliki penyusun kimia yang
sama seperti glukosa namun strukturnya tidak sama. Rumus molekul dari fruktosa
adalah C6H12O6. Fruktosa biasanya banyak ditemukan di buah-buahan dan
madu. Sirup fruktosa tidak berwarna, lebih mudah larut dalam air dibandingkan
dengan glukosa (Shiddieq dkk., 2018). Selain itu, sirup frukosa memiliki tekstur
yang cair dan kental. Sirup fruktosa memiliki rasa manis yang melebihi gula lain.
Menurut Partic (2014), sirup fruktosa memiliki tingkat kemanisan 1,5 kali lebih
manis dibandingkan dengan gula kristal putih atau sukrosa. Selain itu, sirup
fruktosa termasuk pemanis yang lebih sehat karena fruktosa dicerna lebih lama
dan lebih lambat diserap oleh tubuh.
Penambahan sirup fruktosa pada pembuatan permen jelly memiliki fungsi
tertentu yang akan mempengaruhi permen jelly yang akan dihasilkan.
Penambahan sirup fruktosa akan mempengaruhi rasa manis produk sama seperti
funsgi penambahan sukrosa atau gula kristal putih. Menurut Koswara (2009),
sirup fruktosa akan membantu pencegahan terbentuknya kristal gula pada produk,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menaikkan tekanan
osmosis dan menurunkan aktivitas air.
Tabel 2.5 Syarat mutu sirup fruktosa
No. Parameter Uji Satuan Persyaratan
HFS 42 HFS 55
1 Keadaan
1.1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
1.2 Rasa - Manis Manis
1.3 Warna RBU Maks. 35 Maks. 35
2 Kekeruhan (nilai absorbansi pada - Maks. 0,02 Maks. 0,02
720 nm dari larutan 54 Brix)
3 Jumlah padatan % b/b 70,5-71,5 76,5-77,5
4 Abu sulfat % b/b Maks.0,05 Maks. 0,05
5 Fruktosa % (adbk) Min. 42 Min. 55
6 Dekstrosa % (adbk) 50-53 39-42
7 Belerang dioksida (SO2) Mg/kg Maks. 20 Maks. 20
8 Ph (tanpa pengencean) 3,5-4,5 3,5-4,5
9 Cemaran logam
9.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks.0,5 Maks.0,5
9.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2,0 Maks. 2,0
10 Arsen (As) Mg/kg Maks. 1,0 Maks. 1,0
11 Cemaran mikroba
11.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 5,0x102 Maks. 5,0x102
11.2 Bakteri coliform APM/g Maks. 20 Maks. 20
11.3 E. coli APM/g <3 <3
11.4 Kapang Koloni/g Maks. 50 Maks. 50
11.5 Khamir Koloni/g Maks. 50 Maks. 50
CATATAN butir 7 disusulkan untuk dihilangkan
Sumber : BSN (1992)
2.3.4 Gelatin
Gelatin termasuk senyawa protein yang memiliki sifat semi-solid. Gelatin
memiliki warna cenderung kuning dan ada yang tidak berwarna, hampir tidak
memiliki rasa (Ardiansyah, 2017). Gelatin tidak dapat larut dalam air dingin dan
larut pada air dengan suhu sekitar 71ºC. Gelatin didapatkan dari bahan yang kaya
akan kolagen. Pada umumnya, gelatin didapatkan dari jaringan kolagen yang ada
pada bagian hewan sapi atau babi misalnya kulit, tulang, dan jaringan ikat.
Menurut Eletra dkk. (2013), gelatin mengandung asam amino yang dibutuhkan
oleh tubuh seperti valin, histidin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan fenilalanin.
Pada pembuatan permen jelly, penambahan gelatin akan sangat
mempengaruhi tekstur yang diperoleh. Gelatin berfungsi sebagai pembentuk gel
atau gelling agent pada proses pembuatan permen jelly. Menurut Koswara (2009),
gelatin dapat berfungsi sebagai pemantap emulsi, penjernih, dan pengikat air.
Gelatin mengubah tekstur pada permen jelly dengan cara membentuk jaringan dari
molekul-molekul yang telah menyerap air. Partikel gelatin yang telah menyerap
air akan berbentuk cairan, namun pada saat kondisi larutan sudah dingin maka
molekul gelatin akan menjadi kompak dan membentuk gel karena terjadinya
ikatan silang antar molekul lainnya (Eletra dkk., 2013).
Tabel 2.6 Syarat mutu gelatin
Sifat Tipe A Tipe B
Kekuatan gel (Bloom) 50-300 50-300
pH 3,8-5,5 4,7-5,4
Titik isoelektrik 7-9 4,7-5,4
Viskositas (cps) 1,5-7,5 2,0-7,5
Kadar abu (%) 0,3-2 0,5-2
Warna Tidak berwarna sampai Tidak berwarna sampai
kekuningan kekuningan
Logam berat Maks. 50 mg/kg Maks. 50 mb.kg
Sumber : BSN (1995)
2.3.5 Asam sitrat
Asam sitrat merupakan komponen yang akan mempengaruhi tekstur permen
jelly yang dihasilkan. Asam sitrat meruapakan salah satu bahan tambahan pangan
yang memiliki bentuk kritsal seperti gula kristal putih dan berwarna putih
(Suprapti, 2009). Asam sitrat yang ditambahkan pada permen jelly berfungsi
sebagai pemberi rasa asam dan agen pencegah terjadinya kristalisasi gula
(Ayustaningawrno dkk., 2014). Selain itu, asam sitrat juga dapat berfungsi sebagai
katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama masa penyimpanan
permen dan penjernih gel yang akan dihasilkan (Koswara, 2009). Penambahan
asam sitrat pada pembutan permen jelly memang tidak terlalu banyak jika
dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain, namun penambahan asam sitrat
yang tidak banyak tersebut juga berfungsi sebagai antioksidan yang akan
mencegah terjadinya reaksi pencokelatan pada permen pada saat proses
pemanasan berlangsung.
2.4 Proses Pembuatan Permen Jelly
Proses pembuatan permen jelly menurut Koswara (2009) diawali dengan
memanaskan sari buah yang telah ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1.
Proses pemanasan sari buah ini dilakukan hingga larutan telah mencapai suhu
80ºC. Larutan yang telah mencapai suhu 80ºC ditambahkan dengan sirup fruktosa
(HFS), sukrosa, dan asam sitrat hingga mencapai suhu 90-100ºC. Proses
pemanasan ini dilakukan bersamaan dengan proses pengadukan agar semua bahan
yang telah ditambahkan dapat tercampur hingga homogen dan dapat larut. Pada
suhu 90-100ºC, ditambahkan gelatin yang telah dilarutkan ke dalam air panas
dengan suhu 50-60ºC dan diaduk hingga homogen dan mencapai suhu 95ºC.
Adonan permen jelly yang telah mencapai suhu 95ºC dituang ke dalam cetakan
dan dibiarkan hingga dingin kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator dengan
suhu 5ºC selama 24 jam. Permen jelly yang telah dimasukkan ke dalam
refrigerator selama 24 jam dikeluarkan dari cetakan dan ditaburi dengan bubuk
sukrosa dan tepung tapioka yang telah disangrai terlebih dahulu. Proses pelapisan
menggunakan tepung tapioka dan bubuk sukrosa ini dilakukan agar permen jelly
yang dihasilkan tidak lengket satu sama lain.
2.5 Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri gram positif yang dapat
mengeluarkan toksik sehingga sel-sel pejamu dapat rusak (Corwin, 2008).
Streptococcus mutans biasanya membutuhkan substrat berupa karbohidrat atau
gula dengan kondisi lingkungan asam. Streptoccous mutans memiliki bentuk
bulat, bersifat aerob, tersusun seperti rantai, memiliki diameter 0,5-0,7 mikron,
tidak memiliki spora, dan tidak dapat bergerak (Alfath dkk., 2013). Streptococcus
mutans banyak ditemukan di rongga mulut manusia dengan jumlah yang berbeda-
beda.
Taksonomi Streptococcus mutans sebagai berikut (Krieg dkk., 2011) :
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacili
Ordo : Lactobacialles
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi.
bakteri tersebut akan bersifat patogen apabila ditemukan adanya peningkatan
jumlah bakteri tersebut di dalam mulut dengan jumlah yang berlebihan. Bakteri
tersebut akan memfermentasi karbohidrat yang melekat dan tersisa pada gigi
manusia sehingga menghasilkan plak pada gigi dan akan menyebabkan karies
gigi. bakteri ini akan mensintesis polisakarida ekstraseluler glukan dengan ikatan
α(1-3) yang tidak larut dari sukrosa, memproduksi asam laktat dengan cara
fermentasi, bersifat sangat asidogenik jika dibandingkan dengan spesies
Streptococcus lainnya (Sabir, 2005).
Puspitaningrum, D. E., dan Prasetyaningrum, Y. I. 2014. Variasi Favorit Infuse
Water Berkhasiat. Jagakarsa : Imprint Agromedia Pustaka
Suwarto., Octavianty, Y., dan Hermawati, S. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan.
Jakarta : Penebar Swadaya
ARDIANSYAH, D., PENGARUH KONSENTRASI GELATIN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN SIFAT SENSORI PERMEN JELLY JAMUR
TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus).

Ardani, M., Pratiwi, S.U.T. and Hertiani, T., 2010. Efek campuran minyak atsiri daun cengkeh dan
kulit batang kayu manis sebagai antiplak gigi. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), pp.191-
200.
Eletra, Y. and Astuti, S., 2013. PENGARUH KONSENTRASI GELATIN TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN JELLY SUSU
KAMBING. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 18(2), pp.185-195.

Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan,


Kosmetik, dan Aromaterapi. Surabaya : Andi Publisher
Al-Dhubiab, B.E., 2012. Pharmaceutical applications and phytochemical profile of Cinnamomum
burmannii. Pharmacognosy reviews, 6(12), p.125.
Krieg, N.R., Parte, A., Ludwig, W., Whitman, W.B., Hedlund, B.P., Paster, B.J., dkk.,
2011. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology: Volume 4: The Bacteroidetes,
Spirochaetes, Tenericutes (Mollicutes), Acidobacteria, Fibrobacteres, Fusobacteria,
Dictyoglomi, Gemmatimonadetes, Lentisphaerae, Verrucomicrobia, Chlamydiae,
and Planctomycetes. Springer
Alfath, C.R., Yulina, dan Sunnati. 2013. Antibacterial Effect of Granati Fructus Cortex
Extract on Streptococus mutans Invitro. Aceh: Journal of Dentistry Indonesia 2013,
Vol.20, No.1, 5-8.
Corwin, E.J. (2008). Handbook of Pathophysiology, Edisi ketiga. Diterjemahkan oleh:
Subekti, N.B., Editor edisi Bahasa Indonesia: Yudha, E.K., Wahyuningsih, E.,
Yulianti, D., dan Karyuni, P.E. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi ketiga.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 240.
Gusmailina, Kusmiati, E., Zulnely, dan Kulsum, U. 2014. Minyak Atsiri Daun Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii Blume) Serta Eksplorasi Potensi Pemanfaatannya. Bogor : Badan
Litang Kehutanan
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 06-3734-2006. Minyak Atsiri Kayu
Manis. Jakarta : BSN
Sumbono, A. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta : Deepublish
Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 01-3395-1994. Cassia Indonesia.
Jakarta : BSN
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3547.2-2008. Kembang Gula – Bagian
2 : Lunak. Jakarta : BSN
Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI 3140.3:2010. Gula Kristal – Bagian 3:
Putih. Jakarta : BSN
Partic, L. 2014. Perisai Segala Penyakit. Jakarta :Elex Media Komputindo
Shiddieq, D. Sudira, P., dan Tohari. 2018. Aspek Dasar Agronomi Berkelanjutan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2985-1992. Sirup Fruktosa (HFS).
Jakarta : BSN
Sabir, A., 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus
mutans (in vitro)(In vitro antibacterial activity of flavonoids Trigona sp propolis against
Streptococcus mutans). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 38(3), pp.135-141.
Suprapti, M. L. 2009. Kuaci dan Manisan Waluh. Yogyakarta : Kanisius
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3735-1995. Gelatin. Jakarta : BSN
NANDA, T., 2016. PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis) DAN KONSENTRASI
PENGENYAL TERHADAP KARAKTERISTIK SOFT CANDY (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik Unpas).

Amalia, D., Ngadiwiyana, N. and Fachriyah, E., 2015. Sintesis Etil Sinamat dari Sinamaldehid
pada Minyak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) dan Uji Aktivitas sebagai
Antidiabetes. JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA, 21(4), pp.108-113.
Ayustaningawrno, F., Retnaningrum, G., Safitri, I., Anggraheni, N., Suhardinata, F., Umami, C.,
dan Rejeki, M. S. W. 2014. Aplikasi Pengolahan Pangan. Yogyakarta : Deepublish
GHAISANI, J.U., 2017. KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PERMEN
JELLY DARI GELATIN KULIT KERBAU DAN GELATIN SAPI KOMERSIAL (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Koswara .2009. Teknologi Pembuatan Permen. Jakarta: Pustaka Sinar Tambahan
Fachruddin, L. 2011. Membuat Aneka Sari Buah. Yogyakarta : Kanisius
Winarno, F. G., dan Winarno, S. A. A. 2017. Gastronomi Molekuler. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka
Afifah, K., Sumaryati, E. and Sui, M., 2017. Studi Pembuatan Permen Jelly dengan Variasi Konsentrasi Sari Kulit Buah Naga (Hylocereus
costaricencis) dan Ekstrak Angkak. AGRIKA, 11(2).

https://en.wikipedia.org/wiki/Cinnamaldehyde

Anda mungkin juga menyukai