Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN PENDENGARAN, SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

Kelompok F3

Pemeriksaan Pendengaran

A. Tujuan

Mengetahui cara untuk memeriksa pendengaran dengan menggunakan tiga metode, yaitu Rinne,

Weber, dan Schwabach.

B. Alat yang diperlukan:

1. Penala dengan berbagai frekuensi

2. Kapas untuk menyumbat telinga

C. Cara kerja

Cara Rinne

1. Getarkanlah penala ( frekuensi 128 , 288 , 413, 256, 512 ) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang

keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga pasien

simulasi.

3. Tanyakanlah kepada pasien simulasi apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di

telinga yang diperiksa, bila demikian pasien simulasi harus segera member tanda bila

dengungan bunyi itu menghilang.


1
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari proc. Mastoideus pasien simulasi dan

kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang

sedang diperiksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:

Positif : Bila pasien simulasi masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

Negatif: Bila pasien simulasi tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

Cara Weber

1. Getarkanlah penala ( frekuensi 128 , 288 , 413, 256, 512 )

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi pasien simulasi di garis median.

3. Tanyakan kepada pasien simulasi apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di

kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.

4. Apa yang dimaksud dengan lateralisasi?

5. Bila pada pasien simulasi tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi

secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah pemeriksaannya.

Cara Schwabach

1. Getarkanlah penala ( frekuensi 128 , 288 , 413, 256, 512 )

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada proc. Mastoideus salah satu telinga pasien simulasi.

3. Suruhlah pasien simulasi mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideusnya

sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa dianggap normal, bila dengungan penala

setelah dinyatakan berhenti oleh pasien simulasi masih dapat didengar oleh pemeriksa maka

hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.

2
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh pasien simulasi juga tidak dapat

didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau

Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan sebagai

berikut:

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke proc. Mastoideus si

pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai penala segera ditekankan

ke proc. Mastoideus pasien simulasi.

Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar

oleh pasien simulasi, hasil pemeriksaan ialah Schwabach memanjang.

Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) juga tidak dapat didengar

oleh pasien simulasi, hasil pemeriksaan ialah Schwabach normal.

D. HASIL PERCOBAAN
- Cara rinne : hasil pemeriksaan adalah positif.
Setelah dilakukan dengan semua frekuensi penala dan dilakukan kanan kiri secara bergantian
hasilnya positif, sehingga getaran bunyi yang masuk melalui daun telinga kemudian
menggetarkan meatus akustikus ekternus. Hasil pemeriksaan positif menandakan elastisitas
meatus akustikus ekternus baik, sehingga dapat menggetarkan 3 tulang dalam telinga (maleus,
incus, stapes) kemudian meneruskan membrane bunyi hingga ke n.kokhlear.

- Cara weber : Suara dan getaraan kanan dan kiri seimbang


Tujuan dari tes weber adalah membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga OP. dan
didapatkan hasil normal karena OP mendengar suara seimbang kanan dan kiri

- Cara schwabach : hasil pemeriksaan adalah schwabach memanjang

Tes ini berfungsi untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara
pemeriksa (normal) dengan OP. Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan
3
oleh getaran yang datang melalui udara dan getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporale. Pada percobaan didapatkan hasil swabach memanjang berarti
masih didapatkan hantaran bunyi yang baik.

E. Pembahasan

Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi molekul-molekul udara.Saat molekul udara di belakang gigi
garpu tala menyebar, molekul-molekul tersebut memasuki liang telinga dan menggetarkan
membran timpani. Karena keutuhan fungsi membran timpani, membran tersebut menggetarkan
perilimfe sehingga menghantarkan gelombang suara. Pendengaran yang baik ditentukan oleh
penghantaran getaran bunyi dari udara ke sel reseptor.

Lateralisasi adalah keadaan dimana salah satu pendengaran telinga lebih kuat dari telinga
satunya. Dengan lateralisasi buatan (penyumbatan telinga), tekanan udara di kedua sisi membran
timpani tidak sama sehingga molekul udara di sekitar membran timpani tidak dapat bergerak
bebas. Hal tersebut menimbulkan adanya dengungan pada telinga yang disumbat dan menganggu
pendengaran.

Karena telinga dalam, koklea, tertanam pada kavitas bertulang di dalam tulang temporalis
yang disebut labirin tulang, getaran di seluruh tulang tenggorak dapat menyebabkan getaran
cairan pada koklea itu sendiri. Oleh karena itu, pada kondisi yang memungkinkan, garpu tala
yang diletakan pada setiap protuberansia tulang tengkorak, tetapi terutama pada processus
mastoideus, akan menyebabkan seseorang mendengar suara tersebut. 1

F. Kesimpulan

Dengan demikian percobaan percobaan diatas menunjukan bahwa pentingnya hantaran


udara dan tulang dalam mekanisme pendengaran sehingga disimpulkan bahwa, keutuhan fungsi
membran timpani dan tulang pendengaran berperan penting dalam pendengaran normal. adanya
hambatan pada liang telinga dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran.

Hantaran bunyi melalui tulang tidak tergantung pada kersnya suara melainkan terantung pada
kontak langsung antara sumber suara dengan tulang cranium, khususnya prosessus mastoideus.

4
Sikap dan Keseimbangan Badan

A. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan.

2. Mengetahui pengaruh keseimbangan tubuh pada saat melakukan kegiatan dengan kursi Barany

untuk mengamati keadaan nistagmus, tes penyimpangan penunjukkan, tes jatuh, dan tes kesan

(sensasi).

3. Mengetahui pengaruh keseimbangan tubuh pada saat melakukan kegiatan dengan tongkat / statif

untuk mengamati pengaruh dari kanalis semisirkularis horisontalis.

B. Alat dan Bahan


1. Kursi putar Barany
2. Tongkat atau statif yang panjang

I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Kesimbangan Badan
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka
dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa.
Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus
tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup.
3. Ulangi perbaan di atas (no.1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

5
b. Kepala dimiringkan dengn kuat ke kanan.
Hasil percobaan
No. Kegiatan Hasil
1. Berjalan dengan mata terbuka, kepala dan OP dapat berjalan dengan lurus
badan dalam posisi biasa.
2. Berjalan dengan mata tertutup, kepala dan OP berjalan sedikit miring ke kanan
badan dalam posisi biasa.
3. Berjalan dengan mata terbuka, kepala OP berjalan dengan lurus
dimiringkan ke kiri
4. Berjalan dengan mata tertutup,kepala OP berjalan dengan miring ke kiri
dimiringkan ke kiri.
5. Berjalan dengan mata terbuka, kepala OP dapat berjalan dengan lurus
dimiringkan ke kanan
6. Berjalan dengan mata tertutup, kepala OP berjalan dengan miring ke kanan
dimiringkan ke kanan

Pembahasan
Organ otolit terdiri dari utrikulus dan sakulus. Ketika seseorang dalam posisi tegak, rambut-
rambut di utrikulus berorientasi vertikal dan rambut saklus berjajar horisontal. Posisi kepala relatif
terhadap gravitasi (kepala miring statik) dan juga perubahan kecepatan gerakan lurus (bergerak
dalam garis lurus ke manapun arahnya). Ketika kepala dimiringkan, rambut-rambut akan menekuk
sesuai arah kemiringan karena gaya gravitasi yang mengenai lapisan gelatinosa. Penekukan ini
membuat depolarisasi atau hiperpolarisasi potensial reseptor bergantung pada miringnya kepala.
Karena itulah , SSP menerima berbagai pola aktivitas saraf berdasar atas posisi kepala dalam
kaitannya dengan gravitasi.
Rambut utrikulus bergerak oleh perubahan pada gerakan linier horizontal (misal: gerak lurus
ke depan). Sewaktu bergerak maju, membran otolit mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan
sel rambut. Rambut menekuk ke belakang dalam arah berlawanan dengan gerakan maju kepala. Jika
kecepatan langkah dipertahankan, lapisan gelatinosa menyamai dan bergerak dengan kecepatan yang
sama dengan kepala sehingga rambut tidak lagi tertekuk. 2

Kesimpulan
Keseimbangan badan dipengaruhi oleh telinga dalam yakni organ otolit yang terdiri dari sakulus dan
utrikulus.

II. Latihan dengan kursi Barany

6
Nistagmus

1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi.

2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepalanya 30o ke depan.

3. Putarlah kursi ke kanan dalam 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.

5. Bukalah saputangan (buka mata) dan surulah orang percobaan melihat jauh ke depan.

6. Perhatikan adanya nistagmus.

7. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.

8. Apa yang dimaksud dengan rotatory nystagmus dan postrotatory nystagmus?

HASIL PERCOBAAN
Posisi Kepala Jenis & Arah Arah Gerakan Sensasi
Nistagmus
Penyimpangan Kompensasi (arah
(komponen cepat)
Penunjukkan jatuh)
a. 30o ke depan Rotatory Tidak ada
Nistagmus, lebih
cepat ke kanan
b. 60o ke belakang Ke arah kiri Ke arah kanan

c. 120o ke depan Ke arah kanan Ke arah kiri

d. Miring 90o ke Ke arah kanan Ke arah kiri


bahu kanan

Pembahasan

Nistagmus merupakan suatu osilasi atau getaran bola mata yang timbul secara spontan. Nistagmus
sebagian besar adalah bilateral dan gerakannya bersifat konjugat asosiatif atau diskonjugat. Gerakan
bola mata involunter ini dapat dianggap sebagai gerakan kompensatorik bola mata terhadap implus-
implus abnormal dari pusat yang mengatur gerakan konjugat melalui nuklei vestibulares, yakni
retina, otot-otot okular, otot-otot leher, dan alat-alat keseimbangan serebelum.
7
Pemeriksaan nistagmus dimulai dengan kedua mata dalam keadaan istirahat dipertahankan pada
garis tengah oleh keseimbangan tonus antara otot-otot okuler yang berlawanan. Gangguan tonus ini
yang bergantung pada implus dari retina, otot-otot mata itu sendiri dan berbagai hubungan vestibuler
dan sentral, membuat mata dapat melirik ke satu atau lain arah. Lirikan ini dikoreksi oleh gerakan
kembali yang cepat ke posisi semula. Bila gerakan-gerakan ini terjadi berulang-ulang maka
dikatakan terdapat nistagmus (suatu gerakan involunter dan berulang-ulang dari bola mata). Ada dua
jenis nistagmus yaitu rotatory nistagmus dan postrotatory nistagmus. Rotatory nistagmus adalah
gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis. Postrotatory nistagmus adalah apabila
seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus
berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya. 3

Kesimpulan

Nistagmus adalah keadaan bolak-balik mata secara involunter karena gangguan keseimbangan pada tubuh.

Tes Penyimpangan Penunjukan ( Past Pointing Test of Barany )

Cara kerja:

1. Suruhlah pasien simulasi duduk tegak di kursi barany dan tutuplah kedua matanya dengan
sapu tangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke arah
pasien simulasi.
3. Suruhlah pasien simulasi meluruskan tangan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh
jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Suruhlah pasien simulasi mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan nomer 1-4 merupakan persiapan untuk test yang sesungguhnya sebagai berikut:
5. Suruhlah sekarang pasien simulasi dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi,
menundukan kepala 300 ke depan.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
7. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah pasien simulasi
menengakan kepalanya dan melakukan test penyimpangan penunjukan seperti di atas
8. Perhatikan apakah yang terjadi penyimpangan penunjukan oleh pasien simulasi. Bila terjadi
penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah test tersebut sampai pasien
simulasi tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
Hasil:

Sebelum Kursi Barany diputar, pasien simulasi masih dapat menunjuk jari pemeriksa dengan mata

8
tertutup dengan benar. Setelah dilakukan percobaan, kursi Barany yang diputar ke kanan sebanyak
10 kali dalam waktu 20 detik, ditemukan tidak terjadi penyimpangan penunjukkan, pasien masih
dapat menunjuk jari pemeriksa dengan benar. Selain itu, tangan pasien simulasi tidak berlawanan
arah dengan arah putaran yaitu ke kiri dari jari pemeriksa.

Pembahasan:

-Past pointing yang terjadi merupakan suatu fenomena subjektif karena manusia memerlukan
informasi yang diperoleh dari system keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis
sebagai reseptor, serta system vestibuler dan serebelum sebagai pengolahan formasinya; selain itu
fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan
gerakan anggota tubuh. Sistem tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya
diolah di susunan saraf pusat. Jadi koreksi yang tidak disadari yang dilakukan oleh pasien simulasi
menunjukan ke arah yang benar (normal). 2

Kesimpulan:

Tes penyimpangan penunjukkan adalah salah satu tes untuk menunjukkan apakah terjadi gangguan
keseimbangan tubuh. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pasien simulasi tetap dapat menyentuh
tangan pemeriksa sehingga tidak terjadi gangguan keseimbangan.

TES JATUH

1. Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan
kursi. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala dan bungkukkan badannya
ke depan sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dengan sumbu tegak.
2. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Suruhlah pasien simulasi menegakkan
kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada pasien simulasi itu kemana rasanya ia akan
jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada pasien simulasi lain dengan:
a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90 terhadap posisi normal.
b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60.
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap latihan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis
yang terangsang.
Hasil

9
1. Percobaan dengan membungkukkan badan ke depan dan posisi kepala 120, badan pasien jatuh ke kanan
tapi pasien rasa dia jatuh ke kiri.

2. Percobaan dengan memiringkan kepala ke arah bahu kanan dan kepala miring 90, badan pasien jatuh ke
kanan tapi pasien rasa dia jatuh ke kiri.

3. Percobaan menengadahkan kepala ke belakang membentuk sudut 60, badan pasien jatuh ke kiri tapi
pasien rasa dia jatuh ke kanan.

Pembahasan

Dari posisi tegak kepala dan badan OP ditundukkan 120 0 ke depan sehingga kanalis semisirkularis
posterior terletak dalam bidang horizontal dan mengalami pemutaran maksimal. Saat dilakukan pemutaran ke
kanan, aliran endolimfe mempertahankan posisinya. Putaran terus-menerus ke arah kanan menyebabkan
cairan endolimfe berputar ke arah kiri karena kelembamannya. Ketika putaran dihentikan tiba-tiba, terjadi
perlambatan, cairan endolimfe bergerak searah dengan putaran (ke kanan). Oleh karena itu, OP jatuh ke
kanan, tetapi saat diputar sensasi yang dirasakan OP putaran ke arah kiri. 4

Kepala yang dimiringkan 900 ke arah bahu kanan dimaksudkan agar kanalis semirkularis anterior berada
dalam sumbu mendatar dan putaran akan maksimal. Arah putaran endolimfe ke kiri saat rotasi, karena kepala
dimiringkan ke kanan.Saat rotasi dihentikan tiba-tiba, cairan endolimfe bergerak ke arah kanan sehingga OP
jatuh ke kanan, serta sensasi yang dirasakan OP jatuh ke kiri. 4

Kepala ke belakang membentuk sudut 60 0 terhadap normal agar kanalis semisirkularis posterior terletak
dalam posisi horizontal. Oleh karena kepala ke belakang, arah putaran ke kiri yang menyebabkan cairan
endolimfe bergerak ke arah kanan, tetapi dirasakan OP seperti jatuh ke kiri. Dan begitu rotasi dihentikan,
4
cairan berbalik arah sesuai dengan rotasi sehingga OP jatuh ke arah kanan.

Kesimpulan
Kesan jatuh setelah mengalami pemutaran terjadi karena pengaruh dari kanalis semisirkularis. Arah
sudut mempengaruhi arah jatuh serta sensasi (perasaan) OP ingin jatuh ke mana.

Kesan (Sensasi)
1. Gunakan pasien simulasi yang lain. Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dan
tutuplah kedua matanya dengan saputangan.

2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secra berangsur-angsur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada pasien simulasi arah perasaan berputar:
10
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
oleh pasien simulasi.

Hasil percobaan:
Kegiatan Arah perasaan berputar
Sewaktu kecepatan putar masih bertambah kanan
Sewaktu kecepatan putar menetap Kiri
Sewaktu kecepatan putar dikurangi kanan
Segera setelah kursi dihentikan. Kanan

Pembahasan
Telinga dalam memiliki apparatus vestibularis untuk memberi informasi tentang sensasi keseimbangan
dan untuk koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur. Apparatus vestibularis terdiri
dari dua set struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea kanalis semisirkulairs
dan organ otolit, yakni utrikulus dan sakulus. Apparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan
gerakan kepala. apparatus vestibularis memiliki endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Komponen
vestibularis mengandung sel rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk secara mekanis yang
diakibatkan oleh gerakan endolimfe. Sebagian besar informasi dari apparatus vestibularis tidak
mencapai tingkat sadar.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau berputar misalnya
pada saat mulai atau berhenti berputar. Sel rambut pada masing-masing kanalis semisirkularis terletak
di ampula, sedangkan rambut terbenam di dalam kupula.
Akselerasi atau deselerasi pada saat rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimfe
paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis. Sewaktu kepala digerakkan, tulang kranialis dan sel-
sel rambut di dalam kupula bergerak bersama kepala. Namun, pada awalnya cairan di dalam kanalis,
karena tidak melekat ke tengkorak, tidak bergerak searah dengan rotasi tapi tertinggal di belakang
karena inersia/kelembaman. Ketika endolimfe tertinggal di belakang sewaktu mulai memutar kepala,
cairan di bidang yang sama dengan arah gerakan bergeser dalam arah berlawanan dengan gerakan akan
bergeser ke arah berlawanan dengan gerakan. Akibatnya, kupula akan miring berlawanan dengan arah
kepala serta menekuk rambut sensorik di dalamnya. Jika gerakan kepala berlanjut dengan kecepatan
dan arah yang sama, maka endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga
11
rambut ke posisi yang tidak melengkung. Ketika kepala melambat atau berhenti, situasi terbalik.
Endolimfe sesaat melanjutkan gerakan ke arah rotasi sementara kepala akan melambat untuk berhenti.
Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya melengkung kea rah putaran sebelumnya, yakni berlawanan
dengan arah lengkung mereka sewaktu akselerasi.
Selain itu, juga ada peran organ otolit yang member informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap
gravitasi dan mendeteksi perubahan kecepatan gerakan halus. Misalnya apada saat kepala dimiringkin
ke suatu arah selain vertical, rambut-rambut akan menekuk sesuai arah kemiringan karena gaya
gravitasi yang mengenai lapisan gelatinosa. Penekukan ini menyebabkan depolarisasi atau
hiperpolarisasi potensial reseptor bergnatung pada miringnya kepala. SSP menerima berbagai pola
aktivitas saraf bergantung pada posisi kepla dalam kaitannya dengan gravitasi.
Sinyal-sinyal dari apparatus vestibularis dibawa lewat N. Vestibulokoklearis ke nucleus vestibularis dan
informasi vestibular diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi dan otot untuk
mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan, mengontrol otot mata eksternal sehingga
mata terfiksasi ke satu titik, meski kepala bergerak, dan mempersepsikan gerakan dan orientasi. 2
Akselerasi rotasi pada salah satu bidang kanalis semisirkularis akan merangsang kristanya. Endolimfe,
akibat kelembamannya, akan bergerak dengan arah berlawanan terhadap arah putaran. Cairan ini
mendorong kupula, dan menyebabkan perubahan bentuk serta menekukkan tonjolan-tonjolan sel
rambut. Apabila kecepatan rotasi tetap, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan
posisi kupula kembali tegak. Bila pemutaran dihentikan, perlambatan akan menyebabkan pergeseran
endolimfe searah dengan putaran, dan kupula berubah bentuk dalam arah berlawanan dengan arah
ketika mengalami percepatan. Kupula kembali ke posisi di tengah dalam 25-30 detik. Pergerakan
kupula dalam satu arah biasanya menimbulkan impuls di serat-serat saraf yang berasal dari kristanya,
sedangkan pergerakan dengan arah berlawanan umumnya menghambat aktivitas saraf.
Vertigo adalah sensasi berputar padahal sebenarnya tidak dan merupakan gejala mencolok akibat
radangnya salah satu labirin. 5

Kesimpulan:
Sensasi berputar yang dialami oleh pasien simulasi berkaitan dengan kerja dari komponen apparatus
vestibularis.

III. Latihan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis.

Langkah Kerja

12
1. Suruhlah pasien simulasi, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30 o, berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30
detik.
2. Suruhlah pasien simulasi berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi latihan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan jarum jam.

Hasil Percobaan

Pasien berputar di tiang dengan searah jarum jam : Jalan miring ke kanan

Pasien berputar di tiang dengan berlawanan arah jarum jam : Jalan miring ke kiri

Pembahasan

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular.,
misalnya ketika kita berputar. Masing-masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang
tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif masing-
masing kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan yang terletak di ampula., suatu
pembesaran di dasar kanalis. Rambut-rambut terbenam di dalam lapisan gelatinosa diatasnya,
kupula, yang menonjol ke dalam endolimfe didalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan
cairan, seperti rumput laut yang miring kearah gelombang laut. Akselerasi atau deselerasi sewaktu
rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu
kanalis semisirkularis, karena susunan tiga dimensi ketiganya. Sewaktu kita menggerakkan kepala,
tulang kanalis dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak bersama kepala kita.
Rambut-rambut di sel rambut vestibularis terdiri dari satu silium, kinosilium, bersama dengan 20-50
mikrovilus-stereosilia yang tersusun dalam barisan-barisan yang semakin tinggi. Stereosilia
berhubungan di ujung-ujungnya oleh tautan ujung, yaitu jembatan molekular halus antara stereosilia-
stereosilia yang berdekatan. Ketika stereosilia terdefleksi oleh gerakan endolimfe, tegangan yang
terjadi di tautan ujung menarik saluran ion terbuka atau tertutup secara mekanis oleh pergeseran
berkas rambut. Setiap sel rambut memiliki orientasi sedemikian sehingga sel tersebut mengalami
depolarisasi ketika stereosilia menekuk kea rah kinosilium; penekukan kearah berlawanan akan
menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps dengan ujung terminal neuron
aferen yang aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk nervus
vestibularis. Saraf ini menyatu dengan nervus auditorius dari koklea untuk membentuk nervus
vestibulokokhlearis. 2

13
Percepatan rotasi pada salah satu bidang kanalis semisirkularis tertentu akan merangsang
kristanya. Endolimfe, akibat kelembamannya akan bergerak dengan arah berlawanan terhadap arah
putaran. Cairan ini mendorong kupula, dan menyebabkan perubahan bentuk. Hal ini menekukkan
tonjolan-tonjolan sel rambut. Apabila telah tercapai kecepatan rotasi yang tetap, cairan berputar
dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan posisi kupula kembali tegak. Bila pemutaran
dihentikan, perlambatan akan menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan putaran, dan kupula
mengalami perubahan bentuk dalam arah berlawanan dengan arah sewaktu percepatan. Kupula
kembali ke posisi ditengan dalam 25-30 detik. Pergerakan kupula dalam satu arah biasanya
menimbulkan impuls di serat-serat saraf yang berasal dari kristanya, sementara pergerakan dengan
arah berlawanan umumnya menghambat aktivasi saraf. Nucleus vestibularis terutama berperan
dalam mempertahankan posisi kepala dalam ruang. Jaras yang menurun dari nuclei ini berkaitan
dengan penyesuaian kepala pada leher dan kepala pada tubuh. Hubungan asendens ke nucleus
n.kranialis sebagian besar berkaitan dengan pergerakan mata. 5

Kesimpulan

Jadi, posisi jalan yang miring setelah OP berputar-putar itu dipengaruhi oleh kanalis semisirkularis
yang mana kanalis semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi percepatan atau perlambatan rotasional
dalam semua arah.

Daftar pustaka

1. Pudjiastuti SS . Fisioterapi .Dalam : Ester M, editor.Fungsi motorik. Edisi ke 1. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC; 2002 .h. 22-52.

2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.

3. Ginsberg L. Neurologi. Ed 8. Jakarta: Erlangga; 2001.h.33.

4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2001.

5.Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2001.

14

Anda mungkin juga menyukai