TINJAUAN PUSTAKA
lainnya dan diolah dengan cara dipanggang. Roti termasuk salah satu produk
jenis berdasaarkan formulasinya, yaitu roti manis, roti tawar, dan adonan soft rolls.
Roti manis adalah adonan yang banyak menggunakan gula, lemak, dan telur pada
formulasinya. Roti tawar adalah adonan roti yang menggunakan sedikit atau tanpa
gula, susu, dan lemak dalam formulasinya. Sedangkan soft roll adalah adonan roti
yang menggunakan gula lebih banyak dibandingkan dengan roti tawar dalam
Roti manis merupakan salah satu produk pangan olahan yang berasal dari
pembuatan roti manis terdiri dari tepung terigu, air ragi, garam, serta bahan
tambahan terdiri dari gula, susu, lemak, dan telur (Fitria, 2013). Roti manis
merupakan salah satu produk bakery yang diolah dari tepung terigu berprotein
tinggi, yakni 12-13% (hard wheat). Hal ini berkaitan dengan kandungan gluten
2004). Berdasarkan SNI (2000) syarat mutu roti manis ditampilkan dalam Tabel1.
4
Tabel 1 Syarat Mutu Roti
dkk, 2016). Tepung terigu dihasilkan dari penggilingan biji gandum. Pada proses
penggilingan biji gandum akan dihasilkan dua jenis tepung, yaitu tepung terigu
putih dan tepung terigu whole wheat (gandum utuh). Tepung terigu termasuk
bahan baku paling baik untuk pembuatan roti, karena tepung terigu mengandung
protein. Apabila tepung terigu ditambahkan air, maka protein akan membentuk
5
gluten (Laili, 2015). Sifat gluten adalah adonan tepung bersifat elastis seperti
karet, mampu memanjang, dan mampu menahan gas CO2 hasil proses fermentasi
ragi. Adanya kemampuan adonan menahan gas tersebut menyebabkan roti lebih
mengembang. Sifat tersebut tidak dimiliki oleh produk pertanian lokal (Kartiwan,
dkk, 2015). Menurut Soekotjo (2010) bahwa terdapat tiga jenis tepung terigu,
antara lain:
1. Tepung terigu keras (hard wheat) : terigu dengan kadar protein minimal 12%
2. Terigu sedang : terigu yang memiliki kadar protein 10-11% dan biasanya
3. Terigu lunak (soft wheat) : terigu yang mempunyai kadar protein 7-9% dan
Ragi adalah mikroorganisme hidup dari keluarga fungus bersel satu (sugar
sebesar 6-8 mikron. 1 gram ragi padat (compressed yeast) mengandung 10 milyar
sel hidup. Ragi memiliki bentuk bulat telur dengan dinding membran yang semi
berpori (semi permeable) dan bereproduksi dengan cara membelah diri (budding),
serta dapat hidup pada lingkungan tanpa oksigen (anaerob) maupun dengan
1. Compressed Yeast, yaitu ragi yang mengandung kadar air 70% sehingga harus
6
2. Active dry yeast, yaitu ragi yang memiliki kadar air 7,5 – 9 % dan cara
3. Instant dry yeast, ragi ini hampir sama dengan active dry yeast, namun dalam
cara penggunaannya tidak perlu dilarutkan dalam air. Apabila kemasan ragi
Gas CO2 yang terbentuk akan ditahan oleh gluten sehingga adonan menjadi
mengembang. Persyaratan yang harus agar ragi dapat beraktivitas secara optimal
antara lain adanya keseimbangan gula, garam, terigu dan air, oksigen cukup
Yulianti, 2007). Suhu optimal yang dibutuhkan ragi untuk melakukan fermentasi
pada kisaran suhu 35o – 60oC, dengan suhu ideal 38oC pada kelembaban 80%.
Pada suhu dibawah 28oC dan diatas 43oC fermentasi ragi akan menurun. Bahkan
pada suhu 55o – 60oC ragi akan mati (Lange dan Bogasari Baking Center, 2004)
2.2.3 Air
Air merupakan bahan yang paling murah dalam pembuatan roti, namun
memiliki peranan sangat besar. Pada pembuatan roti, air berfungsi sebagai
penyebab terbentuknya gluten, pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu,
air juga berfungsi sebagai pelarut garam, dan pelarut bahan-bahan dan
mengaktifkan aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Jumlah air yang
digunakan tergantung pada jumlah protein tepung dan proses yang digunakan.
Faktor-faktor yang terlibat pada proses penyerapan air antara lain 45,4% air
berikatan dengan pati, 32,2% air dengan protein, 22,4% air dengan pentosan.
7
Banyak air yang dipakai akan menentukan mutu dari roti yang dihasilkan
(Koswara, 2009).
2.2.4 Garam
Garam merupakan bahan utama dalam mengatur cita rasa suatu makanan
(Koswara, 2009). Pada pembuatan roti manis, garam berfungsi sebagai penambah
pada adonan roti, penambah kekuatan gluten, mengatur warna kulit roti serta
Garam yang ditambahkan dalam adonan roti berkisar 1-2,5% dari berat tepung
gluten dalam menahan gas karena aktivitas ragi dan laju fermentasi. Sebaliknya,
jika terlalu sedikit jumlah garam yang ditambahkan akan menyebabkan adonan
menjadi hambar, berwarna pucat, dan mengurangi volume adonan karena gluten
tidak mempunyai daya regang yang cukup. Jika garam tidak ditambahkan dalam
adonan maka akan menghasilkan kulit adonan yang sangat pucat dan terjadi
pengerutan pada roti dan rasanya tidak akan memuaskan (Willyandika, 2018).
2.3.1 Gula
Gula adalah salah satu produk hasil perkebunan dari tebu yang banyak
manis adalah gula tebu atau sukrosa. Fungsi penambahan gula dalam pembuatan
roti adalah sebagai makanan unuk ragi, mengatur proses fermentasi, menambah
kandungan gizi, memperbaiki warna kulit roti (proses Maillard atau karamelisasi),
8
memperpanjang umur simpan, dan menjadikan tekstur roti lebih empuk
(Mudjajanto dan Yulianti 2004). Syarat gula yang baik yaitu berwarna putih dan
20% dari berat tepung (Wahyudi 2003). Pada proses mixing adonan, pencampuran
gula harus merata karena akan menyebabkan bintik bintik hitam apabila tidak
2.3.2 Telur
Telur yang biasanya digunakan pada pembuatan roti manis adalah telur
ayam ras. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi telur dan volume telur lebih
besar sehingga mudah diperoleh, serta harganya lebih murah daripada harga telur
yang lain (Subagjo, 2007). Fungsi telur dalam pembuatan roti adalah untuk
menambah nilai gizi dan rasa, memperbaiki warna kulit roti, sebagai bahan
pembantu pengembang, serta memperlunak adonan roti. Telur terdiri dari putih
telur daan kuning telur. Kuning telur berbentuk pada dengan kadar air sekitar
50 % sedangkan putih telur memiliki kadar air 86 % dan bentuknya lebih cair
daripada kuning telur. Putih telur memiliki creaming yang lebih baik
mempengaruhi penampakan dan tekstur roti. Telur yang bermutu baik memiliki
putih telur yang dapat memperbaiki aroma dan tekstur yang keras. Sedangkan
kuning telur mengandung 30% lesitin, yang berfungsi sebagai emulsifier (Lange
dan Bogasari Baking Center, 2004). Penggunaan kuning telur yang banyak paada
adonan akan membuat roti menjadi lebih lembut dan berwarna kuning (Ismayani,
2009).
9
2.3.3 Susu
Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses pembutan roti manis adalah
susu bubuk, skim dan rim. Susu skim banyak mengandung protein (kasein) yang
dapat meningkatkan daya untuk menahan air, sehingga mengeraskan adonan dan
dalam produk roti manis berfungsi sebagai penambah nilai gizi, mengubah warna
kulit, memperkuat gluten, dan menambah rasa (Subagjo, 2007). Penambahan susu
jumlahnya lebih banyak dibandingkan tepung jenis terigu berprotein tinggi agar
dapat memperkuat gluten sehingga mampu membantu gluten dalam menahan gas.
Penambahan susu sebaiknya dalam bentuk susu padat. Bahan padat bukan lemak
pada susu padat dapat berfungsi sebagai bahan penyegar protein tepung
2.3.4 Mentega
butter atau mentega yang berasal dari lemak susu, margarin yang berasal dari
lemak tumbuh-tumbuhan dan lard atau lemak yang berasal dari perut hewan
(Subagjo, 2007). Mentega adalah emulsi air dengan 18% air tersebar secara
merata dalam 80% lemak susu, dengan sejumlah proten yang bertindak sebagai
pengemulsi. Jenis mentega yang berada dipasaran adalah unsalted dan salted.
mengandung lemak 80-85%, air 10-15% dan 5 gram garam, susu, dan bahan lain
10
memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat mencegah air masuk ke dalam bahan
sehingga dapat memperpanjang shelf life. Selain itu lemak dapat memberikan rasa
pengembang karena gas yang mengembangkan adonan roti dihasilkan oleh ragi.
adanya ragi dan gas yang terbentuk cepat hilang sehingga harus segera
yang berlebihan akan merusak susunan gluten, adonan akan semakin panas, dan
mixing adalah jenis alat yang digunakan, kecepatan pencampuran, formula roti,
dan jenis roti yang diinginkan (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Tujuan
11
pencampuran adalah membuat dan mengembangkan sifat daya rekat gluten yang
tidak terdapat dalam tepung dalam tepung. Gluten akan terbentuk apabila
protein dalam tepung terigu dibasahi dengan air, diaduk-aduk, ditarik, dan
2.4.2 Peragian
volume roti. Faktor yang sangat berpengaruh dalam proses fermentasi adonan roti
adalah suhu dan kelembaban udara. Kondisi optimal proses fermentasi adalah
suhu 35oC dan kelembaban udara 75%. Semakin panas suhu ruangan, maka akan
mengubah pati menjadi gula gula sederhana. Gula sederhana yang dihasilkan akan
2.4.3 Pembentukan
ruang dengan suhu hangat selama 3 - 25 menit agar adonan bertambah elastis dan
12
terdiri dari proses pemipihan atau sheating, curling, dan rolling atau
dimasukkan ke dalam loyang yang telah dioles dengan lemak agar roti tidak
lengket pada loyang. Selanjutnya dilakukan fermentasi akhir, yang bertujuan agar
adonan mencapai volume dan struktur remah yang optimum. Agar proses
pengembangan cepat fermentasi akhir ini biasanya dilakukan pada suhu sekitar
38oC dengan kelembaban nisbi 75-85 %. Dalam proses ini ragi roti menguraikan
2.4.5 Pemanggangan
volume adonan cepat karena enzim amilase menjadi lebih aktif dan terjadi
perubahan pati menjadi dekstrin sehingga adonan menjadi lebih cair dan produksi
perusakan yeast karena panas yang berlebihan. Pada saat suhu mencapai 76oC,
mengalami kerusakan karena adanya penarikan air oleh pati. Di atas suhu 76oC
13