Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN KGD DENGAN ACUTE CORONER SYNDROM

DOSEN PEMBIMBING : Ns. ANITA MIRAWATI, S. Kep M.Kep

OLEH:

KELOMPOK 4 3B

1. RANI YULIZA FITRI


2. SENTOT EKO HADIYATMO
3. SRI YULIA MUSTISA
4. TRI SUDARI

POLTEKKES KEMENKES PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga
makalah keperawataan gawat darurat tentang asuhan keperawatan gawat darurat ini bisa
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya. Mudah-mudahan
makalah ini yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun
yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau
kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta
kritikan yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Solok, Agustus 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Perumusan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

B. Etiologi

C. Manifestasi Klinis

D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan Diagnostik

F. Penatalaksanaan

G. Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS) meliputi spektrum penyakit


dari infark miokard akut (MI) sampai angina tak stabil (unstable angina). Penyebab utama
penyakit ini adalah trombosis arteri koroner yang berakibat pada iskemi dan infark miokard.
Derajat iskemik dan ukuran infark ditentukan oleh derajat dan lokasi trombosis.
Sejak 1960‐an, ketika terapi standard menjadi istirahat penuh (bed rest) dan defibrilasi
(jika diperlukan), angka kematian infark miokard akut menurun terus. Sindrom koroner akut
(SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak didada
atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium. SKA terdiri atas angina pektoris tidak
stabil, infarct myocard acute (IMA) yang disertai elevasi segmen ST. Penderita dengan infark
miokardium tanpa elevasi ST.3 SKA ditetapkan sebagai manifestasi klinis penyakit arteri
koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan manifestasi utama proses aterosklerosis.
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta penduduk
Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang
diperkirakan mengalami serangan infark miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering
pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita
setelah umur 65 tahun.4–6 Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian
utama (20%) penduduk Amerika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian sindrom koroner akut
2. Apa itu etiologi sindrom koroner akut
3. Apa itu klasifikasi sindrom koroner akut
4. Apa itu manifestasi klinis sindrom koroner akut
5. Apa itu patofisiologi sindrom koroner akut
6. Apa itu pemeriksaan diagnostik sindrom koroner akut
7. Apa itu penatalaksanaan sindrom koroner akut
8. Apa itu asuhan keperawatan sindrom koroner akut

C. Tujuan Perumusan
1. Untuk mengetahui pengertian sindrom koroner akut
2. Untuk mengetahui etiologi sindrom koroner akut
3. Untuk mengetahui klasifikasi sindrom koroner akut
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sindrom koroner akut
5. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom koroner akut
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sindrom koroner akut
7. Untuk mengetahui penatalaksaan sindrom koroner akut
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom koroner akut
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sindrom koroner akut adalah kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner
(andra, 2006). Sindrom ini juga merupakan suatu fase akut dari angina pektoris tidak stabil
(APTS) yang disertai infark myokardium akut (IMA) gelombang Q dengan peningkatan non
ST atau tanpa gelombang Q dengan peningkatan ST yang terjadi karena adanya trombosis
akibat ruptur flak ateroksklerosis yang tidak stabil (wasid, 2007).

Istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan kejadian kegawatan
pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan satu sindrom yang terdiri atas beberapa
penyakkoroner yaitu angina tak stabil (unstable angina), infark myokard non elevasi ST,
infark myokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca tindakan
intervensi koroner perkutan. SKA merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia myokardium
(Harum,2007).

B. Etiologi

Rilantono (1996) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada


penyempitan pembuluh darah jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh
empat hal meliputi :

1. Adanya timbunan lemak (ateroklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol
tinggi
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus)
3. Vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus
4. Infeksi pada pembuluh darah

Wasid(2007) menambahkan mulai terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa


keadaan, yaitu aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan), stress emosi,
terkejut, udara dingin. Keadaan tersebut ada hubungan nya dengan peningkatan aktivitas
simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat, dan
kontraktilitas jantung meningkat.

Faktor Resiko

Faktor penting yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner dan dikenal
sebagai faktor resiko adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi, hiperlipedimia
2. Perokok berat
3. Diabetes militus, obesitas
4. Tipe kepribadian A, stress emosi
5. Kurang aktivitas fisik
6. Keturunan
7. Usia
8. Jenis Kelamin

C. Klasifikasi

Wasid, 2007 mengatakan berat atau ringannya SKA menurut Brownwalt (1993) adalah

1. Kelas 1 : Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan nyeri pada
waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi 2 kali per hari
2. Kelas 2: Sub- akut, yaitu sakit dada antara 48 jam hingga dengan 1 bulan pada waktu
istirahat.
3. Kelas 3: Akut, yakni kurang dari 48 jam.

Secara klinis

1. Kelas A sekunder, dicetuskan oleh hal hal diluar koroner, seperti anemia, infeksi,
demam, hipotensi, tirotoksis, dan hipoksia akibat gagal napas.
2. Kelas B: Primer
3. Kelas C setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan anti
angina (Penghambat beta adrelerjik, nitrat, dan antagonis kalsium). Anti angina dan
litrogliserin intravena.

D. Manifestasi klinis

Gejala sindrom koroner akut berupa keluhan nyeri di tengah dada, seperti rasa
ditekan, rasa di remas- remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati, rasa
terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin dan keluhan nyeri ini terdapat merambat ke
kedua rahang gigi kanan atau kiri,bahu serta punggung. Lebih spesifik, ada 2 yang disertai
kembung pada ulu hati seperti masuk angin atu maaag (Rilantoro, 1996)

Tapan ( 2002) menambahkan gejala klins SKA meliputi :

1. Terbentuknya trombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot jantung daan
daerah yaang di perdarahi menjadi terancam mati
2. Ras nyeri, terjepit, kram,rasa berat atau rasa terbakar di dada( angina)
3. Sesak, muntah atau keringat dingin.
E. Patofisiologi

SKA dimulai dengan adanya fluktur flak arteri koroner, aktivasi kaska de, pembekuan
dan platelet, pembentukan trombus, seta aliran darah koroner yang mendadak berkurang. Hal
ini terjadi pada plak koroner yang kaya lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulmerable
plague). Hal ini disebut fase disruksi flak.

Pada fase trombosis akut terjadi proses inflamasi yang melibatkan aktivitas makrofag
dan limfosit sel T, proteinase, dan sitokin, menyokong terjadinya ruptur flak serta trombosis
tersebut. Sel inflamsi tersebut beperan terhadap desparisasi plak melalui perubahan dalaam
anti adesif dan anti koagulan menjadi propoagulan sel endotelial, yang menghasilkan faktor
jaringan monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Fase selanjutnya ialah terjadinya
vasokonstriksi arteri koroner akibat disfunngsi endotel ringan dekat lesi atau respon terhadap
lesi itu. Pada keadaan disfungsi endotel, faktor konstriktor lebih dominan ( yakni endo-telin
tromboksan A2 dan prostaglandin H2 dari pada faktor relaksator ( yakni nitrid oksid dan
proktasikili

F. Pemeriksaaan diagnostik
Wasid ( 2007)mengatakan cara mendiagnostik IMA ada 3 komponen yang harus
ditemukan :
1. Sakit dada.
2. Perubahan EKG berupa gambara stemi/ nstemi Dengan atau tanpa gelombang Q
patologic.
3. Peningkatan enzim jantung.
G. Penatalaksanaan

Tahap awal penatalaksanaan pasien SKA adalah :

1. Oksigenasi

Dapat membatasi kekurangan oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta
menurunkan beratnya ST Elevasi. Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level
oksigen 2-3 liter dengan nasal kanul.

2. Nitrogliserin (NTG),

Digunakan pada klien yang tidak hipotensi mula-mula secara sublingual (SL) (0,3-0,6
mg), atau spray aerosol, jika sakit dada tetap ada masalah 3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan
dengan drip intravena 5-10 μg/menit (jangan lebih 200 μg/menit). Dan tekanan darah sistolik
jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya ialah memperbaiki pengiriman oksigen ke
miokard; menurunkan kebutuhan oksigen di miokard; menurunkan beban awal (preload)
sehingga mengubah tegangan dinding ventrikel; dilatasi arteri koron\er besar dan
memperbaiki aliran kolateral; serta menghambat agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan)
2. Morfin.

Morfin diberikan untuk mengurangi kecemasan & kegelisahan, mengurangi nyeri


akibat ikemia, meningkatkan kapasitas vena (venous capacitance); menurunkan tahanan
pembuluh sistemik, nadi dan tekanan darah juga menurun, sehingga preload dan after load
menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang dan tidak kesakitan. Dosis 2-4 mg
intravena sambil mempwrhatikan efek samping mual, bradikardia, dan depresi pernapasan.

3. Aspirin

Aspirin harus diberikan kepada semua pasien sindrom koroner akut jika tidak ada
kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial) efeknya ialah menghambat siklooksigenase-1
dalam platelet dan mencegah pembentukan tromboksan-A2. Kedua hal tersebut menyebabkan
agregasi platelet dan konstriksi arterial.

4. Antiteombolitik lain (Clopidogrel, Ticlopidine).

Derivat tinopiridin ini menghambat agregasi platelet , memperpanjang waktu


perdarahan, dan menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat aksi ADP (adenosine
diphosphate) pada reseptor platelet sehingga menurunkan kejadian iskemi. Ticlopidin
bermakna dalam menurunkan 46% kematian vaskular dan nonfatal infark miokard.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Acute coroner syndrom

A. Pengkajian
Meliputi :
1. Data dasar tentang info status terkini pasien
2. Pengkajian sistematis berhubungan dengan gambaran gejala : nyeri dada, sulit bernafas
(dispneu), palpitasi, pingsan (sinkop), atau keringat dingin (diaphoresis) Masing-masing 1
3. Pengkajian fisik
4. Tingkat kesadaran
5. Nyeri dada
6. Frekuensi dan irama jantung
7. Bunyi jantung
8. Tekanan darah
9. Denyut nadi perifer
10. Tempat infuse intravena
11. Warna kulit dan suh
12. Paru
13. Nafas pendek
14. Fungsi gastrointestin
15. Status volume cairan
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner, iskemia jaringan jantung
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hilangnya kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen akibat iskemia jantung, imobilitas
4. Cemas berhubungan dengan sitiasi yang tidak dapat diperkirakan,takut akan kematian
C. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri:
berhubungan keperawatan selama 1x24 a. Kaji nyeri secara
dengan jam klien dapat komprehensif, meliputi lokasi,
penurunan 1. Mengontrol nyeri, karakteristik dan awitan durasi,
aliran darah dengan kriteria: frekuensi, kualitas,
koroner, a. Mengenal faktor intensitas/beratnya nyeri, dan
iskemia penyebab dan faktor presipitasi
jaringan tindakan untuk b. Observasi isyarat non verbal dari
jantung mencegah nyeri ketidaknyamanan, khususnya
b. Menunjukkan teknik dalam ketidakmampuan untuk
relaksasi yang efektif komunikasi secara efektif
untuk meningkatkan c. Gunakan komunikasi terapeutik
kenyamanan agar klien dapat
c. Menggunakan mengekspresikan nyeri
tindakan d. Kaji latar belakang budaya klien
mengurangi nyeri e. Tentukan dampa nyeri terhadap
dengan analgesik kulaitas hidup, seperti pola tidur,
dan nonanalgesik nafsu makan, aktivitas kognisi,
secara tepat mood, hubungan, pekerjaan,
d. Mengenal tanda tanggung jawab peran.
pencetus nyeri untuk f. Kaji pengalaman individu
mencari pertolongan terhadap nyeri
g. Evaluasi efektivitas tindakan
2. Menunjukkan tingkat mengontrol nyeri yang telah
nyeri, dengan kriteria: digunakan
a. Melaporkan nyeri h. Berikan dukungan terhadap klien
berkurang dan keluarga
b. Klien tidak i. Kontrol faktor lingkungan yang
menunjukkan posisi dapat memengaruhi respons
tubuh melindungi pasien terhadap
c. Tidak ada ketidaknyamanan
kegelisahan dan j. Anjurkan klien untuk memonitor
ketegangan otot nyerinya sendiri
d. Klien tidak k. Anjurkan klien untuk
menunjukkan meningkatkan tidur/istirahat
perubahan dalam yang cukup
kecepatan l. Ajarkan penggunaan teknik non
pernapasan, denyut farmakologi seperti teknik
jantung, atau relaksasi, imajinasi terbimbing,
tekanan darah terapi musik, distraksi, terapi
panas dingin, masase.
m.Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respons klien
n. Anjurkan klien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara
tepat
o. Observasi kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri
p. Berikan pendidikan kesehatan
tentang nyeri seperti penyebab,
durasi nyeri, dan tindakan
pencegahan.
q. Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan
r. Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan non
farmakologi dilakukan, untuk
pendekatan preventif

Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum pengobatan
b. Berikan obat dengan prinsip 5
benar
c. Cek riwayat alergi obat
d. Libatkan klien dalam pemilihan
analgetik yang akan digunakan
e. Pilih analgetik secar
tepat/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan

2. Penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung


curah jantung keperawatan selama 1x24 a. Evaluasi adanya nyeri
berhubungan jam klien menunjukkan dada(intensitas, lokasi,
dengan curah jantung adekuat, radiasi, durasi dan faktor
hilangnya dengan kriteria: pencetus nyeri)
kontraktilitas a. Tekanan darah b. Lakukan penilaian
dalam rentang komprehensif terhadap
normal sirkulasi perifer (misalnya
b. Denyut jantung cek nadi perifer, edema,
dalam batas normal pengisian kapiler, dan suhu
c. Hipotensi ekstrimitas
d. c. Dokumentasikan adanya
e. ortostatik tidak disritmia jantung
ada, nadi perifer d. Catat tanda dan gejala
kuat penurunan curah jantung
f. Bunyi napas e. Observasi tanda tanda vital
normal f. Observasi status
g. Menunjukkan kardiovaskuler
peningkatan g. Observasi disritmia jantung
toleransi terhadap termasuk gangguan irama
aktivitas dan konduksi
h. Ndi perifer kuat h. Observasi status respirasi
i. Ukuran jantung terhadap gejala gagal
normal jantung
j. Tidak ada distensi i. Observasi keseimbangan
vena jugularis cairan(asupan haluaran dan
k. Tidak ada disritmia berat badan harian)
l. Tidak ada bunyi j. Kenali adanya perubahan
jantung abnormal tekanan darah
m. Tidak ada angina k. Kenali pengaruh psikologis
n. Tidak ada edema yang mendasari kondisi
perifer dan edema klien
pulmonal l. Evaluasi respon klien
o. Tidak ada terhadap disritmia
diaporesis m. Kolaborasi dalam
p. Tidak ada mual pemberian terapi antiaritmia
q. Tidak ada sesuai kebutuhan
kelelahan n. Observasi respons klien
terhadap pemberian terapi
antiaritmia
o. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas
p. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
q. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas
r. Observasi adanya dispnea,
takipnea, dan ortopnea
s. Anjurkan untuk mengurangi
stres.
t. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara klien dan
keluarga
u. Anjurkan klien untuk
melaporkan Adanya
ketidaknyamanan dada
v. Tawarkan dukungan spritual
untuk klien dan keluarga
3. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manjemen energi
aktivitas keperawatan selama 1 x24 a. Tentukan keterbatasan klien
berhubungan jam dapat menunjukkan terhadap aktivitas
dengan toleransi terhadap aktivitas b. Tentukan penyebab lain
ketidakseimba dengan kriteria: kelelahan
ngan suplai a. Klien dapat c. Motivasi klien untuk
dan kebutuhan menentukan aktibitas yang mengungkapkan perasaan tentang
oksigen akibat sesuai dengan peningkatan keterbatasan
iskemia nadi d. Observasi asupan nutrsi sebagai
jantung, b. Tekanan darah dan sumber energi yang adekuat
imobilitas frekuensi napas; e. Observasi respon jantung-paru
lama mempertahankan irama terhadap aktivitas( mis. Takikardia,
dalam batas Normal distrimia, dispnea, diaporesis,
c. Mempertahankan warna pucat, tekanan hemodinamik dan
dan kehangatan kulit frekuensi pernapasan)
dengan aktivitas f. Barasi stimulus lingkungan (mis.
d.EKG dalam batas normal Pencahayaan da kegaduhan)
e. Melaporkan g. Anjurkan untuk melakukan
peningkatan aktivitas Periode Istirahat dan aktivitas
harian h. Rencanakan perikde aktivitas
saat klien memiliki banyak tenanga
i. Hindari aktivitas selama periode
istirahat
j. Bantu klien untuk bangun daru
tempat tidur atau duduk disamping
tempat tidur atau berjalan
k. Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas harian sesuai sumber
energi
i. Ajarkan klien dan keluarga teknik
untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari yang dapat memenimalkan
penggunaan oksigen.
m. Instruksikan klien/keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
n. Bantu klien atau keluarga untuk
menentukan tujuan aktivitas yang
realitis
o. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
lebih disukai
p. Anjurkan klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan daya
tahan tubuh
q. Evaluasi program peningkatan
tingkat aktivitas
Terapi aktivitas
a. Tentukan komitmen klien untuk
peningkatan frekuensi atau rentang
untuk aktivitas
b. Bantu klien untuk
mengungkapkan kebiasaan aktivitas
yang paling berarti dan aktivitas
kesukaan di waktu luang
c. Bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, psikologis dan
sosial
d. Bantu klien untuk memfokuskan
apa yang akan dilakukan bukan
kekurangan
e. Bantu klien mendapatkan
transpotasi untuk beraktivitas yang
sesuai
f. Bantu klien untuk
mengidentifikasi pilihan aktivitas
g. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
berarti.
h. Bantu klien Untuk
menjadwalkan Periode khusus
untuk hiburan diluar aktivitas rutin
i. Bantu klien/keluarga untuk
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi keinginan
beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif
terhadap partisipasi klien dalam
beraktivitas
k. Observasi respon emosi, fisik,
sosial dan spritual terhadap
aktivitas.
4. Cemas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas:
berhubungan keperawatan selama...x24 a. Tenangkan pasien
dengan sitiasi jam klien mampu b. Jelaskan seluruh prosedur
yang tidak mengontrol cemas, dengan tindakan kepada pasien dan
dapat kriteria: perasaan yan mungkin muncul pada
diperkirakan,ta a. Observasi intensitas saat melakukan tindakan
kut akan cemas c. Berusaha memahami keadaan
kematian b. Menurunkan stimulus pasie
lingkungan ketika cemas d. Berikan informasi tentang
c. Mencari informasi yang diagnosa, prpgonosis, dan tindakan
menurunkan cemas. e. Dampingi klien untuk
d. Gunakan strategi koping mengurangi kecemasan dan
Efektif meningkatkan kenyamanan
e. Menggunakan teknik f. Motivasi klien untuk
relaksasi untuk menyampaikan tentang isi
menurunkan cemas perasaannya
f. Mempertahankan g. Kaji tingkat kecemasan
1. hubungan sosial h. Dengarkan dengan penuh
g. Mempertahankan perhatian
konsentrasi i. Ciptkan hubungan saling percaya
h. Melaporkan tidur j. Bantu klien menjelaskan keadaan
adekuat yang dapat menimbulkan
i. Respon untuk kecemasan
mengontrol cemas k. Bantu klien untuk
j. Tenang mengungkapkan hal yang dapat
membuat cemas
l. Ajarkan Pasien Teknik relaksasi
m. Berikan obat yang Mengurangi
cemas
D. Evaluasi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut

a. Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri

b. Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol

c. Klien mendemonstrasikan keterampilan teknik relaksasi dan distraksi sesuai indikasi

2. Diagnosa keperawatan : Penurunan Curah jantung

a. Klien melaporkan/menunjukkan Penurunan Episode dipnea,angina dan distrimia

b. Klien mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung

3. Diagnosa keperawatan: Intoleransi aktivitas

a. . Klien dapat menunjukkan prnungkatan toleransi terhadap aktivitas

b. Klien mendemomstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas

4. Diagnosa keperawatan : Cemas

a. Klien melaporkan penggunaan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

b. klien dapat mempertahankan hubungan sosial

c. Klien melaporkan tidur yang adekuat

d. Klien dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas

Anda mungkin juga menyukai