Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH DEMENSIA BESERTA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEMENSIA

KEPERAWATAN JIWA

PEMBIMBING :

Ns. Novi herawati S.kep M.kep Sp.kep J

OLEH

KELOMPOK 3 KELAS 3B

 INDAH NOVIA PUTRI


 NIKEN AYU WILANDARI
 NINDI SABRINA .A
 NISA HAYANA
 NOVITA SARI
 PEMILA PUISENA .G
 RISKA ERIZA .G
 RIZKA FARHATTI
 WINA WANDASARI
 YUSI OKTA VIKA

1
POLITEKNIK KESEHATAN RI PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
beserta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ askep demensia”

Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang.

Kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan kami mengharapkan makalah ini
dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

2
3
DAFTAR ISI

4
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan
penilaian kesadaran tidak terganggu.Gangguan fungsikognitif yang biasanya disertai,
kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial,
atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow,
2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat.Ketidakmampuan mengartikan tanda-
tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan.Pada akhirnya
penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 50tahun. Sebagian besar
orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yanghanya diderita oleh para Lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis
kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini
disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N,
2003).
Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah
demensia.Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau keluarga jika
masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius, sehubungan dengan dampak
yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa masalah demensia merupakan masalah masa
depan yang mau tidak mau akan dihadapi orang Indonesia dan memerlukan pendekatan

5
holistik karena umumnya lanjut usia (lansia) mengalami gangguan berbagai fungsi organ
dan mental, maka masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi yang
melibatkan: Internist, Neurologist, Psikiater, Spesialist Gizi, Spesialis Rehabilitasi Medis
dan Psikolog Klinis.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian demensia?


2. Apa saja etiologi demensia?
3. Apa akibat yang ditimbul pada demensia?
4. Apa manifestasi klinik demensia?
5. Apa saja komplikasi demensia?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik demensia?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis demensia?
8. Apa konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia?

Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan:
a. Anatomi fisiologi otak
b. Pengertian demensia
c. Etiologi demensia
d. Patofisiologi demensia
e. Manifestasi klinik demensia
f. Komplikasi demensia
g. Pemeriksaan diagnostik demensia
h. Penatalaksanaan medis demensia
i. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia.

Manfaat Penulisan

6
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca
mengenai penyakit demensia pada lansia. Bagi kelompok lansia makalah ini dapat
digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan gaya hidup mereka yang
merupakan faktor resiko terjadinya demensia

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Dasar Penyakit Demensia


Anatomi Fisiologi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak merupakan organ
yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak
mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi
tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru.Ini merupakan mekanisme paling
penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis.Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).Fungsi dari SST
adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
(Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponenbagiannya
adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiridari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus (Ganong, 2003).Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:

1) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektualyang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
kiri), pusat penghidu, dan emosi.Bagian ini mengandung pusat pengontrolan
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor).Pada lobus ini terdapat daerah broca yang

8
mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteksserebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008).Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaransensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan danarea asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain
& memori (White, 2008).

5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandunglebih banyak neuron
dibandingkan otak secara keseluruhan.Memiliki peran koordinasi yang penting
dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang
diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output.Cerebellum terdiri
dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus
otot.Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.Bagian-bagian
dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis
(Purves, 2004).
9
c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengaturseluruh proses kehidupan
yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis
dibawahnya.Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras
asendendan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis danbagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.Secara garis besar
brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla
oblongata.

Pengertian Demensia
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan memengaruhi
aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Penyakit yang meningkatkan gejala demensia antara lain adalah penyakit Alzheimer,
masalah vascular seperti demensia multi infark, hidrosefalus tekanan normal, penyakit
Parkinson, alkoholisme kronis, penyakit Pick, penyakit Huntington, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya,
tetapi tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, pemberi
perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban
kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat.
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari.Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer,
L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Klasifikasi Demensia
a. Menurut Kerusakan Struktur Otak
1) Tipe Alzheimer
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi
intelektual :
a) Stadium I (amnesia)
 Berlangsung 2-4 tahun
10
 Amnesia menonjol
 Perubahan emosi ringan
 Memori jangka panjang baik
 Keluarga biasanya tidak terganggu
b) Stadium II (Bingung)
 Berlangsung 2 – 10 tahun
 Episode psikotik
 Agresif
 Salah mengenali keluarga
c) Stadium III (Akhir)
 Setelah 6 - 12 tahun
 Memori dan intelektual lebih terganggu
 Membisu dan gangguan berjalan
 Inkontinensia urin
2) Demensia Vascular
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
a) Peningkatan reflek tendon dalam
b) Kelainan gaya berjalan
c) Kelemahan anggota gerak
b. Menurut Umur:
1) Demensia Senilis ( usia >65tahun)
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.Biasanya terjadi
akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya
gambaran deteriorasi mental.

2) Demensia Prasenilis (usia <65tahun)


Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda
(onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit
degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab
vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab

11
trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik
(keracunan), anoksia).
c. Menurut Perjalanan Penyakit :
1) Reversibel (mengalami perbaikan)
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang
termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah
keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati SLE,
sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia lainnya),
gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1,
B12, dll).
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan
bersifat kronik progresif.Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan
demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick,
Creutzfelt-Jakob, serta vaskular.
d. Menurut Sifat Klinis:
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia
Etiologi Demensia
Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan demensia. Dalam banyak hal,
mengapa orang menderita penyakit-penyakit ini tidak diketahui. Beberapa bentuk
demensia yang paling umum adalah:
a. Demensia pada Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum,
berjumlah kira-kira dua-pertiga dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan
penurunan kemampuan kognitif secara berangsur-angsur, sering bermula dengan
kehilangan daya ingat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang
menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan jumlah neuron hippokampus
yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmiter juga
ditemukan lebih rendah dari normal.
Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:
1) Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi
baru yang didapat sebelumnya.

12
2) Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun fungsi
sensorisnya masih baik.
3) Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan
mengutarakan kata – kata yang akan diucapkan.
4) Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi
tak tahu apa yang harus dilakukannya).
b. Demensia Vaskuler merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada
hampir 40% kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan
kardiovaskuler seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes, dll.
Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya dengan perubahan kesadaran.
Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70
tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya
ingat, defisit intelektual, adanya tanda gangguan neurologis fokal, aphasia,
disarthria, disphagia, sakit kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian,
tetapi daya tilik diri dan daya nilai masih baik.
c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body di
dalam otak. Lewy body adalah gumpalangumpalan protein alpha-synuclein yang
abnormal yang berkembang di dalam sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di
tempat-tempat tertentu di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam
bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body
dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat
berlaku hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu
yang pendek saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga
merupakan gejala yang umum.
d. Demensia Frontotemporalmenyangkut kerusakan yang berangsur-angsur pada
bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejala-
gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan kadang-kadang
lebih awal dari itu.
Patofisiologi Demensia
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua pertiga kasus
demensia.Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat
13
penderita penyakit Alzheimer: plak amyloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga
penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin.Area otak yang terkena
penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya
merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amyloid menyebabkan rusaknya jaringan otak.Plak amyloid berasal dari protein
yang lebih besar, protein precursor amyloid (amyloid precursor protein [APP]).
Keluarga-keluarga dengan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai
sesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa di antaranya
mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan
awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat
peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4
pada kromososm 19.Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang
saling berpilin, yang disebut pasangan filament heliks.Peran spesifik dari simpul
tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmitter lain
merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf.
Deficit neurotransmitter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks
diantara sel-sel pada sistem saraf. Tau adalah protein dalam cairan serebrospinal yang
jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal.Temuan-
temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat
selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak
terjadi.Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya,
berkembang menjadi infark multiple di otak.Namun, tidak semua orang yang
menderita infark serebral multiple mengalami demensia.Dalam perbandingannya
dengan penyakit penderita Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekerdar deteriosasi linear pada
kognisi dan fungsi dan dapat menujukkan beberapa perbaikan diantara peristiwa-
peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan
penyakit yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-
pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan
levodopa, dan 80% diantaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum
akhirnya meninggal dunia.

14
Clinical Pathway Dementia

Cedera berat, intoksikasi zat beracun, factor usia, dll.

Kerusakan sel otak

Hilangnya memori/ingatan jangka pendek

Perubahan
Kemampuan belajar menurun Proses pikir

Dementia

D. Alzheimer D. Vaskular

Peningkatan reflek tendon


Kematian sel otak yg massif kelemahan anggota gerak

Mudah lupa gangguan kognitif kelainan gaya berjalan

Tremor, Ketidakmampuan muncul gejala kurang koordinasi gerakan


Menggunakan benda neuropsikiatrik

Risiko cedera
Penurunan kemampuan perubahan nafsu agitasi
Melakukan aktifitas makan
Halusinasi kesulitan tidur

Kurang
perawatan diri Perubahan Cepat marah, Perubahan
persepsi Curiga, mudah pola tidur
Risiko sensori
perubahan Tersinggung
nutrisi lebih
dari kebutusan
Sindrom
Manifestasi Klinis Demensia stress
Tahapan Demensia relokasi

15
Tahap Awal Tahap Pertengahan Tahap Akhir
 Perubahan alam  Gangguan memori saat  Gangguan yang parah
perasaan atau ini dan masa lalu pada semua
kepribadian  Anomia, agnosia, kemampuan kognitif
 Gangguan penilaian apraksia, afrasia  Ketidakmampuan
dan penyelesaian  Gangguan penilaian untuk mengenali
masalah dan penyelesaian keluarga dan teman-
 Konfusi tentang tempat masalah yang parah teman
(tersesat pada saat akan  Konfusi tentang waktu  Gangguan komunikasi
ke toko) dan tempat semakin yang parah (dapat
 Konfusi tentang waktu memburuk menggerutu,
 Kesulitan dengan  Gangguan persepsi mengeluh, atau
angka, uang, dan kehilangan menggumam)
tagihan pengendalian impuls  Sedikitnya kapasitas
 Anomia ringan  Ansietas, gelisah, perawatan diri
 Menarik diri atau mengeluyur, berkeras  Inkontinensia kandung
depresi  Hiperoralitas kemih dan usus
 Kemungkinan,  Kemungkinan menjadi
kecurigaan, delusi, hiperoral dan memiliki
atau halusinasi tangan yang aktif
 Konfabulasi  Penurunan nafsu
 Gangguan kemampuan makan, disfasia dan
merawat diri yang resiko aspirasi
sangat besar  Depresi system imun
 Mulai terjadi yang menyebabkan
inkontinensia meningkatnya resiko

 Gangguan siklus tidur- infeksi

bangun  Gangguan mobilitas


dengan ilangnya
kemampuan untuk
berjalan, kaku otot,
dan paratonia
 Reflex menghisap dan

16
menggenggam
 Menarik diri
 Gangguan siklus tidur-
bangun, dengan
peningkatan waktu
tidur

Pemeriksaan Diagnostik Demensia


a. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada
demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia
Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin
sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain:
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum,
fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat
b. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
c. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal.Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
d. Pemeriksaan Cairan Otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,
demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan
meningeal pada CT scan.
e. Pemeriksaan Genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara

17
penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik
menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin
meningkat.
f. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-
hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.
Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat
ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
2) Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan
demensia.
Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test
yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003 ;Boustani,2003
;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori
ringan. (Tang-Wei,2003)
g. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai
saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi
gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi
dalam kurun waktu tertentu. Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan
mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan
tinggi.(Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003).
Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah
24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan
resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003). Pada penelitian
Crum R.M 1993 didapatkan median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24
tahun, median skor 25 untuk yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang
lama pendidikannya >9 tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22
untuk yang berpendidikan 0-4 tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan
suatu pemeriksaan umum pada demensia dan sering digunakan dan ini juga
merupakan suatu metode yang dapat menilai derajat demensia ke dalam beberapa
18
tingkatan. (Burns,2002). Penilaian fungsi kognitif pada CDR berdasarkan 6
kategori antara lain gangguan memori, orientasi, pengambilan keputusan, aktivitas
sosial/masyarakat, pekerjaan rumah dan hobi, perawatan diri.Nilai yang dapat
pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat penilaian fungsi kognitif
yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan kognitif. Nilai 0,5, untuk
Quenstionable dementia. Nilai 1, menggambarkan derajat demensia ringan, Nilai
2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang dan nilai 3, menggambarkan
suatu derajat demensia yang berat. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003,
Golomb,2001)
Penatalaksanaan Medis Demensia
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
b. Dukungan atau Peran Keluarga
1) Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap
memiliki orientasi.

19
2) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
5) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
1) Diet
2) Latihan fisik yang sesuai
3) Terapi rekreasional dan aktifitas
4) Penanganan terhadap masalah-masalah
Komplikasi Demensia
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
1) Ulkus Dekubitus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
peralatan
g. Kehilangan kemampuan berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Demensia


Pengkajian Data
d. Data Subyektif :
 Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.

20
 Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
e. Data Obyektif :
 Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
 Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
 Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata
yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
Diagnosa Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental,
tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang
konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
dengan akurat.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai
dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak
mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya
daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
6. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
7. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.

21
Perencanaan Keperawatan
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikana. Jalin hubungan salinga) Untuk membangan
tindakan keperawatan mendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa
diharapkan klien dapatb. Orientasikan pada nyaman.
beradaptasi dengan lingkungan dan rutinitas
perubahan aktivitas baru. b) Menurunkan kecemasan
sehari- hari danc. Kaji tingkat stressor dan perasaan terganggu.
lingkungan dengan KH : (penyesuaian diri,
a. mengidentifikasi perkembangan, peranc) Untuk menentukan
perubahan keluarga, akibat perubahan persepsi klien tentang
b. mampu beradaptasi status kesehatan) kejadian dan tingkat
pada perubahand. Tentukan jadwal aktivitas serangan.
lingkungan dan aktivitas yang wajar dan masukkan
kehidupan sehari-hari dalam kegiatan rutin.
c. cemas dan takut
berkurang e. Berikan penjelasan dan
c) Konsistensi mengurangi
d. membuat pernyataan informasi yang kebingungan dan
yang positif tentang menyenangkan mengenai meningkatkan rasa
lingkungan yang baru. kegiatan/ peristiwa. kebersamaan.

e) Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.

22
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
2 Setelah diberikana. Kembangkan lingkungana. Mengurangi kecemasan dan
tindakan keperawatan yang mendukung dan emosional.
diharapkan klien mampu hubungan klien-perawat
mengenali perubahan yang terapeutik.
dalam berpikir denganb. Pertahankan lingkungan
KH: yang menyenangkan dan
a. Mampu memperlihatkan tenang. b. Kebisingan merupakan
kemampuan kognitifc. Tatap wajah ketika sensori berlebihan yang
untuk menjalani berbicara dengan klien. meningkatkan gangguan
konsekuensi kejadian neuron.
yang menegangkand. Panggil klien dengan
terhadap emosi dan namanya. c. Menimbulkan perhatian,
pikiran tentang diri. terutama pada klien dengan
b. Mampu gangguan perceptual.
mengembangkan strategi d. Nama adalah bentuk
untuk mengatasie. Gunakan suara yang agak identitas diri dan
anggapan diri yang rendah dan berbicara menimbulkan pengenalan
negative. dengan perlahan pada terhadap realita dan klien.
c. Mampu mengenali klien.
tingkah laku dan faktor e. Meningkatkan
penyebab. pemahaman. Ucapan tinggi
dan keras menimbulkan
stress yg mencetuskan
konfrontasi dan respon
marah.
3 Setelah diberikana. Kembangkan lingkungana. Meningkatkan kenyamanan
tindakan keperawatan yang suportif dan dan menurunkan kecemasan
diharapkan perubahan hubungan perawat-klien pada klien.
persepsi sensori klien yang terapeutik.
dapat berkurang ataub. Bantu klien untuk
terkontrol dengan KH: memahami halusinasi. b. Meningkatkan koping dan

23
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
a. Mengalami penurunan menurunkan halusinasi.
halusinasi. c. Kaji derajat sensori atau
b. Mengembangkan gangguan persepsi danc. Keterlibatan otak
strategi psikososial untuk bagaiman hal tersebut memperlihatkan masalah
mengurangi stress. mempengaruhi klien yang bersifat asimetris
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan menyebabkan klien
respons yang sesuai penglihatan atau kehilangan kemampuan pada
stimulasi. pendengaran. salah satu sisi tubuh.
d. Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
c. Untuk menurunkan
e. Ajak piknik sederhana, kebutuhan akan halusinasi.
jalan-jalan keliling rumah
sakit. Pantau aktivitas. e. Piknik menunjukkan realita
dan memberikan stimulasi
sensori yang menurunkan
perasaan curiga dan
halusinasi yang disebabkan
perasaan terkekang.
4 Setelah dilakukana. Jangan menganjurkana. Irama sirkadian (irama
tindakan keperawatan klien tidur siang apabila tidur-bangun) yang
diharapkan tidak terjadi berakibat efek negative tersinkronisasi disebabkan
gangguan pola tidur pada terhadap tidur pada malam oleh tidur siang yang singkat.
klien dengan KH : hari.
a. Memahami faktorb. Evaluasi efek obat klien
b. Deragement psikis terjadi
penyebab gangguan pola (steroid, diuretik) yang bila terdapat panggunaan
tidur. mengganggu tidur. kortikosteroid, termasuk
b. Mampu menentukan perubahan mood, insomnia.
penyebab tidur inadekuat.
c. Melaporkan dapatc. Tentukan kebiasaan dan
beristirahat yang cukup. rutinitas waktu tidur malamc. Mengubah pola yang sudah

24
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
d. Mampu menciptakan dengan kebiasaan terbiasa dari asupan makan
pola tidur yang adekuat. klien(memberi susu klien pada malam hari
hangat). terbukti mengganggu tidur.
d. Memberikan lingkungan
yang nyaman untuk
meningkatkan d. Hambatan kortikal pada
tidur(mematikan lampu, formasi reticular akan
ventilasi ruang adekuat, berkurang selama tidur,
suhu yang sesuai, meningkatkan respon
menghindari kebisingan). otomatik, karenanya respon
e. Buat jadwal tidur secara kardiovakular terhadap suara
teratur. Katakan pada klien meningkat selama tidur.
bahwa saat ini adalah
waktu untuk tidur.

e. Penguatan bahwa saatnya


tidur dan mempertahankan
kesetabilan lingkungan.
5 Setelah diberikana. Identifikasi kesulitana. Memahami penyebab yang
tindakan keperawatan dalam berpakaian/ mempengaruhi intervensi.
diharapkan klien dapat perawatan diri, seperti: Masalah dapat diminimalkan
merawat dirinya sesuai keterbatasan gerak fisik, dengan menyesuaikan atau
dengan kemampuannya apatis/ depresi, penurunan memerlukan konsultasi dari
dengan KH : kognitif seperti apraksia. ahli lain.
a. Mampu melakukanb. Identifikasi kebutuhan
aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan berikanb. Seiring perkembangan
sesuai dengan tingkat bantuan sesuai kebutuhan penyakit, kebutuhan
kemampuan. dengan perawatan kebersihan dasar mungkin
b. Mampu rambut/kuku/ kulit, dilupakan.
mengidentifikasi dan bersihkan kaca mata, dan
menggunakan sumber gosok gigi.

25
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
pribadi/ komunitas yang
dapat memberikanc. Perhatikan adanya tanda-
bantuan. tanda nonverbal yang
fisiologis.
c. Kehilangan sensori dan
penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan kebutuhan
perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-
engah, ingin berkemih
d. Beri banyak waktu untuk dengan memegang dirinya.
melakukan tugas.

d. Pekerjaan yang tadinya


mudah sekarang menjadi
e. Bantu mengenakan terhambat karena penurunan
pakaian yang rapi dan motorik dan perubahan
indah. kognitif.

e. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
6 Setelah dilakukana. Kaji derajat gangguana. Mengidentifikasi risiko di
tindakan keperawatan kemampuan, tingkah laku lingkungan dan
diharapkan Risiko cedera impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
tidak terjadi dengan KH : persepsi visual. Bantu perawat akan bahaya. Klien
a. Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi dengan tingkah laku impulsi
aktivitas. risiko terjadinya bahaya berisiko trauma karena
b. Dapat beradaptasi yang mungkin timbul. kurang mampu
dengan lingkungan untuk mengendalikan perilaku.
mengurangi risiko trauma/ Penurunan persepsi visual

26
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
cedera. berisiko terjatuh.
c. Tidak mengalami cedera.b. Hilangkan sumber bahaya
lingkungan.

b. Klien dengan gangguan


kognitif, gangguan persepsi
adalah awal terjadi trauma
akibat tidak bertanggung
jawab terhadap kebutuhan
c. Alihkan perhatian saat keamanan dasar.
perilaku teragitasi/
berbahaya, memenjat pagar
tempat tidur. c. Mempertahankan
keamanan dengan
menghindari konfrontasi
d. Kaji efek samping obat, yang meningkatkan risiko
tanda keracunan (tanda terjadinya trauma.
ekstrapiramidal, hipotensi
ortostatik, gangguan
penglihatan, gangguand. Klien yang tidak dapat
gastrointestinal). melaporkan tanda/gejala obat
e. Hindari penggunaan dapat menimbulkan kadar
restrain terus-menerus. toksisitas pada lansia.
Berikan kesempatan Ukuran dosis/ penggantian
keluarga tinggal bersama obat diperlukan untuk
klien selama periode agitasi mengurangi gangguan.
akut. e. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium

27
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
tulang).

7 Setelah dilakukana. Beri dukungan untuka. Motivasi terjadi saat


tindakan keperawatan penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
diharapkan klien kebutuhan berarti.
mendapat nutrisi yang
b. Awasi berat badan setiapb. Memberikan umpan balik/
seimbang dengan KH: minggu. penghargaan.
a. Mengubah pola asuhan
yang benar c. Kaji pengetahuanc. Identifikasi kebutuhan
b. Mendapat diet nutrisi keluarga/ klien mengenai membantu perencanaan
yang seimbang. kebutuhan makanan. pendidikan.
c. Mendapat kembali beratd. Usahakan/ beri bantuan
badan yang sesuai. dalam memilih menu. d. Klien tidak mampu
e. Beri Privasi saat menentukan pilihan
kebiasaan makan menjadi kebutuhan nutrisi.
masalah. e. Ketidakmampuan
menerima dan hambatan
sosial dari kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.

28
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
salingberhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998).
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif
dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori,
berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar, kemampuan, bahasa, dan penilaian
kesadaran tidak terganggu. Komplikasi demensia yaitu Thromboemboli, infark
miokardium, Kejang, Kontraktur sendi, Kehilangan kemampuan untuk merawat diri,
Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
peralatan, Kehilangan kemampuan berinteraksi, dan Harapan hidup berkurang.

29
DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai