Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN SISTEM INDRA

RIZA GINANJAR MUSTOFA


Snelleen chart yang yang digunakan
dalam ukuran kaki = normalnya 20/20.
Misal, pasien dapat membaca semua
huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya
normal.

Bila hanya membaca huruf E, D, F, C


pada baris ke 6 => visusnya 20/30
dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca
pada jarak 30 kaki sedangkan pasien
hanya dapat membacanya pada jarak
20 kaki.

Bila pasien membaca huruf Z, P pada


baris ke 6 => visusnya 20/40
Bila tidak dapat membaca huruf pada
baris ke 6, cek baris ke 5 dengan
ketentuan seperti di atas.
• Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di
depan Snellen Chart => 5 atau 6 m
– Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya
6/60
– Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m,
mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila
pasien dapat membaca, visusnya 5/60.
– Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari
5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan
pasien.
• Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak
tertentu, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.

• Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di


depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau
atas bawah. Bila pasien dapat menyebutkan
arah lambaian, berarti visusnya 1/300
Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan
penyinaran, dapat menggunakan 'pen light'
Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan
arah proyeksi :
• Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar
yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk
mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus
pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.
• Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
• Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan
visusnya =
• Telinga manusia normal mampu mendengar
suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000
Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling
penting untuk memahami percakapan sehari-
hari.
LAPANG PANDANG MATA
PEMERIKSAAN PUPIL &
REFLEK CAHAYA MATA
RINNE TEST
Garputal 512 Hz kita bunyikan
secara lunak lalu menempatkan
tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid pasien
(belakang meatus akustikus
eksternus). Setelah pasien tidak
mendengar bunyinya, segera
garpu tala kita pindahkan
didepan meatus akustikus
eksternus pasien. Tes Rinne
positif jika pasien masih dapat
mendengarnya.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar
melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a. Bila pada posisi II penderita masih mendengar
bunyi getaran garpu tala.
b. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
tidak (tes rinne: +/-)
c. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga
kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
justru telinga kiri yang normal sehingga mula-
mula timbul
WEBER TEST
Tujuan kita melakukan tes
weber adalah untuk
membandingkan hantaran
tulang antara kedua
telinga pasien. Cara kita
melakukan tes weber
yaitu: membunyikan
garputala 512 Hz lalu
tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis
horizontal. Menurut
pasien, telinga mana yang
mendengar atau
mendengar lebih keras.
 Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala
arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar
diseluruh bagian kepala. Pendengaran normal
bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
 Jika telinga pasien mendengar atau mendengar
lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke
sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama
tidak mendengar atau sam-sama mendengaar
maka berarti tidak ada lateralisasi (TULI)
Test Swabach
• Membandingkan daya transport melalui tulang
pemeriksa (normal) dengan probandus.

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah


digetarkan pada puncak kepala probandus.
Probandus akan mendengar suara garputala itu makin
lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar
suara garputala lagi.
Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala,
maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke
puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua
kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau
tidak mendengar suara.
INDRA PERASA
INDRA PERABA

Anda mungkin juga menyukai