Instruktur Praktikum :
dr. Joice Nancy A. Engka, M.Kes.Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Damajanty H.C.Pangemanan,M.Kes. Sp.KKLP AIFM.AIFO
dr. Hedison Polii, M.Kes. Sp.KKLP AIFM.AIFO
dr. Diana V.D.Doda, MHOS.PhD
Dr. dr.Herlina I.S.Wungouw,Ms.AppSc.MsMed.Ed.AIFM
dr. Sylvia R.Marunduh, M.Med. AIFM
Dr.dr.Erwin A. Pangkahila, M.Repro.SpPD
dr. Ivonny M. Sapulete.MSc.
Disusun Oleh :
Ridel Gabriel Janevandro Lala
2120111010014
B. LANDASAN TEORI
Pemeriksaan telinga terutama berkaitan dengan apakah pasien dapat mendengar.
Beberapa tes dapat digunakan untuk memeriksa pendengaran Gangguan pendengaran
konduktif menyiratkan bahwa pasien mengalami pengurangan semua suara daripada
kesulitan dalam menafsirkan suara. Gangguan pendengaran sensorineural atau
persepsi menunjukkan bahwa pasien mengalami kesulitan menafsirkan suara. Pada
percobaan ini akan dilakukan beberapa tes yaitu, tes suara bisik dan tes garpu tala (tes
weber, tes rinne, tes schwabach).
Pertama ada tes bisik, respon pasien terhadap suara bisikan pemeriksa dapat
digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar. pemeriksa membisikkan satu
atau dua suku kata dan meminta pasien untuk mengulanginya. Jika pasien mengalami
kesulitan, pemeriksa secara bertahap meningkatkan volumenya sampai pasien
merespon dengan tepat. Kemudian dilanjutkan oleh tes garpu tala. Pada tes weber
pemeriksa meletakkan dasar garpu tala yang bergetar pada titik tengah kepala
pasien. Pasien harus mendengar suara sama baiknya di kedua telinga. Jika pasien
mendengar lebih baik di satu telinga (yaitu, suara dilateralisasi), pasien diminta untuk
mengidentifikasi telinga mana yang mendengar suara lebih baik. Dilanjutkan pada tes
rinne yang dilakukan dengan meletakkan dasar garpu tala yang bergetar pada tulang
mastoid pasien dan memulai stopwatch. Pasien memberitahu pemeriksa ketika dia
tidak lagi mendengar suara. Suara yang dihantarkan udara harus terdengar dua kali
lebih lama dari suara yang dihantarkan tulang. Dan tes garpu tala terakhir yaitu tes
schwabach, tes ini membandingkan pendengaran pasien dan pemeriksa dengan
konduksi tulang. Pemeriksa secara bergantian menempatkan garpu tala yang bergetar
pada processus mastoideus pasien dan pada tulang mastoid pemeriksa sampai salah
satu dari mereka tidak lagi mendengar suara. Pemeriksa dan pasien harus mendengar
suara untuk waktu yang sama.
C. CARA KERJA
1. Test Suara Bisik
Sebelum melakukan pemeriksaan Orang coba harus diberi instruksi yang jelas
misalnya anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus
diulangi dengan suara keras. Kemudian dilakukan test sebagai berikut :
a) Mula-mula orang coba pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata
bisyllabic. Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari
orang coba) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut
pemeriksa maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai orang coba
dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak
dimana orang coba dapat menyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak
pendengaran.
b) Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampai
ditemukan satu jarak pendengaran.
D. HASIL PEMERIKSAAN
Nama Orang Coba : Michael Joseph
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamis : Laki-laki
F. REFERENSI
1. dr. Joice Nancy A. Engka,. (2022). Penuntun Praktikum Fisiologi Modul Indera.
G. LAMPIRAN
1. Dokumentasi pemeriksaan suara bisik