0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemeriksaan sistem indra, khususnya indra penglihatan, pendengaran, dan peraba. Secara ringkas, dibahas tentang cara melakukan pemeriksaan visus menggunakan Snellen Chart, tes pendengaran seperti Rinne Test dan Weber Test, serta penjelasan singkat mengenai indra perasa dan peraba.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemeriksaan sistem indra, khususnya indra penglihatan, pendengaran, dan peraba. Secara ringkas, dibahas tentang cara melakukan pemeriksaan visus menggunakan Snellen Chart, tes pendengaran seperti Rinne Test dan Weber Test, serta penjelasan singkat mengenai indra perasa dan peraba.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemeriksaan sistem indra, khususnya indra penglihatan, pendengaran, dan peraba. Secara ringkas, dibahas tentang cara melakukan pemeriksaan visus menggunakan Snellen Chart, tes pendengaran seperti Rinne Test dan Weber Test, serta penjelasan singkat mengenai indra perasa dan peraba.
Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Misal, pasien dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal.
Bila hanya membaca huruf E, D, F, C
pada baris ke 6 => visusnya 20/30 dengan false 2. Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat membacanya pada jarak 20 kaki.
Bila pasien membaca huruf Z, P pada
baris ke 6 => visusnya 20/40 Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas. • Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart => 5 atau 6 m – Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60 – Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60. – Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan pasien. • Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan.
• Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di
depan pasien. Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300 Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen light' Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi : • Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior. • Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah. • Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = • Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari- hari. LAPANG PANDANG MATA PEMERIKSAAN PUPIL & REFLEK CAHAYA MATA RINNE TEST Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : a. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. b. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) c. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula- mula timbul WEBER TEST Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pendengaran normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi (TULI) Test Swabach • Membandingkan daya transport melalui tulang pemeriksa (normal) dengan probandus.
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. INDRA PERASA INDRA PERABA