id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Permen Jelly
Permen jelly tergolong jenis permen lunak yang memiliki kenampakan
jernih/transparan dengan tekstur dan kekenyalan tertentu. Karakteristik permen
jelly yang baik yaitu bentuknya padat dan ketika dikunyah teksturnya relatif
lunak dan elastis. Permen jelly dibuat dari campuran gula dan pemanis lain serta
bahan pembentuk gel. Pembuatan permen jelly dapat ditambah dengan sari buah
(Rosida dan Arumsaka, 2019). Penambahan sari buah bertujuan untuk
memberikan cita rasa khas dan warna alami pada permen jelly. Selain buah-
buahan, bahan lain yang dapat dimanfaatkan antara lain kacang-kacangan,
sayuran, dan susu. Dengan ditambahkannya berbagai bahan tersebut, nutrisi
pada permen jelly lebih tinggi dibandingkan permen jelly dengan tambahan
essence dari bahan kimia (Amin dkk., 2018).
Menurut BSN (2008), definisi kembang gula lunak jelly adalah
kembang gula bertekstur lunak yang diproses dengan penambahan komponen
hidrokoloid seperti agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin, dan lain – lain
untuk memodifikasi tekstur sehingga menghasilkan produk yang kenyal.
Setelah dicetak, permen jelly diproses aging terlebih dahulu sebelum dikemas.
Syarat mutu permen jelly diatur dalam SNI 3547.2-2008.
Tabel 2.1 Standar Mutu Permen Jelly Menurut SNI 3547.2-2008
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau Normal
1.2 Rasa Normal
2 Kadar air % fraksi massa Maks. 20,0
3 Kadar abu % fraksi massa Maks. 3,0
4 Gula reduksi (dihitung sebagai % fraksi massa Maks. 25,0
gula inversi)
5 Sakarosa % fraksi massa Min. 27,0
6 Cemaran logam
6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0
6.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
150 gram/buah, dan golongan kecil jika tomat memiliki berat kurang
dari 100 gram/buah. Mutu tomat segar dikelompokkan menjadi 2 yaitu
mutu I dan mutu II. Dasar pengelompokkan tomat segar yaitu harus
sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam SNI 01-3162-1992. Pada
proses produksi permen jelly tomat-nanas menggunakan tomat segar
mutu I sehingga batas kerusakan pada tomat maksimal 5%.
Tabel 2.2 Syarat Mutu Tomat Segar Menurut SNI 01-3162-1992
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Kesamaan sifat, varietas - Seragam Seragam
2 Tingkat ketuaan - Tua, tapi tidak Tua, tapi tidak
terlalu matang terlalu matang
dan tidak lunak dan tidak lunak
3 Ukuran - Seragam Seragam
4 Kotoran - Tidak ada Tidak ada
5 Kerusakan, % Maks. 5 Maks. 10
(jumlah/jumlah)
6 Busuk, (jumlah/jumlah) % Maks. 1 Maks. 1
Sumber : BSN (1992)
b. Nanas
Rasa dari buah nanas yaitu ada yang manis hingga sedikit
asam. Sehingga nanas dikenal akan rasa segarnya. Di balik rasa yang
khas tersebut, buah nanas mengandung senyawa seperti saponin,
flavonoid, dan polifenol yang memiliki berbagai manfaat bagi tubuh
antara lain sebagai antiimflamasi, antioksidan, antibakteri, dan
antifungi. Ciri-ciri buah nanas yang dapat dipanen yaitu warna kulit
nanas berubah dari hijau menjadi hijau kekuningan, tangkai buah
mengkerut, dan mahkota bunga terbuka (Astuti dan Satria, 2020).
Komposisi zat gizi dalam 100 gram buah nanas yaitu 13,7 gram
karbohidrat; 0,54 gram protein; 130 IU vitamin A; 24 mg vitamin C;
dan 150 mg kalium. Seratus gram buah nanas dapat mencukupi 16,2%
kebutuhan vitamin C (Chauliyah dan Etisa, 2015).
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan salah satu buah lokal
Indonesia. Terdapat 4 varietas nanas yang umumnya dijual dipasaran
yaitu spanish, queen, abacaxi, dan smooth cayenne. Adapun varietas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
c. Gelatin
Gelatin termasuk sejenis protein diperoleh dari hidrolisis
parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat dan tulang hewan. Gelatin dapat
digunakan sebagai pembentuk gel, pemantap emulsi, pengental,
penjernih, pengikat air, pelapis dan pengemulsi. Sebagai pembentuk gel,
gelatin dapat mengubah cairan menjadi padatan yang elastis. Sifat
gelatin sebagai pembentuk gel adalah reversible artinya jika dipanaskan
akan membentuk sol dan jika didinginkan akan menjadi gel atau padatan
kembali. Karakteristik tersebut menjadi keunggulan gelatin
dibandingkan dengan bahan pembentuk gel lainnya (Neswati, 2013).
Dalam pembuatan permen jelly, gelatin berfungsi sebagai
gelling agent atau bahan pembentuk gel. Selain itu, penggunaan gelatin
mempengaruhi kekuatan gel, stabilitas gel, suhu meleleh, kandungan
air, dan tekstur akhir permen jelly. Sifat yang dimiliki oleh gelatin
sangat dibutuhkan dalam pembuatan permen jelly. Banyak sedikitnya
gelatin yang digunakan perlu disesuaikan dengan karakteristik permen
jelly yang dikehendaki. Semakin banyak konsentrasi gelatin yang
ditambahkan, maka gel yang terbentuk bersifat kaku. Namun jika
konsentrasi gelatin terlalu sedikit, maka gel bersifat lunak bahkan gel
tidak dapat terbentuk. Sehingga konsentrasi gelatin perlu diperhatikan
(Zia dkk., 2019).
Banyaknya gelatin yang dibutuhkan berkisar antara 7 – 15%
tergantung tingkat kekenyalan permen jelly yang diinginkan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Neswati (2013), penambahan gelatin
sapi sebanyak 11% pada pembuatan permen jelly pepaya menghasilkan
tekstur yang paling disukai panelis. Pada konsentrasi tersebut dapat
membentuk gel yang lunak dan elastis.
Salah satu parameter penentu kualitas gelatin adalah kekuatan
gel. Parameter tersebut berkaitan dengan kekuatan dan kekenyalan gel
yang dapat dibentuk oleh gelatin. Berdasarkan kekuatan gel dan
viskositas, kualitas gelatin dikelompokkan menjadi 5 jenis. Gelatin yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
kualitasnya pada urutan no. 1 memiliki kekuatan gel 210 gram bloom
dan viskositas 32 mp. Gelatin yang kualitasnya pada urutan no. 2
memiliki kekuatan gel 170 gram bloom dan viskositas 29 mp. Gelatin
yang kualitasnya pada urutan no. 3 memiliki kekuatan gel 130 gram
bloom dan viskositas 26 mp. Gelatin berkualitas no. 4 memiliki
kekuatan gel 90 gram bloom dan viskositas 23 mp. Gelatin dengan
kualitas paling rendah pada urutan ke-5 memiliki kekuatan gel 50 gram
bloom dan viskositas 20 mp (Hastuti dan Iriane, 2007). Selain itu,
karakteristik gelatin lainnya yang ditetapkan sebagai standar mutu
gelatin diatur dalam SNI 01-3735-1995 dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Standar Mutu Gelatin Menurut SNI 01-3735-1995
Parameter Satuan Syarat
Warna - Tidak berwarna
Bau, rasa - Normal (dapat diterima konsumen)
Kadar air % fraksi massa Maks. 16
Kadar abu % fraksi massa Maks. 3,25
Logam berat mg/kg Maks. 50
Arsen mg/kg Maks. 2
Tembaga mg/kg Maks. 30
Seng mg/kg Maks. 100
Sulfit mg/kg Maks. 1000
Sumber : BSN (1995)
d. Sukrosa
Dalam pembuatan permen jelly, gula sukrosa berfungsi
sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, dan pembentuk cita
rasa (Jaldin dkk., 2019). Penambahan sukrosa dapat mencapai 60% dari
total bahan. Hal tersebut dapat mempengaruhi tekstur dari permen jelly
karena sukrosa berperan dalam pembentukan body produk. Peran
sukrosa tidak dapat digantikan oleh bahan lain sepenuhnya. Sehingga
sukrosa sangat dibutuhkan dalam pembuatan permen jelly
(Malik, 2010 dalam Murtiningsih dkk., 2018). Berdasarkan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Kartika (2011) pada pembuatan permen
jelly ekstrak kelopak bunga rosela didapatkan hasil terbaik dengan
perlakuan penambahan sukrosa konsentrasi 70%. Standar mutu sukrosa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
2. Bahan Tambahan
a. High Fructose Syrup (HFS)
High Fructose Syrup (HFS) merupakan salah satu jenis gula
cair yang terbuat dari amilum. HFS atau sirup fruktosa biasanya diolah
dari bahan pangan kaya karbohidrat seperti jagung, singkong, dan
kentang. HFS dikenal sebagai pemanis dengan cita rasa lebih segar
dibandingkan sukrosa. (Cahyani dkk., 201). Pemanfaatan high fructose
syrup biasanya digunakan sebagai bahan pemanis makanan maupun
minuman. Keunggulan dari HFS yaitu sifatnya lebih stabil dan mudah
diaplikasikan karena wujudnya cair. Selain itu, kalori HFS tergolong
rendah namun tingkat kemanisannya lebih tinggi dibandingkan sukrosa
(Qonitah dkk., 2016). Menurut Koswara (2009), tingkat kemanisan
sirup fruktosa 1,12 kali lebih tinggi dibandingkan sukrosa.
Dalam pembuatan permen jelly high fructose syrup berfungsi
sebagai pembentuk cita rasa manis dan mempengaruhi pembentukan
gel. Kombinasi antara fruktosa dan sukrosa pada jumlah tertentu dapat
menghasilkan permen jelly dengan tekstur kenyal dan menurunkan
tingkat kekerasannya. HFS sangat diperlukan karena dapat mencegah
terbentuknya kristal gula penyebab turunnya mutu permen jelly
(Koswara, 2009). Penambahan HFS dapat mempengaruhi
kecermelangan warna permen jelly menjadi lebih baik
(Syafutri dkk., 2010).
Penggunaan HFS pernah dilakukan oleh Manurung dkk.
(2018) dalam pembuatan permen jelly dari rumput laut. Dalam
penelitian tersebut, banyaknya HFS 55% dan sukrosa yang ditambahkan
yaitu 11,5% dan 20%. Penelitian lain mengenai permen jelly pernah
dilakukan oleh Sinurat dan Murniyati (2014). HFS dan sukrosa yang
ditambahkan untuk setiap pembuatan 100 gram permen jelly yaitu 20%
HFS dan 35% sukrosa.
Berdasarkan Direktorat Standardisasi Pangan Olahan (2021),
karakteristik dasar sirup fruktosa/high fructose syrup yang memenuhi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
B KIMIA
a. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Antimony mg/liter 0,005
Air raksa mg/liter 0,001
Arsenic mg/liter 0,01
Barium mg/liter 0,7
Boron mg/liter 0,3
Cadmium mg/liter 0,003
Tembaga mg/liter 2
Sianida mg/liter 0,07
Fluroride mg/liter 1,5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
C Bakteriologis
a. Air Minum 0
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml
b. Air yang masuk sistem distribusi 0
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml
c. Air pada sistem distribusi 0
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml
merupakan pemanasan dengan suhu sedang yang dilakukan pada buah dan
sayuran sebelum diolah lebih lanjut. Perlakuan blanching berfungsi untuk
menginaktivasi enzim oksidatif penyebab terjadinya perubahan warna,
flavor, dan nilai gizi. Suhu dan lamanya blanching pada setiap buah dan
sayur dapat berbeda tergantung jenis dan ukuran buah atau sayur serta
metode blanching yang digunakan. Biasanya blanching dilakukan pada
suhu 75–95oC selama 1–10 menit.
2. Pembuatan Permen Jelly
Setelah sari buah ataupun sayur dibuat dan bahan-bahan lain telah
dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya yaitu pembuatan permen jelly dapat
dilakukan. Tahapan proses pembuatan permen jelly meliputi penimbangan
bahan, pemanasan, pencampuran, pencetakan, dan pendinginan. Untuk
menghasilkan produk permen jelly yang bermutu dan sesuai standar, maka
selama proses produksi dilakukan upaya pengendalian mutu pada setiap
tahapan proses. Pengendalian proses produksi permen jelly antara lain
penimbangan bahan sesuai formula menggunakan timbangan yang akurat,
pengecekan suhu pada saat pemanasan menggunakan thermometer,
melakukan pengadukan secara terus-menerus dan memastikan larutan
permen jelly homogen pada saat pencampuran, cetakan yang digunakan
dalam keadaan bersih serta pada saat pendinginan tempat harus diusahakan
bebas dari kontaminasi dan pendinginan pada suhu ruang antara 22–28oC
(Amaliah dan Farida, 2019).
Semua bahan-bahan yang diperlukan meliputi asam sitrat, gelatin,
sirup fruktosa, dan sukrosa ditimbang sesuai formula. Pada tahap
penimbangan bahan, alat yang digunakan berupa timbangan harus dalam
kondisi yang baik dengan tingkat keakuratan tertentu. Pada tahap
pemanasan, bahan yang terlebih dahulu dimasukkan adalah sari buah
ataupun sayur. Kemudian bahan lain yaitu gula pasir, sirup fruktosa, dan
asam sitrat ditambahkan. Menurut Septiani (2015), pemanasan dilakukan
hingga suhunya mencapai 103oC. Setelah itu, suhu pemanasan diturunkan
menjadi 50–60oC. Kemudian gelatin yang telah dilarutkan dalam air
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
(Sucipta dkk., 2017). Menurut Sucipta dkk (2017) dalam bukunya yang berjudul
Pengemasan Pangan mengungkapkan bahwa memilih bahan kemasan dan
teknik pengemasan untuk produk pangan perlu mempertimbangkan beberapa
hal. Pertimbangan utama yaitu kemasan harus mampu mempertahankan mutu
produk dalam jangka waktu tertentu dan melindungi produk dari penyebab
kerusakan seperti benturan, gesekan, kelembaban, cahaya, oksigen, dan
serangga. Pemilihan kemasan yang tepat dapat memperpanjang umur simpan
produk. Saat ini kemasan produk pangan tidak hanya dituntut mampu
memenuhi fungsi dasar kemasan yaitu sebagai wadah, pelindung produk, dan
media komunikasi. Namun juga diharapkan memberikan kemudahan bagi
konsumen terkait penyimpanan dan konsumsi produk. Kemasan dapat berupa
wadah utama produk, kemasan yang dibuang saat produk akan digunakan,
kemasan yang digunakan untuk menyimpan dan pengiriman produk. Kegiatan
pengemasan juga meliputi pelabelan yaitu pemberian informasi pada atau di
dalam kemasan (Sucipta dkk., 2017).
Label adalah keterangan terkait produk yang dapat berupa gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, maupun bentuk lain. Pelabelan produk dapat
dimasukkan ke dalam kemasan, ditempelkan pada kemasan, atau menjadi satu
bagian dengan kemasan (Hartati dkk., 2016). Fungsi label salah satunya sebagai
identitas produk. Informasi mengenai produk yang tercantum pada label
meliputi siapa pembuatnya, dimana produk dibuat, kapan produk dibuat, isinya,
bagaimana produk tersebut digunakan, dan bagaimana cara penggunaan yang
aman (Sucipta dkk., 2017). Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 31 Tahun 2018 tentang label pangan olahan, keterangan yang
dicantumkan pada label paling sedikit mengenai nama produk, daftar bahan
yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan
kode produksi, keterangan kedaluwarsa, nomor izin edar, dan asal usul bahan
pangan tertentu. Beberapa informasi yaitu nama produk, berat bersih atau isi
bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
dalam proses produksi sehingga produk yang dihasilkan tetap sesuai dengan
standar dan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan, mengurangi biaya
yang tidak perlu pada saat proses produksi, serta keuntungan perusahaan
meningkat (Yulia, 2017).
Dalam proses produksi mengolah bahan mentah menjadi produk
setengah jadi maupun produk jadi sangat memungkinkan adanya produk yang
cacat meskipun sudah diterapkan pengendalian kualitas yang baik
(Yulia, 2017). Umumnya perusahaan menetapkan batas produk cacat yang
wajar muncul pada produksi suatu produk. Adapun pada produksi permen jahe
77 menetapkan bahwa proses produksi dikatakan mencapai sasaran kualitas jika
produk cacat kurang dari 2,5% sampai dengan 5% dari hasil produksi.
Dalam menjalankan usaha, pemilik usaha/wirausahawan perlu
memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi kinerja usaha salah
satunya aspek finansial dengan analisis kelayakan usaha. Analisis tersebut
bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan.
Bukan hanya itu saja, analisis finansial juga dapat digunakan untuk
memperkirakan keuntungan yang diperoleh dan sebagai acuan untuk
pengembangan usaha ketika usaha sudah berjalan
(Nainggolan, 2017). Analisis finansial yang dapat digunakan meliputi BEP,
ROI, Payback Period, NPV, Benefit Cost Ratio, dan IRR.
1. Break Even Point (BEP)
Menurut Soeharto (1999) dalam Siahaan (2016), Break Even Point
adalah titik impas yang menunjukkan keseimbangan antara biaya produksi
dengan pendapatan yang diperoleh. Titik impas menunjukkan biaya yang
dikeluarkan dan keuntungan yang diterima adalah nol. Suatu usaha harus
mampu memproduksi dan menjual produknya dalam jumlah tertentu
dengan harga konstan agar biaya yang dikeluarkan sebagai investasi awal
tertutupi sehingga hanya keuntungan yang diterima setelahnya. Dengan
dihitungnya BEP rupiah, maka harga jual produk untuk mencapai titik
impas dapat diketahui. Untuk memperoleh keuntungan, sebaiknya produk
dijual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan nilai BEP rupiah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Dengan demikian suatu usaha layak dijalankan dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai titik impas lebih cepat. Banyaknya jumlah produk yang
terjual dan harga produk untuk mencapai titik impas dapat diketahui
dengan perhitungan BEP unit dan BEP rupiah dengan rumus:
𝐹𝐶 (1)
BEP unit = .......................................................................(1)
(𝑃−𝐴𝑉𝐶)
FC
BEP rupiah = Penjualan produk per bulan + 𝐴𝑉𝐶 .................................(2)
tersebut tidak layak untuk dijalankan (Purwanto dan Santoso, 2011). Nilai
Net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑃𝑉(+)
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 = ....................................................(7)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑃𝑉 (−)
MARR berdasarkan atas tingkat suku bunga pinjaman dari bank. Pada
penelitian yang dilakukan Kusuma (2012) untuk menentukan kalayakan
usaha produksi Nata de Coco, nilai MARR yang digunakan dalam analisis
nilai IRR yaitu 12%. Suatu usaha dikatakan layak untuk dikembangkan
apabila nilai IRR lebih besar daripada nilai MARR atau tingkat suku bunga.
Sebaliknya jika hasil perhitungan IRR menunjukkan nilai yang lebih kecil
dibandingkan nilai MARR, maka suatu usaha tidak layak untuk
dikembangkan (Kusuma, 2012). Untuk menghitung IRR dapat
menggunakan rumus sebagai berikut
𝑁𝑃𝑉 (+)
𝐼𝑅𝑅 = 𝐼1 + (𝐼2 − 𝐼1 ) ............................(9)
𝑁𝑃𝑉 (+) − 𝑁𝑃𝑉 (−)
(Setyawan, 2018)
Keterangan:
I1 = Tingkat discount rate lebih rendah
I2 = Tingkat discount rate lebih tinggi
NPV (+) = Net Present Value yang bernilai positif
NPV (−) = Net Present Value yang bernilai negatif