Anda di halaman 1dari 28

TUGAS THT

ILMU PENYAKIT
TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHER
OTALGIA

KARANGANYAR

Oleh :
Ginanjar tenri sultan G99141121
Pembimbing : dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
BOYOLALI
2015
1. Keluhan utama di bidang THT-KL
a. Telinga

Telinga berdenging (tinitus)

Telinga terasa penuh

Nyeri telinga (otalgia)

Keluar cairan (otorrhea)

Penurunan pendengaran

Telinga gatal (itching)

Benda asing di dalam telinga (corpal)

b. Hidung
-

Hidung tersumbat

Sering bersin-bersin (sneezing)

Perdarahan dari hidung (epistaksis)

Gangguan penghidu (anosmia/hiposmia)

Sekret dari hidung (rhinorrhea)

Nyeri di daerah wajah

Hidung berbau (foetor ex nasal)

Benda asing di dalam hidung (corpal)

Suara sengau (nasolalia)

c. Tenggorok
-

Nyeri tenggorok

Batuk

Suara serak

Nyeri menelan (odinofagia)

Merasa banyak dahak di tenggorokan

Sulit menelan (disfagia)

Merasa ada yang menyumbat atau mengganjal (sense of lump in


the neck)

Amandel (tonsilitis)

Bau mulut (halitosis)

Benda asing di tenggorok (corpal)

d. Kepala-leher
-

Pusing berputar

Sesak

Benjolan di leher

Gangguan keseimbangan

2. Mekanisme patofisiologi otorrhea / keluar cairan dari telinga


a. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, telinga dalam:

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam


1) Telinga Luar
Terdiri dari :
a) Daun telinga/Pinna/Aurikula merupakan daun kartilago.
Fungsinya menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya
ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya
sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran
timpani).
b) Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan
telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut,
dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada
permukaan internal. memiliki ketegangan, ukuran, dan
ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang
bunyi secara mekanis.

Gambar

2.

Membran
Timpani

Bagian-bagiannya :
-

Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :
luar

: lanjutan epitel telinga

dalam : epitel kubus bersilia


Terdapat

bagian

yang

disebut

dengan

atik.

Ditempat ini terdapat auditus ad antrum berupa


lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid.
-

Bagian bawah atau Pars tensa (membran propria), terdiri


dari 3 lapisan :
tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat
elastin

Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran


timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu
refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7
pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran
timpani kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mengakibatkan
adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar,
maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.

2) Telinga Tengah

Terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis


facialis) tulang temporal
Terdiri dari :
a) Tuba Eustachius

menghubungkan telinga tengah dengan faring

normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat


menelan, mengunyah, dan menguap.

berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua


sisi membran timpani.

Bila tuba membuka suara akan teredam.

b) Osikel auditori (tulang pendengaran)


Terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill),
Stapes (sanggurdi). Berfungsi sebagai penghantar getaran dari
membran timpani ke fenesta vestibule.
c) Otot
Membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara
dengan nada tinggi (peredam bunyi).

m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara


dipantulkan

m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga =>


suara teredam

3) Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi
cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam
dan memiliki cairan endolimfe.

Gambar 3. Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam


Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea
terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala
timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan
tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval,
sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah
melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis
atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran
basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang
berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti
terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut
terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan N.vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat
indera keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di
belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus
serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis.
Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian
keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.

b. Histologi Telinga
1) Telinga Luar
a) Aurikula
Suatu lempeng tulang rawan elastik yang kuning dengan
ketebalan 0,5 1 mm, diliputi oleh perikondrium yang banyak
mengandung serat-serat elastis.
Seluruh permukaannya diliputi kulit tipis dengan lapisan
subkutis yang sangat tipis (hipodermis) pada permukaan
anterolateral.
Ditemukan rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat,
yang umumnya kurang berkembang. Dalam lapisan subkutis dan
menempel pada perikondrium terdapat beberapa lembar otot
lurik.
b) Liang telinga luar (Meatus akustikus eksternus)
Membentang dari aurikula sampai membran timpani. Pada
potongan melintang, saluran ini bentuknya oval dan liang
telinganya tetap terbuka karena dindingnya kaku. Sepertiga
bagian luar mempunyai dinding tulang rawan elastis yang
meneruskan diri menjadi tulang rawan aurikula, dan duapertiga
bagian dalam berdinding tulang.
Saluran ini dilapisi kulit tipis tanpa jaringan subkutis.
Lapisan-lapisan demis yang lebih dalam bersatu dengan
perikondrium atau periosteum.
Pada

bagian

luar

banyak

ditemukan

rambut

yang

berhubungan dengan kelenjar sebasea, dan sejumlah kecil


rambut dan kelenjar sebasea pada bagian atap saluran bagian
dalam.
Dalam liang telinga luar ditemukan serumen, yaitu suatu
materi coklat seperti lilin dengna rasa yang pahit dan berfungsi
pelindung.
Serumen merupakan gabungan sekret kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen, yang merupakan modifikasi kelenjar keringat

yang besar, berjalan spiral dan salurannya bermuara langsung ke


permukaan kulit atau bersama kelenjar sebasea ke leher folikel
rambut.
c) Membran timpani
Berbentuk oval dan letaknya oblique/miring menutupi bagian
terdalam liang telinga luar. Membran timpani mempunyai dua
lapis jaringan ikat, lapisan luar mempunyai serat yang berjalan
radial, dan lapisan dalamnya mempunyai serat yang berjalan
sirkular.
Permukaan luarnya dilapisi kulit yang sangat tipis dan
permukaan dalamnya dilapisi mukosa ruang telinga tengah yang
tebalnya 20-30 mikron dengan epitel yang kuboid.
Pada membran timpani melekat maleus yang menyebabkan
membran menonjol ke dalam rongga telinga tengah. Bagian atas
membran timpani tak mengandung serat-serat kolagen, dan
disebut bagian flaksida (membrana shrapnell).
2) Telinga tengah
Terdiri dari rongga seperti celah di dalam tulang temporal yaitu
rongga timpani, dan tuba auditorius (eustachii) yaitu suatu kanal
atau duktus yang menghubungkannya dengan nasofaring.
Epitel yang melapisi rongga timpani adalah epitel selapis
gepeng atau kubis rendah, akan tetapi dibagian anterior pada celah
tuba auditiva, epitelnya selapis silindris bersilia :
Lamina propria tipis dan menyatu dengan percosteum. Maleus
dan inkus tergantung pada ligamen-ligamen tipis dari atap.
Lempeng dasar stapes melekat melalui sendi fibrosa pada fenestra
ovalis pada dinding dalam. Antara ketiga tulang pendengaran
terdapat dua sendi sinovial Periosteum tipis pada tulang
pendengaran, menyatu dengan lamina propria tipis dibawah lapisan
epitel selapis gepeng, yang melapisi seluruh rongga timpani.
Fenestra ovalis pada dinding medial, ditutupi oleh lempeng
dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala

vestibuli koklea. Oleh karenanya, getaran-getaran membrana


timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke
perilimfe telinga dalam.
Fenestra rotundum yang terletak dalam dinding medial rongga
timpani di bawah dan belakang fenestra ovalis dan diliputi oleh
suatu membran elastis (membran timpani sekunder), yang
memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani
koklea.
a) Tuba eustachius
Menghubungkan

rongga

timpani

dengan

nasofaring,

panjangnya 3,5 cm. Bagian sepertiga posterior mempunyai


dinding tulang dan bagian duapertiga anterior mempunyai
dinding tulang rawan. Lumennya gepeng, dinding medial dan
lateral bagian tulang rawan saling berhadapan menutup lumen.
Epitel bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris
bersilia dengan sel goblet dekat faringLamina propia dengan
faring, mengandung kelenjar seromukosa. Dengan menelan,
dinding tuba saling terpisah, sehingga lumen terbuka dan udara
dapat masuk ke rongga telinga tengah untuk menyamakan
tekanan udara pada ke dua sisi membran timpani.
3) Telinga dalam
Adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosun
tulang temporalis, labirin oseosa (Labirin tulang). Di dalamnya
terdapat labirin membranosa yang juga merupakan suatu rangkaian
saluran dan rongga-rongga.
Labirin membranosa berisi cairan endolimf. Dinding labirin
membranosa memisahkan endolimf dari perilimf, yang mengisi
ruang labirin tulang sisanya.
a) Labirin tulang
Yang di tengah adalah vestibulum, terletak medial
terhadap rongga timpani, dengan fenestra ovalis pada dinding
di antaranya. Posterior terhadap vestibulum dan bermuara ke

dalamnya, ada tiga buah saluran semisirkularis. Berdasarkan


letaknya, saluran semisirkularis itu disebut saluran anterior,
posterior, dan lateral, yang masing-masing saling tegak lurus.
Setiap saluran mempunyai pelebaran, disebut Ampula.
Ampula saluran yang anterior dan lateral, letaknya berdekatan
di atas fenestra ovalis, dan milik saluran posterior membuka ke
bagian posterior vestibulum. Walaupun ada tiga saluran, hanya
ada lima muara pada vestibulum. Ujung posterior saluran
posterior yang tidak berampula, menyatu dengan ujung medial
saluran anterior yang tidak berampula, dan bermuara ke dalam
bagian medial vestibulum oleh krus komune.
Ujung tidak berampula saluran lateral bermuara secara
terpisah ke dalam bagian atas vestibulum. Dari dinding medial
vestibulum terjulur saluran sempit ke arah inferoposterior
untuk mencapai permukaan posterior tulang temporal pars
petrosus dalam fosa kranial posterior.
Ke arah anterior, rongga vestibulum berhubungan dengan
koklea tulang. Sumbu tulang koklea yaitu modiolus tersusun
melintang terhadap sumbu panjang tulang temporal pars
petrosus dengan dasar mengarah ke fosa kranial posterior dan
puncaknya mengarah ke depan dan lateral. Tonjolan tulang
yang terjulur dari modiolus membentuk lamina spiralis.
b) Labirin membranosa
Di dalam labirin tulang terdapat labirin membranosa, suatu
sistem

yang

terdiri

dari

bagian-bagian

yang

saling

berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf.


Vestibulum berisi dua buah ruangan dan saluran-saluran
penghubung. Di bagian posterior, utrikulus dihubungkan denan
tiga buah saluran semisirkularis membranosa melalui lima
buah lubang. Ampula saluran semisirkularis membranosa lebar.
Di

anterior,

sakulus

yang

bentuknya

hampir

sferis,

dihubungkan dengan utrikulus oleh suatu tabung/saluran

ramping berbentuk huruf Y, yang cabang-cabang pendeknya


merupakan duktus utrikularis dan duktus sakularis.
Saluran-saluran

ini

bergabung

membentuk

duktus

endolimfatikus, yang berjalan posteroinferior ke permukaan


posterior pars petrosus tulang temporal, dan di sini berakhir
sebagai kantung yang buntu yaitu sakus endolimfatikus.Di
sebelah anterior, bagian bawah kantung ini berhubungan
dengan duktus koklearis melalui suatu saluran pendek dan
sempit duktus reuniens.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula
saluran semisirkularis (krista ampularis) dan dalam utrikulus
dan sakulus (makulus ultrikuli dn sakuli) yang berfungsi
sebagai indra statik dan kinetik. Organ pendengaran adalah
organ Corti yang terdapat sepanjang duktus koklearis.
c) Utrikulus dan sakulus
Mempunyai dinding dengan lapisan jaringan ikat halus
yang mengandung sejumlah fibroblas dan melanosit. Di antara
lapis jaringan ikat utrikulus dan sakulus dengan epitel selapis
gepeng yang melapisi, terdapat suatu lamina basal yang tipis.
Terdapat tiga jenis sel dalam makula :

Sel penyokong (sustentakular) : adalah sel yang berbentuk


silindris tinggi, terletak pada lamina basalis, dan
mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan
beberapa granila sekretorik. Sel-sel ini membentuk
matriks membran otolit.

Sel rambut tipe I

Sel rambut tipe II


Pada permukaan makula, terdapat suatu lapisan gelatin

dengan ketebalan 22 mikrometer, disebut membran otolit, yang


mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang
disebut otokonia atau otolit, terdiri dari kalsium karbonat dan

10

suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia


serta kinosilia sel rambut, terbenam dalam membran otolit.
Perubahan posisi kepala, mengakibatkan perubahan dalam
tekanan atau tegangan dalam membran otolit dengan akibat
terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima
oleh badan akhir saraf yang terletak antara sel-sel rambut.
d) Kanalis semisirkularis
Mempunyai penampang yang oval dengan bagian yang
paling cembung berdampingan erat dengan periosteum. Pada
permukaan luarnya terdapat ruang perilimf yang lebar dilalui
trabekula. Sebuah krista ditemukan dalam setiap ampula. Tiap
krista dibentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut.
Mikrovili, stereosilia, dan kinosilianya terbenam massa
gelatinosa, yang disebut kupula.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya dirangsang oleh
gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan
endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan
kinosilia. Dalam makula, sel-sel rambut juga terangsang, tetapi
perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu
peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh
membran otolit.
e) Koklea
Berjalan spiral degan 2 3/4 putaran sekitar modiolus.
Modiolus menjadi tempat keluarnya lamina spiralis, kemudian
menjulur ke dinding luar koklea suatu membrana basilaris.
Pada tempat perlekatan membrana basilaris ke dinding luar
koklea,

terdapat

ligamentum

penebalan

spiralis.

periosteum

Membran

yang

vestibularis

disebut

(Reissner),

membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding


luar.
Duktus koklearis terbagi menjadi tiga ruangan yaitu skala
vestibularis, media, dan timpani. Scala vestibuli: dinding

11

dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng.


Scala media/ductus cochlearis dengan membrana vestibularis
Reissner. Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat
tipis dengan epitel selapis gepeng.
Stria vaskularis adalah epitel vascular yang terletak pada
dinding lateral duktus koklearis dan bertanggung jawab atas
komposisi ion di endolimfe. Organ korti mengandung sel
rambut, yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Sel
rambut terdapat pada membrane basiliaris. Barisan streosilia
berbentuk w pada bagian luar dan berbentuk v atau linier pada
bagian dalam.Tidak terdapat kinosilium. Ujung streosilia
terbenam dalam membrane tektorial
c. Patofisiologi otalgia
Nyeri pada telinga bisa disebabkan dari telinga bagian luar ataupun
bagian dalam. Lesi, serumen, dan otitis eksterna merupakan beberapa
penyebab nyeri telinga pada bagian luar, sedangkan nyeri dari bagian
dalam bisa diakibatkan karena otitis media, spasme otot pada bagian
dalam, dan masih banyak penyakit lain. Persarafan sensorik dari telinga
dipersarafi oleh cabang auriculotemporal dari nervus kranialis kelima
(NC V), cabang pertama dan kedua n. Cervicalis , cabang Jacobson dari
n. Glossofaringeus, cabang Arnold dari n. Vagus, dan cabang Ramsey
Hunt dari n. facialis. Secara neuroanatomi, sensasi otalgia diperkirakan
berpusat di tengah dari traktus nukleus spinalis NC V. Sementara itu,
serabut saraf dari NC V, VII, VIV, dan X dan n. Cervicalis 1, 2, dan 3
diketahui memasuki traktus nukleus spinalis tersebut dari arah caudal
dekat medula. Oleh karena itu, rangsang noksius dari setiap cabang
saraf tersebut dapat ditafsirkan sebagai otalgia.

12

Tabel 1. Inervasi sensoris telinga

Secara anatomi nyeri telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:


1. Nyeri yang berasal dari telinga luar
Dapat disebabkan oleh gangguan seperti masuknya benda asing
(manik-manik, biji-bijian, serangga, tertinggal kapas), mengorek telinga
terlalu keras dengan berbagai benda pengorek telinga, bahkan hanya
dengan jari, atau akibat kotoran telinga yang mengeras. Peradangan
telinga luar (otitis eksterna) akibat infeksi karena bakteri, virus dan
jamur. Bisul atau folikel rambut yang terinfeksi pada liang telinga.
2. Nyeri yang berasal dari telinga tengah
biasanya di sebabkan oleh proses peradangan yang disebut dengan
otitis media atau disebabkan oleh gangguan pada tuba eustachius.
Gangguan di tuba eustachius bisa disebabkan karena proses peradangan
atau infeksi, bisa juga akibat perubahan tekanan ditelinga tengah (pada
saat naik pesawat dan menyelam).
3. Nyeri yang berasal dari tempat lain (nyeri alih atau referred pain)
Telinga dipersyarafi oleh berbagai nervus diantaranya NC V, VII,
IX dan X yang masing-masing juga mempersyarafi organ lainnya.
Akibatnya apabila timbul sakit pada organ lain yang memiliki syaraf
sama dengan syaraf di telinga, maka rasa nyeri di tempat tersebut akan
13

dihantarkan melalui percabangan syaraf tersebut ketelinga (referred


pain). Contohnya adalah sakit gigi, sakit tenggorok, sakit amandel
(tonsilitis), gangguan pada sendi rahang (temperomandibular junction),
abses gusi dan lain-lain.
3. Diagnosis otalgia
a. Anamnesis
-

Nyeri telinga: lokasi, terus menerus atau hilang timbul, faktor yang
mempengaruhi kualitas nyeri

onset dan durasi

keluhan lain pada telinga

keluhan sistemik

riwayat trauma, insersi benda asing, pekerjaan dan aktivitas

riwayat penyakit dahulu

b. Pemeriksaan Fisik
-

Tanda vital

Tragus pain

Telinga (inspeksi dan otoskopi) : sekret, tanda radang, bekas trauma,


membran timpani, pembengkakan atau nyeri postauricular

Hidung

Cavum oris

Faring

Sinus

Limfonodi

Leher

c. Pemeriksaan Penunjang
-

Audiometri

Jika terdapat sekret, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis,


kultur, dan tes resistensi.

14

Bagan 1. Diagnosis otalgia

15

Bagan 2. Diagnosis banding otalgia

Otalgia

Tragus pain
Otoskopi

Tragus pain (+)

Tragus pain (-)

Kelainan pada CAE

Kelainan pada membran timpani

Otitis Media

Otitis Eksterna

Karateristik CAE

Gejala akut, otalgia dan demam

Hiperemis

Furunkel

OE Maligna

Miselia

Otorrea

Otorrea

Otorrea

Pruritus

Ya

Tidak

Sekret akuosa Sekret purulen


Keadaan umum menurun

Karakteristik membran timpani


OE Difusa

OE Lokalisata

OE Maligna

Otomicosis

Tampak buram

Bula

Tampak Buram

Edem

Perdarahan

Bergelembung
Terdapat cairan

Mencembung

OMA

Retraksi

OMA Hemoragik

OMA Sekretorik

Atelektasis

16

4. Diagnosis banding otalgia


a. Kelainan Telinga Luar
1) Otitis Eksterna Difusa
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua
pertiga dalam. Kulit liang telinga hiperemis dan edem dengan batas
yang tidak jelas serta tidak terdapat furunkel. Kadang-kadang terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (mucin)
seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
2) Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi di sepertiga luar liang
telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat
terjadi infeksi pada polisebasea, sehingga dapat membentuk furunkel.
Kuman

penyebabnya

biasanya

Staphylococcus

aureus

atau

Staphylococcus albus. Gejala klinisnya berupa otalgi dengan


membrane timpani normal, nyeri hebat pada telinga luar, perdarahan
dari telinga, telinga tersa terbakar, otorrhea/draining ear, tragus pain,
penurunan pendengaran, dan telinga terasa tersumbat
3) Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi akut difus di liang telinga
luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua
dengan penyakit diabetes militus. Gejala klinisnya berupa rasa gatal di
liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh rasa nyeri hebat, sekret
yang banyak, pembengkakan liang telinga.Rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, kemudian liang telinga tertutup jaringan granulasi
yang cepat tumbuhnya, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fascial
b. Kelainan Telinga Tengah
1) Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
OMA merupakan peradangan akut sebagian atau seluruh
periostium telinga tengah. OMA biasanya diawali dengan terjadinya
infeksi akut saluran napas atas (ISPA). Mukosa saluran pernapasan

17

atas mengalami inflamasi akut berupa hiperemi dan odem, termasuk


juga pada mukosa tuba eustachius sehingga terjadi penyumbatan
ostiumnya yang akan diikuti dengan gangguan fungsi drainase dan
ventilasi tuba eustachius. Kavum timpani menjadi vakum dan disusul
dengan terbentuknya transudat hydrops ex vacuo. Infliltrasi kuman
pathogen ke dalam mukosa kavum timpani yang berasal dari hidung
atau faring menimbulkan supurasi.
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi.
Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin
terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi
spontan membrana timpani atau setelah dilakukan miringotomi.
Gejala lain yaitu keluarnya cairan/sekret dari telinga yang biasanya
berupa nanah, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada
pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak
normal, dan tidak terjadi nyeri bila aurikula digerakan. Membrana
timpani tampak merah dan sering menggelembung.
OMA dapat dibagi atas 5 stadium :
a) Stadium oklusi tube eustachius
Ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena
adanya absorbsi udara
b) Stadium hiperemis
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis
c) Stadium supurasi
Tampak edema hebat pada mukosa telinga tengah serta
terbentuknya

eksudat

yang

purulen

di

cavum

timpani

menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah


liang telinga luar.
d) Stadium perforasi
Tampak ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga

18

e) Stadium resolusi
Membran timpani tampak berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
2) Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
OMSK merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi
membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila
prosesnya sudah lebih dari 8 minggu/2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
diberikan, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah
atau higiene buruk.
OMSK terbagi atas 2 jenis yaitu OMSK tipe Benigna dan OMSK
tipe Maligna. Sedangkan berdasarkan aktivitas sekret yang keluar
dikenal juga OMSK aktif (sekret yang masih keluar dari kavim
timpani secara aktif) dan OMSK tenang (keadaan kavum timpani
terlihat basah atau kering).
a) OMSK Tipe Benigna
Proses peradangan pada OMSK tipe ini terbatas pada mukosa
saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di
sentral. Pada OMSK ini tidak terdapat kolesteatoma. Gejalanya
berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan
pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya cepat
menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba
eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan
local bau busuk berkurang
b) OMSK Tipe Maligna
OMSK tipe ini disertai adanya kolesteatoma. Perforasi
membran timpani biasanya tipe atik atau marginal. Sekret pada

19

infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat


bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
3) Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non
purulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Otitis
media serosa akut, adalah keadaan terbentuknya sekret di dalam
telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi
tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain karena sumbatan
tuba, virus, alergi dan idiopatik. Gejala klinisnya berupa pendengaran
berkurang, rasa tersumbat pada telinga, suara sendiri terdengar lebih
nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit, terasa ada cairan yang
bergerak di dalam telinga ketika mengubah posisi kepala. Pada
otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang-kadang tampak
gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.
4) Otitis Media Serosa Kronik
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis
media serosa kronis hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis
media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri. Sedangkan pada otitis media serosa kronik
(glue ear), sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala-gejala pada telinga yang berlanngsung lama. Sekretnya dapat
kental seperti lem, maka disebut glue ear.
5) Barotrauma (Aerotitis)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan
yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang
disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga
tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

20

c. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid
yang terletak pada tulang temporal. Gejala klinisnya berupa nyeri otot
leher, penurunan daya pengecapan/Hypoguesia, abnormalitas nervus
kranialis, pusing, paralise nervus fascialis, kelemahan otot wajah
unilatral, sakit kepala, vertigo, demam, malaise, otalgi dengan membrane
timpani normal, pembengkakan daerah mastoid, kehilangan pendengaran,
mastoid tenderness/ nyreri tekan mastoid, otorrhea/draining eardan
Postauricular Swelling Edema
d. Penyebab lain
1) Fraktur Basis Kranii
Fraktur yang terjadi sepanjang dasar tengkorak, biasanya
termasuk tulang

petrous dapat ditemukan Battle's sign, cranial

neuropati, trauma, fistula sinus carotid-cavernous, serta otorrhea.


2) Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih
3) Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk
Tabel 2. Penyebab otalgia primer

Tabel 3. Penyebab otalgia sekunder

21

5. Penatalaksanaan otalgia
Penatalaksanaan otalgia bergantung pada penyebabnya.
a. Pada otitis eksterna difusa, pengobatannya adalah memasukkan tampon
antibiotika ke dalam liang telinga, supaya terjadi kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang.
b. Terapi otitis eksterna sirkumskripta tergantung pada keadaan furunkel.
Bila sudah menjadi abses, dilakukan aspirasi. Bila dinding furunkel tebal,
dilakukan insisi kemudian drainase. Secara lokal dapat diberikan
antibiotika dalam bentuk salep, seperti:
-

polimiksin B (10.000 UI/g), atau

basitrasin (500 UI/g).

c. Pada otitis ekterna maligna penatalaksanaannya adalah pemberian


antibiotika dosis tinggi terhadap pseudomonas selama enam minggu.
Antibiotika yang sering digunakan:
-

Siprofloksasin. Merupakan golongan kuinolon. Tidak digunakan


untuk pasien usia < 18 tahun, tab scored 500 mg.

Sefepim. Merupakan golongan sefalosporin generasi keempat.


Sediaan serbuk injeksi 1000 mg/vial.

22

Gentamisin. Merupakan golongan aminoglikosida, terdapat sediaan


injeksi 10 mg/ml, 40 mg/ml, atau 80 mg/ml.
Bila perlu dilakukan debridement pada jaringan nekrotik di liang
telinga dan cavum timpani, yang terpenting gula darah harus di
kontrol.

d. Pada otitis media supuratif akut (OMA) pengobatannya tergantung


stadium penyakitnya.
-

Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung (HCl efedrin 0,5%
untuk anak <12 tahun atau HCl efedrin 1% untuk dewasa) dan
pemberian antibiotika.

Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik (terapi awal diberikan


golongan penisilin atau ampisilin agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung gangguan pendengaran dan kekambuhan diberikan
selama 7 hari), obat tetes hidung, analgetik dan sebaiknya dilakukan
miringotomi.

Pada stadium supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi.

Pada stadium perforasi diberikan obat cuci telinga (H2O2 3% selama


3-5 hari) dan antibiotik adekuat biasanya dalam 7-10 hari perforasi
dapat menutup kembali.

e. Terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif dan medikamentosa. Bila


sekret keluar terus menerus diberi obat pencuci telinga, antibiotika dan
kortikosteroid. Bila sekret telah kering dapat dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah
pembedahan yaitu mastoidektomi.
f. Otitis media serosa akut penatalaksanaannya adalah pemberian
vasokontriktor lokal, antihistamin, perasat valsava bila tidak ada tandatanda infeksi di jalan napas atas. Bila lebih dari 2 minggu gejala masih
menetap, maka dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh
maka dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi.
g. Otitis media serosa kronik penatalaksanaannya adalah mengeluarkan
sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pada kasus

23

awal dapat diberi dekongestan. Bila medikamentosa tidak berhasil baru


dilakukan tindakan operasi. Bila terdapat tanda-tanda infeksi maka dapat
diterapi dengan antibiotika serta obat tetes telinga. Antibiotika yang
dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin, bila pasien alergi
terhadap golongan ampisilin dapat diberikan eritomisin.
h. Pengobatan barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja
yaitu memberikan dekongestan lokal atau dengan menggunakan perasaat
valsava selama tidak terjadi infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan
atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai
beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila
perlu memasang pipa ventilasi.
i. Infeksi jamur maka penatalaksanaannya adalah liang telinga dibersihkan
secara teratur. Dapat diberi larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang
diteteskan ke liang telinga, atau salep anti jamur seperti nistatin dan
klotrimazol. Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung dan
pemberian antibiotika. Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik, obat
tetes hidung, analgetik dan sebaiknya dilakukan miringotomi. Pada
stadium supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi. Pada stadium
perforasi diberikan obat cuci telinga dan antibiotik adekuat.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat dipakai untuk mengurangi
dan menangani otorrhea berdasarkan formularium nasional.
a. Antibiotik
1) Antibiotik topikal
Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi. Antibiotika topikal yang dapat
dipakai pada otitis media kronik adalah:
a) Polimiksin B. Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram
negatif. Sediaan salep kulit 10.000 UI/g.
b) Kloramfenikol. Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram
positif dan negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa. Sediaan
salep kulit 2%.

24

Selain dalam bentuk salep, dapat pula digunakan antibiotik dalam


bentuk tetes telinga seperti Ofloksasin, tetes telinga 3%. Merupakan
golongan kuinolon generasi kedua. Spektrum kerja lebih luas dan
meliputi gram positif, dapat digunakan untuk infeksi sistemik.
2) Antibiotik sistemik
a) Golongan aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora.
Mekanisme kerjanya:

bekterisid, berpenetrasi pada dinding

bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Contoh:


streptomisin (sediaan serb inj 1000 mg/vial), kanamisin (sediaan
inj 1000 mg/vial), gentamisin (sediaan: inj 10 mg/ml, inj 40
mg/ml, inj 80 mg/ml), dan amikasin (hanya digunakan untuk
infeksi oleh bakteri gram negatif yang resisten terhadap
gentamisin. Sediaan inj 250 mg/ml).
b) Golongan kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman dengan
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat
sintesa DNA. Obat golongan ini yang banyak digunakan adalah
kuinolon generasi kedua. Spektrum kerja lebih luas, meliputi
gram positif, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Contoh:
siprofloksasin (tidak digunakan untuk pasien usia < 18 tahun,
sediaan: tab scored 500mg dan inf 2 mg/ml) dan ofloksasin
(sediaan: tab 200 mg dan tab 400 mg).
c) Golongan beta laktam
- Penisilin. Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum,
memiliki cincin -laktam yang diinaktifkan oleh enzim laktam bakteri. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan
beberapa gram (-). Contoh: amoksisilin (Sediaan: tab 250 mg,
tab 500 mg, sir kering 125 mg/5 ml, sir forte 250 mg/5 ml)
dan ampisilin (Sediaan: serb inj 250 mg/vial, serb inj 1000
mg/vial).
d) Golongan sefalosforin
Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif.
- Seftazidim. Sediaan serbuk injeksi 1000 mg/vial. Merupakan
terapi lini ketiga sediaan injeksi / infus, diberikan kepada

25

pasien yang telah resisten dengan antibiotika lain (dibuktikan


-

dengan hasil resistensi).


Sefepim. Merupakan generasi IV sangat resisten terhadap

laktamase. Sediaan serb inj 1000 mg/vial.


Sefotaksim. Merupakan generasi III lebih aktif terhadap
bakteri gram negatif, meliputi P. Aeruginosa dan bacteroides.
Sediaan: inj 500 mg/vial dan serb inj 1000 mg/vial.

b. Analgetik
-

Parasetamol. Dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.


Bekerja menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi
sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer.
Sediaan: tab 500 mg, sir 120 mg/5 ml, tts 60 mg/0.6 ml, drips (infus)
1000mg/100 ml.

c. Obat cuci telinga


-

Hidrogen peroksida. Aktivitas antibakterinya lemah dan efektif


melawan virus. Kerja antiseptiknya tergantung pada lepasnya
oksigen nascent yang merupakan pengoksidasi kuat yang dapat
menghancurkan mikroorganisme dan secara kimia dipengaruhi oleh
bahan-bahan organik. Sediaan H2O2 3%.

d. Kortikosteroid
-

Metil prednisolone: mengurangi inflamasi dengan mensupresi


migrasi leukosit PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler.
Sediaan: tab 4 mg, tab 8 mg, tab 16 mg, inj 125 mg/vial.

Prednisone: menurunkan inflamasi dengan mencegah peningkatan


permeabilitas kapiler dan mensupresi sel PMN. Sediaan: tab 1 mg,
tab 5 mg, tab 10 mg, tab 20 mg, dan tab 50 mg.

Dexametasone: mengurangi inflamasi dengan mensupresi migrasi


leukosit PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler. Sediaan: tab
0.5 mg, tab 1 mg, tab 2 mg, tab 6 mg, inj 4 mg/ml, inj 10 mg/ml.
DAFTAR PUSTAKA

26

Arif M., kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Arief MT. 2004. Histologi Umum Kedokteran.Surakarta: CSGF.
Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi.
Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta:EGC
George

Krucik,
MD.
2013.
Ear
Discharge.
available
from:
http://www.EarDischarg.Causes.Treatment.Prevention.htm. Diunduh 26
Januari 2015.

Li

JC.
2013.
Otalgia.
available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/845173-overview#a0104. Diunduh
pada 23 Maret 2014.

Kepmenkes.
2014.
Formularium
nasional.
available
from:
https://www.scribd.com/doc/250910683/2014-KEPMENKES-NO-159FORMULARIUM-NASIONAL-pdf. Diunduh 23 Maret 2015.
Yoo MH and Park HJ. 2013. Diagnosis and Treatment of Otalgia Korean J
Otorhinolaryngol-Head Neck Surg. 2013 Apr;56(4):191-200.

27

Anda mungkin juga menyukai