Anda di halaman 1dari 59

Pemeriksaan Telinga, Hidung,

Tenggorok
Dr. Fifin Pradina Duhitatrissari Sp.THT-KL
Mempergunakan Lampu Kepala

Latar Belakang Alat


 Keterampilan klinik yg wajib  Lampu kepala
→ lampu kepala alat vital pd  Sumber energi listrik
pemeriksaan dan melakukan
(Adaptor atau
tindakan di bidang THT
bateray)
 Mengatur focus cahaya →
penting untuk mendeteksi
obyek secara jelas
Prosedur
Mengenakan lampu kepala pada kepala dengan menyesuaikan ukuran sabuk
lampu kepala dengan ukuran lingkar kepala pemeriksa

Memposisikan tabung lampu pada bidang pandang, diantara kedua mata.


(Khusus pada pemeriksaan telinga, posisi tabung diletakkan sedekat mungkin
dengan mata yang digunakan pemeriksa)

Mengunci sabuk lampu kepala

Menyalakan lampu dengan kekuatan 6 volt

Meletakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm didepan mata

Mengatur diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

Menempatkan proyeksi tabung medial dari proyeksi cahaya dan saling


bersinggungan
Pemeriksaan Telinga
Latar Belakang Alat
 Memeriksa telinga →  Lampu kepala Van Hasselt
dapat mengetahui anatomi  Otoskop
dan kelainan yang ada pada  Spikulum telinga
telinga di bidang THT  Alat penghisap
 Hak tajam
 Hak lingkar
 Pemilin kapas
 Forstep telinga / pinset telinga
 Balon politser/ semprit telinga
Prosedur
Meminta penderita duduk didepan pemeriksa

Memposisikan lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita

Memegang kepala dengan ujung jari

Memeriksa telinga kanan: aurikulum dipegang dengan jari I dan II sedangkan


jari III, IV, V pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior
untuk meluruskan MAE

Memeriksa aurikulum, MAE dan membrana timpani

Memeriksa telinga kiri: Aurikulum dipegang dengan jari I dan II. Jari III, IV
dan V didepan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah postero superior

Memeriksa aurikulum, MAE dan membrana timpani


Prosedur (cont’d)
Memilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE

Menyalakan lampu otoskop

Memasukkan spekulum telinga otoskop pada MAE

Memeriksa membrana timpani


Pemeriksaan Aurikulum
Aurikulum terdiri dari
 Bagian yang bertulang rawan :
 Heliks dan antiheliks
 Tragus dan antitragus
 Konka
 Sulkus retroaurikalis
 Bagian yang tidak bertulang rawan :
 Lobulus
Meatus Akustikus Eksternus
MAE berbentuk tambung yang terdiri dari dua bagian
 Bagian lateral adalah pars kartilagenus
 Merupakan lanjutan dari aurikulum
 Mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
seruminalis
 Kulit melekat erat dengan perikondrium
 Bagian medial adalah pars osseus
 Merupakan bagian dari os temporale
 Tidak berambut
 Ada penyempitan yaitu ismus MAE
 Tidak mobil terhadap sekitarnya
Membran Timpani
Suatu membran yang membatasi telinga luar dengan telinga dalam
 Posisi
 Membentuk sudut 45˚ dengan bidang horisontal dan sapital
 Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial dari tepi atas
 Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal
 Warna → Putih mengkilat seperti mutiara
 Ukuran → tinggi 9 – 10 mm, lebar 8 – 9 mm
 Bentuk → oval yang condong ke anterior
 Bagian-bagian membran timpani :
 Pars tensa → Manubrium mallei, umbo, prosesus brevis, reflek
cahaya, plika anterior, plika posterior
 Pars flaksida (membrana Schrapnelli)
Membran Timpani (cont’d)
 Histologi :
 Pars Tensa terdiri dari tiga lapisan :
 Lapisan lateral : kulit tipis lanjutan kulit MAE
 Lapisan medial : mukosa lanjutan dari mukosa yang melapisi kavum
timpani
 Lapisan tengah : membrana propia terletak diantara kedua lapisan di
atas
 Pars plasida tidak mempunyai membrana propia
Pemeriksaan Tes Garpu Tala

Latar Belakang Alat

 Pemeriksaangarpu tala  Garpu tala 1 set


→ dapat mengetahui
gangguan fungsi
pendengaran
Pemeriksaan Tes Batas Atas
dan Batas Bawah
Tujuan
Menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati
hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal

Prosedur
Membunyikan semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah
berturutan sampai frekuensi tertinggi atau sebaliknya) satu persatu, dengan cara
dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak
(dipetik dengan ujung jari/kuku)

Pemeriksa mendengarkan terlebih dulu sampai bunyi hampir hilang untuk


mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang normal/nilai ambang
normal)

Pemeriksa memperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala


didekat MAE pada jarak 1 – 2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis
yang menghubungkan MAE kanan dan kiri
Pemeriksaan Tes Batas Atas dan
Batas Bawah

Interpretasi
Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi

Tuli konduksi : batas bawah naik (frekuensi rendah tak terdengar)

Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar)

Kesalahan
Garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada
frekuensi mana penderita tak mendengar
Pemeriksaan Tes Rinne
Tujuan
Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga penderita

Prosedur
Pemeriksa membunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, dengan meletakkan
tangkainya tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE)
sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat memindahkan ke depan
MAE penderita

Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne
positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif

Pemeriksa membunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, kemudian dipancangkan


pada planum mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, dan
menanyakan pada penderita mana yang lebih keras

Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih keras di belakang
Rinne negatif
Pemeriksaan Tes Rinne
Interpretasi
Normal : Rinne positif

Tuli konduksi : Rinne negatif

Tuli sensori neural : Rinne positif

False Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila stimulus bunyi
ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila telinga yang
tidak di tes pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes

Kesalahan
Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran
terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum

Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar lagi,
sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah berhenti
Pemeriksaan Tes Weber
Tujuan
Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita

Prosedur
Pemeriksa membunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz , kemudian tungkainya
diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada
vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal

Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau


mendengar lebih keras
Pemeriksaan Tes Weber
Interpretasi
Normal : tidak ada lateralisasi

Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit

Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih


dari satu.
Contoh lateralisasi ke kanan, dapat diinterpretasikan :
Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal.
Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat.
Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal.
Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat.
Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri
Pemeriksaan Tes Schwabach
Tujuan
Membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa

Prosedur
Pemeriksa membunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz n kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak
mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita
Bila penderita masih mendengar maka Schwabach memanjang, tetapi bila
penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabach
memendek atau normal
Pemeriksa membunyikan garpu tala 512 Hz kemudian diletakkan tegak lurus
pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya
garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa
Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa
masih mendengar berarti Shwabach penderita memendek
Pemeriksaan Tes Schwabach

Interpretasi
Normal : Schwabach normal
Tuli konduksi : Schwabach memanjang
Tuli sensori neural : Schwabach memendek

Kesalahan
garpu tala tidak tegak dengan baik, kakinya tersentuh
hingga bunyi menghilang
isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh
penderita
Pemeriksaan Rinoskopi Anterior

Latar • Pemeriksaan rinoskopi anterior


merupakan ketrampilan klinik

Belakan yang wajib dimiliki untuk


mengetahui anatomi dan
kelainan yang ada pada cavum
g nasi

• Lampu Kepala
• Sumber energi listrik (AC

Alat dengan adaptor atau baterai)


• Spekulum hidung
Memegang spekulum dengan tangan kiri

Memasukkan spekulum hidung

Memeriksa vestibulum nasi

Memeriksa cavum nasi bagian bawah

Memeriksa fenomena palatum molle

Memeriksa cavum nasi bagian atas

Memeriksa septum nasi

Melepaskan spekulum hidung


Memegang spekulum dengan tangan kiri
(Posisi spekulum horisontal, tangkai lateral, mulutnya
medial masuk dalam lubang hidung)
 Memasukkan spekulum
Mulut spekulum dalam keadaan tertutup masukkan
dalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelan-
pelan
Memeriksa vestibulum nasi dan sekitarnya

Pemeriksaan pendahuluan
• Bibir atas : maserasi, lebar lobang vestibulum pada anak-
anak
• Pinggir-pinggir lobang hidung : crustae, merah
• Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan
ibu jari dokter
Pemeriksaan dengan spekulum
• Bagian lateral dengan mendorong spekulum ke lateral,
bagian medial dengan dengan mendorongnya ke medial ke
atas dan bagian inferior dengan mendorongnya kebawah
• Perhatikan : apakah ada sekret , krustae, bisul-bisul,
raghade
Memeriksa cavum nasi bagian bawah

Arahkan cahaya lampu ke cavum nasi


sehingga sejajar dengan konka inferior.
Perhatikan :
• warna mucosa: hiperemia, anemia, biru
• besarnya lumen cavum nasi
• lantai cavum nasi
• septum: deviasi (kemana), krista, spina
Fenomena palatum molle
Cahaya lampu diarahkan ke dinding belakang nasofaring, pada keadaan
yang normal nasofaring kelihatan terang benderang, karena cahaya
lampu tegak lurus pada dinding belakan nasofaring

Penderita disuruh mengucapkan huruf iiii


Fenomea palatum mole dikatakan positif , apabila:
Waktu mengucapkan iii itu palatum mole bergerak ke atas :

Kelihatan : benda yang gelap bergerak ke atas (gelap karena cahaya


lampu tidak tegak lurus pada palatum mole. Atau dinding nasofaring
yang terang benderang itu dikecilkan dari jurusan bawah. Selesai
mengucapkan huruf iii, palatum molle bergerak kebawah.
Fenomena palatum mole dikatakan
negatif,
• bila waktu mengucapkan iii, palatum mole tidak
bergerak ke atas , rongga nasofaring yang terang
benderang tidak menjadi gelap.

Fenomena palatum mole negatif bila


ada :
• Paralisa dari palatum mole (post difteri)
• Spasmus dari palatum mole (abses peritonsiler)
• Sicatrix yasng mengikatkan palatum mole pada
faring (post ATE dengan sluder)
• Tumor dalam nasofaring : karsinoma nasofaring,
abses nasofaring,adenoid yang besar
 Arahkan cahaya lampu ke cavum nasi bagian atas (kepala
ditengadahkan)
Perhatikan :
 Kaput dari konka media
 Meatus medius (pus,poliposus)
 Septum :
 Mukosa
 Posisi (deviato menekan konka media)
 Fisura olfaktoria
Memeriksa septum nasi

 Deviasi septi, Spina septi, Krista septi, Septum berbentuk


S

Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90 % baru dikeluarkan
RINOSKOPI POSTERIOR

• Ketrampilan klinik yang wajib


Latar dimiliki oleh setiap dokter untuk
dapat mengetahui anatomi dan
belakang kelainan yang ada pada rongga
hidung posterior dan nasofaring

• Lampu Kepala
• Sumber energi listrik (AC dengan
Alat adaptor atau baterai)
• Spatula
Syarat yang harus dipenuhi :
 Harus ada tempat yang cukup luas untuk menempatkan kaca.
Untuk itu maka lidah ditekan dengan spatula.
Menekan lidah:
Hendaknya lidah ditekan dengan tenaga yang optimal.
 Terlalu kuat  timbul rasa sakit
 Kurang kuat  faring tidak kelihatan
 Terlalu jauh  refleks muntah

Ujung spatula dapat bergeser bila kepala penderita bergerak.


Hendaknya ujung spatula tetap tinggal ditempat yang optimal
itu.
Fiksasi spatula dilaksanakan sebagai berikut :
a. memegang spatula
- Ibu jari dibawah
- Jari II & III diatas
- Jari IV diatas dagu
- Jari V dibawah dagu
b. Mengadakan koordinasi antara tangan kiri, tangan kanan,
kepala, arah cahaya lampu dan mata harus melihat gambar-
gambar dikaca
Pihak alat Pihak penderita

• Kaca yang • Bernafas dari • Harus ada • Untuk


terlau panas hidung dengan jalan yang keperluan itu
 sakit mulut yang lebar antara penderita
• Kaca terlalu terbuka uvula dan harus bernafas
dingin kabur • Reflex yang faring, agar dari hidung.
• Kaca kuat ( berikan cahaya yang (Akibatnya :
menyentuh tetrakain ) dipantulkan palatum mole
faring  oleh kaca, akan bergerak
reflex muntah dapat masuk ke arah
• Spatula dari kedalam anterior, untuk
logam rasa nasofaring. memberi jalan
logam di lidah udara dari
menimbulkan kavum nasi ke
reflex. paru-paru dan
sebaliknya).
Pegang kaca dengan tangan kanan

Panaskan punggung kaca pada lampu spiritus

Kontrol temperatur kaca dengan meletakkan ke lengan kiri bawah (panasnya


harus < 37º)

Tangkai kaca dipegang seperti memegang pensil, kaca mengarah ke atas

Memerintahkan penderita membuka mulut lebar-lebar

Memerintahkan penderita lidah ditarik kedalam mulut, tidak boleh digerak-


gerakkan & tidak boleh dikeraskan

Memerintahkan penderita bernafas melalui hidung

Meletakkan ujung spatula pada punggung lidah, dimuka uvula


Menekan lidah kebawah  diperoleh tempat yang cukup luas untuk menempatkan
kaca

Masukkan kaca kedalam orofaring di bawah palatum mole

Menyinari kaca

Memeriksa septum nasi (margo post), koane kanan dan tuba kanan

Memeriksa septum nasi (margo post), koane kiri dan tuba kiri

Memeriksa atap nasofaring

Memeriksa kauda konka inferior


PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
(DIAPHONOSCOPIA)
 Dikerjakan dalam kamar gelap
 Alat : lampu listrik 6 volt bertangkai panjang
(Heyman)
 Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada
perbedaan antara kiri & kanan
 Bila kedua sinus terang  pada pria mungkin
berarti sinus normal, tapi pada wanita masih ada
kemungkinan kedua sinus berisi cairan
Menekankan lampu pada lantai sinus front

Menekankan lampu kearah media – superior

Menutup cahaya yang memancar kedepan dengan tangan kiri

Meminta penderita membuka mulut lebar-lebar

Menekankan lampu pada margo inferior orbita, yang satu kearah


inferior

Menutup cahaya yang memancar kedepan dengan tangan kiri

Memasukkan lampu ke dalam mulut, yang telah disarungkan suatu


tabung gelas (tabung reaksi) atau kantong plastik

Meminta penderita untuk menutup mulut rapat – rapat


Menutup cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas dengan
tangan kiri
PEMERIKSAAN SINUS FRONTALIS

 Lampu ditekankan pada lantai sinus front


 Lampu ditekankan kearah media – superior
 Cahaya yang memancar kedepan, ditutup
dengan tangan kiri
 Hasilnya : bila sinus normal, maka didinding
mukanya akan kelihatan terang
PEMERIKSAAN SINUS MAKSILARIS
• mulut dibuka lebar-lebar
• lampu ditekankan pada margo inferior orbita, yang satu kearah
inferior
• cahaya yang memancar kedepan ditutup dengan tangan kiri
Hasil: Normal  palatum durum homolateral terang

• mulut dibuka
• masukkan lampu (yang telah disarungkan tabung gelas/tabung
reaksi)
• mulut ditutup rapat
• cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan
tangan kiri
Hasil: Normal  dinding muka sinus maksilaris terang
PEMERIKSAAN
MULUT, TONSIL, FARING DAN LARING

• Lampu kepala

Alat • Sumber energi listrik (adaptor atau


baterai)
• Spatula
MULUT
Inspeksi
• Trismus
• Ptialismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)
• Mukosa dan gingiva : ulkus
• Gigi – gigi dan geraham – geraham :
• Sinusitis oleh caries P2.M1. M2. M3 (atas)
• Dentitis dificilis M3 (sakit leher, trismus)
• Lidah : parase N. XII, atrofi, aptae, tumor maligna
• Palatum durum : bengkak o.k. tumor sin.maksilaris

Palpasi
• Palpasi lidah bila ada ulkus pada lidah (ca)

Perkusi
• pada gigi dan geraham (sakit)
TONSIL DAN FARING

Mulut buka lebar – lebar, lidah ditarik kedalam, dilunakkan, lidah ditekan
kebawah, dibagian medial.

Penderita disuruh bernapas: tidak boleh menahan napas, tidak boleh napas
keras – keras

Memeriksa mobilitas tonsil

Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole bawah tonsil, spatula
II (posisi ujungnya vertikal) menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari
arcus anterior.
• tumor tonsil : fiksasi
• tonsilitis kronik : tonsil mobil
Pemeriksaan Mulut, Tonsil,
dan Faring
1
• Memeriksa adanya trismus (kekakuan saat membuka mulut )

2
• Memeriksa adanya ptialismus

3
• Memeriksa gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)

4
• Memeriksa gigi – gigi dan geraham – geraham

5
• Memeriksa lidah : parase N. XII ,atrofi, aptae, tumor maligna

6
• Memeriksa palatum durum

7
• Melakukan palpasi pada lidah bila ada ulkus

8
• Melakukan perkusi : pada gigi dan geraham

9
• Memeriksa mobilitas tonsil
PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI
INDIREKTA

Alat

• Lampu kepala
• Sumber energi listrik ( Adaptor atau bateray )
• Spatula
• Kaca laringoskop yang besar
• Lampu spiritus
• Larutan tetrakain untuk faring yang sensitif
• Kain kasa yang dilipat
Laringoskopia indirekta
• Melihat laring secara tidak langsung dengan cara menempatkan cermin
didalam faring dan cermin tersebut disinari dengan cahaya.
• Bayangan laring pada cermin terlihat dari sinar yang dipantulkan

Syarat-syarat
• Harus ada jalan yang lebar buat cahaya yang dipantulkan oleh cermin
dari faring ke laring. Untuk keperluan itu maka lidah harus
dikeluarkan, sehingga radik lingue yang menutup jalan itu bergerak ke
ventral.
• Harus ada tempat yang luas buat cermin, dan cermin tak boleh ditutup
oleh uvula. Untuk keperluan itu penderita disuruh bernafas dari mulut
dengan demikian uvula bergerak dengan sendirinya ke atas dan menutup
jalan ke nasofaring.
Untuk pemeriksaan laringoskopia inderekta,
kepala penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu :
• Posisi tegak (a)
• Posisi Killian, lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior (b)
• Posisi Tuerck’s, lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior (c)
Menempatkan Kaca Laring

Pelaksanaan
• Anastesi faring dengan tetrakain. Pada umumnya anestesi ini tak
diperlukan kecuali untuk faring yang sangat sensitif. Pemeriksaan
dapat dimulai kira-kira 10 menit setelah disemprotkan larutan
tetrakain.
• Mulut harus dibuka lebar-lebar, harus bernafas dari mulut
• Penderita diminta menjulurkan lidah panjang-panjang
Bagian lidah yang ada di bagian mulut
• Dibungkus dengan kain kasa kita pegang dengan tangan kiri, jari satu
diatas lidah, jari tiga dibawah lidah dan jari dua menekan pipi.
• Dipegang dengan tenaga yang optimal, lebih keras dari itu
menyebabkan penderita merasa sakit, bila lebih lunak lidah akan
terlepas.
Cermin Cermin Panas cermin
dipegang dipanasi dikontrol pada
dengan 37° lengan bawah kiri
tangan kanan supaya pemeriksa. Cermin
seperti tidak dimasukkan ke
memegang kabur dalam faring dan
pensil ke mengambil posisi
arah cermin dimuka uvula
bawah didorong sedikit ke
belakang dengan
punggung cermin,
cermin disinari
Memeriksa radik lingue,
epiglotis & sekitarnya
Kelihatan gambar dari radiks lingue epiglotis yang menutup introitus laringis, plika
glosoepiglotika, valekula kiri dan kanan.

Perhatikan anatominya

Perhatikan patologinya: udem dari epiglotis, ulkus, tumor korpus alienum

Fasies posterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa yaitu pada awal tahap 1
atau pada akhir tahap 3

Perhatikan: warna, aftae, ulkus

Untuk keperluan ini penderita disuruh mengucapkan hurup “iii” yang panjang dan
yang tinggi  laring ditarik ke atas dan ke muka, ikut pula serta epiglotis
Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laring, sekarang terbuka sehingga
cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea

Korda vokalis bergerak ke arah median.


Melihat laring dan sekitarnya

Perhatikan anatomi laring, berupa:


• Epiglotis dan pinggirnya
• Aritenoid kiri dan kanan
• Plika ari epiglotika kiri dan kanan
• Sinus piriformis kiri dan kanan
• Dinding posterior dan dinding lateral laring
• Plika ventrikularis kiri dan kanan
• Komisura anterior dan posterior
• Korda vokalis kiri dan kanan
Perhatikan gerakan dari korda vokalis kiri dan kanan:
• normal, simetris, tidak bergerak, unilateral atau bilateral.
Melihat trakea

Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium


fonasi

Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis,


sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu belum ada
aduksi yang komplet, atau di waktu permulaan abduksi

Perhatikan: anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret


regio subglotik, udem, tumor
Prosedur
• Memerintahkan penderita untuk membuka mulut lebar-lebar, harus bernafas lewat mulut
1

• Memerintahkan penderita untuk menjulurkan lidah panjang-panjang


2
• Membungkus lidah dengan kain kasa,dipegang dengan tangan kiri, jari satu diatas lidah,
3 jari tiga dibawah lidah dan jari dua menekan pipi.

• Memegang lidah dengan tenaga yang optimal, lebih keras dari itu menyebabkan penderita
4 merasa sakit, bila lebih lunak lidah akan terlepas

• Memegang cermin dengan tangan kanan, seperti memegang pensil arah cermin ke bawah.
5

• Memanasi cermin (lebih sedikit dari 37˚)


6

• Mengontrol panas cermin pada lengan bawah kiri pemeriksa


7

• Memasukkan cermin ke dalam faring dan mengambil posisi dimuka uvula.


8
9
• Menyinari kaca laring

10
• Memeriksa radik lingue

11
• Memeriksa epiglotis

12
• Memeriksa aritenoid kiri dan kanan

13
• Memeriksa plika ari epiglotika kiri dan kanan

14
• Memeriksa sinus piriformis kiri dan kanan

15
• Memeriksa Dinding posterior dan dinding lateral laring

16
• Memeriksa Plika ventrikularis kiri dan kanan

17
• Memeriksa Komisura anterior dan posterior

18
• Memeriksa Korda vokalis kiri dan kanan

19
• Menyuruh penderita mengucapkan hurup “iii” yang panjang dan yang tinggi

20
• Memperhatikan gerakan dari korda vokalis kiri dan kanan normal.

21
• Memperhatikan anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio subglotis

22
• Memperhatikan mukosa trakea
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai