Ketua:
Nevy Olianovi (102013101)
Anggota:
Novalia (102012079)
Beatrice Elian Thongantoro (102012160)
Cristofher Sitanggung (102012281)
Mutia Indria Astuti Limbers (102012422)
Bryan Raka Alim (102013145)
Jessica Tiffani Novaria Sinaga (102013226)
Davin (102013305)
Maria Eva Prada Mega (102013339)
Wahyu Murti Tyas Sari (102013452)
Ruddy Sofyan (102013456)
Erni (102013544)
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat 11510
Tlp. 021- 56942061 Fax. 021-5631731
e-mail: PBL_C3@yahoo.co.id
Tahun Ajaran 2013/2014
Kelompok C3
102012079 Novalia
(Pasien Simulasi Tes Rinne)
102012160 Beatrice Elian Thongantoro
102013305 Davin
102013544 Erni
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara:
a) Rinne
b) Weber
c) Schwabah
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut di atas.
Alat
1. Penala dengan berbagai frekuensi
2. Kapas untuk menyumbat telinga
Cara Kerja:
B. CARA WEBER
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no. A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala ditekankan pada dahi pasien simulasi di garis
median.
3. Tanyakan kepada pasien simulasi apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama
kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
4. Apa yang dimaksudkan dengan lateralisasi?
5. Bila pada pasien simulasi tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah
pemeriksaannya.
C. CARA SCHWABAH
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga pasien
simulasi.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Rinne
Bagian telinga yang diperiksa Keputusan pemeriksaan
Telinga kanan ditutup dengan kapas Lateralisasi ke telinga kanan yang ditutup
kapas
Pembahasan
I. TES RINNE
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
Normal : Jika tes Rinne positif.
Tuli konduktif : Jika tes Rinne negatif.
Tuli perseptif : Jika tes Rinne positif.
I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan
1. Suruhlahlah pasien simulasi berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata
terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan
apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan diatas (no.1) dengan mata tertutup.
Hasil Pengamatan
1. Pasien simulasi tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu garis lurus dilantai.
2. Pasien simulasi mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus. Jalannya miring
kekanan.
3. a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri dengan mata tertutup, jalannya miring ke
kanan. Sedangkan ketika mata tidak tertutup jalannya lurus.
Pembahasan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan kepala dan mata yang
normal akan mempengaruhi keseimbangan badan. Ketika pasien simulasi berjalan dengan
mata terbuka dan keadaan sikap kepala yang normal, pasien simulasi tidak mengalami
kesulitan berjalan. Hal ini membuktikan bahwa keadaan mata yang normal dan keadaan
sikap kepala yang normal (dalam posisi tegak) memang mempengaruhi keseimbangan
badan.
Sedangkan pada percobaan no. 3a, ketika kepala pasien simulasi dimiringkan ke kiri
atau ke kanan dengan mata terbuka, hasilnya pasien simulasi bisa berjalan lurus, namun
perlu langkah yang lambat untuk tetap bisa menjaga keseimbangan berjalan. Hal ini
disebabkan adanya mata yang normal sehingga bisa menjaga arah berjalan tetap lurus,
namun kepala yang miring juga mempengaruhi keseimbangan berjalan pasien simulasi
karena langkah berjalan menjadi lebih lambat. Pada percobaan 3b, ketika kepala pasien
simulasi dimiringkan ke kiri atau ke kanan dengan mata tetutup hasil yang diperoleh adalah
pasien simulasi akan berjalan miring sesuai dengan arah berlawanan kedudukan dimana
kepala itu dimiringkan. Jika kepala pasien simulasi dimiringkan ke kiri, maka pasien
simulasi akan berjalan ke kanan dan demikian pula sebaliknya hasil untuk kepala yang
dimiringkan ke kanan.
Hasil Pengamatan
Mata lateralisasi ke kiri dan ke kanan.
Hasil Pengamatan
OP mengalami dua kali kegagalan yang satu kekiri dan yang satu kekanan. Pada tepukan
yang keempat baru berhasil.
C. Tes jatuh
1. Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi.
Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukkan kepala dan badannya
sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah pasien simulasi
menegakkan kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada pasien simulasi ke mana
rasanyta ia akan jatuh.
Hasil Pengamatan
Tes jatuh 120 = OP merasa jatuh ke kiri padahal kenyataanya jatuh ke kanan
Tes jatuh miring 90 = OP merasa jatuh ke kiri tetapi kenyataannya jatuh ke belakang.
Tes jatuh 60 ke belakang = OP merasa jatuh ke kanan padahal kenyataanya jatuh ke kiri.
Pembahasan
Pada kanalis semisirkularis polarisasisama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis
dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lururs
satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada
bidang ang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapattiga pasang
kanalis; horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan, posterior kiri
anterior kanan. Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara
satunya akan terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal fan terdapat
percepatan dalam bidang horisontal yang menimbulkan rotasike kanann maka serabu-
serabut aferen dari kanalis horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang
kiriakan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepanmaka kanalis
anterior kiri dan kanan keduasisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan
terinhibisi.
Perlu diperhatikan bahwa percepatan sudut merupakan rangsangan yang adekuat untuk
serabut aferen kanalis semisirkularis. Suatu kecepatan rotasi yang konstan tidak akan
mengekssitasi serabut-serabut tersebut. Namun tentunya dalam mencapai suatu kecepatan
tertentu harus ada akselerasi, dan dipengaruhi akselerasi ini akan terus berkurang hingga nol
setelah beberapa saat hingga beberapa menit. Keterlambatan ini disebabkan oleh pengolahan
SSP dan inersia kupula serta viskositas endolimfe yang menyebabkan kupula tertinggal
dibelakang perubahan sudut kepala.Sebagai contoh efek dari penghentian mendadak setelah
D. Kesan
Tujuan Percobaan:
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh
orang percobaan.
Cara Kerja:
1. Gunakan pasien simulasi lain.
Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan
saputangan.
2. Putarlah kursi tersebut diputar ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian kecepatan putarannya dikurangi secara berangsur-angsur
pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada pasien simulasi arah perasaan berputar:
a) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b) Sewaktu kecepatan putar menetap
c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d) Segera setelah kursi dihentikan
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh pasien simulasi.
Hasil Percobaan:
Kursi Barany diputar ke arah kanan dari sudut pandang pasien simulasi
a) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah: pasien simulasi merasa berputar ke arah
kiri.
b) Sewaktu kecepatan putar menetap: pasien simulasi merasa berputar ke arah kiri.
c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi: pasien simulasi merasa berputar ke arah kiri.
d) Segera setelah kursi dihentikan: pasien simulasi merasa berputar ke arah kanan.
Pembahasan:
Telinga dalam memiliki komponen khusus, yaitu aparatus vestibularis yang
memberikan informasi penting mengenai kesan (sensasi) keseimbangan. Aparatus
vestibularis terdiri dair dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat
cochlea, yaitu canalis semicircularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).
Canalis semicircularis mendeteksi akselerasi atau deselarasi anguler atau
rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar. Akselerasi
(percepatan) atau deselarasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke segala arah yaitu
seperti pada percobaan dimana pasien simulasi duduk di kursi Barany dan diputar. Hal ini
Kesimpulan:
Ketika kepala mulai bergerak dengan suatu kecepatan atau perlambatan, gerakan
cairan endolimfe di dalam canalis semicircularis akan menyebabkan kupula condong ke
arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, sehingga pasien simulasi merasa arah
putaran berlawanan dengan arah putar kursi. Sebaliknya, canalis tidak berespon jika
kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap. Itu
4. Ulangi latihan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam.
Hasil percobaan:
Jika putaran searah dengan jarum jam, pasien simulasi jalan miring ke kanan, dan jika
putaran berlawanan arah dengan jarum jam, pasien simulasi akan jalan miring ke kiri.