Anda di halaman 1dari 57

PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL Seorang laki-laki bernama A usia 45 tahun, adalah seorang pegawai kamar mesin disebuah

kapal barang. A bekerja di kamar mesin kapal tersebut sejak usia 20 tahun. A terpapar bising mesin kapal +/- 90 sampai 100 desibel (dB) selama kurang lebih 8 jam setiap harinya. Setiap bekerja menggunakan ear plug. Sebelum bekerja kedua telinga A sehat. Memeriksakan ke dokter perusahaan dengan keluhan kurang pendengaran pada kedua telinga. A mengeluh kurang jelas menerima pembicaraan bila diajak berbicara dengan teman sekantor, apalagi saat menelepon. Hal ini dirasakan semakin memberat dalam kurun waktu setahun belakangan ini. Pada pemeriksaan garpu tala dan audiometri didapatkan tuli perseptif derajat berat pada kedua telinga. A menanyakan kepada dokter kemungkinan sembuh dapat mendengar seperti semula. Dokter menyarankan pasien untuk lebih menjaga kesehatan indera pendengaran baik secara medis maupun secara islam. Hipotesis Tn A terpapar bising 90-100 Db selama 8 jam setiap hari lalu mengeluh kurang jelas menerima pembicaraan bila diajak berbicara dengan teman sekantor, apalagi saat menelepon. Dilakukan pemeriksaan garpu tala dan audiometri sehingga dokter mendiagosis tuli perseptif

I. Memahami dam menjelaskan Anatomi Telinga 1.1. Memahami Anatomi Makroskopik Telinga Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

1. Telinga luar

Telinga luar terdiri atas: Auricular (daun telinga) Auricular mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpilkan getaran udara. Auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi kulit. Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh n. facialis. Meatus acusticus externus Adalah tabung berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrane timpani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm). Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah cartilage elastic dan 2/3 bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan glandula ceruminosa.

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular temporalis dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei superfisialis, mastoidei dan cervicales superfisialis. Membrana timpani

2. Telinga tengah Adalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane timpani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum timpani dari meniges dan lobus temporalis otak di dalam fossa crania media. Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang. Lempeng ini memisahkan cavum timpani dari bulbus superior vena jugularis interna. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan cavum timpani dari arteri carotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Dibagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum. Dibawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini dibetuk tendo muskulus stapedius. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrane timpani. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dala. Bagian terbesar dari dinding terdapat penonjolan bulat (promontorium) yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada dibawahnya. Ossicula Auditus a. Malleus Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/ manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis. b. Incus Mempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve, menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah ligamentum. c. Stapes
3

Mempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis. Otot-otot Ossicula a. Muskulus Tensor Tympani - Origo = cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri. - Insertio = pada manubrium mallei. - Persarafan = sebuah cabang dari nervus yang menuju M. pterygoideus medialis (cabang dari divisi mandibularis nervus trigeminus). - Fungsi = secara refeleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan membrane tympani. b. Muskulus Stapedius - Origo = dnding dalam pyramis yang berongga. - Insertio = pada bagian belakang collum stapedis. - Persarafan = nervus fasialis yang terletak dibelakang pyramis. - Fungsi = secara reflex meredam getaran stapes dengan menaikkan collumnya. Tuba Auditiva Terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan dan medial sampai nasopharing. 1/3 bagian posterior adalah tulang dan 2/3 bagian anterior adalah cartilage. Tuba berhubungan dengan nasopharing dengan bejalan melalui pinggir atas M. constrictor pharinges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavum tympani dngan nasopharing. Antrum Mastoideum Terletak dibelakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus. - Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad antrum. - Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum. - Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. - Dinding medial berhubungan dengan canalis semisirkularis posterior. - Dinding superior berhubungan dengan meninges pada f ossa crania media dan lobus temporalis cerebri. - Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae mastodeae. Cellulae Mastoideae Adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Rongga ini dilapisi oleh membrane mucosa. Nervus fasialis Pada dinding medial telinga tengah membesar membentuk ganglion geniculatum. Cabang-cabang penting pars intrapetrosa nervus fasialis yaitu nervus petrosus major, saraf ke M. stapedius dan chorda tympani. Nervus Tympanicus Berasal dari nervus glossopharingeus dan berjalan melalui dasar cavum tympani dan pada permukaan promontorium. Lalu bercabang-cabang membentuk plexus tympanicus (mempersarafi lapisan cavum tympani dan mempercabangkan nervus petrosus minor).

3. Telinga dalam - Labyrinthus Osseus Terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Vestibulum Merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semisirkularis. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus labyrintus membranaceus. 2. Canalis semisirkularis Ketiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis. 3. Cochlea Berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum. Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak 2 putaran. Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus. - Labyrinthus Membranaceus Terletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis semisirkularis osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea. 1. Utriculus Adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis. 2. Sacculus Berbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus setelah bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu kecil yaitu saccus endolymphaticus. 3. Ductus Semisirkularis Diameternya lebih kecil dari canalisnya. Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan lainnya. 4. Ductus Cochlearis Berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus melalui ductus reunions.

Snell, Richard S. 2006 1.2.Memahami Anatomi Mikroskopik Telinga A. Telinga luar Aurikula Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang raawan elastis dengan bentuk tidak teratur, setebal 0,5-1 mm dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis. Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan dibagian posterior aurikula. Meatus akustikus eksternus Merupakan saluran antara aurikula sampai membran timpani, dengan panjang sekitar 2,5 cm. Sepertig bagian luar merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan dua pertiga dalamnya adalah saluran dalam tulang temporal. Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea, glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin) Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, dan berwarna kecoklatan.

Membrana timpani Oval, semi transparan Luar : epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar Dalam : epitel selapis gepeng/kuboid, jaringanpengikat kolagen, jaringan pengikat elastis , fibroblas Pars flaccid/membran Shrapnell : kuadran antero superior, daerah segitiga kecil yang lunak, tidak terdapat serat kolagen.
6

Pars tensa : bagian terbesar di luar pars flaccid

B. Telinga Tengah Kavum timpani Berisi : udara Posterior : berhubungan dengan ruangan-ruanganprocessus mastoideus Anterior : berhubungan dengan tuba Eustachii 3 (tiga) tulang pendengaran yang menghubungkan membrana timpani dengan foramen ovali s: os maleus, os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam. Terdapat M.tensor tympani dan M.stapedius Kavum tympani, tulang penegara, nervus, musculus dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/kuboid, lamina propria tipis yang berhubungan dengan periosteum dibawahnya Epitel kavum tympani sekitra muara tuba eustachii epitel elapis kubid/silindris silia . Tuba Eustachii Merupakan saluran antara bagian anterior kavum timpani dan bagian lateroposterior nasofaring Lumen sempit, gepeng 2/3 bagian kartilago elastis arah nasofaring, 1/3 bagian tulang Mukosa membentuk rugae dengan epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris denagn silia dan Lamina propria tipis Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, selgoblet, limfosit Sekitar muara nasofaring terdapat tonsila tuba C. Telinga Dalam Berbagai komponen telinga dalam mengisi rongga penghubung bagian petrosus tulag temporal, yang bersama-sama membentuk labirin oseosa. Didalam rongga ini terdapat labirin membranosa. Semua bagian labirin membranosa mengandung cairan endolimf. Dindingnya dipisahkan oleh labirin oseosa dengan ruang perilimfatik yang mengandung cairan perilimf. Bagian sentral labirin oseosa mengandung utrikulus dan sakulus yang disebut vestibulum Labirin Oseosa Terdapat vestibulum, terletak disebelah medial rongga timpai dengan fenestra ovalis Pada posterior vestibulum, bermuara tiga buah kanalis semisirkuaris (anterior, posterior, lateral). Yang setiap saluran mempunyai pelebaran/ampula. Ujung kanalis semicircularis posterior dan anterior yang tidak melebar, bersatu membentuk crus commune
7

Kearah anterior vestibulum, berhubungan dengan koklea. Bentuknya mirip kerucut dengan diameter 9 mm dan tinggi dari dasar sampai puncak 5 mm. Poros yang dikitari terhadap tulang, disebut modiolus Labirin Membranosa Di dalamnya terdapat endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium dan tinggi kadar kalium.

Sakulus dan utrikulus Sakulus dan utrikulus terdiri dari lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel neuroepitel yang berkembang yaitu macula yang disarafi oleh cabang-cabang nervus vestibularis. Macula sakulus terletak di dasar sedangkan macula utrikulus terdapat di dinding lateral sehingga membentuk sudut tegak lurus. Sel reseptor (hair cell) ditandai dengan stereosilia kaku dan satu kinosilium panjang. Didalm sel ini terdapat struktur mikrotubulus 9+2 di bagian proksimal. Di dalamnya terdapat dua jenis sel rambut. Sel tipe I bentuknya lebih menyerupai mangkok sementara sel tipe II banyak terdapat ujung aferen. Sel penyokong diantara sel-sel rambut berbentuk silindris dengan mikrovili di permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang disekresi oleh sel penyokong dengan endapan di bagian permukaan yang disebut otolit.

Duktus semisirkularis Daerah reseptornya di dalam ampula berbentuk mirip rabung disebut Krista ampularis. Krista secara structural mirip dengan macula namun lapisan glikoproteinnya lebih tebal berbetuk kerucut disebut kupula dan tidak ditutupi otolit.

Duktus dan sakus endolimfatikus Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati sakuus endolimfatikus, epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel silindris tinggi yang terjadi 2 jenis sel : salah satu jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositik serta vakuol. Sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing. Duktus koklearis Terbagi menjadi 3 ruangan : skala vestibule, skala media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang mengandung endolimf berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf. Skala-skala ini berhubungan di bagian apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai helikotrema. Membrane vestibularis (membrane Reissner) terdiri atal 2 lapisan epitel gepeng, satu lapisan dari skala vestibularis, dan lapisan lainnya berasal dari skala media. Tautan erat kedua lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan gradient ion.

Stria vaskularis merupakan epitel vascular yang terletak di dinding lateral duktus koklearis, terdapat sejumlah mitokondria dan bertanggung jawab terhadap komposisi ion di endolimf. Struktur telinga bagian dalam mengandung reseptor auditori khusus disebut organ corti ; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Organ corti terletak pada substansi dasar tebal membrane basalis. Terdapat 2 jenis sel reseptor, satu sel berbentuk huruf W (sel rambut luar) dan sel lainnya berbentuk linear (sel rambut dalam). Di ujungnya terdapat serabut-serabut saraf yang akan menyatu membentuk ganglion spiralis. Berbeda dari resepror vestibular, kinosilium tak dijumpai. Akan tetapi ujung stereosili yang tertinggi akan membenamkan sel rambut pada membrane tektoria yang terdiri dari secret kaya glikoprotein dihasilkan dari sel-sel pada limbus spiralis. Dari sel-sel penyokong, sel pilar mengandung mikrotubulus yang agaknya memeberi kekakuan pada sel ini. Sel tersebut membentuk ruang segitiga antara sel rambut luar dan dalam, yakni terowongan dalam. Struktur ini penting untuk transduksi suara. Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani Leeson, Leeson, Paparo. 1996

10

II. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Pendengaran dan keseimbangan A. Fisiologi pendengaran Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003) Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan. Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhdap frekuensi 1000 dan 4000 siklus per detik. Intensitas atau Kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali. Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea. Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan perbedaan khas suara manusia Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 20 dna 20.000 silklus per detik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara adalah samapai 500 hingga 5000 siklus per detik. Hanya dengan suara keras rentang 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap. Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya menurun menjadi 50 sampai 8.000 siklus per detik atau kurang. Suara 3000 siklus per detik dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara. Sebaliknya, suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitasnya 10.000 kali lebih besar dari ini. (Sherwood, L. 2007)

11

a. Mekanisme Pendengaran Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar, efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan gelombang suara. Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris. Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi
12

peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian. Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam. Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka yang menaikan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah). Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah proses sensori atau sensasi auditif. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003. Prihardini D, dkk. 2010)

13

b. Jaras Persarafan Pendengaran Diperlihatkan bahwa serabut dari ganglion spiralis organ corti masuk ke nukleus koklearis yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada tempat ini semua serabut bersinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus tersebut, berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Beberapa tempat penting harus dicatat dalam hubunganya dengan lintasan pendengaran pertama implus dari masing-masing telinga dihantarkan melalui lintasan pendengaran kedua batang sisi otak hanya dengan sedikit lebih banyak penghantaran pada lintasan kontralateral.Kedua banyak serabut kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung ke dalam system retikularis batang otak sehingga bunyi dapat mengaktifkan keseluruhan otak. (Guyton A.C. 2003) c. Fungsi korteks serebri pada pendengaran Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinap dalam perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan. Sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena seratseratnya bersilangan secara parsial di otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran pada salah satu sisi melewati batang otak tidak akan mengganggu pendengaran kedua telinga. Korteks pendengaran tersusun atas kolom-kolom. Korteks pendengaran primer mepersepsikan suara diskret sementara korteks pendengaran yang lebih tinggi di sekitarnya mengintegrasi suara-suara yang berbeda menjadi pola yang koheren dan berarti. Proyeksi lintasan pendengaran korteks serebri menunjukan bahwa korteks pendengaran terletak terutama tidak hanya pada daerah supratemporal girus tempralis superior tetapi juga meluas melewati batas lateral lobus temporalis jauh melewati korteks insula dan sampai ke bagian paling lateral lobus parietalis. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003) d. Penentuan Frekuensi Suara Suara dengan tinggi nada yang rendah menyebabkan pengaktifan maksimum membrane basilis di dekat apeks koklea dan suara dengan frekuensi yang tinggi mengaktifkan membrane basilaris dekat basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi menengah mengaktifkan membrana di antara kedua nilai yang ekstrim tersebut. Selanjutnya, ada pengaturan spasial pada serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea sampai korteks serebri. Perekaman sinyal di traktus auditorius pada batang otak dan di area penerima pendengaran pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak yang spesifik diaktivasi oleh frekuensi suara tertentu. Oleh karena itu cara yang digunakan oleh sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan

14

posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang. Ini dinamakan prinsip letak untuk menentukan frekuensi suara. (Guyton A.C. 2003) e. Penentuan keras suara Kekerasan suara ditentuka oleh sistem pendengaran sekurnag-kurangnya melalui tiga cara. Pertama, ketika suara menjadi lebih keras terjadi peningkatan amplitudo getaran yang merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo meningkat akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian mebran basilar yang beresonasi, sehingga terjadi pemjumlahan spasial impuls, dimana transmisi melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran membran basilar mencapai intensitas yang tinggi. Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleks-refkes protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga selsel rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan menimbulkan gangguan pendengaran parsial. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003) f. Diskriminasi arah asal suara Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya mendeteksi arah asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei olivarius superior di dalam batang otak. Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial dan lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab unuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk
15

memperkirakan arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama yang menonjol ke arah kanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang berbeda menstimulasi pernagkat neuron lainnya dari sisi yang berlawanan. (Guyton A.C. 2003) B. Fisiologi Keseimbangan Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan gerakan kepala dengan gerakan gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea- kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sarkulus.

Apartus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ korti, komponen vestibuler masing masing mengandung sel rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel sel rambut auditorius,reseptor vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, tergantung pada arah gerakan cairan. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara
16

tiga dimensi tersusun dalam bidang bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan ( ridge ) yang terletak di ampula, suatu pembesaran dipangkal kanalis. Rambut rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti arah gelombang air. Pada kanalis semisirkularis polarisasi sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lurus satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis; horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiriposterior kanan, posterior kiri anterior kanan. Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya akan terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam bidang horisontal yang menimbulkan rotasi ke kanan maka serabu-serabut aferen dari kanalis horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi. Akselerasi ( percepatan ) atau deselerasi ( perlambatan) selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak disalah satu kanalis semisirkularis karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala.namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia ( kelembaman ). ( karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap bergerak,kecuali jika ada suatu gaya luar yang bekerja padanya dan menyebabkan perubahan.) ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala ( serupa dengan tubuh anda yang miring ke kanan sewaktu mobil yang anda tumpangi berbelok ke kiri ). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong kearah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut rambut sensorik yang terbenam di bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan gerakan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala, sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan rambut- rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap. Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada organ otolit. Rambut rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 -50 stereosilia yaitu mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami
17

depolarisasi ketika stereosilianya membengkok kearah kinosilium; pembengkokan kearah yang berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel.sel sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung ujung terminal neuron aferen yang akson aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi diserat serat aferen; sebaliknya, ketika sel sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi diserat aferen menurun. Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan liniear ( bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah ). Utrikulus dan sarkulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat diantara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut rambut pada sel sel rambut reseptif di organ organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat otolit ( batu telinga ) yang terbenam dalam lapisan gelatinosa, sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam ( inert ) daripada cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut- rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut- rambut sarkulus berjajar secara horizontal. Masa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan membengkokan rambut rambut dalam dua cara : 1. Ketika kepala digerakkan ke segala arah selain vertikal (yaitu selain tegak dan menunduk ), rambut rambut membengkok sesuai dengan arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus. Dengan demikian SSP menerima pola pola aktivitas saraf yang berlainan tergantung pada posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi ) Rambut rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal ( misalnya bergerak lurus kedepan, kebelakang, atau kesamping ). Ketika seseorang mulai berjalan kedepan, bagian atas membran otolit yang berat mula mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan demikian rambut rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang kedepan. Jika kecepatan berjalan di pertahankan lapisan gelatinosa segera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak kedepan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokan rambut rambut kearah depan. Denga demikian sel sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.
18

2.

Sarkulus mempunyai fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespon secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal ( misalnya bangun dari tempat tidur ) dan terhadap akselerasi atau deselerasi liner vertikal ( misalnya meloncat loncat atau berada dalam elevator ). Sinyal sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok badan sel saraf di batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot, untuk : 1. mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan; 2. mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; dan 3. mempersepsikan gerakan dan orientasi. Reflek vestibularis berjalan menuju SSP dan bersinap pada neuron inti vestibularis di batang otak. Selanjutnya neuron vestibularis menuju kebagian lain dari otak, sebagian langsung menuju motoneuron yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis yang lain menju formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya.
19

Hubungan-hubungan langsung inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokular merupakan suatu jaras yang penting dalam mengendalikan gerakan mata dan reflek vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapn ke bagian lain dar lapangan pandangan. Perubahan arah gerakan mata selama rangsang vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal. Beberapa individu, karena alasan yang tidak di ketahui, sangat pekak terhadap gerakan gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis dan menyebabkan gejala pusing ( dizziness ) dan mual; kepekaan ini disebut mabuk perjalan ( motion sickness ). Kadang kadang ketidak seimbangan cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit menier. Karena baik aparatus vestibularis maupun koklea mengandung cairan telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan pendengaran. Penderita mengalami serangan sementara vertigo ( pusing 7 keliling ) yang hebat disertai suara berdenging di telinga dan gangguan pendengaran. Selama serangan itu, penderita tidak dapat berdiri tegak dan melaporkan perasaan bahawa dirinya atau benda benda di sekelilingnya terasa berputar. Serebellum,yang melekat kebelakang bagian atas batang otak,terletak di bawah lobus oksipitalis korteks. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang scara fungsional berbeda. Bagian bagian ini memiliki rangkaian masukan dan keluaran dan, dengan demikian memiliki fungsi yang berbeda beda : 1. 2. 3. Vestibuloserebellum penting untuk untunk mempertahankan keseimbangan dan mengontrol gerak mata. Spinoserebelum mengatur tonus oto dan gerakan volunter yang terampil dan terkoordinasi. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktifitas volunter dengan memberikan masukan ke daerah daerah motorik korteks. Bagian ini juga merupakan daerah serebelum yang terlibat dalam ingatan prosedural.

Berbagai gejala yang menandai penyakit serebelum semuanya dapat dikaitkan dengan hilangnya fungsi fungsi tersebut, antara lain adalah gangguan keseimbangan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi tanpa paralisis. Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. III. Memahami jenis-jenis gangguan pendengaran 3.1 Definisi 1. Tuli konduktif Karena kelainan di telinga luar atau di telinga tengah. a. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling. b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pendengaaran. 2. Tuli perseptif
20

Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada : a. Organo corti b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais c. Pusat pendengaran otak 3. Tuli campuran Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi sekunder (tuli persepsi juga).

3.2 Klasifikasi dan etiologi C. Kelainan Telinga Luar A.1 Kongenital Atresia liang telinga
21

Diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang tampak adalah dauntelinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia. Atresia liang telinga bisa menyebabkan speech delay. Terapi BAHA (Bone Anchored Hearing Aid), operasi Canaloplasty (setelah usia 5/6 tahun) Mikrotia dan Makrotia Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia), sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Secara umum deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telingatengah dalam derajat yang dapat diperkirakan.

Fistula prearikuler Lubang kecil yang mengarah ke telinga luar, biasanya pada tepi anterior dari bagian ascending helix. Bagaimanapun, kelainan ini sering dilaporkan terjadi pada permukaan lateral crus helicix dan tepi posterosuperior dari helix, tragus atau lobulus. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.

Lop ear (bats ear) Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika.

A.2 Trauma Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dankanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya : a.Laserasi Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorek telinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan pendarahan sementara.
22

b.Frostbite Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat. Karena perubahan perlahan maka tidak terasa nyeri lagi sampai telinga memanas lagi. Pemanasan yang cepat dianjurkan terapi seperti dengan mengguyur telinga yang terkena dengan air hangat bersuhu 100 dan 108F sampai terlihat tanda-tanda pencairan. c.Hematoma Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti dengan pemasangan balutan tekan khususnya pada konka. A.3 Infeksi Akut Serumen Serumen merupakan hasil sekresi kelenjar serumen yang terdapat pada bagian tulang rawan telinga. Jumlah serumen yang terbentuk dan konsistensinya sangat bervariasi. Gambaran klinis. Adanya serumen, walaupun merupakan sekresi yang normal, dapat menyebabkan gangguan pendengaran, nyeri telinga, keluarnya cairan dan vertigo. Jumlah dan konsistensinya beragam, sehingga banyak orang harus membersihkan telinganya (mengirigasi) pada saat-saat tertentu secara teratur. Telinga Luar Dalam kulit kanal auditorius eksterna Glandula seminurosa Sekresi substansi lilin serumen tertimbun Kanalis eksternus menumpuk Menutup hantaran suara lewat udara Reseptor gagal menerima suara Tuli konduktif Cholesteatoma. Penumpukan dari puing-puing selular (cellular debris) didalam telinga tengah. Ini umumnya adalah akibat dari infeksi-infeksi kronis telinga. Ia dapat menyebabkan kerusakan struktur-struktur didalam telinga tengah. Keratosis obturans
23

Keratosis obturans adalah akumulasi atau penumpukan deskuamasi lapisan keratin epidermis pada liang telinga, berwarna putih seperti mutiara, sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Penyakit ini tidak mengenai bagian kartilagenous meatus auditorius eksternus. Secara khas, lesi ini hanya terbatas pada meatus, tanpa menyebabkan destruksi tulang. Perikondritis (cauliflower ear) Perikondritis akut merupakan infeksi yang hebat. Radang dapat mengenai tulang rawan setelah operasi mastoidektomi radikal. Dalam operasi tersebut, sewaktu orifisium dilebarkan, liang telinga tulang rawan akan terbuka dan kemudian dapat diikuti dengan terinfeksinya tulang rawan tersebut. Gambaran klinis : Penderita sangat menderita akibat rasa nyeri yang hebat pada daun telinga. Daun telinga menjadi merah dan bengkok. Lobules tidak ikut terkena proses. Benda asing/ Corpus Alienum Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuhyang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa : a. Benda hidup seperti serangga (kecoa, semut atau nyamuk) b. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. (kacang-kacangan, karet penghapusan, potongan korek api, dll Benda asing (serangga, kerikil, manik-manik, dll) Penderita mencoba membersihkan telingatelinga Masuk telinga kanalis eksternus(membuat gatal, bahkan nyeri) Resiko terdorong ke bagian tulang kanalis Laserasi kulit Membran timpani lubang Nyeri dan penurunan pendengaran

Otitis eksterna Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi .Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edemadari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat Otitis eksterna akut terbagi atas: a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel bisul). Keadaan ini dapat terjadi akibat infeksi oleh Staphylococcus aureus di dalam folikel rambut pada liang telinga bagian tulang rawan. Timbul nyeri telinga hebat lebihlebih apabila daun telinga digerakkan atau disentuh, liang telinga tampak merah,
24

pembengkakan dapat meluas kebelakang telinga sehingga menyerupai keadaan pada mastoiditis akuta. Nyeri telinga hebat juga timbul waktu kita memasukkan speculum telinga ke dalam liang telinga. Kemungkinan ditemukan cairan purulen bila furunkel pecah lambat laun terjadi gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal. intervensi yang diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan tampon yang diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika. Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Jamur, Aspergillus Infeksi pada kulit Faktor predisposisi (udara hangat dan lembab, pH basa liang telinga, trauma ringan, dan berenang) Membentuk furunkel, di sepertiga luar liang telinga Adneksa Folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen Rasa nyeri hebat pada telinga bila disentuh Liang telinga bengkak Gangguan pendengaran bila furunkel membesar b. Otitis eksterna difusa Infeksi bakteri (Pseudomonas) yang biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan le mbab, disebut juga Swimmers ear. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan tragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang berbau, edema dengan tidak jelas batasnya serta tidak terdapat furunkel. Dapat mengenai baik satu telinga maupun keduanya. Apabila terjadi unilateral, biasanya sekunder, akibat adanya radang telinga tengah. Apabila terjadi bilateral, mungkin akibat infeksi bakteri atau jamur, iritasi akibat suatu bahan kimia atau merupakan bagian daripada kelainan kulit ditempat lain secara umum. Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escherichia coli, Enterobacter auogenes Kadang terdapat sekret yang berbau, tidak mengandung lendir Pembesaran kelenjar getah bening regional Gejala sama dengan otitis media sirkumskripta, tampak dua pertiga dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis dan edema tanpa batas yang jelas, serta tidak terdapat furunkel Gangguan pendengaran Otomikosis Biasanya terjadi setelah berenang terutama di daerah tropis dan akibat infeksi Aspergillus niger. Liang telinga menjadi penuh kotoran yang berwarna putih dengan bercak-bercak hitam. Iritasi akibat bahan kimia seperti cat rambut dan antibiotika lokal dapat menimbulkan suatu demartitis lokal.

25

Gambaran klinis Kedua telinga dirasakan sangat gatal, penderita berkeinginan untuk terus menggaruk telinga terutama pada waktu menjelang tidur. Timbul cairan dan kadang-kadang dirasakan kurang pendengaran. Liang telinga penuh dengan kotoran (debris) dan kulit liang telinga ini mengalami peradangan. Kurangnya pendengaran akan segera teratasi setelah liang telinga dibersihkan. A.4 Infeksi dan Radang Kronik - Otitis Eksterna Nekrotikans Otitis eksterna nekrotikans merupakan suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak telinga. Lebih sering dijumpai pada penderita diabetes lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan beriklim panas. Kondisi ini disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan biasanya ditemukan pada penderita diabetes lanjut usia serta dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas. Pseudomonas Faktor predisposisi : Penderita diabetes Peradangan yang meluas secara progresif Pada lapisan subkutis dan organ sekitar Rasa gatal di telinga, unilateral, diikuti nyeri hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan telinga Nyeri akan menghebat dan liang telinga tertutup jaringan granulasi yang subur Paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis Kehancuran tulang temporal Tuli/gangguan pendengaran - Polikondritis Berulang Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan destruksi tulang rawan. Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan telinga pada 80-90% kasus. A.5 Neoplasma Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang telinga. 1. Osteoma adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan bundar yang menempel pada sepertiga bagian dalam telinga. 2. Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertropik (biasanya multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat disebabkan oleh karena sering berenang dalam air dingin. 3. Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang telinga dapat segera disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara dini demikian juga dengan karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih adalah eksisi bedah

26

Mansjoer, Arief dkk.2001 Soetirto I, Bashiruddin J. 2001 B. Kelainan Telinga Tengah B.1 Penyakit Membran Timpani Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang berarti cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit yang mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis. timpanosklerosis Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercakbercak putih tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tengahnya sebagai akibat peradangan terdahulu Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Perforasi dapat diakibatkan trauma dan dapat/tidak disertai gangguan primer seperti putusnya rantai osikula. Perforasi dibagi 4 berdasarkan lokasinya : tuba, sentral, marginal, pars flaksida Otitis media kronis dengan keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.

27

Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes telinga antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi B.2 Gangguan Tuba Eustakhius Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan sepertiga bagian lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua pertiga medial adalah fibro kartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi, drainage secret dan menghalangi masuknya secret dari nasopharing ketelinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengahselalu sama dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan : a. Perasat Valsava Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang menekan membrane timpani kearah lateral seperti meletup. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada jalan nafas. b. Perasat Tyonbee Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis. Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi normal. Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah, sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairanyang akan memperberat masalah klien. Bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan dapat di drainage melalui kanalis akustikus eksternus. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara lain : Tuba eustakius paten abnormal Suatu tuba eustakius yang paten abnormal selalu terbuka sehingga udara dapat masuk ke dalam telinga tengah selama respirasi. Mioklonus palatum Mioklonus palatum merupakan suatu kondisi yang jarang dijumpai, di mana otot-otot palatum mengalami kontraksi ritmik secara berkala. Penyebabnya tidak diketahui. Obstruksi tuba eustakius Dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoiditis. Palatoskisis Dapat menyebabkan disfungsi tuba eustakius akibat hilangnya penambat otot tensor palatine. Barotrauma Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
28

Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas pend engarannya, autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo. B.3 Gangguan pada Rantai Osikula Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke fenestra yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat menghambat transmisi suara ke tempat lainnya. Kelainan Kongenital Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara congenital, bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dan fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini. Koreksi alat bantu mendengar yang menempel pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Otosklerosis Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam kondisi ini kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes. B.4 Otitits Media Pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Patogenesis Otitis Media

Pembagian Otitis Media terbagi atas :

29

1. Otitis media supuratif, terdiri dari : Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA) Penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae,Hemophillus Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah. b. Disfungsi tuba euatakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar (snusitis, hipertroi adenoid) atau reaksi alergi (rrhinitis alergika)

Perjalanan Penyakit Otitits Media Akut (OMA) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP) OMSK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla Lemone. 2001 : 1496). Etiologi OMSK biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan disfungsi tuba akustikus serta Trauma atau penyakit lain. Secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. Patofisiologi Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.

30

2. Otitis Media Non Supuratif/Serosa, terdiri dari : Otitis Media Serosa Peradangan non bakteri mukosa kavum timpani yang ditandai terkumpulnya cairan yang non purulen (serous/mukoid). Etiologi : Transudasi plsama dari pembulah darah ke dalam rongga telinga tengah terutama disebabkan tekanan hidrostatik. Disfungsi tuba eutakius (penyebab utama) Faktor penyebab lain, hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis tomor nasofaring barotrauma, radang seperti rinitis, sinusitis. Masalah ini dapat sering menimbulkan tuli konduktif. Pada otitis media serosa, membran timpani tampak berwarna kekuningan. Kadang tinggi cairan atau gelembung (Air fluid level/air bubbles) tampak lewat di membran timpani yang semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada ada darah dalam telinga tengah.

B.5 Mastoiditis Mastoiditis adalah proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala awal yang timbul adalah peradangan telinga tengah, seperti demam, nyeri telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan timbul suara berdenging pada satu sisi telinga B.6 Tumor Telinga Tengah Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping darah (Kristal kolesterol) di dalam telinga tengah Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang dapat mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang.
31

Brunner & Suddath:1999;2056 Charlene J.Reevas.2001:16 Efiaty dan Nurbaity Corwin, Elizabeth J. 2000 C. Kelainan Telinga Dalam Tinitus adalah bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa mekanoakustik maupun listrik. Jika rambut-rambut ini mengalami kerusakan, mereka akan bergerak secara random pada keadaan yang konstan. Karena tidak mampu menahan pengisian listrik, pada sel-sel pendengaran terjadi kebocoran. Sinyal-sinyal listrik ke otak sebagai bunyi yang amat berisik. Keluhan suara yang didengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, mendesis. Klasifikasi Terjadi akibat adanya kerusakan ataupu perubahan telinga luar, telinga dalam. Berdasarkan letak sumber masalah : Tinitus otik kelainan pada telinga saraf atau saraf auditorius Tinitus somatik kelainan terjadi diluar telinga dan saraf tetapi masih didalam area kepala atau leher. Etiologi Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar penyebab tinitus dapat berupa kelainan bersifat somatik : kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vaskular, tinitus karena obat-obatan. C.1 Tuli kongenital Aplasia kokhlea Kelainan kromosom Kolesteatom conginental C.2 Tuli didapat Neuroma akustik (Vestibular schwannoma) Neuroma Akustik pada kasus ini terdapat tumor jinak yang membungkus saraf kedelapan yang berakibat pada tuli sensorineural yang unilateral, dengan gejala mula-mula ringan. Tumor ini menyebabkan gangguan pendengaran dengan cara menghancurkan sarafsaraf saluran telinga dalam Trauma Rudapaksa/kecelakaan yang dapat mengakibatkan rupture labirin atau komosio labirin Tuli akibat obat obatan obatan yang bersifat ototoxic: Aminoglikosid ( tersering :tobramycin ) Loop diuretic ( tersering : furosemid) Antimetabolik ( methotrexate) Salisilat ( aspirin ) Obat (Aminoglikosida) menyebabkan tuli yang biasanya bersifat bilateral dan bernada tinggi dikarenakan hilangnya sel rambut pada putaran basal koklea. Sedangkan obat obat diuretik menyebabkan tuli yang sebagian besar bersifat sementara dengan cara menyebabkan perubahan komposisi elektrolit cairan dalam endolimfe.
32

Noise induce ( trauma suara ) Tuli akibat bising ( noise induced tuli yang terjadi diakibatkan oleh bising dengan intensitas 85db atau lebih yang mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam terutama yang berfrekuensi 3000 -6000 Hz. Sering terpapar dengan suara yang keras dalam waktu yang lama (>90 db) dapat menyebabkan SNHL. Presbikusis Berkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia (Presbikusis) adalah penurunan fungsi pendengaran sensorineural yang terjadi sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat. Presbikus pada kasus ini terjadi perubahan struktur coklea dan Nervus akustic, berupa atrofi dan degenerasi sel-sel penunjang organocorti, disertai perubahan vaskuler pada stria vaskularis, dimana jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf berkurang . Ketulian Mendadak (sudden hearing loss) Ketulian Mendadak adalah kehilangan pendengaran yang berat, biasanya hanya menyerang 1 telinga, yang terjadi selama beberapa jam atau kurang. Tuli mendadak penyebab paling sering dari tuli mendadak ini adalah iskemia koklea yang berakibat pada degenerasi yang luas pada sel sel ganglion stria vasikularis dan ligamen spiral. Yang kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan ikat dan penulangan. Pada kasus ini kerusakan sel rambut yang terjadi tidaklah luas dan membran basal jarang terkena. Tuli tiba-tiba (sudden hearing loss) bias disebabkan oleh : Idiopatic Pembuluh darah yang Iskemic di telinga dalam Fistula perilimfa : yang biasanya disebabkan karena rupturnya tingkap lonjong atau bulat yang berakibat pada bocornya perilimfe Penyakit lainnya Meniere sebabkan tuli perspektif nada rendah (125 Hz to 1000 Hz) disebabkan karena adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vesbulum. Hidrops ini dapat disebabkan karena : - Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri - Berkurangnya tekanan osmotik didalam kapiler, dan meningkatnya tekanan osmotik extrakapiler - Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa hal - hal tersebut menyebabkan pembengkakan pada skala media yang dapat berakibat pada ruptrunya membran Reissner dan terjadilah percampuran cairan endolimfe dan perilimfe. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A. 1997 Soetirto I. 1990 IV Mampu Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Pendengaran Audiologi Dasar : Pemeriksaan dilakukan dengan tes audiometri nada murni, tes penala dan tes berbisik 1.Pemeriksaan audiometri:

33

Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah : a. Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri. Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan. pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

34

Derajat Ketulian menurut ISO : Yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya saja

b.Test Penala Cara pemeriksaan pendengaran : Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan di telinga menyebabkan tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Secara fisiologik telinga dapat mendengar 20 sampai 18000 Hz, untuk pendengaran sehari hari yang paling efektif antara 5000-2000 Hz, oleh karena itu pemeriksa menggunakan garputala 512,1024Hz,2048 Hz. Bila tidak memungkinkan ketiga garputala dipakai maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising di sekitarnya. 1. Test Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu : -Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya -Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus
35

eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : Normal : tes rinne positif Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

2.Test Weber Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar

36

lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien samasama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan. Interpretasi:Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat. Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

3.Test Swabach Tujuan :Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi
37

pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. 4. Tes Bing/tes oklusi Cara pemeriksaan : tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga,sehingga terdapat tuli konduktif kira kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala ( seperti pada tes weber) Penilaian : bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut tuli konduktif. 5. Tes stenger Digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura pura tuli) Cara pemeriksaan : masking Misalnya : pada seseorang yang pura pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan masing masing diletakkan pada telinga kanan dan kiri. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di telinga kanan sedangkan penala kedua digetarkan lebih keras dan di letakkan pada depan telinga kiri ( yang pura pura tuli) Hasil pemeriksaan : Apabila normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi. Apabila telinga kiri tuli maka hanya telinga kanan yang mendengar c.Tes berbisik menetukan derajat ketulian secara kasar, ruangan cukup tenang minimal panjang 6 meter. Nilai normal 5/6 atau 6/6 Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis + Tidak ada lateralisasi Sama dengan normal pemeriksa _ Lateralisasi ke memanjang Tuli konduktif telinga yang sakit + Lateralisasi ke memendek Tuli sensorineural telinga yang sehat Catatan : pada tuli konduktif kurang dari 30 dB, rinne bisa masih positif Audiometri khusus : Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea 1.Test SISI Untuk mengetahui adanya kelainan cochlea. Caranya: dengan menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu missal 30 dB. Lalu diberikan rangsangan 20 dB diatas ambang rangsang menjadi 50 dB. Setelah itu diberikan tambahan rangsangan 5 dB lalu diturunkan 4 dB, 3 dB, 2 dB dan 1 dB. Bila pasien dapat membedakannya berarti Test SISI (+). 2.Test ABLB Caranya: diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yangsama pada kedua telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama yang disebut Balans (-). Bila balans tercapai terdapat rekrutmen (+). 3. Test Kelelahan Akibat perangsangan terus meneru 4. TTP Caranya: dengan melakukan rangsangan terus-menerus pada telinga yang diperiksa dengan intensitas yang sesuai dengan ambang dengar missal 40 dB.
38

Bila setelah 60 detik masih terdengar berarti tidak ada kelelahan. Bila tidak berarti Testnya (+). 5.STAT Caranya: pemeriksaan pada 3 frekuensi: 500 Hz, 1000 Hz dan 2000 hz pada 110 db SPL diberikan selama 60 detik dan bila dapat mendengar berarti tidak ada kelelahan. Bila tidak berarti ada kelelahan. 6.Audiometri Tutur Caranya: pasien diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tuli cochlea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S, R, N, C, H, CH. Pada tuli retrocochlea lebih sulit. 7.Audiometri Bekessy Caranya: dengan nada yang terputus-putus. Bila ada suara masuk, maka pasien memencet tombol. Akan didapatkan grafik seperti gigi gergaji. Audiometri Objektif 1. Audiometri Impedans Yang diperiksa adalah kelenturan membrane tympani dengan frekuensi tertentu pada meatus acusticus eksterna. Pada lesi di cochlea, ambang rangsang stapedius menurun sedangkan pada lesi di retrocochlea, ambangnya naik. 2. Elektrokokleagrafi Digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari Evoke electropotential cochlea. Caranya: dengan elektroda jarum, membran tympani ditusuk sampai promontorium, lalu dilihat grafiknya. 3. Evoked Response Audiometry Untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi nervus vestibulocochlearis. Caranya: menggunakan 3 buah elektroda yang diletakkan di vertex/ dahi dan dibelakang kedua telinga atau pada kedua lobulus auricular yang dihubungkan dengan preamplifier. 4. Otoaccustic Emission Adalah respons cochlea yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energy akustik sel-sel rambut luar dipersarafi oleh serabut eferen dan mempunyai elektromotilitas sehingga pergerakan sel-sel rambut akan menginduksi depolarisasi sel. Caranya: memasukkan sumbat telinga kedalam liang telinga luar. Sumbat telinga dihubungkan dengan computer untuk mencatat respon yang timbul dari cochlea. Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak a. Behavioral Observation Audiometry Caranya: dilakukan pada ruangan yang cukup tenang. Sebagai sumber bunyi sederhana dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastic berisi air dll. b. Timpanometri Melalui sumbat liang telinga yang dipasang pada liang telinganya dapat diketahui besarnya tekanan diliang telinga berdasarkan energy suara yang dipantulkan kembali . oleh gendang telinga. Untuk orang dewasa/ bayi lebih dari 7 bulan,
39

frekuensi nya 226 Hz sedangkan untuk bayi kurang dari 6 bulan ferkuensinya kurang dari 226 Hz. c. Audiometri Nada Murni Dilakukan pada ruang kedap suara dengan menilai hantaran suara melalui udara melalui headphone pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz. Hantaran suara melalui tulang diperiksa dengan memasang bone vibrator pada processus mastoideus yang dilakukan pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz. d. Otoaccustic Emmision e. Brainstem Evoked Response Audiometry Perlu dipertimbangkan factor maturitas jaras saraf auditorik pad bayi dan anak yang usianya kurang dari 12-18 bulan karena terdapat perbedaan masa laten, amplitude dan morfologi gelombang dibandingkan dengan anak lebih besar dan dewasa. Gangguan Pendengaran pada Geriatri a. Tuli Konduktif pada Geriatri b. Tuli Saraf pada Geriatri Caranya: - Pemeriksaan Otoskopik Tampak membrane tympani suram, mobilitasnya berkurang. - Test Penala Didapatkan tuli sensorineural. - Pemeriksaan Audiometri Nada Murni Hasilnya suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dam simteris. - Garis Ambang dengar pada Audiogram Mendatar lalu berangsur menurun. - Audiometer Tutur Adanya gangguan diskriminasi wicara. Tuli Mendadak a. Anamnesis b. Pemeriksaan fisik: tekanan darah c. Test penala: Rinne (+), Weber lateralisasi ke telinga yang sehat dan Schwabach memendek. d. Audiometri Nada Murni: tuli sensorineural ringan-berat. e. Test SISI: skor: 100 % atau kurang dari 70 %. f. Test Tone Decay: bukan tuli retrocochlea. Audiometri Tutur: kurang dari 100 %. V Memahami dan Menjelaskan Tuli akibat Bising 4.1 Definisi Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masingmasing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi. Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan
40

dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut. 4.2 Etiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan : 1. Intensitas kebisingan 2. Frekwensi kebisingan 3. Lamanya waktu pemaparan bising 4. Kerentanan individu 5. Jenis kelamin 6. Usia 7. Kelainan di telinga tengah

PENGARUH KEBISINGAN PADA PENDENGARAN Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa : 1. Adaptasi Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan. 2. Peningkatan ambang dengar sementara Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu. 3. Peningkatan ambang dengar menetap Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi
41

setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan audiogram. Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 6000 Hz dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K notch). 4.3 Klasifikasi Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori yaitu : 1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( NITTS ) 2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS ) NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS ) Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch. Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya pendengaran dapat kembali normal. NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS ) Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss atau kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri. Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada : 1. tingkat suara bising 2. kepekaan seseorang terhadap suara bising NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah (2000 dan 3000 Hz) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang sangat lemah. 4.4 Patofisiologi Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel42

sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising Dari sudut makro mekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel penunjang disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat paparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang paling sering rusak. Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang memacu pelepasan neurotransmitter? Saluran transduksi berada pada membran plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai (shaft), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+dan Ca++dan menghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler. Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak efferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari bagian koklea yang rusak. Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel. PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA AKIBAT KEBISINGAN Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan adalah sebagai berikut : 1. Kerusakan pada sel sensoris a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris c. anoksia 2. Kerusakan pada stria vaskularis Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh karena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.
43

3. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris. 4. Hidrops endolimf 4.5 Manifestasi Klinis Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss) adalah : 1. Bersifat sensorineural 2. Hampir selalu bilateral 3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ) Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. 4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan. 5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz. 6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun. Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi. 4.6 Diagnosis, Pemeriksaan Diagnosis Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis Didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala tuli sensorineural (Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 10 tahun pertama paparan) yang biasanya mengenai kedua telinga didapatkan hasil : Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik Schwabach memendek Pemeriksaan audiometri Nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi ( umumnya 3000 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.
44

Sedangkan pemeriksaan Audiologi khusus seperti SISI (Short Increment Sensitivity Index), ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance) dan Speech Audiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen (recruitment) yang khas untuk tuli saraf Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut : 1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya. 2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja. 3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran. 4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising yang menyebabkan ketulian. 5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja. 6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya. Pemeriksaan Pendengaran Alat-alat yang digunakan: Lampu kepala Otoskopi Spekulum telinga Garpu talla Tes berbisik Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik 5/6 6/6. Tes Penala Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala yaitu: a. Tes Rinne Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

45

b. Tes Weber Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

Tes Schwabach Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut

46

memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa. Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis Positif Tidak ada Normal lateralisasi Sama dengan pemeriksa Negatif Lateralisasi ke Tuli konduktif telinga yang sakit Memanjang Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Tuli sensorineural

Memendek

Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif Tes Audiometri Audiometri nada murni Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (umumnya 3000 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat kesan tuli sensorineural. Pada pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami hal-hal seperti ini, nada murni, bising NB (narrow band) dan WN (white noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat ketulian serta gap dan masking. Untuk membuat audigram diperlukan alat audiometri. Bagian dari audiometri tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa AC (air conductor)/ hantaran udara, bone conductor untuk memeriksa BC (hantaran tulang). Nada murni (pure tone): merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.

Audiologi khusus Untuk membedakan tuli kokea dan retrokoklea :


47

A. Audiologi khusus, hal yang perlu dipahami : Rekrutmen : suatu fenonema , terjadinya peningkatan sensibilitas pendengaran yang berlebihan diatas ambang dengar . Khas pada tuli koklea Ket : pada pasien tuli koklea,pasien ini dapat membedakan bunyi 1 dB , sedangkan orang normal baru dapat membedakan bunyi setelah 5 dB. pada orangtua bila mendengar suara berlahan ia tidak dapat mendengar tapi jika mendengar suara keras dirasikannya nyeri pada telinga. Kelelahan : merupakan adaptasi abnormal . Khas pada tuli retrocokhlear, saraf pendenaran akan merasa lelah jika dirangsang terus menerus dan akan kembali pulih jika beristirahat. 1. TES SISI ( short increment sensitivity indek ) Untuk memeriksa tuli koklea dengan memanfaatkan fenonema rekrutmen. 2. Tes ABLB (alternate binaural loudness balance) Cara : diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama, yangdisebut balance negatif, bila balans tercapai terdapat rekuretmen positif . 3. Tes kelelahan (tone decay) 4. Audiometri tutur (Speech Audiometry) Pada pemeriksaan ini digunakan kata-kata yang telah disusun oleh silabus. pasien diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder, pada tipe koklea pasien sulit membedakan bunyi S,R,N,C,H,CH.sedangkan pada tuli retrokoklear lebih sulit lagi. 5. Audiometri bekessy Pemeriksaan adalah dengan menggunakan nada terputus- putus dan terus menerus, bila ada suara masuk pasien memencet tombol Hasil : Tipe I : normal Nada terputus dan terus menerus ( continue berimpit ) Tipe II : tuli perseptif koklea Nada terputus dan terus-menerus berimpit hanya frekuensi 1000Hz Tipe III: tuli perseptif retrokohlea Nada terputus dan terus-menerus berpisah. B. Audiologi Objektif Pada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi. Jenis audiometri objektif : - Audiometri impedansi Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu pada meatus acusticus externus. Jika lesi dikoklea ambang rangsang refleks stapedius menurun, sedangkan pada lesi si retrocoklear ambang itu naik. - Elektrokokleografi - Evoked response audiometry. Dikenal dengan BERA (brainstem evoke pesponse audiometri) yaitu suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. Prinsip : menilai perubahan potensial listrik diotak setelah perangsangan sensorik berupa bunyi. Pemeriksaan ini bermanfaat terutama pada keadaan yang tidak mungkin dilakukan pemerikasaan pendengaran biasa seperti pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensi rendah, cacat ganda dan kesadaran menurun 4.7 Penatalaksanaan Dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising.
48

Bila tidak, dapat dipergunakan alat pelindung telinga (ear plug, ear muff dan helmet). Karena menetap dan sulit berkomunikasi maka dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar/ ABD (hearing aid). Bila pendengarannya sedemikian buruk sehingga ABD pun tidak maka perlu psikoterapi untuk menerima keadaannya. Latihan pendengaran, membaca ucapan bibir, mimic dan gerakan anggota badan. Rehabilitasi suara karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah sehingga pasien dapat mengendalikan volume tinggi rendah dan irama percakapan. 4.8 Pencegahan Bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85 dB. Hal ini dapat diusahakan dengan cara : 1. Meredam sumber bunyi, misalnya yang berasal dari generator dipisah dengan menempatkannya di suatu rungan yang dapat meredam bunyi. 2. Jika bising ditimbulkan oleh alat-alat seperti mesin tenun, mesin pengerolaan baja, kilang minyak atau bising yang ditimbulkan sendiri oleh pekerja seperti ditempat penempaan logam, maka pekerja tersebut yang harus dilindungi dengan alat pelindung bising seperti sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung kepala. Tutup telinga member proteksi yang lebih baik daripada sumbat telinga, sedangkan helm selain pelindung telinga sekaligus sebagai pelindung kepala. Pekerja yang menjadi tuli akibat terpajan bising di lingkungan kerjanya berhak mendapat santunan. Selain alat pelindung telinga terhadap bising dapat juga diikuti ketentuan pekerja di lingkungan bising yang berintensitas lebih dari 85 dB tanpa menimbulkan ketulian, misalnya dengan menggunakan table di bawah ini,

Batas pajanan bising yang diperkenankan sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja 1999 Lama pajan/hari Intensitas dalam dB 24 80 Jam 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 30 97 Menit 15 100 7,50 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 28,12 115 Detik 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 127 0,88 130
49

0,44 133 0,22 136 0,11 139 Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB, walau sesaat Semua usaha pencegahan akan lebih berhasil bila diterapkan Program Konservasi Pendengaran (PKP) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tenaga kerja dari kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan di tempat kerja, tujuan lain adalah mengetahui status kesehatan pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan data-data. Untuk mencapai keberhasilan program konservasi pendengaran, diperlukan pengetahuan tentang seluk beluk pemeriksaan audiometri, kemampuan dan keterampilan pelaksana pemeriksaan audiometric, kondisi audiometer dan penilaian hasil audiogram. Aktivitas Program Konservasi Pendengaran antara lain adalah : 1. Melakukan identifikasi sumber biding melalui survey kebisingan di tempat kerja (walk through survey) 2. Melakukan analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM) atau, Octave Band Analyzer SOUND LEVEL METER ( SLM ) SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 85 dB. Sedangkan jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB. 3. Melakukan control kebisingan dengan berbagai cara peredaman bising 4. Melakukan tes Audiometri secara berkala pada pekerja yang beresiko 5. Menerapkan sistem komunikasi, informasi dan edukasi 6. Menerapkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) secara ketat Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung telinga : a. Kecocokan; alat pelindung telinga tidak akan memberikan perlindungan bila tidak dapat menutupi liang telinga rapat-rapat. b. Nyaman dipakai; tenaga kerja tidak akan menggunakan APD ini bila tidak nyaman dipakai. c. Penyuluhan khusus, terutama tentang cara memakai dan merawat APD tersebut. Jenis-jenis alat pelindung telinga : 1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector). Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani. Beberapa tipe sumbat telinga : a. formable type b. custom-molded type c. premolded type Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih. 2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors). Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 - 8000 Hz. 3. Helmet/ enclosure
50

Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dpada frekuensi tinggi Pemilihan alat pelindung telinga : 1. Earplug bila bising antara 85 - 200 dBA 2. Earmuff bila di atas 100 dBA 3. Kemudahan pemakaian, biaya, kemudahan membersihkan dan kenyamanan Pedoman yang sering digunakan adalah sebagai berikut : APD pemilihan TWA/dBA Pemakaian <85 Tidak wajib perlu 85-89 Optional 90-94 Wajib 95-99 Wajib >100 Wajib

APD Bebas memilih Bebas memilih Bebas memilih Pilihan terbatas Pilihan sangat terbatas

APD ini harus tersedia di tempat kerja tanpa harus membebani pekerja dari segi biaya, perusahaan harus me-nyediakan APD ini. Cara terbaik sebenarnya bukan penggunaan APD tetapi pengendalian secara teknis pada sumber suara. 7. Melakukan pencatatan dan pelaporan data. 4.9 Prognosis Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap (irreversibel), dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya ketulian. Meskipun demikian dapat juga memakai alat bantu dengar untuk menaikkan intensitas suara. Pada anak yang menderita SNHL yang memperoleh penanganan yang baik ,mereka akan mampu bersosialisi dan berkerja dengan baik seperti orang pada umumnya. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A. 1997 Harnita N. 1995 Oetomo A, Suyitno S. 1993 Soetirto I, Bashiruddin J. 2001 Soetirto I. 1990 VI Mampu Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Indera Pendengaran menurut Islam Ketahuilah mata kita, Allah ciptakan untuk dapat melihat kebenaran. Telinga kita, Allah ciptakan untuk dapat mendengarkan kebenaran. Dan akal kita, Allah ciptakan untuk memikirkan dan memahami penjelasan dari apa yang kita lihat maupun kita dengar. Apabila seseorang melihat kebenaran dengan matanya, mendengar kebenaran dengan telinganya, kemudian ia tahu dan paham (dengan menggunakan akalnya) bahwa hal tersebut adalah kebenaran, akan tetapi hatinya malah mendustakan. Maka pantas kita sebut orang ini buta, tuli dan bodoh. Sekalipun matanya, telinganya dan akalnya berfungsi tapi karena hatinya tidak membenarkan apa yang dipersaksikan mata, telinga dan akalnya, maka sia-sialah fungsi dari ketiga hal tersebut. Oleh karenanya, orang yang demikian lebih jelek dari pada binatang ternak. Benar, binatang ternak punya mata, telinga, akal (yang sangat terbatas). Maka tidak salah jika perbuatan mereka tidak dikontrol. Tapi manusia? mereka memiliki akal yang sempurna untuk
51

memikirkan, hati untuk memutuskan, mengapa tidak mempergunakannya?! benarlah firmannya:

Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka* itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (al-furqaan: 44) *yaitu orang kafir secara khusus dan orang sesat secara umum, Mengapa? Allah berfirman: Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (kebenaran) Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (kebenaran, dan tanda-tanda kekuasaan allah lainnya),: Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (kebenaran). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orangorang yang lalai. (al-araaf: 179) dalam ayat lain allah berfirman: Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (al-ahqaf: 26) Allah berfirman: Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (an-nahl: 78) Allah berfirman: Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (as sajdah: 9) Allah berfirman: katakanlah: Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (al-mulk: 23) Janganlah gunakan matamu dalam hal-hal yang baathil (seperti melihat aurat, membaca buku yang penuh dengan kesesatan, kekufuran dan kebidahan), sehingga menghalangimu untuk melihat kebenaran yang sedemikian terangnya.

52

Jangan gunakan juga telingamu dalam hal-hal yang baathil (seperti mendengarkan ghibah, mendengarkan musik, mendengarkan ceramah-ceramah kesesatan, kekufuran, kesyirikan maupun kebidahan). Sehingga menghalangimu untuk mendengarkan kebenaran yang sedemikian jelasnya. Jangan gunakan akalmu dalam perkara yang baathil, yang mana justru akan menjadikannya tidak berfungsi lagi. Akan tetapi gunakanlah akalmu untuk memikirkan dan memahami kebenaran. Janganlah engkau melebihkan akal dari kapasitasnya yaitu mendahulukannya daripada syariat, sehingga engkau menjadikan akal sebagai hakim, sehingga engkau lebih merasa puas dengan ketetapan akalmu, daripada ketetapan allah dan rasulnya Jangan pula jadikan hawa nafsumu menguasai hatimu, sehingga menjadikan hatimu menolak kebenaran yang telah jelas bagimu, hingga menyebabkan dirimu pun binasa. Beruntunglah mereka yang mempergunakan akal, telinga, mata dan hati mereka. Islam mempunyai cara dalam hal menjaga dan memelihara kesehatan telinga, yaitu : 1. Berwudhu. Islam menganjurkan berwudhu dalam hal untuk membersihkan diri dan menjaga kebersihan, seperti hadis riwayat Al-Bukhari:

Artinya : Bahwasannya Rasullah SAW mengusap dikala wudhunya :kepala beliau dan kedua telinganya, luar dalamnya. Dan beliau memasukkan anak dari beliau ke lubang telinga beliau (HR. Al-Bukhari) 2. Telinga di pelihara dari suara yang terlalu keras maupun suara yang terlalu lemah, seperti firman Allah SWT :

Artinya : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah diantara kedua itu(QS. Al-Isra (17): 110). 3. Menghindari dari kebaiasan hidup tidak sehat; seperti mengorek-ngorek telinga.

Artinya : Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan
53

menutupkan bajunya (kemukanya) menyombongkan diri dengan sangat (QS Nuh(71) : 7)

dan

mereka

tetap

(mengingkari)

dan

4. Menjaga kebersihan serta menciptakan lingkungan hidup yang sehat.

Artinya : Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menjaga kebersihan (QS Al Baqarah (2) :222). Menciptakan lingkungan kehidupan yang sehat dari sekitarnya.

Artinya : Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.(QS Al-Araaf (7): 58) 5. Menganjurkan untuk memakan makanan yang bergizi

Artinya : Dan makanlah makanan yang halal baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.(QS AlMaaidah (5): 88) Apabila indera pendengaran ini terganggu ataupun tidak dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik, maka penyakit yang dapat timbul yakni penyakit kalbu/hati seperti yang diterangkan dalam Al-Quran :

Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah lagi penyakit kepada mereka dan bagi merneka adzab yang menyedihkan, disebabka nmereka selalu berdusta(QS.Al-Baqarah (2): 10) Selain itu Al-Quran mengancam apabila sesuatu yang tidak baik, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :

54

Artinya : dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)(QS.Al-Araaf (7): 179) Apabila telinga menggalami gangguan, maka seorang muslim wajib untuk berobat. Seperti yang diriwayatkan oleh musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik :

Artinya : Aku pernah berada di samping Rasulullah SAW. Lalu datanglah beberapa badui. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah SWT tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit tua. (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi) (Zainu, 2009). Soenarwo, B.M. 2009. Allah Sang Tabib: Kesaksikan Seorang Dokter Ahli Bedah. Jakarta: Al-Mawardi. Abu Zuhriy Rikiy. 2012

55

Daftar Pustaka Abu Zuhriy Rikiy Dzulkifli bin Iwan Al-Ghrntaliy. 2012. Hakikat fungsi mata, telinga, akal dan hati diunduh pada : http://abuzuhriy.com/?p=2972 Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otalaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbitan Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Jakarta : Balai penerbit FKUI; h. 94-101 Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, AlihBahasa : Agung Waluyo dkk. EGC. Jakarta Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta Efiaty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar. 2006. Buku Ajar Ilmu THT. Penyakit Telinga Luar. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hadjar E. Gangguan keseimbangan dan kelumpuhan nervus fasial.Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1990. h. 75-7. Harnita N. Pengaruh suara bising pada pendengaran karyawan pabrik gula Sei Semayang di kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Bagian THT FK USU. 1995. Heggins II ,J. The effects of industrial sfasu.edu/courseinfo/SL98/hearing.html noise on hearing. http://hubel.

Leeson, Leeson, Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi Ed V ab. Yan Tambayong dkk. Jakarta : EGC Mahdi, Sedjawidada R. Prosedur penetuan persentase ketulian akibat bising industri. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30 Oktober,1993. Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang THT. Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober, 1996. Brookhouser PE, Worthington DW, Kelly WJ. Noise-induced hearing loss. http://www.uchsc.edu/sm/pmb/envh/noise.htm Oetomo A, Suyitno S. Studi kasus gangguan pendengaran akibat bising di beberapa pabrik di kota Semarang. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30 Oktober,1993. Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan pada Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat Kecelakaan Kerja, Jakarta, 2 Juni, 2001. Soetirto I. Tuli akibat bising (Noise Induced Hearing Loss). Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKI,1990.h.37-9 Soenarwo, B.M. 2009. Allah Sang Tabib: Kesaksikan Seorang Dokter Ahli Bedah. Jakarta: Al-Mawardi.
56

Stach BA. Clinical audiology an introduction. San Diego : Singular Publishing Group Inc, 1998. h.137-41. Rabinowitz PM.Noise-induced hearing loss.http://www.findarticles.com/cf_0/m3225/9_61/62829109/print.jhtml Tedjo Oedono R M. Penatalaksanaan Penyakit Akibat Lingkungan Kerja Di bidang THT. KONAS PERHATI VII, .Malang 1996 : 91 111

57

Anda mungkin juga menyukai