Anda di halaman 1dari 25

Mekanisme dan Gangguan pada Pendengaran

Pendahuluan
Pada manusia, organ pendengaran atau telinga merupakan salah satu bagian dari tubuh yang
mempunyai fungsi sensoris ganda yaitu untuk mempertahankan keseimbangan dan
mendengar(stato-akustik).1 Gangguan yang terjadi pada pendengaran manusia dapat
diakibatkan karena beberapa hal yang berhubungan dengan fungsi organ pendengaran itu
sendiri ataupun proses dan mekanisme pendengaran yang terjadi dalam tubuh manusia.
Dengan memahami struktur dan fungsi organ-organ yang berhubungan dengan pendengaran,
beserta mekanisme yang terjadi didalamnya pembaca diharapkan dapat memahami secara
lebih dalam tentang penyebab terjadinya gangguan pendengaran yang seringkali dialami oleh
manusia.

Pembahasan
A. Struktur Makroskopik dan Mikroskopik
1. Organ Telinga
Organ telinga (auris) atau yang disebut dengan aparatus vestibulokoklearis merupakan
salah satu bagian dari tubuh yang mempunyai fungsi sensoris ganda yaitu untuk
mempertahankan keseimbangan dan mendengar(stato-akustik). Berdasarkan strukturnya,
sistem ini dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu : (1) Telinga Luar, yang menerima gelombang
suara, (2) Telingan Tengah, dimana gelombang suara dipindahakan dari udara ke
tulanngdan oleh tulang dipindahkan ke telinga dalam, dan (3) Telinga Dalam, dimana
1

getaran diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke
susunan saraf pusat.1-5 Selain tiga bagian telinga tersebut, terdapat membrana tympanica
yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah sehingga telinga tengan disebut juga
dengan cavum tympani. Sedangkan tuba auditiva menghubungkan telinga tengah dengan
nasopharynx.2
Reseptor sensoris khas bagi gerakan dan suara terletak dalam struktur bermembran di
telinga dalam, sementara telinga tengah dan luar berhubungan dengan resepsi,transmisi dan
penggandaan gelombang suara yang masuk.1 Pada telinga dalam, juga terdapat vestibuler
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.3
(1) Telinga Luar
Bagian telinga luar atau yang disebut dengan auris externa ini berfungsi untuk menerima
gelombang suara yang disalurkan pada gendang telinga (membran timpani). Telinga luar ini
terdiri atas auricularia yang menghimpun bunyi dan meatus akustius externus yang
menghantar bunyi ke membran timpani.
Auricula
Auricula yang berfungsi mengumpulkan getaran udara mempunyai bentuk khas yang
dibentuk dari tulang rawan elastis tipis dan dilapisi oleh kulit pada kedua permukaannya.
Kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat terdapat pada dermis kulitnya. 1,3,4,5
Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrensik, Auricula ini menyempit menjadi
meatus akustikus externus.4
Meatus Akustikus Externus
Meatus akustikus externus merupakan tabung berkelok yang menghubungkan auricula
dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auriculasampai ke membran tympani. Meatus ini meluas dari concha auricularis ke
membrana tympanica.3,4 Pada meakus akustikus ini tampak sebagian saluran yang sedikit
sempit dengan dindin yang kaku.3 Sepertiga bagian terluar meatus akustikus ini disokong
oleh tulang rawan elastis yang merupakan lanjutan dari auricula telinga luar, dan sisanya
dibentuk oleh tulang temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea , dan modifikasi kelenjar keringat apokrin tubuler yang berkelok-kelok
yang mensekresi zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan
serumen. Rambut dan serumen merupakan barier lengket untuk mencegah masuknya
benda asing.1-4
Membrana Tympanica
Makroskopik :

Membrana tympanica yang berbentuk bulat berdiameter lebih kurang 1cm adalah
selembar selaput yang tipis,jorong, dan setengah tembus pandang, terentang pada ujung
medial tuba auditoria. Selaput ini merupakan sekat antara bagian eksternal telinga
terhadap bagian tengahnya. Pinggir membrana tympani ini tebal dan melekat di dalam
alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, diatasnya beebentuk incisura. Dari
sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica yaitu plica malearis anterior dan posterior, yang
menuju ke proccesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrana tympanica
yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. 4 Disebelah luar
membrana tympanica dilapisi oleh kulit yang tipis dan disebelah dalam oleh membran
mukosa. Ke arah meatus acusticus externus, membrana tympanica adalah cekung dengan
bagian tengah yang lebih rendah, dikenal sebagai umbo membranae tympanica. Dari
umbo membrana typanicae memancar daerah yang cerah ke antero-inferior, yakni kerucut
cahaya. Membrana tympanica bergerak sebagai reaksi terhadap getaran udara yang
sampai padanya melalui meatus akustikus externus. Gerak membrana tympanica
diteruskan oleh ossicula auditoria (malleus,incus, dan stapes) melalui telinga tengah ke
telinga dalam.2
Mikroskopik :
Pada malleus yang melekat di membrana tympani dan stapes membran dari foramen
seperti semua struktur dari rongga tersebut , mereka diliputi oleh epitel selapis gepeng. Di
sebelah luar membrana tympani ini tertutup oleh kulit yang melapisi meatus dan di bagian
dalan oleh suatu lapisan epitel pipih.
(2) Telinga Tengah

Makroskopik
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang terletak pada pars petrosa os temporal yang

dilapisi oleh membrana mucosa dan dipisahkan dari meatus akustikus externus

oleh

membran tympani.1-5 Telinga tengah ini merupakan rongga tak teratur yang memisahkan
membrana tympani dan telinga luar dari permukaan tulang telinga dalam.3 Ruang ini berisi
tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana tympani
(gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. 4 Telinga tengah ini terdiri atas cavum
tympani, tuba Eustachii, dan rongga mastoid.2,4
a. Cavum Tympani

Cavum tympani berbentuk celah sempit yang miring dengan sumbu panjang terletak lebih
kurang sejajar dengan bidang membran tympani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan dibelakang dengan antrum mastoideum. Cavum
tympani memiliki 4 dinding, satu atap dan sebuah dasar.2,4
a. Atapnya atau yang disebut dengan dinding tegmental dibentuk oleh selembar tulang
yang tipis, yakni tegmen tympani, yang memisahkan cavum tympani dari dura meter
pada dasar fossa cranii media.
b. Dasar atau lantainya dibentuk oleh selapis tulang yang memisahkan cavum tympanica
dari bulbus superior vena jugularis interna.
c. Dinding anterior(karotid) dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan
cavum tympani dari canalis carotis interna. Pada bagian atas dinding ini terdapat
ostium pharyngeum tubae auditoriae dan terusan untuk musculus tensor tympani.
d. Dinding posterior (mastoid) dihubungkan dengan antrum mastoiddeum melalui
auditus dan selanjutnya dengan cellulae mastoideae di dalam processus mastoideus.
Kearah anteroinferior antrum mastoideum berhubungan dengan canalis facialis.
Dibawah nya terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut ,sempit dan kecil disebut
pyramis, dari puncak pyramis ini muncul musculus stapedius.
e. Dinding medial atau dinding labirintal memisahkan cavum tympanica dari telinga
dalam.
f. Dinding lateral yang merupakan bagian berupa selaput ini dibentuk hampir
seluruhnya oleh membrana tympanica.
Dalam dinding tulang telinga tengah bagian medial terdapat 2 daerah bujur yang tidak
mengandung tulang dan diliputi oleh membran, bujur ini adalah foramen ovale dan foramen
rotunda.3,4 Membrana tympani akan dihubungkan dengan foramen ovale oleh 3 tulang
pendengaran yang disebut dengan ossicula auditoria yang terdiri dari malleus,incus, dan
stapes yang membentuk serangkaian tulang yang teratur melintang di dalam cavitas
tympanica.1-5
1. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar dan terdiri atas bagian superior yang agak
membulat disebut caput mallei dan terletak di dalam recessus epitympanicus, kemudian
collum mallei terapat pada bagian membrana tympanica yang kendur, dan manubrium
mallei tertanam di dalam membrana tympanica dan bergerak bersamanya. Proccesus
anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dindin anterior cavum
tympani oleh sebuah ligamen. Proccesus laterlas menonjol ke lateral dan melekat pada
plica mallearis anterior dan posterior membrana tympani.

2. Incus memiliki corpus yang yang berbentuk bulat yang terletak di dalam recessus dan
bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum nya berjalan ke bawah di
belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke
medial dan bersendi dengan caput stapedis. Sedangkan crus brevisnya menonjol ke
belakang berhubungan dengan dinding posterior cavum tympanica melalui sebuah
ligamentum.
3. Stapes yang merupakan tulang pendengaran terkecil dan menempati fenestra vestibuli
pada dinding medial cavum tympani. Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus
longum incudis. Collumnya berukuran sempit dan merupakan tempat insersio musculus
stapedis. Selain itu, stape memiliki dua lengan dan sebuah basis. Kedua lengan berjalan
divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong.
Terdapat dua otot yang menggerakkan ossicula auditoria dan dengan demikian
mempengaruhi membrana tympanica.1-5
1. Musculus Tensor Tympani
Origo : Cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.
Insersio : Otot langsing ini berjalan ke belakang dan berakhir sebagai teno bulat
yang membelok ke lateral di sekitar processus cochleariformis dan berinsersio pada
manubrium mallei.
Fungsi : Secara refleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan
membrana tympani.
2. Musculus Stapedius
Origo : Pyramis , penonjolan tulang pada dinding posterior cavum tympanica.
Insersio : Tendo muncul dari puncak pyramis an berinsersio pada bagian belakang
collum stapedis.
Fungsi : Secara refleks meredam getaran stapes dengan menarik collumnya.
b. Tuba Auditiva (Eustachii)
Tuba auditiva ini menghubungkan cavum tympanica dengan nasopharynx. Sepertiga
bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga anterior sisanya adalah cartilago tulang
rawan. Tuba auditiva ini memungkinkan penyelarasan tekanan dengan lingkungan luar, dan
dengan demikian menjamin bahwa membrana tympanica dapat bergerak secara bebas.
Dengan memungkinkan udara memasuki dan meninggalkan cavitas tympanica saat menelan,
tekanan di kedua sisi membrana tympanica disamakan. Tuba auditiva ini berhubungan
dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas musculus contrictor pharynges
superior.1-4
c. Antrum Mastoideum

Antrum mastoideum ini terletak di belakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis
temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus. Iameter auditus lebih
kurang 1cm.
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus adantrum.
Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.
Dinding lateral tebalnya 1,5cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus.
Dinding medial berhubungan dengan canalis hemicularis poterior.
Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani, yang
berhubungan dengan meninges pada fossa cranii media dan lobus temporalis cerebri.
Dinding inferior berlubang lubang , menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideae.
Cellulae Mastoideae : Processus mastoideus mulai berkembang pada tahun kedua
kehidupan. Cellulae mastoideae adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan dalan
processus mastiodeus, yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Ronggarongga ini dilapisi oleh membrana mukosa.4
Mikroskopik
Pada struktur mikroskopik telinga tengah,

pada umumnya tersusu seperti struktur

makroskopiknya. Hanya saja, pada mikroskopik tambahan yaitu keseluruhan telinga tengah
dan rongga mastoid dilapisi epitel selapis gepeng atau cuboid, sedangkan pada bagian
dalamnya dilapisi dengan

epitel pipih yang terletak pada periosteum tulang yang

mengelilinginya. Epitel juga menutupi periosteum ossikula-ossikula.1,5


(3) Telinga Dalam
Telinga dalam atau organum vestibulocochleare berhubungan dengan penerimaan bunyi
dan pemeliharaan keseimbangan. Telinga tengah yang tertanam di pars petrosa
merupakan salah satu bagian tulang temporale dan terletak medial terhadap telinga
tengah. Telinga dalam ini terdiri atas.1-5
1. Labyrinthus Osseus
Labyrinthus osseus ini terdiri dari 3 bagian yaitu Cochlea,vestibulum,dan canales
semisirculares. Labyrinthus ooseus ini menempati hampir seluruh bagian lateral pars
petrosa pada os temporale.2,4
Makroskopik
Cochlea. Bagian ini berbentuk seperti rumah siput berisi ductus cochlearis yang
berhubungan dengan pendengaran., dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum.
Umumnya cochlea ini teriri atas satu pilar yaitu modiolus cochlea, dan modiolus cochlea
ini di kelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran
berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga bangunan keseluruhannya
berbentuk kerucut. Apex menghadap ke lateral dan basis nya menghadap ke postmedial.

Putaran basal pertama dari cochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada
dinding medial telinga tengah.2,4
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.
Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n.cochlearis. Pinggir spiral yaitu lamina spiralis,
mengelilingi modiolus dan menonjol ke dalam canalis dan membagi canalis ini.
Membrana basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar
tulang, sehingga membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan
scala tympani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari
cavum tympani oleh membrana tympani secundaria pada fenestra.4
Vestibulum. Merupakan rongga tengah labyrinthus oseus yang yang mengandung dua
komponen dari labirin membranosa yaitu utriculus dan sacculus, bagian-bagian dari
piranti keseimbangan yang dihubungkan oleh duktus pendek berbentuk Y tempat
bermulanya duktus endolimfatik.Vestibulum terletak posterior terhadapap cochlea dan
anterior terhadapa canalis semisircularis. 1,2,4
Canalis Semisircular. Ketiga canalis semisircularis yaitu canalis semisircularis superior,
posterior dan lateral bermuara ke bagaian posterior vestibulum. Setiap canalisnya
mempunyai pelebaran di daerah ujungnya disebut dengan ampulla. Canalis bermuara ke
vestibulum ke dalam vestibulum melalui 5 lubang,salah satunya dipergunakan bersama
oleh dua canalis yaitu canalis semisircularis anterior dan posterior. Ductus semisircularis
terbenam didalam canalis semisirculares ossei.2,4
Mikroskopik
Cochlea. Kanal membranosa pada cochlea berbentuk segitiga pada potongan
melintang dan melekat pada dinding tulang cochlea sedemikian rupa sehingga membagi
ruang

aseosa

menjadi

tiga

kompartement

spiral.

Kompartemen

tengah,skala

media,mengandung enolimfe, dan kompartemen atas dan bawah mengandung perilimfe.


Pada dasar cochlea,kompartement perilimfe atas dihubungkan secara langsung dengan
perilimfe vestibulum dan via ruang ini,disebut skala vestibuli,getaran melewati perilimfe
apex cochlea. Pada apex skala vestibuli berhubungan langsung dengan ruang perimfaltik
bawah dari spiral cochlea melalui lubang kecil yang disebut helikotrema. Ruang bawah
ini berakhir pada membrana tympani sekunder yang akhirnya menutup foramen rotundum
dan meredam getaran ruang perimfaltik bawah, sehingga dikenal sebagai skala tympani.1,5
Vestibulum. Dinding utriculus dan sacculus pada vestibulum masing masing
mengandung area khusus dengan sel-sel reseptor sensoris yang dikenal sebagai makula,
tempat asal akson menuju ke nervus vestibular sebagai bagian dari masukan sensoris

untuk mempertahankan keseimbangan. Sebelah lateral, vestibulum dipisahkan dari telinga


tengah oleh dua fenestra, satu berbentuk lonjong dan satu berbentuk bulat. Foramen ovale
ditutupi oleh dasar tulang stapes berbentuk sanggurdi dan ligamen anulare sekitarnya
dengan jalan mana getaran diteruskan ke perilimfe dari membran tympani via rantai
osikel. Foramen rotundum tertutup membran yang serupa dengan membran tympani dan
karenanya kadang disebut sebagai membran tympani sekunder. Membran ini
memungkinkan meredam getaran yang sampai pada reseptor sensoris untuk suara.
Canalis Semisircularis. Pada seiap ampula yang terletak di canalis semisircularis ini
terdapat tabung yang disebut dengan krista ampularis, yang mengandung reseptor
sensoris dengan akson yang menyatu pada nervus vestibular. Bersama reseptor dari
makula utrikulus dan sacculus, reseptor ini membentuk aferen sensoris untuk
mempertahankan keseimbangan.1,3,5
2. Labyrinthus Membranaceus
Labyrithus membranaceus terdiri dari urut-urutan kantong-kantong dan pipa-pipa yang
saling berhubungan dan terbenam di dalam labyrithus osseus. Di dalam labyrithus
membraneceus terdapat endolimfe, cairan menyerupai air komposisinya berbeda dari
perilimfe dalam labyrithus osseus yang meliputinya. Labyrithus membraneceus
terbenam dalam labyrinthus osseus. Sebuah penebalan berulir pada pelapis periostal
canaliculus cochleae, yakni crista spiralis menambatkan ductus cochlearis pada
canaliculus cochleae.. terdiri dari tiga bagian utama.1-5
1. Utriculus dan Sacculus, dua kantong kecil di dalam vestibulum labyrinthii ossei
yang saling berhubungan. Utriculus dan sacculus masing-masing mempunyai daerah
khusus dengan epitel sensoris yang disebut dengan macula uticuli dan macula
sacculi. Neuron sensoris primer terletak di ganglion vestibulare yang terdapat di
dalam meatus acusticus internus. Ductus enolypathicus meninggalkan tulang fossa
cranii poeterior dan melebarmenjadi kantong yang buntu,dikenal sebagai saccus
endolympathicus. Kantong ini terletak pada permukaan posterior pars petrosa,di
bawah durameter. Kantong ini berguna sebagai tempat penyimpanan endolimfe
berlebih yang dibentuk oleh pembuluh darah dalam labyrinthus membranaceus.
2. 3 Ductus semicicularis di dalam canales semiserculares ossei,masing masing ductus
pada satu ujungnya mempunyai sebuah ampula atau pelebaran dengan daerah
sensori yakni crista ampularis. Rigi tersebut berfungsi sebagai sensor yang mencatat
gerak endolimfe dalam ampulla sebagai akibat rotasi kepala dalam bidang pipa
tersebut. Sel rambut pada crista ampullaris berhubungan dengan neuron sesoris
primer yang badan sel nya terdapat pada ganglion vestibulare.
8

3. Ductus cochleares, di dalam cochlea, adalah sebuah pipa buntu yang berbentuk ulir
dan terikat erat pada dining luar dan dalam canaliculus cochleae oleh crista spiralis.
Bagian bagian labyrithus membraneceus membentuk suatu sistem kantong dan sistem
pipa tertutup dan berhubungan satu dengan yang lain. Ductus semicirculares bermuara
pada utriculus melalui

lubang dan utriculus berhubungan dengan sacculus melalui

ductus utriculosaccularis yang melepaskan ductus endolymphaticus. Sacculus


berhubungan dengan ductus cochlearis melalui penghubung yang sempit, dikenal
sebagai ductus reuniens.
Organ Corti
Organ Corti yang terletak di telingan bagian dalam terdiri atas sel-sel penyokong dan selsel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ Corti adalah1,3,5
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal
yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang
sempit dan agak melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih
panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana
basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel
rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian
basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut
luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs
luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara
sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius
terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.

Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini
menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.3,5

Gambar 1.1 Struktur Telinga


Sumber : www.picture.google.com

2. Saraf Pendengaran
1. Sel Saraf (Neuron)

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.1,3
a. Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan
badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
b. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
c. Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
10

disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu
jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan
neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini
disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

Gambar 2.1 Struktur Sel Saraf


Sumber : www.picture.google.com

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya yaitu. 13

a. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor
yaitu alat indera.
b. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor
yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan
sumsum tulang belakang.

11

c. Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu
dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik
Sedangkan saraf berdasarkan jumlah prosesusnya6
1)

Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis
masuk dalam golongan ini.

2)

Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera seperti mata, telinga, dan hidung.

3)

Neuron unipolar (pseudounipolar) keliatannya memiliki sebuah


prosesus tunggal tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.
a) Kedua prosesus (akson dan dendrit) berfusi selama perkembangan menjadi
satu batang tunggal yang bercabang untuk membuat bentuk Y.
b) Semua neuron sensorik (aferen) pada ganglia spinal termasuk dalam
pseudounipolar.
c) Prosesus neuron psedounipolar yang membawa pesan sensasi ke badan sel
terlihat secara struktural seperti akson, tetapi secara fungsional berperan
seperti dendrit.
d) Neuron unipolar memilki sebuah prosesus tunggal. Neuron ini terdapat pada
embrio dan dalam fotoreseptor mata.

Sel neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada
SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glia dapat menjalani
mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem
saraf.1,6
a. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah melalui pedikel atau kaki vaskular.
Sel ini memberikan penopang struktural dan mengatur transpor materi di antara darah
dan neuron.
Kaki vaskular dipercaya berkontribusi terhadap barier darah-otak atau tingkat
kesulitan makromolekul tertentu pada plasma darah untuk masuk ke jaringan otak.
Astrosit fibrosa terletak di substansi putih otak dan medulla spinalis; astrosit
protoplasmatis ditemukan pada substansi abu-abu.
12

b.

Oligodendroglia (oligodendrosit) menyerupai astrosit, tetapi badan selnya


kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
1)

Oligodendrosit dalam SSP analog dengan sel Schwann pada saraf


perifer.

2)

Bagian ini membentuk lapisan mielin untuk melapisi akson dalam


SSP.

c.

Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah dan dipercaya


memiliki peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan prosesunya lebih sedikit dari
jenis sel glia yang lain.

d.

Sel ependimal membentuk membran epithelial yang melapisi rongga serebral


(otak) dan rongga medulla spinalis.

2. Susunan Sistem Saraf 1,2,4,6


Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
a. Sistem saraf pusat
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang
1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak.
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing
belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan
mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan
mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam
berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan
kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur

13

keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan
kegiatan.
Batang otak tersusun dari medula oblongata, pons, dan otak tengah. Batang otak
terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak
besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum
penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar
berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi
neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang
belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan
saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks.
b. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem
saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan
cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini
dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Karena telinga
merupakan organ yang dapat digerakkan menurut kehendak kita, maka telinga masuk ke
dalam sistem saraf somatis.
Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya
mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela
ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki,
tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara
kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti
14

kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian


tubuh di bawah pengaruh sistem ini.
Nervus Vestibulocochlearis
Nervus vestibulocochlearis (acusticus atau auditivus) yaitu saraf cranial ke VIII pada
hakekatnya merupakan dua saraf. Nervus cochlearis yang bersangkutan dengan
pendengaran dan nervus vestibularis berhubungan dengan keadaan keseimbangan dan
orientasi dalam ruang 3 dimensi. Kedua-duanya ialah komponen aferen somatik khusus.
Sel bipolar saraf cochlear mempunyai badan sel dalam ganglion yang terletak di dalam
kanal spiral pada modiolus, dan badan sel neuron saraf vestibular terdapat dalam ganglion
vestibulare yang terletak di dalam bagian distal meatus acusticus interna.
Setalah keluar dari aspek lateral sambungan pons-medula oblongata, akar vestibular dan
akar cochlear bergabung dan berjalan ke lateral dan kemudian melalui meatus acusticus
internus, untunk sebagiaannya, ditemani oleh saraf facial murni, dan nervus intermedius.
Pada ujung distal meatus, saraf membagi menjai saraf cochlear dan saraf vestibular. Saraf
cochlear berjalan ke dalam sel-sel ganglion pada ganglion spirale yang terletak di dalam
canal spiral modiolus.serabut-serabut sel ganglion spiral bipolar yang menuju ke perifer
(dendrit) berjalan melalui canal-canal kecil dan dalam lamina spiral dari tulang, untuk
membentuk suatu lembar serabut dengan bentuk spiral, yang mempersarafi sel-sel rambut
pada organ spiral corti. Serabut-serabut saraf di dalam organ spiral,tidak bermyelin. Saraf
vestibular membagi menjadi dua bagian, masing masing dengan ganglionnya sendiri,
yaitu bagian superior dan inferior ganglion vestibular. Serabut-serabut sel vestibular
bipolar (dendrit) yang menuju ke distal disebarkan sebagai berikut :
1. Serabut-serabut superior berakhir dalam sel reseptor pada ampula di canal
semisircular lateral dan anterior, meculla utriculi, dan sebagian macula sacculi;
2. serabut-serabut bagiaan inferior berkahir dalam sel reseptor ampula canal
semisirkular posterior dan 3 cabang kecil ari bagian inferior berjalan ke ganglion
spiral cochlea. Saraf vestibulo cochlear merupakan satu-satunya saraf yang berakhir
seluruhnya di dalam tulang (pars petrosa ossis temporalis); semua saraf-otak lain
keluar dari rongga tengkorak.2,4,6

3. Otak (Lobus temporal)6


Lobus temporal ini terletak di sebelah ventral sulcus lateralis dan pada permukaan
lateralnya terdapat 3 gyri yang membentang miring,yaitu
1. Gyrus Temporalis Superior
2. Gyrus Temporalis Medial
3. Gyrus Temporalis Inferior
15

Pada sisi dalam dari sulcus lateralis terdapat beberapa lipatan penek miring disebut gyrus
temporales transversal dari Heschi yang erupakan cortex auditoris primer. Facies inferior
lobus temporalis terletak pada fossa cranii media. Pada daerah ini terdapat gyrus
temporalis inferior, gyrus occipitotemporalis membentuk lobus pyriformis yang
merupakan cortex olfactoris primer.

B. Fungsi (Organ-Organ Pendengaran)

No

Struktur

Fungsi

Telinga Luar

Mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke


telinga tengah

Pinna

Mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke


saluran telinga, berperan dalam lokalisasi suara

Meatus Akustikus

Mengarahkan gelombang suara ke membran tympani

Eksternus
2

Membran Tympani

Menyebabkan tulang pendengaran telinga tengah


bergetar

Telinga Tengah

Memindahkan getaran membrana tympani ke cairan di


cochlea, memperkuat energi suara

Malleus, Incus, Stapes

Menimbukan gerakan seperti gelombang di perilimfe


cochlea dengan frekuensi sama

Telinga Dalam,

Tempat sistem sensosik untuk mendengar

cochlea
Jendela Oval

Bergetar bersama gerakan stapes, menyebabkan perilimfe


cochlea bergerak

Skala Vestibuli

Mengandung perilimfe yang dibuat bergerak oleh gerakan


jendela oval yang didorong oleh getaran tulang telinga
tengah

16

Skala Tympani
Ductus Cochlearis

Mengandung endolimfe tempat membrana basilaris

Skala Media
Membran Basilaris

Bergetar bersama getaran perilimfe, menganung organ corti

Organ Corti

Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara yang


mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat
gerakan cairan di cochlea

Membran tektorial

Membentuk potensial reseptor ketika membran basilaris


bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner

Jendela Bundar

Bergetar bersama dengan gerakan cairan yang ada di


perilimfe untuk meredam tekanan di dalam cochlea

Telinga Dalam,

Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan dan

Aparatus Vestibularis

penerimaan masukan yang penting untuk


mempertahankan postur dan keseimbangan.

Canalis Semisirkularis

Mendeteksi akselerasi atau deselerasi,rotasional atau angular.

Utrikulus

Mendeteksi (1) perubahan posisi kepala menjauhi sumbu


vertikal (2) mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear
secara horizontal
Mendeteksi (1) perubahan posisi kepala menjauhi sumbu

Sacculus

horizontal (2) mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear


secara vertikal.

Tabel 2.1 Struktur dan Fungsi Organ Telinga 7

C. Mekanisme Pendengaran

17

Telinga mengubah gelombang bunyi dalam lingkungan luar ke dalam potensial aksi di
dalam saraf pendengaran. Gelombang di ubah oleh gendang telinga dan tulang pendengaran
menjadi gerakan basis stapedis. Gerakan ini membentuk gelombang di dalam cairan telinga
dalam. Kerja gelombang atas organ Corti membentuk potensial aksi di dalam serabut saraf.8
Proses pendengaran dimulai dari masuknya gelombang suara melalui pinna lalu
dibawa ke dalam meatus auditus eksterna hingga mencapai membrana timpani. Gelombang
suara yang mencapai membrane timpani akan menggetarkan membrane timpani. Telinga
tengah akan memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke cairan telinga dalam.
Perpindahan ini dipermudah dengan adanya rantai yang terdiri dari tulang tulang
pendengaran ( maleus, incus, stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Ketika membran
timpani bergetar maka rantai tulang tersebut akan melanjutkan gerakan dengan frekuensi
yang sama ke jendela oval. Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan
menimbulkan getaran seperti gelombang pada cairan telinga dalam frekuensi yang sama
dengan frekuensi gelombang suara semula. Namun, karena dibutuhkan tekanan yang lebih
besar untuk menggerakkan cairan terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan system
tulang pendengaran untuk memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk
menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih
besar dibandingkan luas permukaan dari jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika
gaya yang bekerja di membrane timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan=gaya/luas
permukaan). Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan
mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang timbul
pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai
jendela oval.

Gambar 3.1 Hantaran Bunyi ke Telinga


18

Sumber : www.picture.google.com
Stapes yang bergetar oleh karena gelombang suara akan menggetarkan jendela oval
lalu cairan perilimfe akan bergerak menuju jendela bundar melewati helikotrema dan pada
saat stapes tertarik dari jendela oval maka cairan akan kembali menuju jendela oval dari
jendela bundar. Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara
mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di skala vestibule akan menembus membrane
Reissner masuk ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui membrane basiliaris ke
skala timpani, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar
masuk bergantian. Perbedaan utama jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan
melalui membrane basiliaris menyebabkan membrana ini bergerak naik turun.7
Pada saat membran basiliaris bergerak naik, maka akan membuka saluran-saluran ion
gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka sehingga akan menyebabkan Ca 2+ dan K+ masuk
ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat membran basiliaris bergerak
turun, maka akan menutup saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel sel rambut tertutup
sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi
hiperpolarisasi.Adanya gerakan naik turun dari membrana basiliaris akan menyebabkan
depolarisasi hiperpolarisasi secara bergantian sehingga timbullah aksi potensial berjenjang
pada sel sel reseptor yang akan menghasilkan neourotansmitter yang bersinaps pada ujung
ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf koklearis. Saraf koklearis akan bergabung
dengan saraf vestibularis menjadi saraf vestibulokoklearis( N.VII), dari sini aksi potensial
akan disalurkan sebagian ke inferior kollikulus dan sebagian lagi diteruskan ke medulla
oblongata lalu ke lemniskus lateralis selanjutnya ke mesensefalon dan terakhir ke korteks
pendengaran pada lobus temporalis area broadman 41. Di lobus temporalis, informasi dari
saraf akan diterjemahkan menjadi persepsi suara.8

Kelainan atau Gangguang Pendengaran9


Pada penderita dengan vestibuler swannoma, penderita mengalami kehilangan
kemampuan untuk lokalisasi suara, berkurangnya kemampuan diskriminasi bahasa dan
menurunnya refleks stapedius.
Tuli sensorineural dapat disebabkan oleh toksin dan antibiotika yang dapat merusak
cochlea. Sedangkan tuli konduktif terjadi apabila ada kerusakan di dalam telinga tengah.
Biasanya test weber dan test rhinne digunakan untuk memeriksa gangguan sistem auditori ini.

19

Pemeriksaan telinga9
Uji pendengaran di lakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan
dapat di ketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau perseptif ( sensorineural ). Untuk
memeriksa pendengaran di perlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui
telinga dengan memakai garputala atau audiometer nada murni.
Kelainan hantar melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan telinga
luar atau telinga tengah. Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20-18.000
Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000Hz. Oleh karena itu
untuk memeriksa pendengaran di pakai garputala 512,1024 dan 2048 Hz. Penggunaan ke
tiga garputala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak menggunakan
ketiga garputala ini, maka di ambik 512 Hz karena penggunaan garputala ini tidak terlalu
di pengaruhi suara bising di sekitarnya.
Pemeriksaan pendengaran di lakukan secara kualitatif dengan mempergunakan
garputala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.

Tes Penala
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala seperti tes
Rinne, tes Weber,dan Schwabach.
-

Tes Rinne, ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran

melalui tulang pada telinga yang di periksa.


Tes Weber, ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri

dengan telinga kanan


Tes Schwabach : membandingkan hantaran tulang orang yang di periksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal.

Cara pemeriksaannya
Tes Rinne
Penala di getarkan, tangkainya di letakkan di prosesus mastoid, setelah di terdengar
penala di pegang di depan telinga kira-kira 2 cm.bila masi terdengar disebut Rinne

positif ( + ), bila tidak terdengar lagi di sebut Rinne negatif (-).


Tes Weber
Penala di getarkan dan tungkai penala di letakkan di garis tengah kepala ( di
vertex,dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu ). Apabila bunyi
penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga di sebut weber lateralisasi ke

20

telinga tersebut. Bila tidak dapat di bedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar
-

lebih keras di sebut Weber tidak ada lateralisasi.


Tes Schwabach
Penala di getarkan, tangkai penala di latakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi. Kemudian tungkai penala segera di pindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih
dapat mendengar di sebut Schwabach memendek,bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan di ulang dengan cara sebaliknya yaitu penala di letakkan
pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar
bunyi tersebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira samasama mendengarnya di sebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.9

D. NEUROTRANSMITTER
Informasi yang dijalarkan di dalam system saraf pusat terutama dalam bentuk potensial
aksi saraf disebut impuls saraf, yang melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu
neuron ke neuron berikutnya. Sinyal-sinyal saraf dijalarkan dari satu neuron ke neuron
berikutnya melalui batas antar neuron (interneuronal junctions) yang disebut sinaps.
Terdapat dua macam sinaps, yaitu sinaps kimia dan sinaps listrik.
Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalarkan sinyal pada system saraf pusat
manusia adalah sinaps kimia. Pada sinaps kimia ini, neuron pertama yang mensekresi
bahan kimia disebut sebagai neurotransmitter pada sinaps, dan bahan transmitter ini akan
bekerja pada reseptor protein dalam membran neuron berikutnya sehingga neuron
tersebut akan terangsang, menghambatnya atau mengubah sensitifitasnya dalam berbagai
cara. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 40 substansi transmitter. Beberapa
diantaranya adalah asetilkolin, norepinefrin, histamine, asam gamma aminobutirat
(GABA), glisin, serotonin, dan glutamate.
Sebaliknya sinaps listrik ditandai oleh adanya saluran langsung yang menjalarkan aliran
listrik dari satu sel ke sel berikutnya. Kebanyakan saluran ini terdiri atas struktur tubuler
protein kecil yang disebut taut celah (gap junction) yang memudahkan pergerakan ionion secara bebas dari bagian satu sel ke sel berkutnya. Di dalam system saraf pusat hanya
dijumpai sedikit taut celah, dan artinya secara umum belum diketahui. Sebaliknya pada
otot polos visceral, dengan melewati taut celah dan taut lain yang serupa,sial aksi itu

21

dapat dijalarkan dari satu serabut otot polos ke serabut berikutnya dan juga pada otot
jantung, dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung lainnya.
Sinaps kimia mempunyai sifat yang penting, sehingga sangat disukai sebagai tempat
penjalaran sinyal sistem saraf: sinaps ini selalu menjalarkan sinyal dalam satu arah, yakni
dari neuron yang menyekresi transmitter, yang disebut neuron prasinaps, ke neuron
dimana bahan transmitter tadi bekerja, yang disebut neuron postsinaps. Hal ini dikenal
sebagai prinsip konduksi satu arah pada sinaps kimia, dan penjalaran ini sungguh
berbeda dengan penjalaran melewati sinapa listrik yang dapat menjalarkan sinyal secara
dua arah.
Mekanisme ini memungkinkan penjalaran sinaps ke arah satu tujuan yang khas. Tentu
saja, hal ini merupakan penjalaran sinaps yang berciri tersendiri dan ada daerah yang
sangat tepat di dalam sistem saraf yang mempermudah sistem saraf itu melaksanakan
fungsinya yang sangat banyak seperti sensasi, pengaturan motorik, memori, dan banyak
lainnya.9
a. Asetilkolin (ACH) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka
(sambungan neuron muskular). ACH juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam
SSO dan neuron tertentu di otak.
1. Sebagian ACH disintesis sebagian dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan
neuron motorik; kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam
vesikel sinaptik.
2. Setelah dilepas: ACH dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan
kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklus ulang.
3. Asetilkolinesterase; seperti asterin dan prostigmin, dipakai secara terapeutik pada
kasus miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot karena
penurunan daya respons sel-sel otot rangka terhadap ACH.
b. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), Epinefrin (E) dan dopamin (DA).
Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino
tirosin.
1. Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki 1 gugus tunggal
amina.
2. Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam SSP: NE dan E juga berfungsi
sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal.
3. Katekolamin terinaktivasi setelah pelepasan karena
a. Penyerapan ulang oleh terminal akson,

22

b. Degradasi enzimatik oleh monoamina oksidase (MAO) terjadi pada ujung


neuron presinapsik.
c. Degradasi enzimatik oleh katekolamin O-metil transfersa (COMT) terjadi
pada neuron postsinasik.
c. Seratonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nukleus katekol. Seratonin
merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP dan pada sel-sel
tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.
d. Beberapa asam amino, seperti glisin, asam glutamat, asam aspartat, dan asam amino
butirat gamma, berfungsi sebagai neurotransmitter.
e. Sejumlah neuro peptida, berkisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap rantai

panjang, telah diidentifikasi dalam organ tubuh. senyawa seperti substansia P


enkefalin bradikinin dan kolesistokinin berperan sebagai neurotransmitter atau
sebagai neuromodulator untuk mempengaruhi pelepasan respons terhadap transmitter
aksual. Semuanya memiliki efek nonsaraf dan saraf.9
E. SINAPS DAN INTEGRASI NEURON
Cara utama suatu neuron berinteraksi langsung dengan neuron lain adalah melalui suatu
sinaps. Sebuah potensial aksi di neuron prasinaps mencetuskan pengeluaran suatu
neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor di neuron pascasinaps. Pengikatan ini
mengubah pascasinaps melalui salah satu dari dua cara:
1. Respons paling khas adalah terbukanya saluran-saluran gerbang-perantara kimia.
Apabila saluran Na+ dan K+ terbuka, fluks-fluks ion yang terjadi menyebabkan EPSP,
suatu depolarisasi kecil yang membawa sel pascasinaps mendekati ambang. Dipihak
lain, kemudian bahwa neuron pascasinaps akan mencapai ambang lenyap apabila
timbul IPSP, suatu hiperpolarisasi kecil akibat terbukanya saluran K + atau Cl-, atau
keduanya.
2. Pada mekanisme sinaps alternatif, suatu sistem perantara kedua intrasel, misalnya
AMP siklik, diaktifkan oleh pengikatan neurotransmitter-reseptor. AMP siklik dapat
menyebabkan pembukaan saluran atau menimbulkan efek yang lebih lama bertahan
pada sel, termasuk mengubah ekspresi genetik sel. Walaupun terdapat sejumlah
neurotransmitter

yang

berbeda-beda,

setiap

sinaps

selalu

mengeluarkan

neurotransmitter yang sama untuk menimbulkan respons tertentu apabila berikatan


dengan reseptor tertentu. Respons selesai apabila neurotransmitter dibersihkan dari
celah sinaps oleh cara-cara yang spesifik untuk sinaps tersebut.
Banyak neuron juga mengeluarkan neuropeptida berukuran lebih besar dan bekerja lebih
lambat

dibandingkan

neurotransmitter.

Neuropeptida

berfungsi

dibagian-bagian
23

nonsinaps baik di neuron prasinaps maupun neuron pascasinaps untuk meningkatkan atau
menekan efektivitas sinaps.
Jalur-jalur sinaps yang menghubungkan berbagai neuron sangatlah rumit akibat adanya
konvergensi masukan neuron dan divergensi keluarannya. Biasanya banyak masukan
prasinaps berkonvergensi ke sebuah neuron dan secara bersama-sama mengontrol tingkat
ekstabilitas neuron tersebut. Sebaliknya, neuron ini melakukan divergensi untuk bersinaps
dengan dan mempengaruhi eksitabilitas banyak neuron lain. Dengan demikian setiap
neuron memiliki tugas untuk menghitung keluaran ke banyak sel lain dari serangkaian
masukan kompleks yang datang kepadanya. Pada setiap saat, bergantung pada kombinasi
sinyal yang ia terima dari berbagai masukan prasinaps, suatu neuron dapat bereaksi
dengan,
a. Melepaskan potensial aksi disepanjang akson,
b. Tetap berada dalam keadaan istirahat dan tidak meneruskan sinyal, atau
c. Mengalami penurunan tingkat eksitabilitas.
Apabila aktivitas dominan berada pada masukan eksitatorik, sel pascasinaps
kemungkinan akan terbawa ke ambang dan mengalami potensial aksi. Hal ini dapat
terjadi melalui penjumlahan temporal (EPSP-EPSP dari sebuah masukan prasinaps yang
terus-menerus datang dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga saling memperkuat)
atau penjumlahan spatial (menambahkan EPSP-EPSP yang timbul secara simultan dari
beberapa masukan prasinaps yang berbeda). Karena axon hillock memiliki ambang
terendah, potensial aksi tercetus disini. Frekuensi potensial aksi mencerminkan besarnya
penjumlahan EPSP. Apabila masukan inhibitorik yang dominan, potensial pascasinaps
akan dibawa semakin menjauhi ambang. Apabila aktivitas aksitatorik dan inhibitorik ke
neuron pascasinaps seimbang, membran akan tetap berada dalam keadaan istirahat.
Banyak faktor yang dapat mengubah efektivitas sinaps; sebagian adalah mekanismemekanisme built-in yang bertujuan untuk memperluas responsivitas neuron, sebagian
adalah manipulasi farmakologis dengan sengaja untuk mencapai hasil yang diinginkan,
dan sebagian adalah ketidaksengajaan (kecelakaan) yang disebabkan oleh racun atau
proses penyakit.10

Kesimpulan

24

Gangguan pendengaran dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, selain adanya kelainan
dan faktor usia yang sering menjadi akibat adanya gangguan pendengaran, adanya
gangguan pada organ pendengaran yang berpengaruh pada fungsinya dapat turut
mempengaruhi gangguan pendengaran.

Daftar Pustaka
1. Burkitt HG, Young B, Health JW. Tambajong J,alih bahasa. Histologi fungsional.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.p.115-398
2. Moore KL, Agur AMR. Laksman H,alih bahasa. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2002.p.401-8
3. Junqueira LC,Carneiro J. Dharma A, alih bahasa. Histologi dasar. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001.p.212-8
4. Snell RS. Sugiharto L,alih bahasa. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.p.782-92
5. Bevelander G, Ramaley JA. Gunarso W,alih bahasa. Dasar-dasar histologi. Edisi 8.
Jakarta : Penerbit Erlangga;2001.p.433-41
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.h.151-174
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2011.p.176-88
8. Ganong F.W. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22 jakarta : Penerbit Buku Kedokteran;2006
9. Soepardi A.Efiaty, Iskandar N.H. Buka ajar ilmu kesehatan telinga-hidungtenggorok.Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia EGC;2003
10. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2002.h. 132-203

25

Anda mungkin juga menyukai