Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma
listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik
atau disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Rangkaian listrikdalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen
listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen
memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen
atau komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam
elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang
menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus.
Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan
energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat menyerap energi
dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak juga yang
menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik
yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik
tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang
serius, terutama pada jantung, otot atau otak.
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan
oleh kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah
(DC). Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik disebabkan oleh dua
mekanisme yaitu terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati
jaringan. Pemanasan akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada
jaringan akan menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya
pada sel-sel saraf pembuluh darah dan otot.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan
benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke
potensial rendah. Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif
(berlawanan arah dengan elektron-elektron).

Bagian-bagian listrik, antara lain:


a. Arus listrik (I)
Arus listrik searah atau direct current (DC) mengalir secara terus
menerus ke satu arah, dipakai dalam industri elektrolisis, misalnya
pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan
pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt).
Sumber misalnya baterai dan accu.
Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC) mengalir
bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus
DC, tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.
b. Frekuensi listrik
Satuan: cycle per second atau hertz, yang paling sering
digunakan 50 dan 60 hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage
20.000-40.000 volt tidak begitu berbahaya dapat digunakan sebagai
diatermi. Tubuh sangat tidak peka terhadap frekuensi yang sangat
tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz atau lebih
dari 1.000 hertz.

2
c. Tegangan (voltage/V)
Satuan: volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah
konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram
listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays
therapy dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan
20 ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah
6 ampere. LET GO CURRENT = kuat arus dari aliran listrik
dimana korban masih bisa melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan: ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik
(I) sama dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan
(R) dari medium.

Panas yang terjadi tergantung dari:


1. banyaknya arus
V
2. lamanya kontak I=
R
3. besarnya hambatan
Hal ini sesuai dengan rumus :

Keterangan: W = panas yang dihasilkan (kalori)

I = kuat arus (ampere)


W = I2 R t
R = hambatan (ohm)

t = waktu (detik)

3
2. Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat
seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa
disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Luka akibat trauma listrik dipengaruhi faktor besar tegangan
(terutama yang mematikan ialah tegangan sedang sebesar 65-1000 V
dibanding tegangan tinggi), kuat arus (semakin besar arus, semakin
berbahaya dan arus bolak balik lebih berbahaya), tahanan kulit, arah aliran
listrik (mematikan bila melintasi otak atau jantung), luas permukaan
kontak, dan lama kontak. Pada korban terdapat luka bakar dengan tepi
menonjol dan sekitarnya pucat dikelilingi kulit hiperemis, mungkin
disertai metalisasi dan magnetisasi. Kematian akibat trauma listrik
terutama karena fibrilasi ventrikel, serta kelumpuhan otot dan pusat
pernapasan.
Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (Volt), kuat
arus (ampere), tahanan kulit (ohm) luas, dan dan lama kontak. Tegangan
rendah (< 65 V) biasanya tidak berbahaya bagi manusia, tetapi tegangan
sedang (65-1000 V) dapat mematikan. Banyaknya arus listrik yang
mengalir menuju tubuh manusia menentukan juga fasilitas seseorang.
Makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan hidup. Selain
faktor-faktor kuat arus, tahanan, dan lama kontak, hal lain yang penting
diperhatikan adalah luas permukaan kontak. Suatu permukaan kontak
seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat
mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, karena pada kuat arus letal
(100 mA), kepadatan arus pada daerah selebar telapak tangan tersebut
hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk menimbulkan jejas
listrik. Kuat arus yang memungkinkan bagi tangan yang memegangnya
untuk melepaskan diri disebut let go current yang besarnya berbeda-beda
untuk setiap individu.
Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa
kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang

4
menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit
yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya.
Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik. Sesuai mekanisme
terjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara makroskopis juga bisa
timbul akibat persentuhan kulit dengan benda atau logam panas
(membara). Walaupun demikian keduanya dapat dibedakan dengan
pemeriksaan mikroskopis. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena
dapat juga ditimbulkan pada kulit mayat atau pasca mati (namun tanpa
daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan.
Luka akibat petir. Petir adalah arus listrik tegangan tinggi antar
awan dengan tanah. Tegangan dapat mencapai 10 mega Volt, dengan kuat
arus mencapai 100.000 A. Kematian dapat terjadi karena efek arus listrik
(kelumpuhan susunan saraf pusat, fibrilasi ventrikel), panas, dan ledakan
gas panas yang timbul. Pada korban akan ditemukan aboresent mark
(kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan
partikel metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit), magnetisasi (benda
metal yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar dan
robek-robek akibat ledakan/panas.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai
dan accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada
rumah maupun pabrik.

3. Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan
cedera dengan atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi
abnormal irama elektrik pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka
bakar elektrik internal maupun eksternal melalui panas dan pembentukan
pori di membran sel.

5
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi
mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak.
Arus AC dapat menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.
Aliran listrik yang lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang
diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran dapat mengakibatkan mionekrosis,
mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai komplikasi. Selain itu
dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat
sengatan arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC
dengan intensitas 70-80 mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan
arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa
menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi
biologis kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat
menimbulkan kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan
akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal
maupun general. +60% kematian akibat listrik arus listrik dengan
tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah
terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu pada
tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.
c. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang
terbesar terdapat pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang,
lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata
500-10.000 ohm. Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat
resistensinya, hal ini bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah
relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang

6
berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Menurut hitungan
Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-
2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline, maka
tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan
tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam
atau adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi
keringat meningkat. Pertimbangkan tentang transitional resistance,
yaitu suatu tahanan yang menyertai akibat adanya bahan-bahan yang
berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara tubuh dengan
bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-lain.
d. Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat
tertentu perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere.
Arus yang di atas 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat
menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik
terhadap tubuh:

mA Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari
aliran listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel

Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas


ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat arus 100 mA atau lebih.
e. Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada
tanah yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang

7
yang berdiri dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena
pada keadaan pertama tahanannya rendah.
f. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak
jumlah arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan
bertambah besar dan luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi
spasme otot-otot sehingga korban malah menggenggam konduktor.
Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama sehingga korban jatuh
dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi,
korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber
listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan
tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk
otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.
g. Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak
masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik
(point of entry) dan letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus
listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk
dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk
dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak
berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap sebagai
kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau
terkena aliran listrik, alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator,
terutama yang terbuat dari karet.

4. Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik
disertai trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan
korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab
kematian yang segera.

8
Sebab kematian atau Multiple Cause of Death karena arus listrik
yaitu:
i. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70
mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan
menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus
listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui
kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh
melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain
maka 60% yang meninggal dunia.
ii. Paralisis pernapasan (respiratory paralysis)
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban
meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-
otot karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul
kematian. Terjadi bila arus listrik yang memasuki tubuh korban
di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas
bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut
Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80
mA, sedangkan ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.
Mekanisme ini agaknya berkaitan dengan asfiksia traumatik,
dan menimbulkan sianosis yang hebat, petechial haemorrhages
sedikit, tidak terlampau menyebar atau mencolok tetapi masih
dapat dilihat pada konjungtiva, palpebrae, dan wajah.
iii. Paralisis pusat nafas
Jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan
juga oleh trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi
koagulasi dan akibat efek hipertermias. Bila aliran listrik
diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun masih
berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan
korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika

9
kepala merupakan jalur arus listrik. Bentuk yang berlawanan
dalam akibat yang ditimbulkan bila seseorang terkena arus
listrik yang melintas kepala, dapat dilihat pada para penderita
penyakit jiwa yang untuk mengatasi keluhan sering dilakukan
electro convulsive therapy, dimana si penderita akan tetap
hidup.

Penyebab kematian utama akibat sengatan listrik adalah karena


terjadi henti jantung. Setelah memasuki tubuh listrik akan keluar tubuh
melalui sisi kontralateral sehingga listrik akan melewati jantung. Sengatan
listrik yang melewati jantung tersebut akan mengganggu sistem kelistrikan
jantung dan energi panas yang ditimbulkannya akan merusak miokardium,
hal ini ditandai dengan adanya fibrilasi ventrikel dan ventrikel asistol yang
akhirnya menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu.
Kerusakan histopatologis otot jantung berupa titik hiperkontraksi
akibat paparan listrik bolak balik adalah karena saat listrik masuk di
permukaan tubuh melalui tangan kanan atau tangan kiri, listrik tersebut
akan keluar lagi melalui tangan kontralateral atau kaki kanan atau kaki kiri
korban, jalur tersebut menyebabkan arus listrik menyeberangi jantung,
sehingga menyebabkan gangguan fungsi jantung, elektron-elektron dari
listrik yang masuk dari luar tubuh mengalir ke dalam ruang intraseluler
dan ekstraseluler di dalam jantung akibatnya electron-elektron tersebut
mengacaukan potensial membran seluruh sel otot jantung. Tanpa
rangsangan dari luar membran otot jantung sendiri akan mencapai nilai
ambang dan menghasilkan potensial aksi pada suatu kecepatan yang
teratur namun akibat adanya pengaruh elektron listrik dari luar potensial
aksi pun meningkat. Hal ini mengakibatkan suatu kondisi depolarisasi-
repolarisasi yang terus menerus sehingga akhirnya dapat terjadi tetani.
Salah satu manifestasi secara mikroskopis dari otot jantung yang
mengalami tetani adalah adanya gambaran serabut otot yang tampak
bergelombang (hiperkontraksi). Kerusakan yang ditimbulkan pada organ

10
yang dilalui oleh arus listrik ini bersifat dapat pulih (reversibel) maupun
tidak dapat pulih (irreversibel) melalui mekanisme elektroporasi, panas
(joule heating), hiperkontraksi dan rupture serabut-serabut otot. Semakin
besar arus listrik yang memasuki tubuh maka semakin parah kerusakan
organ dalam. Jumlah arus listrik yang memasuki tubuh dipengaruhi oleh
variabel-variabel elektrofisik, yaitu; besar kuat arus listrik, tegangan,
resistensi tubuh, jalannya aliran listrik, lama waktu kontak, tipe lintasan
arus listrik, dan luas daerah yang terpapar dengan listrik.

5. Pemeriksaan Korban

a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)


Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang
membuatnya kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang
perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan arus listrik atau
menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian korban
diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia. Bilamana belum
ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati suri dan
perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat
jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan
buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan
pengobatan utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini
dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-
tanda kematian pasti.
b. Pemeriksaan Jenazah atau pada pemeriksaan autopsi
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric mark/stroomerk
van jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain:

11
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana listrik masuk ke dalam tubuh dengan tegangan listriknya
yang rendah sampai sedang. Electric mark berbentuk bundar atau
oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan
kulit diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk
dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus lisrtrik yang
mengenai tubuh.

Gambar electric mark


2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak
antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup
lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat
pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar Joule burn

3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda


yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah

12
mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt.
Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat
berat, yang tidak jarang disertai patahnya tulang-tulang. Dengan
demikian, dapat dibedakan apakah luka bakar pada korban yang
terkena arus listrik itu termasuk joule burn atau luka bakar
tersebut terjadi karena panas dari luar seperti pada exogenous
burn.

Gambar exogenous burn

b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas.
Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling
banyak adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung
akan terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru
didapatkan edema dan kongesti. Pada korban yang terkena listrik
tegangan tinggi, Custer menemukan pada puncak lobus salah satu
paru terbakar, juga ditemukan pneumothorak, hal ini mungkin
sekali disebabkan oleh aliran listrik yang melalui paru kanan.
Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata. Petekie atau
perdarahan mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100
kasus fatal akibat listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas.,

13
sedangkan pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik
yang besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga
tulang meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat
yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus
akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva korban
terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh
darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi
pendarahan kemudian terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada
electric mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda
kekerasan oleh listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan
bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang
memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna
lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum
menggelembung dan vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis
menjadi lonjong dan tersusun secara palisade. Ada sel yang
mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari
stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang
dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.

Gambaran histologis luka petir

6. Luka Akibat Petir

14
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere
yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi. Seseorang yang
disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh
faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan (blast effect):
a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :

Surface burn adalah suatu keadaan dimana luka bakar terdapat


pada tubuh biasanya berkaitan dengan benda metal yang dipakai
korban.
Linear burn adalah luka bakar yang mempunyai ukuran 2,5 cm-25
cm x 2,5 mm-3 mm yang sering didapatkan di daerah kulit yang
mempunyai tahanan rendah, misalnya pada daerah yang basah atau
daerah lipatan-lipatan kulit.
Arborescence atau filigree burn adalah dari luka bakar yang
mempunyai gambaran bercabang-cabang seperti cabang atau
ranting pohon, yang segera akan menghilang bila korban cepat
mendapat pertolongan.

Gambar Arborescence atau filigree burn


b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan
seluruh tubuh korban dapat terbakar atau hangus.

15
Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti
perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti
dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan saat
kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka
listrik (electrical burn).

Gambar metalisasi
c. Efek ledakan:
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi
akibat perpindahan volume udara yang cepat dan ekstrim. Setelah
kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh
udara kembali sehingga menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban
terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda
tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak,
epidural/subdural bleeding.

7. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan
listrik rusak atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri,
kematian dapat dihasilkan dari kontak dengan kabel yang berarus, atau
dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun saklar-saklar.
Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus bunuh

16
diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus dianalisis
untuk mengetahui apakah korban telah rusak pada saat kecelakaan. Bunuh
diri jarang terjadi. Orang biasanya menggulung kawat ke pergelangan
tangan atau jari-jarinya, yang kemudian dihubungkan ke arus listrik,
dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati
akibat petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat
korban luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut dapat
ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka robek, dan
fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan berdasarkan riwayat
badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari sambaran
petir, dan magnetisasi terhadap bahan logam.

17
BAB III
PENUTUP

1. Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir
ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi organ dalam.
2. Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi dua yaitu luka listrik
akibat kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3. Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit
(AC/DC), lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya
arus dan luas area kontak.
4. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah
memutuskan aliran listrik selekas mungkin.
5. Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan
berdasarkan tinggi-rendahnya tegangan listrik, yaitu tegangan listrik pada
kisaran rumah tangga, industri dan karena petir.
6. Autopsi terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pada
pemeriksaan luar didapatkan Elecrtic mark, Joule burn, dan Exogenous
burn. Pada pemeriksaan dalam didaptkan jantung penuh berisis darah,
kongesti organ dalam, paru oedema, perdarahan conjunctiva, pericard, otot
bisa putus, Pearl like body pada tulang, dan tulang bisa patah.
7. Sebab kematian adalah fibrilasi ventrikel, paralisis pernapasan, dan
paralisis pusat pernapasan.

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Budiyanto Arif, Widiatamaka Wibisana, et al. Traumatologi Forensik. Ilmu
Kedokteran Forensik. Ed I. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1997. p 52-50.
2. Venita, Safitri Oktavinda. Forensiik pada Kasus Perlukaan
(Traumatologi). In : Tanto Chris et al, editor. Kapita Selekta Kedokteran
Essentials of Medicine. Ed IV. Jil II. Jakarta : Media Aesculapius ; 2014.
p 890.
3. Munim Abdul, Legowo Agung, dkk. Sistimatik Pemeriksaan Ilmu
Kedokteran Forensik Khusus pada Korban Perlukaan. In : Munim Abdul.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta :
Sagung Seto ; 2011. p 141-140.
4. Munim Abdul. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Tangerang Selatan :
Binarupa Aksara Publisher. p 134-125.
5. Prahlow Joseph. Forensic Pathology for Police, Death Investigators,
Attorneys, and Forensic Scientists. USA : Humana Press ; 2010. p 465-
449.

6. Sabiston David C. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta : EGC ; 1995. p


160-159.

7. Dzhokic Gjorgje, Jovchevska Jasmina, dkk. Electrical Injuries: Etiology,


Pathophysiology and Mechanism of Injury. Macedonia : Macedonian
Journal of Medical Sciences ; 2008. p 58-54.

8. Spies Christian, Trohman Richard. Narrative Review: Electrocution and


Life Threatening Electrical Injuries. Vol. 145. Number 7. America :
American College of Physicians ; 2006. p 534-531.

19

Anda mungkin juga menyukai