Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“LAPORAN PENDAHULUAN PEMERIKSAAN FISIK PADA TELINGA”


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan dewasa system musculoskeletal, integument,
persepsi sensori, dan persarafan

Dosen Pengampu:
Ns Bobby Febri Krisdianto M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK A

Novita Sari 2311316008

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
PEMERIKSAAN TELINGA
1. OTOSKOP

Otoskop adalah alat untuk melihat meatus akustikus eksternus, jaringan sekitar liang telinga, dan
membrane timpani. Pemeriksaan ini dilakukan Ketika pasien mengeluh sakit telinga atau perkembangan
abnormal dari seorang anak. Penggunaan otoskop ini bisa diperuntukkan semua umur dari anak maupun
dewasa dengan mencocokan ukuran speculum berdasarkan besarnya lubang telinga. Penggunaan otoskop
ini sering dilakukan pada pemeriksaan standar oleh dokter spesialis THT. Meskipun menjadi standar
pemeriksaan yang biasa dilakukan, pemakaian otoskop juga memiliki beberapa kekurangan, yakni
mendiagnosis karena kurang dapat memperlihatkan hal hal mendetail dalam melihat anatomi telinga
terlebih dahulu hika anatomi telinga kecil.

Alat :

Spekulum telinga atau otoskop, untuk inspeksi liang telinga dan membrana timpani

Pen light/ headlamp

Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga ukuran terbesar yang masih pas dengan diameter liang
telinga pasien.Diameter liang telinga orang dewasa adalah 7 mm, sehingga untuk otoskopi pasien dewasa,
pergunakan spekulum dengan diameter 5 mm, untuk anak 4 mm dan untuk bayi 2.5 – 3 mm.

Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan
pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih dahulu.

Menggunakan otoskop :
Otoskop dipegang menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa,
misalnya : akan memeriksa telinga kanan, otoskop dipegang menggunakan tangan kanan.

Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara : seperti memegang pensil atau seperti memegang pistol. Kedua
teknik ini memastikan otoskop dan pasien bergerak sebagai 1 unit.

Untuk pasien : berikan informasi bahwa prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya diminta untuk tidak
bergerak selama pemeriksaan.

Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaan penuh (fully charged).

Bila terdapat serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga dan membrana timpani, lakukan
pembersihan serumen terlebih dahulu.

Inspeksi telinga

Inspeksi telinga bertujuan untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :

Kulit daun telinga : Normal/abnormal

Muara/lubang telinga : Ada atau tidak

Keberadaan telinga :

- Terbentuk/ tidak terbentuk

- Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal.

- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear).

Liang telinga :

- Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga

- Adakah tanda-tanda radang

- Apakah keluar cairan/tidak

- Adakah kelainan di belakang/depan telinga

Gendang telinga :
- Dinilai warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya reflek cahaya (cone of light), perforasi, sikatrik, retraksi,
penonjolan prosesus brevis

Keterangan gambar

Palpasi telinga :

Sekitar telinga :

- Belakang daun telinga

- Depan daun telinga

- Adakah rasa sakit/ tidak (retroauricular pain/ tragus pain)

Auskultasi : Menilai adakah bising di sekitar liang telinga.


TES PENDENGARAN

2. Tes Bisik (whispered voice test)

Alat : sumbat telinga

Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan pendengaran dan membedakan tuli hantaran
dengan tuli sensorineural.

Prosedur :

- Pasien duduk di kursi pemeriksaan.

- Pemeriksa berdiri kurang lebih 60 cm di belakang pasien.

- Pemeriksa membisikkan serangkaian angka dan huruf (misalnya 5-K-2) dan meminta pasien untuk
mengulangi urutan kata dan huruf yang dibisikkan. Sebelum berbisik, sebaiknya pemeriksa mengeluarkan
nafas (ekspirasi maksilmal) secara perlahan supaya nafas pemeriksa tidak mengganggu suara bisikan.

- Jika pasien dapat mengulang bisikan dengan benar, berarti tidak ada gangguan pendengaran. Jika pasien
tidak dapat mengulang rangkaian kata dan huruf yang dibisikkan, ulangi pemeriksaan menggunakan
kombinasi angka dan huruf yang lain.

- Dilakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan dan kiri, diawali dari telinga yang normal (tidak ada
gangguan pendengaran/ pendengaran lebih baik). Selama pemeriksaan, lubang telinga kontralateral
ditutupi dengan kapas.

- Telinga yang lain diperiksa dengan cara yang sama, tetapi dengan kombinasi angka dan huruf yang
berbeda.

Interpretasi Hasil : Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran jika pasien dapat mengulang dengan
benar paling sedikit 3 dari 6 kombinasi angka dan huruf yang dibisikkan.
3. Tes Rinne :
Tes Rinne berguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang, sehingga
membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran (conductive hearing loss).
- Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan panjang garputala yang sudah
digetarkan dipasang 1 inchi di depan meatus auditorius eksternus (A),
- Pasien ditanya apabila sudah tidak mendengar, garputala dipindah ke prosessus
mastoidea (B)

Gambar Tes Rinne untuk membandingkan Hantaran Udara (A) dan Hantaran Tulang (B)

- Setelah itu, prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan dimulai dari prosessus mastoidea
ke depan meatus auditorius eksternus.
Interpretasi hasil :
Tes Rinne positif : suara dari konduksi udara lebih keras dibandingkan konduksi tulang  tidak ada tuli
hantaran.
Tes Rinne negatif : suara dari konduksi tulang lebih keras  menunjukkan adanya tuli hantaran atau tuli
sensorineural total (suara garputala ditransmisikan melalui konduksi tulang tengkorak dan diterima oleh
telinga kontralateral – tes Rinne false negative).
4. Tes Weber :

Gambar. Tes Weber untuk menilai terjadinya lateralisasi suara

- Tes Weber dilakukan setelah tes Rinne, bertujuan untuk membedakan tuli hantaran
dan tuli sensorineural.
- Garputala yang sudah digetarkan diletakkan di verteks atau di tengah dahi.
- Pasien ditanya “suara terdengar sama keras atau lebih keras di satu sisi (kiri atau
kanan)”
Interpretasi hasil :
Suara terdengar sama keras di telinga kiri dan kanan  tidak ada lateralisasi/ normal.
Suara terdengar lebih keras di satu sisi  ada lateralisasi.
i. Jika lateralisasi ke arah telinga yang terganggu, kesimpulannya tuli konduksi.
ii. Jika lateralisasi ke arah telinga yang sehat, kesimpulannya tuli sensorineural.
5. Tes Swabach :

- Berikan instruksi pada pasien, bahwa nanti pemeriksa akan menggetarkan garputala
dan menempelkan di belakang telinga pasien (processus mastoideus). Saat pasien
sudah tidak mendengar bunyi, diminta memberi

tahu pemeriksa misalnya dengan mengangkat tangan segera saat tidak mendengar
bunyi.
- Garputala digetarkan.
- Tangkai garputala diletakkan pada prosesus mastoideus penderita sampai tidak
terdengar bunyi, kemudian tangkai garputala segera dipindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.
Interpretasi hasil:
 Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek (tuli hantaran).
 Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu
garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih
dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang (tuli sensorineural).
 Bila pasien dan pemeriksa hasilnya sama, disebut Schwabach sama dengan ketentuan
pemeriksa normal.
Tabel 1. Interpretasi hasil pemeriksaan tes penala
Interpretasi Tes Rinne Tes Weber Tes Swabach
Normal Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan
pemeriksa
AS tuli hantaran Negatif Lateralisasi ke kiri Swabach
memanjang
AS tuli sensorineural Positif atau false negative* Lateralisasi ke kanan Swabach
memendek
AD tuli hantaran Negatif Lateralisasi ke kanan Swabach
memanjang
AD tuli sensorineural Positif atau false negative* Lateralisasi ke kiri Swabach
memendek
Keterangan : AD Auris Dekstra AS Auris Sinistra
* jika tuli sensorineural total, suara melalui hantaran tulang dan diterima telinga kontralateral.
TES PENALA

(Pemeriksaan Tajam Pendengaran)

Penilaian dituliskan dalam bentuk angka pada setiap kegiatan (0, 1, dan 2)

Nilai 2 Memperagakan langkah-langkah sesuai prosedur yang benar

Nilai 1 Memperagakan langkah-langkah tidak sesuai dengan prosedur /terbalik

Nilai 0 Langkah-langkah tidak diperagakan oleh peserta secara lengkap

No. Nama Mahasiswa No. Nama Mahasiswa


1 6
2 7
3 8
4 9
5 10

No. LANGKAH/PROSEDUR MAHASISWA


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERSIAPAN ALAT
1. 1. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz 2. Buku catatan

TINDAKAN SEBELUM PERAWATAN


2 Mengucapkan salam
3 Menjelaskan prosedur perawatan pada klien
Minta klien mengangkat tangan jika klien tidak lagi
mendengar bunyi dari garputala
A Tes Rinne
(Membandingkan hantaran tulang (BC)
dengan
hantaran udara (AC) pada telinga yang diperiksa)
Gambar : Test Rinne
4 Sentuh garpu tala dengan lunak pada tangannya
5 Letakan pangkalnya pada tulang mastoideus (tulang di
belakang telinga) yang akan diperiksa.
6 Minta klien untuk mengangkat tangan saat tidak lagi
mendengar suara dari garputala.
7 Pindahkan tangan garputala ke depan meatus akustikus
eksternus telinga yang diperiksa dengan jarak kira-kira 3 cm.

8 Tanyakan pada klien apakah dia mendengarkan bunyi dari


garputala, bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne
(+), namun bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-)

Interpretasi hasil :
Rinne (+) berarti normal atau tuli sensorineural (telinga
normal : hantaran udara lebih panjang dari hantaran sama
dengan tulang tuli sensorneural : hantaran udara lebih panjang
daripada hantaran tulang) Rinne (-) berarti tuli konduktif (tuli
konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran
udara).

B Tes Weber:
Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan

Gambar : Test Weber


9 Sentuh garpu tala dengan lunak pada tangannya
10 Letakkan pangkalnya pada dahi atau vertex.
11 Tanyakan pada klien apakah mendengar atau tidak. Bila
mendengar langsung ditanyakan di telinga mana didengar
lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan disebut
lateralisasi ke kanan.

Interpretasi hasil :
Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa
kemungkinan :
Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat Dengan kata
lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidak
dapat menegakkan diagnosa secara pasti.

C Tes Schwabach
Membandingkan hantaran tulang telinga orang yang diperiksa
dengan perawat yang pendengarannya normal.

12 Sentuh garpu tala dengan lunak pada tangannya


13 Letakan pangkalnya pada tulang mastoideus (tulang di
belakang telinga) yang akan diperiksa.
14 Minta klien untuk mengangkat tangan saat tidak lagi
mendengar suara dari garputala.
15 Bila klien mengangkat tangan garpu tala segera dipindahkan
ke planum mastoideum perawat.
16 Jika perawat masih mendengar atau tidak mendengar bunyi
dari garpu tala. dikatakan schwabach memendek
17 Bila perawat tidak mendengar harus dilakukan cross yaitu
garpu tala mula-mula diletakkan pada planum mastoideum
perawat kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala
segera dipindahkan ke planum mastoideum klien dan
ditanyakan apakah klien mendengar dengungan maka
dikatakan schwabach memanjang. Bila klien tidak mendengar
lagi dikatakan schwabach normal.

Interpretasi hasil :
Schwabach memendek berarti perawat masih mendengar
bunyi/dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli
sensory neural.
Schwabach memanjang berarti klien masih mendengar
dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif.
Schwabach normal berarti perawat dan klien sama-sama tidak
mendengar dengungan karena telinga perawat normal berarti
telinga klien juga normal.

18 Alat-alat dirapikan kembali


19 Perawat cuci tangan
20 Dokumentasi hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai