Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 2.1 Luka Memar pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas. (Sumber: Payne
James.Simpson’s Forensic Medicine.London:Hodder Arnold.2011.h.84)
Gambar 2.2. Luka Lecet Geser yang Terjadi Setelah Kecelakaan Sepeda
Motor karena Berkontak dengan Jalan Raya (Sumber: Payne James.Simpson’s
Forensic Medicine.London:Hodder Arnold.2011.h.84)
6. Sekitar luka Ada luka lecet atau Tidak ada luka lain
luka memar
Tepi dari luka robek dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi
yang paling rusak dan tepi yang paling landai menunjukkan arah awal kekerasan.
Sisi luka robek yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Luka robek dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal jika perdarahan terjadi terus
menerus. Luka robek multiple yang mengenai jaringan kutis dan subkutis dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga bisa sampai terjadi kematian.
Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman
yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke
dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.10
Bila luka robek terjadi dekat dengan persendian maka akan terasa nyeri,
khususnya pada saat sendi digerakkan ke arah luka robek tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyababkan emboli lemak pada
paru dan sirkulasi sistemik. Luka robek juga dapat terjadi pada organ akibat
tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperti pada organ jantung, aorta, hati, dan
limpa. Hal yang harus diwaspadai dari luka robek pada organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat.14
Gambar 2.3 Luka Terbuka dengan Gambaran Pinggiran Luka yang Tidak Rata.
(Sumber: Payne James.Simpson’s Forensic Medicine.London:Hodder
Arnold.2011.h.84)
Kekerasan
Mekanik
Korban Karakteristik
Diteliti
Tidak Diteliti
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini diperoleh data selama satu tahun sebanyak 653 kasus
kekerasan tumpul, diantaranya 622 kecelakaan lalu lintas, 29 kasus penganiayaan,
dan 2 kasus bunuh diri.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Derajat Perlukaan Akibat Kekerasan
Tumpul di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Klasifikasi Jumlah (%)
Total 653
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada periode 2016 didapatkan
distribusi derajat perlukaan korban kekerasan tumpul derajat 2 sebanyak 460
orang (70,4%) paling banyak daripada derajat luka 1 sebanyak 125 orang (19,1%)
dan derajat luka 3 sebanyak 68 orang (10,4%).
Terdapat 653 kasus kekerasan tumpul yang menimpa korban dengan
distribusi usia sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Korban Perlukaan Akibat Kekerasan
Tumpul di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Usia Derajat 1 (%) Derajat 2 (%) Derajat 3 (%)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa korban kekerasan tumpul periode
2016 pada perlukaan derajat 1 terbanyak pada golongan usia 11-20 tahun
sebanyak 43 orang (34,4%), kemudian yang paling sedikit pada golongan usia
lebih dari 70 tahun sebanyak 2 orang (1,6%). Korban kekerasan tumpul periode
2016 pada perlukaan derajat 2 terbanyak pada golongan usia 11-20 tahun
sebanyak 160 orang (34,8%), kemudian yang paling sedikit pada golongan usia
lebih dari 70 tahun sebanyak 8 orang (1,7%). Korban kekerasan tumpul periode
2016 pada perlukaan derajat 3 terbanyak pada golongan usia 11-20 tahun
sebanyak 12 orang (17,6%), kemudian yang paling sedikit pada golongan usia
lebih dari 70 tahun sebanyak 4 orang (5,9%).
Korban kekerasan tumpul periode 2016 dikelompokkan berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Korban Perlukaan Akibat
Kekerasan Tumpul di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Jenis Kelamin Derajat 1 (%) Derajat 2 (%) Derajat 3 (%)
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi korban kekerasan tumpul periode
2016 pada perlukaan derajat 1 yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki
sebanyak 77 orang (61,6%) diikuti oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 48
orang (38,4%). Korban kekerasan tumpul periode 2016 pada perlukaan derajat 2
yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 354 orang (76,9%) diikuti
oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 106 orang (23,0%). Korban kekerasan
tumpul periode 2016 pada perlukaan derajat 3 terbanyak adalah jenis kelamin
laki-laki sebanyak 53 orang (77,9%) diikuti oleh jenis kelamin perempuan
sebanyak 15 orang (22,0%). Dari data di atas didapatkan rasio antara korban laki-
laki dan perempuan pada perlukaan derajat 1 yaitu 77 : 48 , pada perlukaan derajat
2 yaitu 177 : 53 , dan pada perlukaan derajat 3 yaitu 53 : 15.
Korban kekerasan tumpul periode 2016 mempunyai pola luka, dengan
distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis Luka Pada Korban Kekerasan Tumpul
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Jenis Luka Derajat 1 (%) Derajat 2 (%) Derajat 3 (%)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis luka terbanyak untuk perlukaan
derajat 1 adalah luka lecet (92%) dan jenis luka yang paling sedikit adalah luka
terbuka tepi tidak rata (16,8%).
Jenis luka terbanyak untuk perlukaan derajat 2 adalah luka lecet (91,3%)
dan jenis luka yang paling sedikit adalah patah tulang (53,7%).
Jenis luka terbanyak untuk perlukaan derajat 3 adalah luka lecet (91,2%)
dan jenis luka paling sedikit adalah patah tulang (55,9%).
Korban kekerasan tumpul periode 2016 mempunyai distribusi lokasi luka
dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Lokasi Luka Pada Korban Kekerasan
Tumpul di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016
Lokasi Luka Derajat 1 (%) Derajat 2 (%) Derajat 3 (%)
Tungkai Atas
17 (13,6%) 80 (17,4%) 9 (13,2%)
Tungkai Bawah
40 (32%) 190 (41,3%) 35 (51,5%)
Lutut
38 (30,4%) 127 (27,6%) 14 (20,6%)
Punggung Kaki
29 (23,2%) 121 (26,3%) 21 (30,9%)
Telapak Kaki
2 (1,6%) 21 (4,6%) 2 (2,9%)
Dari tabel di atas didapatkan lokasi luka terbanyak pada perlukaan derajat
1 adalah pada bagian wajah yaitu sebesar 57,6%. Lokasi luka yang paling sedikit
pada perlukaan derajat 1 adalah pada bagian leher dan genitalia yaitu sebesar
0,8%.
Lokasi luka terbanyak pada perlukaan derajat 2 adalah pada bagian wajah
yaitu sebesar 65,6%. Lokasi luka yang paling sedikit pada perlukaan derajat 2
adalah pada bagian genitalia yaitu sebesar 0,4%.
Lokasi luka terbanyak pada perlukaan derajat 3 adalah pada bagian kepala
dan wajah yaitu sebesar 69,1%. Lokasi luka yang paling sedikit pada perlukaan
derajat 3 adalah pada bagian pinggang yaitu sebesar 1,5%.
BAB 5
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi derajat luka terbanyak pada korban kekerasan
tumpul yaitu derajat luka 2.
2. Kelompok usia terbanyak yang mengalami kekerasan tumpul baik
derajat 1, derajat 2, dan derajat 3 yaitu kelompok usia remaja 11-20
tahun.
3. Korban kekerasan tumpul pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan.
4. Jenis luka terbanyak yang ditemukan pada tubuh korban kekerasan
tumpul baik derajat 1, derajat 2, dan derajat 3 adalah luka lecet.
5. Lokasi luka terbanyak pada tubuh korban kekerasan tumpul baik pada
derajat 1, derajat 2, dan derajat 3 yaitu pada bagian wajah.
6.2 Saran
1. Melanjutkan penelitian dengan menambahkan variabel mengenai
mekanisme terjadinya kekerasan tumpul sehingga hasil penelitian akan
lebih baik.
2. Menambahkan variabel untuk pemeriksaan penunjang pada kasus
perlukaan akibat kekerasan tumpul, sehingga penampakan luka bisa
terlihat dari luar dan dari dalam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ferdinan J dan Mistar Ritongga. Penilaian Alur Luka untuk Menentukan
Penyebab Kematian. Medan: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H.
Adam Malik Medan. 2012.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Abdul Mun’im,
Sidhi, et.al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1997.
3. Mason JK and Purdue BN. The Pathology of Trauma. London: Arnold
Publisher. 1999.
4. WHO. 10 Facts About Violence Prevention. 2017.
http://www.who.int/features/factfiles/violence/en/ Diakses pada 25
Oktober 2017
5. Vugt RV, Frederik K, Digna K, Jaap D, Michael E. Selective Computed
Tomography (CT) Versus Routine Thoracoabdominal CT for High-Energy
Blunt-Trauma Patients. Netherlands:John Wiley & Sons,Ltd. 2013.
6. Steward KA, Groen RS, Kamara TB, Farahzard M, Samai M, Yambasu
SE, et.al. Traumatic Injury in Developing Countries : Report From a
Nationwide Cross-Sectional Survey of Sierra Leone. USA: JAMA Surg.
2013.
7. WHO. The Top 10 Causes of death. 2015.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index1.html. Diakses
pada 25 Oktober 2017
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013.
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas201
3.pdf. Diakses pada 25 Oktober 2017.
9. Knight B and Saukko P.Knight’s Forensic Pathology Fourth Edition.
Florida:CRS Press.2016.h.138.
10. DiMaio VJ and DiMaio D. Forensic Pathology. Florida: CRC Press LLC.
2001.h.109-125.
11. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
12. Susanti, R dan Hidayat, T. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang: Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. 2013.
13. Sampurna B, Syamsu Z dan Siswaja TD. Peranan Ilmu Kedokteran
Forensik dalam Penegakan Hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2005.
14. Idries, AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
15. WHO. World Health Statistics 2008. 2008.
http://www.who.int/whosis/whostat/2008/en/index.html. Diakses pada
tanggal 2 November 2017.
16. Almahmoud K, Namas RA, Malak OA, Zaaqoq AM, Zamora R,
Zuckerbraun BS, et.al. Impact of Injury Severity on Dynamic
InflammationNetworks Following Blunt Trauma. Pittsburgh: HHS Public
Access. 2015.
17. Luthfia T, Mirza Fitri, Khairulanwar. Aspek Medikolegal Korban Mati
Akibat Trauma Benda Tumpul. Malang: Laboratorium Ilmu Kedokteran
Forensik, RSU dr. Saiful Anwar Malang. Hal 9. 2013.
18. Sumardjono. Perbandingan Skala Keluaran Glasgow pada Contusio
Serebri disertai Cedera Kepala Berat Antara Tidakan Craniektomi
Dekompresi dengan Konservatif. Semarang: Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hal 1.
2004.
19. Usmanto A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prognosis pada
Subdural Hematoma Akut. Semarang: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, SMF Bedah RS Dr. Kariadi. Hal 1. 2004.
20. Herlambang PM. Mekanisme Biomolekular Luka Memar. Surakarta:
Kepaniteraan Klinik Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNS,
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hal 6. 2008.
21. Payne-James Z, Jones R, Karch SB and Manlove J. Simpson’s Forensic
Medicine. London: Hodder Arnold. 2011.h.84.
22. Batalis NI. Forensic Autopsy of Blunt Force Trauma. USA: Pathology and
Laboratory Medicine, Medica University of South Carolina. 2016.
https://emedicine.medscape.com/article/1680107-overview#a1. Diakses
pada tanggal 4 November 2017.
23. Shkrum MJ and Ramsay DA. Forensic Pathology of Trauma. India:
Humana Press. 2007.
24. Satyo, AC. Aspek Medikolegal Luka Pada Forensik Klinik. Medan:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik Medan.
2006.
25. Rahmawati, M.L.A. Hubungan Antara Usia dengan Prevalensi Dugaan
Mati Mendadak. Skripsi. Surakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. 2010.
26. Fikri I. Gambaran Pola Luka Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada
Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda Motor di RSUP Dr. M. Djamil
Periode 2015. Padang, Universitas Andalas. Skripsi. 2016.
27. Refluz RZ. Gambaran Pola Luka pada Pemeriksaan Luar Korban
Kecelakaan Lalu Lintas di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari-Desember
2013. Padang, Universitas Andalas. Skripsi. 2014.
28. Afandi, D. Total Luas Luka Sebagai Indikator Penentuan Derajat Luka
pada Kasus Medikolegal. Riau:Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2014.
29. Maulana, R. Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di Rumah Sakit
Umum Daerah Dumai Periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2012. Riau,
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Skripsi. 2014.
30. Septi, W. Gambaran Visum et Repertum Perlukaan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kuantan Singingi Periode 1 Januari 2009 – 31 Desember 2013.
Riau, Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Skripsi. 2014.
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Ethical Clearance
Lampiran 3 : Master Table