MODUL 4
PEMBUATAN NATA DE SOYA
Kompetensi:
1. Mampu menjelaskan tahapan proses pembuatan nata de soya.
2. Mampu membuat nata de soya.
3. Mampu bekerja sama dalam Tim.
1. PENDAHULUAN
Salah satu hasil buangan atau limbah dari pengolahan tahu adalah whey
tahu atau air limbah tahu. Whey tahu biasanya dibuang dan menjadi bahan
pencemar lingkungan baik pada tanah, kolam disekitar pabrik tahu atau pada
sungai tempat membuang air limbah tersebut.
Akhir-akhir ini whey tahu dimanfaatkan sebagai medium untuk
pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan nata. Nata adalah
biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna
putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan
medium cair yang asam dan mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku
air kelapa, dan air limbah pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air
kelapa disebut dengan nata de coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan nata
de soya.
Kandungan gizi whey antara lain protein, laktosa, mineral dan sejumlah
kecil lemak. Whey banyak mengandung senyawa sulfur dan asam amino esensial
(Idris, 2003). Whey tahu mempunyai prospek untuk dimanfaatkan sebagai
medium fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Acetobacter sp
termasuk bakteri Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum dapat mengubah subtrat gula menjadi gel selulosa
yang biasa dikenal dengan nata. Dengan pertolongan bakteri tersebut
(Acetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam substrat
whey tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk
di permukaan medium dengan proses fermentasi.
(makanan penyegar). Jenis nata yang sudah dikenal yaitu nata de coco yang
dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum dengan menggunakan air kelapa
sebagai medium fermentasinya.
Pemberian nama nata disesuaikan dengan media pertumbuhan
Acetobacter xylinum, sehingga ada beberapa nama nata diantaranya nata de pina
yaitu nata yang diperoleh dari sari buah nanas, nata de mango dari sari buah
mangga, nata de cacao dari limbah kakao dan lain sebagainya.
Gambar 1. Nata
sintase
Tabel 2.3 Kandungan Gizi Nata de Soya dan Air Limbah Tahu dalam 100 gr
Air Limbah
Zat Gizi (satuan) Nata de Soya
Tahu
Karbohidrat (g) 20 2
Protein (g) 2,35 1,75
Lemak (g) 1,68 1,25
Serat Kasar (g) 3,2 0,001
Kalsium (mg) 4,6 4,5
Sumber: Enie, Basrah & Supriatna (1993)
2. Berwarna gelap bila sudah basi dan bau kurang sedap bila sudah busuk.
b. Kimia
1. Mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi.
2. Bahan organik buangan tahu mengandung senyawa nitrogen, nitrit,
nitrat, amoniak dan sulfide.
3. Gas, Nitrogen, Oksigen, Hidrogen, Sulfida dan Metana.
2.4.4 Oksigen
Acetobacter xylinum adalah sejenis mikroorgnisme yang bersifat aerob
sehingga didalam merombak gula dan menyusunnya menjadi nata,
mikroorgnisme tersebut memerlukan oksigen yang diperoleh dari oksigen terlarut
dalam medium atau oksigen yang berasal dari udara bebas. Dalam fermentasi
aerob dipandang sebagai nutrisi yang penting tetapi oksigen mempunyai kelarutan
yang sangat kecil yaitu kurang dari 10 mg/liter. Sehubungan dengan hal tersebut,
diperlukan transfer oksigen yang berkesinambungan dari permukaan medium ke
dalam medium. Oksigen biasanya diberikan ke dalam kultur mikroorganisme
dalam bentuk udara (bukan oksigen murni).
Suatu proses metabolisme dan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme
dipengaruhi oleh besar kecilnya kadar oksigen dalam medium. Oleh karena itu
kadar oksigen terlarut meningkat dengan naiknya kadar oksigen terlarut sampai
suatu harga tertentu. Jumlah oksigen yang diperlukan dalam setiap proses
fermentasi berbeda-beda, tergantung dari sumber karbon yang digunakan dan
komposisi kimia sel. Perpindahan oksigen dari udara ke dalam sel
mikroorganisme selama proses fermentasi terjadi melalui tiga tahap yaitu tahap
perpindahan oksigen dari gelembung udara ke larutan, tahap perpindahan oksigen
terlarut dari medium fermentasi ke dalam sel mikroorganisme dan tahap
pengambilan oksigen terlarut oleh sel. Kecepatan perpindahan oksigen dari setiap
tahap dipengaruhi oleh beberapa efek penahanan, seperti kepekatan medium oleh
karena konsentrasi gula yang tinggi. Selain itu, transfer oksigen ke dalam
medium juga dipengaruhi oleh jenis penutup wadah fermentasi dan volume
medium fermentasi.
2.4.7 Starter
Tersedianya starter yang baik merupakan faktor yang penting dalam
memproduksi nata karena kualitas starter sangat menentukan hasil nata yang
diperoleh. Pada pembuatan nata, starter yang digunakan berasal dari kultur cair
Acetobacter xylinum yang telah disimpan selama 3-4 hari sejak inokulasi. Pada
masa penyimpanan itu, jumlah mikroorganisme akan mencapai maksimal. Jumlah
starter yang ditambahkan berkisar antara 10 - 20% dari volume media fermentasi
(Alaban, 1962).
Kriteria penting bagi kultur mikroorganisme agar dapat digunakan sebagai
inokulum yaitu sehat dan berada dalam keadaan aktif, tersedia dalam jumlah yang
cukup, berada dalam bentuk morfologi yang sesuai, bebas dari kontaminan dan
mempunyai kemampuan dalam membentuk produk akhir karena tujuannya adalah
untuk memproduksi sel setinggi-tingginya (Pambayun, 2002). Starter dapat
diperoleh ditoko-toko kimia atau laboratorium dalam bentuk biakan basah siap
pakai.
3. PERCOBAAN
3.1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air limbah tahu (whey
tahu) yang diperoleh dari produsen tahu, starter (bibit Acetobacter xylinum), gula
pasir, ZA, asam asetat. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kain
kasa halus (penyaring), beaker glass, timbangan digital, jangka sorong
(penggaris), hot plate (pemanas), panci, pipet tetes, oven, kertas pH, gelas ukur,
cawan porselin, karet, batang pengaduk, tissu dan wadah fermentasi.
Whey Tahu
Di masak/direbus
Didinginkan
Di inkubasi
( dibiarkan selama 3 hari )
Starter nata
Setelah mendidih dimasukan 0,07 gram ZA, biarkan 5 menit lalu disaring
kembali kotoran-kotoran Whey tahu yang ada
dipermukaan medium. Kemudian
dimasukan 6 gram gula, biarkan 5 menit lalu disaring kembali kotoran-
kotoran yang ada di permukaan medium. Selanjutnya dimasukan 1,5 ml
asam asetat (atur agar pH 3-4), biarkan hingga mendidih, lalu turunkan
larutan dari kompor.
Kemudian 500 ml larutan tersebut dipindahkan kedalam wadah
fermentasi/tupperware, lalu ukur pH dengan menggunakan kertas pH
(pastikan pH berkisar antara 3-4 merupakan pH optimal untuk
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum), atau lakukan penambahan
larutan asam asetat sampai pH menjadi 3-4.
Setelah diukur, larutan di tutup dengan menggunakan kertas dan di ikat
dengan karet lalu biarkan sampai dingin.
Setelah dingin dilakukan pembibitan, dengan cara mengangkat tutup
kertas sedikit disalah satu ujung tupperware, kemudian dimasukan starter
sesuai dengan variasi yang telah ditentukan, lalu ditutup kembali.
Wadah fermentasi disimpan pada tempat yang aman dalam keadaan
tertutup sesuai dengan lama fermentasi yang telah ditentukan.
Diagram alir proses pembuatan nata de soya dapat dilihat pada Gambar
6.
Selanjutnya pemanenan nata de soya. Sebelumnya di ukur terlebih
dahulu pH nata de soya dengan cara membuka kertas yang menutupi
wadah fermentasi/tupperware. Setelah itu, lembaran nata yang telah jadi
di ambil dan ditempatkan kedalam wadah pencucian.
Dilakukan pengamatan.
Didinginkan
Starter
( 10 % -20 % vol. Diinokulasi (ditambahkan)
medium)
3.4 Pengamatan
BeratBasah ( gr)−BeratKering(gr )
Kadar Air (%) ¿ x 100 %
BeratBasah ( gr )
Nata di cuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan lendir
yang melekat. Kemudian nata di angkat dan dibiarkan selama 15 menit agar lebih
kering. Selanjutnya nata ditimbang dan dicatat berat yang terukur pada timbangan
tersebut. Berat nata yang didapat dinyatakan dalam gram.
DAFTAR PUSTAKA