Anda di halaman 1dari 6

BIOETIKA

Nama

: Alexander Felix

NIM

: 102014128

Kelompok

: A3

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi

: JL . Tanjung Duren Raya Lama NO . 2 Jakarta Barat

Email

: alexander.2014fk128@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma
norma atau nilai nilai moral . Bioetika atau bioetika medis merupakan studi indisipliner
tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang ( Bertens, 2001 ) . Bioetika
mencakup isu isu sosial, agama, ekonomi, dan hokum bahkan politik . Bioetika selain
membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplatasi organ, teknologi
reproduksi buatan, dan rekayasa genetic, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya
yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan
tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya .
Kaidah dasar bioetik memiliki 4 prinsip dasar yaitu :

BENEFICENCE
NON MALEFICENCE
JUSTICE
AUTONOMY

1. BENEFICENCE
Prinsip ini digunakan ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan
berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang terbaik
untuk kepentingan pasien .
Dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan
lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya .
Kaidah yang terdapat didalam BENEFICENCE
Mengutamakan alturisme ( menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain )
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
Memandang pasien / keluarga / sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter
Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya
Paternalism bertanggung jawab / berkasih sayang
Menjamin kehidupan baik minimal manusia
Pembatasan goal based
Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / prefensi pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban menolong pasien gawat darurat
2. NON MALEFICENCE

Prinsip ini digunakan ketika pasien ( berubah menjadi atau dalam keadaan ) gawat
darurat dimana diperlukan suatu intervensi medic dalam rangka penyelamatan
nyawanya .
Kaidah yang terdapat didalam NON MALEFICENCE
Menolong pasien emergensi
Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah
Pasien dalam keadaan amat berbahaya ( darurat ) atau beresiko

hilangnya sesuatu yang penting ( gawat )


Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter ( hanya

mengalami resiko minimal )


Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien ( tidak melakukan euthanasia )
Tidak menghna / mencaci maki / memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek
Mengobati secara proporsional
Mencegah pasien dari bahaya
Menghindari mispresentasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
3. AUTONOMY
Prinsip ini digunakan ketika muncul ( berubah menjadi atau dalam keadaan ) pada
sosok pasien yang dewasa dan berkepribadian matang untuk menentukan nasibnya
sendiri
Kaidah yang terdapat didalam AUTONOMY
Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan ( pada kondisi

elektif )
Berterus terang
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Tidak mengintervensi dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,

termasuk keluarga pasien sendiri


4. JUSTICE
Prinsip ini digunakan pada ( berubah menjadi atau dalam keadaan ) konteks
membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri .
Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara dalam mengalami
gangguan kesehatan di luar diri pasien, serta membahas hak hak sosial masyarakat
atau komunitas sekitar pasien .

Kaidah yang terdapat dalam JUSTICE


Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Member kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien ( affordability equality, accessibility,

avabilability, quality )
Menghargai hak umum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan ( yang paling merugikan )
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien

Pembahasan
Pada pembahasan ini terdapat kasus seorang perempuan, 21 tahun, dengan radang usus buntu
dibawa ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit . Kondisi pasien dalam keadaan sakit
parah dan membutuhkan perawatan segera yang intensif . Setibanya di unit gawat darurat
perawat yang menerima pasien terkesan biasa biasa saja, lamban, dan tidak mengacuhkan .
Dokter pun baru datang memeriksa pasien setelah 1 jam kemudian, setelah memerksa pasien
dokter mengatakan bahwa pasien harus dioperasi . Pelaksanaan operasinya tidak bisa segera,
karena dokter tersebut masih banyak jadwal operasi yang lain . Keadaan pasien bertambah
buruk dan jiwanya tidak tertolong lagi
Check List ( Observation Sheet )
NON MALEFICENCE
N
O
1
2

Tidak Merugikan ( Non Maleficence )

Ada

Menolong pasien emergensi


Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :
A. Pasien dalam keadaan amat berbahaya ( darurat )
Atau
Beresiko hilangnya sesuatu yang penting ( gawat )
B. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan

Tidak ada

tersebut
C. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
D. Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian
dokter ( hanya mengalami risiko minimal )
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien ( tidak melakukan euthanasia )
Tidak menghina / mencaci maki / memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek
Mengobati secara tidak proporsional
Tidak mencegah pasien dari bahaya
Menghindari mispresentasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Tidak memberikan semangat hidup
Tidak melindungi pasien dari serangan
Tidak melakukan white collar crime dalam bidang

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

kesehatan/kerumah-sakitan yang merugikan pihak


pasien/keluarganya

Didalam check list NON MALEFICENCE diatas dapat kita lihat ada 3 poin yang
menunjukkan bahwa dokter tersebut termasuk dalam NON MALEFICENCE

2.A. Pasien dalam keadaan amat berbahaya ( darurat ) atau Beresiko hilangnya
sesuatu yang penting ( gawat ) itu ditunjukkan pada pasien yang mengidap penyakit

radang usus buntu dan dalam keadaan gawat darurat


8. Tidak mencegah pasien dari bahaya itu ditunjukkan bahwa dokter menyuruh pasien
menunggu satu jam karena dokter tersebut masih banyak jadwal operasi padahal

pasien tersebut dalam keadaan gawat darurat


10. Tidak membahayakan hidup pasien karena kelalaian, dokter tersebut melakukan
kelalaian dengan menyuruh pasien tersebut menunggu satu jam padahal kondisi
pasien sedang gawat darurat . Seharusnya dokter tersebut memberikan pasien tersebut
kepada dokter lain yang sanggup menangani pasien tersebut .

Di dalam KODEKI dokter tersebut melanggar pasal 10 dan 13 . Pasal tersebut berbunyi :
Pasal 10 :
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien . Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut .

Pasal 13 :
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu memberikan .
Sumpah dokter adalah sumpah yang dilakukan ketika orang tersebut dilantik menjadi dokter .
Sumpah yang dilanggar dokter tersebut berbunyi :
Saya akan selalu mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat
Kesimpulan
Kesimpulannya yang saya dapat adala pada kasus di atas dokter tersebut termasuk NON
MALEFICENCE dan melanggar KODEKI pasal 10 dan 13 dan sumpah dokter .
Daftar Pustaka
Buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Ed 4 oleh Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah,
Sp.OG(K) dan Prof. dr. Amri Amir, Sp.F(K), SH

Anda mungkin juga menyukai