id 5
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Roti
Roti didefinisikan sebagai produk makanan yang dibuat dari minimal
empat macam bahan yaitu tepung terigu, air, ragi, dan garam yang dicampur
menjadi satu membentuk suatu adonan dan selanjutnya difermentasi dan
dipanggang dalam oven sampai matang (Rahzarni, 2009). Ditambahkan oleh
Subagjo (2007), pada proses fermentasi roti, adonan akan menghasilkan CO2
dan alkohol. Selain itu roti yang kaya akan cita rasa memiliki bahan tambahan
lain yaitu telur, lemak, susu dan gula. Secara umum roti terdiri dari dua
macam, yaitu roti tawar dan roti manis, perbedaanya terletak pada penggunaan
gula, biasanya roti tawar menggunakan gula di bawah 10% sedangkan roti
manis menggunakan gula diatas 20%. Kadar air roti tidak lebih dari 40 persen
(Santoni, 2009).
B. Roti Tawar
Roti tawar adalah roti yang dibuat dari tepung terigu berprotein tinggi,
air, yeast, lemak dan garam yang di fermentasi dengan ragi roti dan dipanggang
(Mudjajanto, 2008). Menurut Matz (1962) dalam Wijayanti (2007) roti tawar
merupakan salah satu jenis makanan yang berbentuk sponge, yaitu makanan
yang sebagian besar volumenya tersusun dari gelembung-gelembung gas.
Berdasarkan bahan pengembang yang digunakan roti tawar termasuk dalam
yeast raised goods, yaitu adonan yang mengembang karena adanya
karbondioksida yang dihasilkan dari proses fermentasi gula oleh yeast
(Potter, 1978 dalam Wijayanti 2007).
Komposisi roti tawar umumnya terdiri dari 57% tepung terigu, 36% air,
1,6% gula, 1,6% shortening (mentega atau margarin), 1% tepung susu, 1%
garam dapur, 0,8% ragi roti (yeast,) 0,8% malt dan 0,2% garam mineral
(Astawan, 2004). Atau setara dengan komposisi bahan roti tawar pada
umumnya terdiri dari 100% terigu, 1% ragi instan, 2% garam, 0,5% bread
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
seperti kalsium dan fosfat. Pada pembuatan roti air yang digunakan ada
8ºC atau dapat juga dengan air yang es. Air yang
bersuhu rendah digunakan dengan bertujuan memperlambat laju fermentasi
selama proses pecampuran.
4. Garam
Garam disebut juga dengan nama sodium clorida yang sangat
berguna bagi tubuh. Garam terdiri dari 40% sodium (Na) dan 60% klorida
(Cl). Kedua unsur ini merupakan unsur berbahaya jika dimakan secara
terpisah. Natrium logam yang sangat reaktif, dan klor merupakan gas yang
sangat berbahaya. Namun jika kedua unsur ini bergabung menjadi satu
senyawa dengan proporsi yang benar maka akan menghasilkan garam yang
sangat berguna bagi kehidupan manusia. Pemakaian garam pada roti
biasanya berkisar antara 1 – 2 ½ Jika dipakai berlebihan akan menyebabkan
roti berkembang sangat lambat dan kulit roti menjadi terlalu tebal
(Faridah, 2008).
Fungsi garam dalam patiseri adalah garam dapat dipakai sebagai
bahan pengatur manis jika cake terlalu manis. Untuk mengurangi rasa yang
terlalu manis tidak dilakukan dengan mengurangi jumlah gulanya, tetapi
cukup dengan menambah jumlah garamnya. Menahan kelembaban cake.
Dapat menurunkan suhu terjadinya karamel pada adonan cake, yang dengan
demikian akan membantu dalam memperoleh warna kulit yang bagus, yaitu
kecokelat-cokelatan. Garam juga berfungsi sebagai pengatur rasa juga
harum. Karena sifat garam yang higroskopis, sebagian air yang ada dalam
produk akan terserap. Hasilnya, roti atau kue akan menjadi lebih padat.
Garam dapat memperbaiki butiran dan susunan roti akibat kuatnya adonan.
Hal ini secara tidak langsung akan membantu pembentukan warna, butiran,
dan susunan roti. Garam membantu mengatur kegiatan ragi dalam adonan
yang sedang di fermentasi. Dengan demikian garam ikut mengatur
kadarperagian. Garam mencegah pembentukan dan pertumbuhan bakteri
yang tidak diinginkan dalam adonan yang diragi. Menguatkan adonan.
Membantu menyimpan gas CO2 dalam adonan (Faridah, 2008).
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
titik leleh dan memiliki kepadatan yang tetap sebagaimana margarine untuk
rumah tangga. Margarine untuk pembuatan roti dapat mempunyai titik leleh
lebih tinggi, lebih bersifat seperti malam, dan mempunyai batas kepadatan
yang lebih luas (Faridah, 2008).
Cara menyimpan lemak yang baik menurut Faridah (2008) adalah
lemak disimpan pada suhu ± 21o 26,6ºC. Dalam kondisi demikian lemak
dijamin akan dapat bekerja secara maksimal. Lemak tidak boleh disimpan
didekat bahan-bahan yang berbau karena sifatnya yang sangat peka terhadap
bau-bauan. Tempat penyimpanan harus ditutup rapat. Hal-hal yang
menyebabkan bau tengik, seperti cahaya, oksigen dan panas, harus
dihindarkan.
6. Gula
Gula pasir (granulated sugar) adalah gula yang dihasilkan dari
pengolahan air tebu, mempunyai kristal yang besar, memerlukan waktu
agak lama untuk larut dalam adonan, biasanya digunakan sebagai untuk
pembuatan adonan atau taburan berbagai pastry. Gula diperlukan pada
pembuatan patiseri dengan fungsi utama adalah sebagai bahan pemanis,
bahan nutrisi untuk khamir dalam melakukan proses fermentasi, membantu
proses pembentukan krim, membantu dalam pembentukan warna kulit roti
yang baik dan menambahkan nilai gizi pada produk. Gula juga memberikan
efek melunakkan gluten sehingga cake yang dihasilkan lebih empuk. Proses
karamelisasi gula memberikan warna yang baik pada cake. Gula akan
mematangkan dan mengempukkan susunan sel (Faridah, 2008).
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.6 Syarat Mutu Gula Pasir menurut SNI No. 3140-3-2010
Parameter uji Satuan Persyaratan
Warna
Warna kristal CT 4,0- 7,5
Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200
Besar jenis butir Mm 0.8-1,2
Susut pengeringan (b/b) % maks 0,1
Polarisasi (0Z, 200C) “Z” min 99,6
Abu konduktiviti (b/b) % maks 0,10
Bahan tambahan pangan
Belerang oksida (SO2) mg/ kg maks 30
Cemaran logam
Timbal (Pb) mg/ kg maks 2
Tembaga (Cu) mg/ kg maks 2
Arsen (As) mg/ kg maks 1
Sumber: Badan Standarisasi Nasional tahun 2010
Persentase gula yang terlalu tinggi dalam adonan maka hasil cake
akan kurang baik, cenderung jatuh di bagian tengahnya. Gula memiliki sifat
higroskopis (kemampuan menahan air), sehingga dapat memperbaiki daya
tahan roti selama penyimpanan. Pada pembuatan roti manis,
3 25% dari berat
tepung (Iriyanti, 2012). Pada pembuatan roti tawar, gula yang digunakan
lebih sedikit jumlahnya karena gula tersebut hanya berfungsi sebagai bahan
nutrisi bagi kamir dan tidak untuk memberikan rasa manis. Pencampuran
gula yang tidak merata dan terlalu banyak akan menyebabkan bintik-bintik
hitam pada kulit roti dan membentuk lubang besar atau kantung udara pada
produk roti (Faridah, 2008).
7. Telur
Telur merupakan bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan kue
dan cake. Telur bersama tepung membentuk kerangka atau struktur
(proteinnya) cake, selain itu telur juga menyumbangkan kelembaban
(mengandung 75% air dan 25% solid) sehingga cake menjadi empuk,
aroma, penambah rasa, peningkatan gizi, pengembangan atau peningkatan
volume serta mempengaruhi warna dari cake. Telur yang digunakan adalah
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
telur yang segar (pH 7–7,5), tidak dalam kondisi dingin, tidak rusak/pecah
sebelum dipakai. Telur harus di simpan tersendiri dari produk makanan atau
bahan mentah lain supaya tidak terkontaminasi bakteri Salmonella
(Iriyanti, 2011).
Fungsi telur dalam proses pembuatan bahan pangan adalah sebagai
pengental, perekat atau pengikat. Peranan utama telur atau protein dalam
pengolahan pada umumnya adalah memberikan fasilitas terjadinya
koagulasi, pembentukan gel, emulsi dan pembentukan struktur. Telur
banyak digunakan untuk mengentalkan berbagai saus dan custard karena
protein terkoagualasi pada suhu 620C.
Tabel 2.7 Syarat Mutu Telur Menurut SNI No.01-3926-1995
Uji organoleptik Persyaratan
Keadaan utuh, bentuk normal, licin(halus) dan bebas dari
kerabang kotoran yang menempel maupun noda
Kantong udara kedalaman kurang dari 0,5cm, dan tetap
ditempat
Keadaan putih bebas dari noda (darah,daging dan benda asing
telur lainnya) dan kental
Keadaan kuning bulat, posisi diengah dan bersih
telur
Bau bau khas
Sumber:Badan Standarisasi Nasional (1995)
8. Susu Bubuk
Susu bubuk merupakan suatu hasil olahan yang terbuat dari bahan
dasar susu sapi segar yang telah mengalami proses pengeringan melalui
proses spray drying. Setelah itu dilakukan penambahan bahan lain, terutama
untuk mengantikan zat gizi yang telah mengalami keruskan selama proses
pengeringan. Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air
yang terdapat dalam susu sampai batas tertentu, untuk menghambat aktivitas
kimia atau mikroba dalam susu. Sehingga daya simpan susu ini menjadi
lebih lama. Namun, susu memiliki sifat yang rentan atau mudah rusak
terutama oleh kondisi dan lamanya penyimpanan, dengan demikian perlu
diperhatikan bagaimana penyimpanan yang baik, karena pada kenyataannya
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
dan air harus ditimbang dengan teliti. Menimbang garam dan yeast tidak
boleh di alas timbang yang sama. Ketiga jenis bahan tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap kecepatan fermentasi dan rasa dari roti yang
dihasilkan (Wahyudi, 2003).
2. Pengadukan/Pencampuran Bahan (mixing).
Pencampuran bahan dilakukan supaya semua bahan homogen,
adonan mendapat hidrasi yang sempurna pada karbohidratdan protein, pada
proses ini terjadi pembentukan dan pelunakan gluten untuk mendapatkan
penahan gas (gas retention) yang baik (Santoni, 2009). Tujuan pencampuran
untuk pembentukan adonan dan mengembangkan daya rekat yang ditandai
terbentuknya adonan yang lembut, elastis, ekstensibel dan tidak lengket.
Pencampuran bahan dianggap selesai bila adonan sudah menjadi
kalis (lembut, elastis, dan resisten terhadap peregangan/tidak mudah sobek),
yaitu pencapaian pengadukan yang maksimum sehingga terbentuk
permukaan film pada adonan supaya tercapai perkembangan optimal dari
gluten dan penyerapan air. Pada kondisi tersebut gluten baru terbentuk
secara maksimal, sehingga kapasitas gluten sebagai penahan gas juga
maksimal. Menurut Charley (1982) dalam Ningrum (2006), kemampuan
tepung untuk mengikat air mempengaruhi sifat-sifat adonan. Tepung yang
mengikat sedikit air akan menghasilkan adonan yang tidak elastis dan kaku.
Menurut Utami (2010) bila terlalu lama dilakukan pengadukan dapat
menyebabkan struktur gluten rusak sehingga konsistensi adonan menurun,
karena adonan akan semakin panas dan peragianya semakin lambat,
kemampuan menahan gas/udara selama fermentasi menjadi turun, sehingga
roti tidak mengembang dengan sempurna karena sifat elastisnya menurun,
sehingga daya pengembanganya buruk. Sebaliknya pencampuran yang
kurang menyebabkan adonan roti kurang elastis, daya pengembangan roti
kecil dan roti akan runtuh ketika mengembang dalam oven, sebab gluten
tidak mampu menahan gas dalam adonan adonan tidak mengembang
sehingga tekstur menjadi kaku dan porinya kasar (Mudjajanto, 2008).
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
secara cepat agar tidak terjadi perubahan bentuk dan menghindari timbulnya
penguapan pada bagian bawah roti sehingga menjadi berkeringat dan
basah/lembab (Santoni, 2009). Jika dibiarkan pada loyang panas
kemungkinan permukaan bawah yang kontak dengan loyang akan menjadi
gosong. Roti diletakkan di atas kertas roti atau pada anyaman metal tahan
karat supaya uap panas akan keluar dan tidak mengembun pada permukaan
roti. Pendinginan di tempat lembab bisa menyebabkan pengembunan pada
permukaan dankulit roti akan keriput (Wahyudi, 2003).
12. Pendinginan
Pendinginan merupakan proses untuk menurunkan suhu produk ke
suhu kamar untuk mencegah kerusakan saat pemotongan (Santoni, 2009).
Setelah roti dikeluarkan dari loyang roti didinginkan dahulu sebelum
dikemas. Proses pendinginan pada roti yang akan dikemas dilakukan dengan
tujuan mempertahankan tekstur roti sehingga tidak cepat rusak dan
memperpanjang umur simpan roti. Proses pendinginan akan menghilangkan
adanya uap air pada roti manis yang akan dikemas. Kehadiran uap air pada
roti manis ini dihindari karena akan mendukung pertumbuhan jamur. Oleh
karena itu, proses pendinginan ini dapat memperpanjang umur simpan roti
manis. Proses pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan kipas
angin (Ghanie, 2013).
13. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk meghindari pengerasan kulit akibat
menguapnya kandungan air dan mencegah terjadinya kontaminasi dari
bakteri/jamur yang tidak dikehendaki (Santoni, 2009). Pengemasan adalah
suatu cara untuk penyimpanan produk agar tetap awet dan terjaga
kualitasnya. Pengemasan kue sus menggunakan plastik tebal yang tertutup
rapat agar kue sus dapat bertahan lama dan menjaga tekstur dari kue sus.
Syarat pengemasan produk, bahan kemasan terbuat dari bahan yang baik
dan memenuhi persyaratan bagi produk, pengemasan dapat mencegah
terjadinya kontaminasi dari luar terhadap produk (Marom, 2013).
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
6) Jendela
Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak
mudah pecah atau rusak. Permukaan jendela sebaiknya rata, halus,
berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Jendela seharusnya
dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga yang dapat
dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan. Konstruksi
jendela seharusnya didesain dengan baik untuk mencegah
penumpukan debu.
7) Lubang Angin atau Ventilasi
Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara
segar selalu mengalir di ruang produksi dan dapat menghilagkan uap,
gas, asap, bau dan panas yang timbul selama pengolahan. Lubang
angin atau ventilasi seharusnya selalu dalam keadaan bersih, tidak
berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba. Lubang angin atau
ventilasi seharusnya dilengkapi dengan kasa untuk mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran. Kasa pada
lubang angin atau ventilasi seharusnya mudah dilepas untuk
memudahkan pembersihan dan perawatan.
8) Permukaan tempat kerja
Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan
pangan harus dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara,
dibersihkan dan disanitasi. Permukaan tempat kerja harus dibuat dari
bahan yang tidak menyerap air, permukaannya halus dan tidak
bereaksi dengan bahan pangan, detergen dan desinfektan.
9) Penggunaan Bahan Gelas (Glass)
Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya mempunyai kebijakan
penggunaan bahan gelas yang bertujuan mencegah kontaminasi
bahaya fisik terhadap produk pangan jika terjadi pecahan gelas.
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
b. Fasilitas
1) Kelengkapan Ruang Produksi
Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan
dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti. Di ruang produksi
seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam
keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
2) Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan
tambahan pangan (BTP) harus terpisah dengan produk akhir. Tempat
penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan
bukan untuk pangan seperti bahan pencuci, pelumas, dan oli. Tempat
penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti
serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan
ada sirkulasi udara.
3. Peralatan Produksi
Tata letak peralatan produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi
silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan sebaiknya
didesain, dikonstruksi, dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu
dan keamanan pangan yang dihasilkan.
a. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi
1) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan
lama, tidak beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang
sehingga mudah dibersihkan dan dipelihara serta memudahkan
pemantauan dan pengendalian hama.
2) Permukaan yang kontak langsung dengan pangan harus halus, tidak
bercelah atau berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak
menyerap air.
3) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk
pangan oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin/
peralatan, minyak pelumas, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang
menimbulkan bahaya; termasuk bahan kontak pangan/ zat kontak
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
e. Pemberantasan Hama
1) Sarang hama seharusnya segera dimusnahkan.
2) Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu
dan keamanan pangan.
3) Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan
perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus.
4) Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan
tidak mencemari pangan.
5) Penanganan Sampah
Penanganan dan pembuangan sampah dilakukan dengan cara
yang tepat dan cepat: sampah seharusnya tidak dibiarkan menumpuk
di lingkungan dan ruang produksi, segera ditangani dan dibuang.
8. Penyimpanan
Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan
baku, bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik
sehingga tidak mengakibatkan penurunan mutu dan keamanan pangan.
a. Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir
1) Bahan dan produk akhir harus disimpan terpisah dalam ruangan yang
bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, bebas hama, penerangannya
cukup.
2) Penyimpanan bahan baku tidak boleh menyentuh lantai, menempel ke
dinding maupun langit-langit.
3) Penyimpanan bahan dan produk akhir harus diberi tanda dan
menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan sistem First
Expired First Out (FEFO), yaitu bahan yang lebih dahulu masuk dan/
atau memilki tanggal kadaluwarsa lebih awal harus digunakan terlebih
dahulu dan produk akhir yang lebih dahulu diproduksi harus
digunakan/ diedarkan terlebih dahulu.
4) Bahan-bahan yang mudah menyerap air harus disimpan di tempat
kering, misalnya garam, gula, dan rempah-rempah bubuk.
library.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
2) Pengawasan Proses
Pengawasan proses seharusnya dilakukan dengan
memformulasikan persyaratan-persyaratan yang berhubungan dengan
bahan baku, komposisi, proses pengolahan dan distribusi. Untuk
setiap satuan pengolahan (satu kali proses) seharusnya dilengkapi
petunjuk yang menyebutkan tentang nama produk, tanggal pembuatan
dan kode produksi, jenis dan jumlah seluruh bahan yang digunakan
dalam satu kali proses pengolahan, jumlah produksi yang diolah, dan
lain-lain informasi yang diperlukan. Penanggungjawab seharusnya
melakukan tindakan koreksi atau pengendalian jika ditemukan adanya
penyimpangan atau ketidaksesuaian terhadap persyaratan yang
ditetapkan.
12. Penarikan Produk
Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran
pangan karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit/keracunan
pangan atau karena tidak memenuhi persyaratan/ peraturan perundang-
undangan di bidang pangan. Tujuannya adalah mencegah timbulnya
korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi pangan yang
membahayakan kesehatan dan/ atau melindungi masyarakat dari produk
pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
a. Pemilik IRTP harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga
menimbulkan penyakit / keracunan pangan dan / atau tidak memenuhi
persayaratan peraturan perundang-undangan di bidang pangan.
b. Pemilik IRTP harus menghentikan produksinya sampai masalah terkait
diatasi.
c. Produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk
penyebab bahaya seharusnya ditarik dari peredaran/ pasaran.
d. Pemilik IRTP seharusnya melaporkan penarikan produknya, khususnya
yang terkait dengan keamanan pangan ke PemerintahKabupaten/ Kota
setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/ Balai Pengawas Obat
dan Makanan setempat.
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id